Anda di halaman 1dari 38

ANALISIS LIRIK LAGU MANDAR MENENTUKAN

GAYA BAHASA DAN PESAN MORIL ( AMANAT )


( STILISTIKA )
Dosen Pengampuh : Nur hafsah Yunus MS, S,.Pd,M,.Pd
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Stilistika

Oleh
Nurfadilah
20150102015

Program Studi Bahasa Indonesia


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Al Asyariah Mandar
Polewali
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas petunjuknya
akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat oleh penulis untuk memenuhi tugas mata kuliah
“STILISTIKA”. Adapun judul dari makalah ini adalah “Analisis 3 lirik Lagu
Mandar”. Adapun isi dari makalah ini membahas tentang
definisi,Manfaat,sejarah,dan Macam-macam gaya bahasa.

mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam proses


pembuatan makalah ini. Selain itu sebagai penulis makalah ini memohon maaf
apabila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini dan penuls
mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi dirirnya.

Polewali,Sabtu,9 juni 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. LATAR BELAKANG ................................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................ 4


C. TUJUAN PENELITIAN ............................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 6
A. STILISTIKA ............................................................................................... 6
a. Pengertian Stilistika ................................................................................ 6
b. Sejarah Stilistika .................................................................................. 12
c. Objek kajian Stilistika .......................................................................... 16
d. Tujuan Stilistika .................................................................................. 17
f. Manfaat Stilistika .................................................................................. 17
B. GAYA BAHASA ....................................................................................... 18
a. Pengertian Gaya Bahasa ........................................................................ 18
b. Macam-Macam Majas ........................................................................... 18
1. Majas Perbandingan .............................................................................. 19
2. Majas Pertentangan ............................................................................... 21
3. Majas Sindiran ...................................................................................... 23
4. Majas Penegasan .................................................................................. 23
C. PESAN MORIL ........................................................................................ 26
a. Macam-macam Amanat ........................................................................ 26
b. Ciri-ciiri Amanat ................................................................................... 27

iii
D. LAGU MANDAR ..................................................................................... 27

BAB III HASIL PENELITIAN ................................................................... 31


a. Data 1 ..................................................................................................... 31
b. Data 2 ..................................................................................................... 32
c. Data 3 ..................................................................................................... 35

BAB IV KESIMPULAN .............................................................................. 37


DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia
dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Najid dalam
Ardiani M, 2009:1). Sastra adalah institusi sosial yang menggunakan medium
bahasa (Wellek dan Warren dalam Ardiani M, 2009:1). Karya sastra sebagai hasil
kreasi pengarang (Aminuddin dalam Ardiani M, 2009:1).

Genre sastra atau jenis sastra dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu
sastra imajinatif dan nonimajinatif. Dalam praktiknya sastra nonimajinatif terdiri
atas karya-karya yang berbentuk esei, kritik, biografi, otobiografi, dan sejarah.
Yang termasuk sastra imajinatif ialah karya prosa fiksi (cerpen, novelet, novel
atau roman), puisi (puisi epik, puisi lirik, dan puisi dramatik), dan drama (drama
komedi, drama tragedi, melodrama, dan drama tragikomedi), (Najid dalam
Ardiani M, 2009:1).

Lirik lagu termasuk dalam genre sastra karena lirik adalah karya sastra (puisi)
yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian (KBBI dalam
Ardiani M, 2009:1). Jadi lirik sama dengan puisi tetapi disajikan dengan bentuk
nyanyian yang termasuk dalam genre sastra imajinatif.

Lagu adalah rangkaian nada yang dipadukan dengan irama yang harmonis
dan dilengkapi dengan syair yang membentuk sebuah harmonisasi indah. Lagu
merupakan salah satu hal yang kerap dijadikan sebagai media untuk
menyampaikan pesan terhadap orang lain. Pesan yang disampaikan melalui lirik
lagu atau syair merupakan contoh dari komunikasi verbal dan non verbal. Lagu
adalah media yang merupakan komunikasi verbal dan non verbal. Lagu
merupakan komunikasi verbal jika dilihat dari sisi lirik. Lirik biasanya berisikan
pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Setiap lagu
memiliki penggemar dan pangsa pasar tersendiri, tergantung pada kondisi
pendengarnya. Kondisi psikologis seseorang juga akan mempengaruhi suasana
hati seseorang yang mendengarkan lagu tersebut. Ketika seseorang tersebut
sedang sedih dan ia mendengarkan lagu sendu, ia akan cenderung semakin sedih

1
saat menghayati dan memaknai liriknya lebih dalam. Hal ini menunjukan pesan
yang terkandung dalam lagu tersebut sampai pada komunikan. Namun, ada pula
ketika seseorang sedang sedih dan mendengar lagu yang bersemangat dan
memiliki lirik yang memberikan banyak dukungan, ia akan cenderung kembali
bersemangat dan tidak sedih lagi.

Menurut Geoffrey Madel “it is peculiar genius of music to capture and evoke
patterns of intentional feeling such as ecpectiotions, desires,joyful, sadness even
madness” (Madell 2002 : 126). Diterjemahkan oleh penulis yaitu, ciri khas yang
luar biasa dari musik adalah dapat menangkap dan membangkitkan pola perasaan
seperti pengharapan, keinginan, kegembiraan, kesedihan bahkan ke gilaan. Lagu
menyampaikan pesan-pesannya dengan lirik. Lirik lagu biasanya dikemas dengan
ringan dan mudah diingat. Setiap lagu pasti memiliki cerita tersendiri. Cerita
inilah pesan yang akan disampaikan kepada orang lain. Oleh sebab itu, banyak
orang menggunakan lagu sebagai media mengungkapkan perasaan terhadap orang
lain. Lagu juga merupakan contoh dari komunikasi nonverbal jika dilihat dari sisi
nada dan melodi. Denis Mc Quail mengatakan “The transmission information,
ideas, attitudes or emotion from one person or group to another (or other)
primaril throuht symbols”, yang artinya komunikasi berarti proses penyampaian
pesan atau informasi, baik berupa ide, sikap atau emosi dari seseorang atau
kelompok kepada yang lain (atau orang lain) melalui simbol-simbol. (Mc Quail
1993 : 4). Musik merupakan media yang efektif untuk menyampaikan pesan.
Menurut Parker (Djohan, 2003:4) musik adalah produk pikiran, elemen vibrasi
atas frekuensi, bentuk, amplitudo dan durasi belum menjadi musik bagi manusia
sampai semua itu ditransformasi secara neurologis dan diinterprestasikan melalui
otak. Salah satu hal terpenting dalam sebuah musik adalah keberadaan lirik
lagunya, karena melalui lirik lagu, penyanyi lagu ingin menyampaikan pesan yang
merupakan pengekspresian dirinya terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di
dunia sekitar, dimana dia berinteraksi didalamnya. Lirik lagu dapat pula sebagai
sarana untuk sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh
karena itu, ketika sebuah lirik lagu di aransir dan diperdengarkan kepada khalayak

2
juga mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah
keyakinan, nilai-nilai, bahkan prasangka tertentu (Setianingsih, 2003:7-8).
Menurut pendapat dari Soerjono Soekanto (Rahmawati, 2000:1) bahwa musik
berkait erat dengan setting sosial kemasyarakatan dan gejala khas akibat interaksi
sosial dimana lirik lagu menjadi penunjang dalam musik tersebut dalam
menjembatani isu-isu sosial yang terjadi. Sejalan dengan pendapat Soerjono
Soekanto dalam (Rahmawati, 2000:1) yang menyatakan bahwa musik berkait erat
dengan setting sosial kemasyarakatan tempat dia berada. Musik merupakan gejala
khas yang dihasilkan akibat adanya interaksi sosial, dimana dalam interaksi
tersebut manusia menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Disinilah kedudukan
lirik sangat berperan, sehingga dengan demikian musik tidak hanya bunyi suara
belaka, karena juga menyangkut perilaku manusia sebagai individu maupun
kelompok sosial dalam wadah pergaulan hidup dengan wadah bahasa atau lirik
sebagai penunjangnya. Berdasarkan kutipan di atas, sebuah lirik lagu dapat
berkaitan erat pula dengan situasi sosial dan isu-isu sosial yang sedang
berlangsung di dalam masyarakat.
Teks lagu atau lirik lagu mengandung unsur-unsur dalam proses komunikasi
yaitu komunikator, pesan, media, komunikan dan efek. Penulis lirik dalam proses
komunikasi berperan komunikator. Sebagai komunikator, penulis lirik berusaha
menyampaikan informasi berupa pesan kepada komunikannya, yakni para
pendengar lagu itu sendiri. Lirik lagu biasanya menggunakan diksi yang unik,
bahasa yang indah, makna yang interpretatif dan merupakan ungkapan perasaan
yang sedang dihadapai oleh penulis lagu saat proses penulisan lagu berlangsung.
Pesan dalam lirik lagu merupakan hasil realitas yang dilihat atau dijumpai oleh
penulis lagu kemudian diproses, dinterpretasikan secara pribadi sesuai dengan apa
yang ia lihat dan disesuaikan dengan pola pemikiran serta pengalaman penulis
lagu tersebut yang dikemas dalam bentuk simbol-simbol pada lirik tersebut. Lirik
tersebut tentunya akan dimaknai secara interpretatif oleh pendengarnya. Saat lirik
diciptakan berdasarkan realitas dan pengalaman yang dialami oleh penulis
maupun konteks situasi sosial dan isu-isu sosial yang sedang berlangsung di
dalam masyarakat.

3
Menurut Djohan (2003 : 7-8), bahwa musik merupakan perilaku sosial yang
kompleks dan universal yang didalamnya memuat sebuah ungkapan pikiran
manusia, gagasan, dan ide-ide dari otak yang mengandung sebuah sinyal pesan
yang signifikan. Pesan atau ide yang disampaikan melalui musik atau lagu
biasanya memiliki keterkaitan dengan konteks historis. Muatan lagu tidak hanya
sebuah gagasan untuk menghibur, tetapi memiliki pesan-pesan moral atau
idealisme dan sekaligus memiliki kekuatan ekonomis.

Dalam penelitian ini akan diteliti mengenai gaya bahasa yang terkandung pada
lirik lagu ditinjau dari kajian stilistika. Penelitian ini ditinjau dari kajian stilistika
yang berkaitan dengan gaya yang meliputi konsep-konsep tentang pilihan leksikal
seperti pengunaan bahasa daerah, bahasa asing, mengenai ungkapan dan majas
serta pesan moril yang terkandung dalam lirik lagu tersebut(Nurgiyantoro dalam
Ardiani M, 2009:2).

B. Rumusan Masalah

Masalah yang dibahas dalam Analisis lagu ini adalah bagaimanakah gaya
bahasa dalam lirik lagu : a. Topole di balitung ( Syaiful Sinrang )

b. Ateu satetenna ( cover Halim )

c. di Banuanna Tau ( Badri Rahman ) serta pesan


moril ( Amanat ) yang terkandung dalam lagu
tersebut : (Kajian Stilistika)?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari Analisis ini adalah untuk menganalisis wujud gaya
bahasa dari lirik lagu : a. Topole di balitung ( Syaiful Sinrang )

b. Ateu satetenna ( cover Halim )

c. di Banuanna Tau ( Badri Rahman )

4
dengan mendeskripksikan fakta berupa liriknya dan mengidentifikasi
gaya bahasa yang sesuai.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stilistika

a. Pengertian Stilistika

Istilah stilistika berasal dari istilah stylistr'cs dalam bahasa inggris. istilah
stilistika atau stylistics terdiri dari dua kata style dan ics. Stylist adalah pengarang
atau pembicara yang baik gaya bahasanya, perancang atau ahli dalam mode. lcs
atau ika adalah ilmu, kaji, telaah. Jadi, stilistika adalah ilmu gaya atau ilmu gaya
bahasa. Gaya memang selalu dihubungkan dengan pemakaian atau penggunaan
bahasa dalam karya sastra. Ini merupakan hakikat stilistika Ini menyebabkan
stilistika merupakan ilmu gabung an atau interdisipliner. Stilistika
menggabungkan ilmu linguistik dengan ilmu sastra. Menurut Junus (1989: xvii),
hakikat stilistika adalah studi mengenai pemakaian bahasa dalam karya sastra.
Strlistika dipakai sebagai ilmu gabung. yakni linguistik dan ilmu sastra. Paling
tidak, studi stilistika dilakukan oleh seorang linguis, tetapi menaruh perhatian
terhadap sastra (atau sebaliknya). Dalam aplikasinya, seorang linguis bekerja
dengan menggunakan data pemakaian bahasa dalam karya sastra, dengan melihat
keistimewaan bahasa sastra. Dengan demikian, stilistika dapat dipahami sebagai
aplikasi teori linguistik pada pemakaian bahasa dalam sastra.

Menurut Shrpley, stilistika adalah ilmu tentang gaya (style), sedangkan style
berasal dari kata stilus (latin) yang semula berarti alat berujung mncmg yang
digunakan untuk menulis di atas bidang berlapis lilin. Bagi mereka yang dapat
menggunakan alat tersebut secara baik, disebut sebagai praktisi gaya bahasa yang
sukses, sebaliknya, bagi mereka yang tidak dapat menggunakan dengan baik,
disebut praktisi gaya yang kasar atau gagal. Benda runcing sebagai alat untuk
menulis dapat diartikan bermacam-macam. Salah satu diantaranya adalah
menggores, melukai, menembus, menusuk bidang datar sebagai alat tulisan.

6
Konotasi lain adalah ”menggores” atau "menusuk” perasaan pembaca, bahkan
juga penulis sendiri sehingga menimbulkan efek tertentu. Pada dasarnya, di
sinilah makna kata stilistika sehingga kemudian berarti gaya bahasa yang
sekaligus berfungsi sebagai penggunaan bahasa yang khas.

Dalam bidang bahasa dan sastra, stilistika dikatakan sebagai bagian dari ilmu
sastra, lebih sempit lagi, ilmu gaya bahasa dalam kaitannya dengan aspek-aspek
keindahan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gaya memiliki
beberapa ciri, yaitu (a) kekuatan, kesanggupan, gaya dalam pengertian denotatif,
misalnya gaya pegasm gaya lentur, gaya tarik bumi; (b) sikap, gerakan, seperti
dalam tingkah laku, misalnya gaya tarik, gaya hidup; (c) irama, lagu, seperti
dalam music, misalnya gaya musik Barat; (d) cara melakukan, seperti dalam
olahraga, gaya renang, gaya dada; (e) ragam, cara, seperti dalam bangunan, seperti
bagunan gaya Eropa; dan (9) cara yang khas, seperti pemakaian bahasa dalam
karya sastra, misalnya gaya inversr.

Stilistika sebagai ilmu yang multidisipliner, telah didefinisikan beragam dan


berbedaabeda oleh para ahli. Leech dan Short (1984313) menyatakan bahwa
stilistika adalah studi tentang wujud performansi kebahasaan, khususnya yang
terdapat dalam karya sastra. Analisis stilistika karya sastra lazimnya untuk
menerangkan hubungan antara bahasa dengan fungsi artistik dan maknanya.
Stilistika juga bertujuan untuk menentukan seberapa jauh dan dalam hal apa
bahasa yang digunakan dalam sastra memperlihatkan penyimpangan, dan
bagaimana pengarang menggunakan tanda-tanda linguistik untuk mencapai efek
khusus Jadi, dapat dikatakan bahwa definisi ilmu stilistika ialah sebagai berikut.

a llmu tentang gaya bahasa.

b Ilmu interdiSipliner antara linguistik dengan sastra

c.llmu tentang penerapan kaidah-kaidah linguistik dalam penelitian


gaya bahasa.

d. llmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra

7
e. llmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra
dengan mempertimbangkan aspek-aspek keindahannya
sekaligus latar belakang sosialnya.

Istilah “stilistika” diserap dari bahasa bahasa Inggris styhstzcs yang


diturunkan dari kata style yang berarti 'gaya'. Secara etimologi, istilah style atau
gaya itu sendiri menurut Shipley (1979314) dan Mikics (2007 288) berasal dari
bahasa Latin sti/us, yang berati “batang atau tangkai', menyerah pada ujung pena
yang digunakan untuk membuat tanda-tanda (tulisan) pada tanah liat yang berlapis
lilin (metode kuno dalam menulis) Jadi, secara sederhana stilistika dapat diartikan
sebagai ilmu tentang gaya bahasa.

Secara teoretis, telah banyak pakar sastra yang memberikan definisi tentang
stilistika. Beberapa di antaranya seperti diuraikan berikut ini,

Verdonk (20024) memandang stilistika, atau studi tentang gaya. sebagai


analisis ekspresi yang khas dalam bahasa untuk mendeskripsikan tujuan dan efek
tertentu. Bahasa dalam karya sastra adalah bahasa yang khas sehingga berbeda
dari bahasa dalam karya-karya nonsastra. Untuk itulah, analiSis terhadap bahasa
sastra pun membutuhkan analisis yang khusus. Dalam hal ini dibutuhkan stilistika
sebagai teori yang secara khusus menganalisis bahasa teks sastra (Mills, 1995'3)

Kutha Ratna (20099) menyatakan bahwa stilistika sebagai bagian dari ilmu
sastra, lebih sempit lagi ilmu gaya bahasa dalam kaitannya dengan aspek-aspek
keindahan. Musthafa (2008z51) berpendapat bahwa stilistika adalaah gaya bahasa
yang digunakan seseorang dalam mengekspresikan gagasan lewat tulisan.
Pengertian stilistika yang cukup komprehenSIf dan representatif seperti
dikemukakan oleh Teeuw (1984.81) dan Tuloli (2000'6), stilistika atau ilmu gaya
bahasa pada umumnya membicarakan pemakaian bahasa yang khas atau
istimewa, yang merupakan ciri khas seorang penulis, aliran sastra, atau pula
penyimpangan dari bahasa sehari-hari atau dari bahasa yang normal atau baku,
dan sebagainya. Dengan demikian, secara sederhana dapat diaimpulkan bahwa

8
stilistika (stylistics) adalah ilmu yang secara speSifik mengungkap penggunaan
gaya bahasa yang khas dalam karya sastra.

Kajian sastra dengan memanfaatkan teori stilistika hakikatnya berangkat dari


pendekatan objektif seperti yang dibicarakan oleh Abrams dalam bukunya The
Mirror and The Lamp (197618). Pendekatan objektif merupakan pendekatan
dalam kajian sastra yang menitikberatkan pada hubungan antarunsur karya sastra.
Fokus pendekatan objektif adalah karya sastra itu sendiri. Kajian stilistika
merupakan bentuk kajian yang menggunakan pendekatan objektif karena ditinjau
dari sasaran kajian stilistika merupakan kajian yang berfokus pada wu1ud
penggunaan sistem tanda dalam karya sastra (Aminuddin, 1995.52).

Penelitian stilistika penting untuk dilakukan dalam kerangka penelitian sastra


karena stilistika memungkinkan kita mengidentifikasi ciri khas teks sastra (Wellek
dan Warren, 1989226; dan Bradford, 1997zxi). Selain itu, stilistika dapat
memberikan manfaat bagi pembaca sastra, guru sastra, kritikus sastra, dan
sastrawan. Stilistika dapat membantu pembaca sastra untuk lebih memahami
selukbeluk bahasa sastra, baik dari aspek bunyi, kata, kalimat, hingga wacana
sastra. Guru sastra pun dapat memanfaatkan stilistika sebagai salah satu alternatif
metode pembelajaran sastra khususnya untuk mengajarkan pemaknaan puisi dan
aspek bahasanya Kritikus sastra dapat pula memanfaatkan stilistika sebagai salah
satu alternatif teori dalam mengkaji/mengkntik karya sastra dan sudut pandang
bahasanya Sementara bagi sastrawan sebagai penCipta karya sastra. stilistika
dapat memberikan kontnbusr pemahaman tentang ragam bahasa sastra sehingga
para sastrawan dapat lebih meningkatkan kualitas karya sastranya.

Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1998 280) stilistika kesestraan


merupakan sebuah metode analisis karya sastra yang mengkaji berbagai bentuk
dan tanda-tanda kebahasaan yang digunakan sperti yang terlihat pada struktur
laihimya. Metode analisis ini menjadi penting. karena dapat memberikan
informasr tentang karakteristik khusus sebuah karya sastra. Bahkan, menurut
WEllek dan Warren, ia dapat memberikan manfaat yang besar bagi studi sastra

9
jika dapat menentukan prisip yang mendasari kesatuan karya sastra, dan jika dapat
menemukan suatu tujuan estetika umum yang menonjol dalam sebuah karya sastra
dan keseluruhan unsurnya (Wellek dan Warren).

Melalui pendekatan stilistika dapat dijelaskan interaksi yang rumit antara


bentuk dan makna yang sering luput dan perhatian dan pengamatan para kritikus
sastra (Penuh Sudjiman, 1993 vii). Sebab. kajian stilistika dalam ssatra melihat
bagaimana unsure-unsur bahasa digunakan untuk melahirkan peasan-pesan dalam
karya sastra. Atau dengan kata lain, kajian stilistika berhubungan dengan
pengkajian pola-pola bahasa dan bagaimana bahasa digunakan dalam teks sastra
secara khas. AnaliSis bahasa yang dipolakan secara khas tersebut kita tuntut untuk
dapat menunjukkan kekompleksrtasen dan kedalaman bahasa teks sastra tersebut
dan juga menjawab bagaimana bahasa tersebut memiliki kekuatan yang
menakjubkan, kekuatan kreatihtes karyaa sastra (Cummings dan Simmons, 1986
vii)

Langkah pertama yang lazim diambil dalam analisis stalistika adalah


mengamati dewaSi-dewasi seperti pengulangan bunyi, inverse susunan kate,
susunan hierarki klausa, yang semuanya mempunyai fungsi estetis seperti
penekanan, atau membuat kejelasan atau justru kebalikannya: usaha estetis untuk
mengaburkan dan membuat makna menjadi tidak jelas (Wellek dan Waren, 1993:
226).

Untuk mengetahui cirri pembeda gaya sebuah teks dari teks lain. perlu
dilakukan penghitungan frekuensi pemunculan tanda-tanda linguistik yang
terdapat di dalamnya. Gaya kemudian “diukur” berdasarkan kadar devrasinya
terhadap bahasa yang wajar dan baku. Data kuantitatif yang diperoleh dari analisis
seperti ini dapat memberikan bukti-bukti konkret yang dapat menopang deskripsi
stilistika sebuah karya dengan cara yang lebih dapat dipertanggungjawabkan
(Nurgiatoro, 1998 283)

Stilistika adalah pendekatan kritis yang mempergunakan metode-metode dan


pengetahuan linguistik untuk mempelajari karya sastra dan non-sastra. Pendekatan

10
ini bertUjuan untuk mempelajari cara htur-iitur lmgurstik mempengaruhi makna
sebuah karya secara keseluruhan dan efek-efeknya pada pembaca.

Pada mulanya, stilistika lebih terbatas pada persoalan bahasa dalam karya
sastra. Namun dalam perkembangannya, pengertian gaya juga dilihat dalam
hubungannya di luar karya sastra Make dibedakan anatar gaya sastra dan gaya
nori sastra. Jalan pikiran yang nmenyebutkan betapa eratnya hubungan antara
bahasa sastra dapat dikemukakan sebagai benkut. Pada pennsipnya , “seni sastra'
(baca juga “seni bahasa') dapat dipandang dari dua segi kemungkinan. Pertama.
“seni sastra' dipandang sebagai bagian dari seni pada umumnya. Di sini. karya
sastra dikaji sebagi objek estetika, dengan mengkhususkan perhatiannya pada
gejala bahasa, plastik bahasa, dan penggunaan bahasa kias/malas atau bahasa
figurative (figurative language). serta sarana retorika yang lain. Jadi
pengkajiannya masuk kedalam kalian stlistika. retorika dan estetika Kedua. seni
sastra dipandang eebagar bagian dan ilmu bahasa (lrnguratiee) pada umunnya
Dalam hal ini seni eaatra dikljl dengan berdasarkan penggunaan bahasa yang khas
Jadi masuk pada lrnguatik terapan la dikau ragam bahasa yang digunakan Apa
temanya Penekanannya pada pengkajran teks sastra Landasan teorinya adalah
konveneikonvenai atauu konsepsi-konsepsi sastra atau bahasa.

b. Sajarah Stilistlka

Stilistika telah mulai dikenal pada masyarakat dl Barat dan Indonesia Sepak
zaman Plato (427-317 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). sesungguhnya telah
ada killln linguistik tentang proses proaktif dalam kesusastraan. Zaman Plato dan
Anetotelea mungkin terlalu Jauh dari zaman kita. Pada 1916 telah terbit sebuah
kata haail kenaaama sastrawan dan bahasa berakhiran Formalrsme Rusia dengan
buku yang berjudul. The Study in Theory of Purtics Language. Pada tahun 1923,
Roman Jakobaan menulis tentang pursr Ceko yang menerapkan kritena semantik
modern dalam pengkajran struktur dan pola puisr. Pada 1957, Chomsky membuka
pandangan baru dalam lrngurstrk dalam penerbitan bukunya Syntactic Stmoturee.
Keauaaatraan merasakan dampak pandangan baru rtu.

11
Pada awalnya. sastrawan dan kntrkus sastra memfungsrkan manfaat
pengkajran linguistik terhadap karya sastra Berbagai anggapan pengkapan
demikian akan merusak keindahan seni karya sastra itu Semakin lama semakrn
drsadan bahwa pendekatan lrngurstlk merupakan salah satu pendekatan yang
dapat ditempuh untuk menemukan makna karya sastra. Analisrs strlrstika
berupaya mengganti subjektif dan impresionisme yang digunakan kntrkus sastra
sebagai pedoman dalam mengkaji karya sastra dengan suatu pengkajran yang
relatrf lebih obyektif dan ilmiah

Pada 1980. persatuan Lingurstrk Malaysia mengadakan seminar bahasa dan


aaatra Pada 1982. makalahnya dibukukan dengan Judul Stilistrka Simposrum
Keindahan Bahasa yang disunting oleh Prof. Fand Onn. Penyumbang makalah
adalah Prof Fand Onn. Dr Nik Sanah Karim. Awang Sariyah, Dr Mangantar
Simanjuntak, Dr Dahnil Adnanl, Abdul Rahman Napiah, Hashim Awang, Prof.
Kamal Hasan. dan Lutfi Abas Pada 1985. jurusan Linguistik. Jabatan pengkajian
Melayu, Universiti Melayu telah mengadakan satu langkah yang dinamakan
Bengkel Stilistik. Dalam bengkel ini, beberapa makalah membahas aspek strlistika
atau gaya bahasa. Makalah makalah telah diterbitkan dengan judul Stilisiik:
Pendekatan dan Penerapan Pada 1989. Yunus menerbitkan bukunya berjudul
Stilistiic Satu Pengantar yang diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka,
Kementrian.

Pendidikan Malaysia, Kuala Lumpur. Di dalamnya dibahas tentang. (1)


Berbagai pemahaman tentang gaya. (2) Gaya sebagai Mekanisme Stilistik dan
sebagai tanda. Buku ini merupakan hasil pergelutan selama 30 tahun semenjak ia
berkenalan dengan istilah stilistik Sejak itu, ia selalu berdialog dengan persoalan
stilistika.

Di indonesia. stilistika juga mengalami sejarah dan perkembangan. Pada


tahun 1956, Slamet Mulyana menerbitkan buku Peristiwa Bahasa dan Peristiwa
Budaya. penerbit Ganaco, Bandung. Buku ini berisi sekalar pemandangan tentang
Poesr juga biasa disebut Purtika. Pandangan Puitika tidak terlepas dari persoalan

12
poetika pada hakikatnya adalah persoalan filsafat. Dengan demikian, peristiwa
sastra dihubungkan dengan peristiwa Bahasa Indonesia. Hal ini ada hubungannya
dengan pengajaran bahasa Kekurangan penyelidikan bahasa dan sastra Indonesia
terasa sekali oleh pengajar di sekolah, yaitu Sifat pembelajaran tidak lagi
merupakan perluasan. tetapi pendalaman. Bahasa lndonesia merupakan salah satu
fenomena yang berhubungan adat dengan manusia Indonesia. Slamat Mulyana
mendefinisikan stilistika adalah pengetahuan tentang kata yang berjiwa.

Istilah stilistika kemudian dikembangkan oleh Jassin. la menguraikan bahwa


ilmu bahasa yang menyelidiki gaya bahasa disebut stilistika atau ilmu gaya biasa
orang menyebut gaya bahasa apa yang disebut Stijl dalam bahasa Belanda, Style
dalam bahasa lngggris dan Perancis, Sti'l dalam bahasa Jerman. Jassin selanjutnya
mengemukakan bahwa kata gaya bahasa bermakna cara menggunakan bahasa. Di
dalamnya tercakup gaya bercerita. Biasanya orang jika berbicara tentang sti!
seseorang pengarang yang dimaksud bukan saja gayanya dalam mempergunakan
bahasa. melainkan juga gayanya bercerita. Seorang stilistikus atau ahli gaya
bahasa menjawab pertanyaan mengapa seorang pembicara atau pengarang
menyatakan pikiran dan perasaan seperti yang dilakukan dan tidak dalam bentuk
lain, atau bagaimana keharmonisan gabungan isi dan bentuk.

Pada 1982, Sudjiman membuat Diktat Mata Kuliah Stilistika. Program S1.
Universrtas lndonesia. Kemudian Ia menerbitkan buku Bunga Rampai Stilistika.
Gianti. Jakarta 1993. istilah stilistika sejak 1980-an ini mulai dikenal di dunia
Pengetahuan Tinggi sebab telah menjadi satu disiplin ilmu. Hal ini
dilatarbelakangi oleh kenyataan selama ini bahwa dalam usaha memahami karya
sastra para kritikus sastra menggunakan pendekatan intrinsik dan ekstrisik, bahkan
ada yang menggunakan beberapa pendekatan sekaligus. Semua itu ada hukum
untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang alasan pengarang
menciptakan karya tertulis. gagasan yang hendak disampaikan ataupun hal-hal
yang mempengaruhi cara penyampaiannya semua itu dilakukan untuk merebut
makna yang terkandung dalam karya sastra serta menikmati keindahannya.
Karena medium yang digunakan oleh pengarang adalah bahasa. pengantar bahasa

13
pasti akan mengungkapkan hal-hal yang membantu kita menafsirkan makna suatu
karya sastra atau bagian-bagiannya untuk selanjutnya memahami dan
menikmatinya. Pengkajian ini disebut pengkajian stilistika. Dalam pengkajian ini
tampak relevansi lingutstik atau ilmu bahasa terhadap studi sastra. Dengan
stilistika. dapat dijelaskan interaksi yang rumit antara bentuk dan makna yang
sering luput dari perhatian dan pengamatan para kritikus sastra

Pada tahun 1986. Natawidjaja menerbitkan buku Apresiasi Stilistika,


lntermasa, Yogyakarta. Dalam buku ini diuraikan penggunaan bahasa suatu karya
sastra melalui aspek bahasa, misalnya peribahasa, ungkapan, dan gaya bahasa
dalam karya sastra. Buku ini sangat bermanfaat bagi siswa SMA dan mahasiswa
yang ingin meningkatkan pemahaman mengenai stilistika bahasa Indonesia. Di
Universitas Gadjah Mada, penelitian skripsi sarjana juga membahas masalah

Stilistika Hal ini sudah dilaksanakan sejak 1958 sampai dengan sekarang ini,
misalnya Budi S telah membuat skripsi tentang “Bahasa Danarto dalam Godlob
Kajian Stiliatika Cerpen-cerpen Danarto'. 1990. ia mamben penekanan analisis
terhadap kosakata. majas (bahasa kiasan). sarana retorika, struktur sintesis.
interaksi bahasa dan humor dari mantra (Puleh. 1994 X). Pada 1993. Lukman
Hakim membahas atilistika judul makalahnya "Tinjauan Stiiistiks terhadap
Robohnya Surau Kami”. (AA Nawa). la membahas cerita pendek ini dari sisi gaya
bahasalstii. pengarangnya terutama yang berhubungan dengan (1) struktur kalimat
yang dihubungkan dengan gaya bercerita; dan (2) pemilihan leksikal yang
dikaitkan dengan pemakaian majas (Depdikbud. 1993 28-38, Bahasa dan Sastra. x
4).

Pada 1995. Aminuddin menerbitkan bukunya Stilistika Pengantar Memahami


Bahasa dalam Karya Sastra. IKIP Semarang Press. Semarang Kajian stilistika
dalam buku ini terdiri dari enam bab Bab 1 mengenai Pengertian Gaya dalam
Perspektif Kesejarahan. Bab 2 mengenai Studi Stilistika dalam Konteks Kajian
Sastra. Bab 3 Bentuk Ekspresi sebagai Pangkal Kajian Stilistika. Bab 4 Aspek
Bunyi dalam Teks Sastra. Bab 5 Bentuk Simbolik dalam Karya Sastra. dan Bab 6

14
Bentuk Bahasa Kiss dalam Karya Sastra Pada 2003, Tirto Suwondo membahas
cerpen dengan pandangan stilistika, judul makalahnya "Cerpen Dinding Waktu.
karya Danano. Studi Stilistika“ dimuat dalam bukunya Studi Sastra Beberapa
AItematif. Hanindita. Yogyakarta. 2003. Suwondo berkesimpulan bahwa cerpen
dinding waktu karya Danarto kaya akan gaya bahasa, baik gaya bahasa
berdasarkan struktur kata dan kalimat maupun berdasarkan langsung atau tidaknya
makna. Dengan demikian, hingga saat sekarang ini. stilistika sudah berkembang
dengan pesat.

c. Objek Kajian Stilistlka

Stilistika mempakan ilmu yang mengkaji penggunaan bahasa-bahasa yang


bergaya dalam karya astra. Dalam hal mengkaji bahasa-bahasa yang bergaya
tersebut. terdapat berbagai aspek yang dapat dikaji oleh stilistika, mulai dari
intonasi, bunyi. kata. dan kalimat sehingga lahirlah gaya intonasi, gaya bunyi.
gaya kata. dan gaya kalimat.

Ranah penelitian stilistika biasanya dibatasi pada teks tertentu. Pengkajian


stillstika adalah meneliti gaya sebuah teks sastra secara rinci dengan sistematis
memperhatikan preferensi penggunaan kata, struktur bahasa. mengamati
antarhubungan pilihan kata untuk mengidentifikasikan ciri-ciri sulistika (stiiistic
features) yang membedakan pengarang (sastrawan) karya. tradisi. atau periode
lainnya. Ciri ini dapat bersifat fonologi (pola bunyi bahasa. mantra dan rima).
sintaksis (tipe struktur kalimat). leksikal (diksi. frekuensi penggunaan kelas kata
tertentu) atau retoris (majas dan citraan). Apresiasi stiiistika merupakan usaha
memahami. menghayati. dan mengaplikasi gaya agar melahirkan efek artistik.
Efekefak tersebut akan tampak pada ekspresi individual pengarang. Adapun objek
kajian atiiistika yaitu pribahasa. ungkapan. aspek kalimat, gaya bahasa. plastik
bahasa, dan kalimat asosiatif (Natawidjaya. 19865).

d.Tujuan Stilistika

Stilistika dapat ditujukan terhadap berbagai penggunaan bahasa, tidak terbatas


pada sastra. Namun, biasanya stilistika lebih sering dikaitkan dengan bahasa

15
sastra. Tedapat berbagai tujuan stilistika, yaitu sebagai berikut. Pertama,
menerangkan hubungan antara bahasa dengan fungsi artistik dan maknanya.
Kedua, menentukan dan memperlihatkan penggunaan bahasa sastrawan. khusus
penyimpangan dan penggunaan linguistik untuk memperoleh efek khusus. Ketiga,
menjawab pertanyaan mengapa sastrawan mengekspresikan dirinya justru
memilih cara khusus? Bagaimanakah efek estetis yang dapat dicapai melalui
bahasa? Apakah pemilihan bentuk-bentuk bahasa tertentu dapat menimbulkan
efek estetis? Apakah fungsi penggunaan bentuk tertentu mendukung tujuan
estetis? Keempat, mengganti kritik sastra yang bersifat subyektif dan impresif
dengan analisis. Stil wacana sastra yang lebih obyektif dan ilmiah. Kelima,
menggambarkan karakteristik khusus sebuah karya sastra. Keenam, mengkaji
pelbagai bentuk gaya bahasa yang digunakan oleh sastrawan dalam karyanya.

f. Manfaat Stilistika

Berbagai manfaat diperoleh dari stilistika bagi pembaca sastra, guru sastra,
kritikus sastra, dan sastrawan. Manfaat menelaah stilistika ialah sebagai berikut. a.
Mendapatkan atau membuktikan ciri-ciri keindahan bahasa yang universal dari
segi bahasa dalam karya sastra lebih. b. Menerangkan secara baik keindahan
sastra dengan menunjukkan keselarasan penggunaan ciri-ciri keindahan bahasa
dalam karya sastra. c. Membimbing pembaca menikmati karya sastra dengan baik.
d. Membimbing sastrawan memperbaiki atau meninggikan mutu karya sastranya.
e. Kemampuan membedakan bahasa yang digunakan dalam satu karya sastra
dengan karya sastra yang lain.

B. GAYA BAHASA

a. Pengertian Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah pernyataan dengan pola tertentu sehingga mem punyai
efek tersendiri terhadap pemerhati. Dengan pola materi, akan menimbukan efek
lahiriah (efek bentuk). sedangkan dengan pola arti (pola makna) akan

16
menimbulkan efek rohaniah. Terdapat berbagai jenis gaya bahasa. Jeniejenis
tersebut dikelompokkan dalam empat kelompok besar, yaitu gaya bahasa
perbandingan, pertentangan, pertautan, dan perulanga

Majas adalah gaya bahasa yang digunakan penulis untuk menyampaikan


sebuah pesan secara imajinatif dan kias. Hal ini bertujuan membuat pembaca
mendapat efek tertentu dari gaya bahasa tersebut yang cenderung ke arah
emosional. Biasanya, majas bersifat tidak sebenarnya alias kias ataupun konotasi.

b. Macam-macam Majas

Mengenai macam-macamnya, majas dapat dibagi menjadi empat kelompok


besar, yaitu majas perbandingan, pertentangan, sindiran, dan penegasan. Berikut
ini ulasannya.

1. Majas Perbandingan

Jenis majas ini merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk


menyandingkan atau membandingkan suatu objek dengan objek lain melalui
proses penyamaan, pelebihan, ataupun penggantian. Dalam majas perbandingan,
teman-teman akan menjumpai beberapa subjenisnya.

a. Personifikasi

Gaya bahasa ini seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap
layaknya manusia.

Contoh Majas: Daun kelapa tersebut seakan melambai kepadaku dan


mengajakku untuk segera bermain di pantai.

b. Metafora

Yaitu meletakkan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin
disampaikan dalam bentuk ungkapan.

17
Contoh: Pegawai tersebut merupakan tangan kanan dari komisaris
perusahaan tersebut. Tangan kanan merupakan ungkapan bagi orang
yang setia dan dipercaya.

c. Asosiasi

Yaitu membandingkan dua objek yang berbeda, namun dianggap sama dengan
pemberian kata sambung bagaikan, bak, ataupun seperti.

Contoh: Kakak beradik itu bagaikan pinang dibelah dua. Artinya, keduanya
memiliki wajah yang sangat mirip.

d. Hiperbola

Yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan hampir tidak


masuk akal.

Contoh: Orang tuanya memeras keringat agar anak tersebut dapat terus
bersekolah. Memeras keringat artinya bekerja dengan keras.

e. Eufemisme

Gaya bahasa yang mengganti kata-kata yang dianggap kurang baik dengan
padanan yang lebih halus.

Contoh: Tiap universitas dan perusahaan sekarang diwajibkan menerima


difabel. Difabel menggantikan frasa “orang cacat”.

f. Metonimia

Yaitu menyandingkan merek atau istilah sesuatu untuk merujuk pada pada
benda umum.

Contoh: Supaya haus cepat hilang, lebih baik minum Aqua. Aqua di sini
merujuk pada air mineral.

g. Simile

18
Hampir sama dengan asosiasi yang menggunakan kata hubungan bak,
bagaikan, ataupun seperti; hanya saja simile bukan membandingkan dua objek
yang berbeda, melainkan menyandingkan sebuah kegiatan dengan ungkapan

Contoh: Kelakuannya bagaikan anak ayam kehilangan induknya.

h. Alegori

Yaitu enyandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan.

Contoh: Suami adalah nakhoda dalam mengarungi kehidupan berumah tangga.


Nakhoda yang dimaksud berarti pemimpin keluarga.

i. Sinekdok

Gaya bahasa terbagi menjadi dua bagian, yaitu sinekdok pars pro toto dan
sinekdok totem pro parte. Sinekdok pars pro toto merupakan gaya bahasa yang
menyebutkan sebagian unsur untuk menampilkan keseluruhan sebuah benda.
Sementara itu, sinekdok totem pro parte adalah kebalikannya, yakni gaya bahasa
yang menampilkan keseluruhan untuk merujuk pada sebagian benda atau situasi.

Contoh:Pars pro Toto: Hingga bel berbunyi, batang hidung Reni belum juga
kelihatan.

j. Simbolik

Gaya bahasa yang membandingkan manusia dengan sikap makhluk hidup


lainnya dalam ungkapan.

Contoh: Perempuan itu memang jinak-jinak merpati.

2. Majas Pertentangan

Majas pertentangan merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kias


yang bertentangan dengan maksud asli yang penulis curahkan dalam kalimat
tersebut. Jenis ini dapat dibagi menjadi beberapa subjenis, yakni sebagai berikut.

19
a.Litotes

Berkebalikan dengan hiperbola yang lebih ke arah perbandingan, litotes


merupakan ungkapan untuk merendahkan diri, meskipun kenyataan yang
sebenarnya adalah yang sebaliknya.

Contoh: Selamat datang ke gubuk kami ini. Gubuk memiliki artian sebagai
rumah.

b. Paradoks

Yaitu membandingkan situasi asli atau fakta dengan situasi yang


berkebalikannya.

Contoh: Di tengah ramainya pesta tahun baru, aku merasa kesepian.

c. Antitesis

Yaitu memadukan pasangan kata yang artinya bertentangan.

Contoh: Film tersebut disukai oleh tua-muda.

d. Kontradiksi Interminis

Gaya bahasa yang menyangkal ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya.


Biasanya diikuti dengan konjungsi, seperti kecuali atau hanya saja.

Contoh: Semua masyarakat semakin sejahtera, kecuali mereka yang berada di


perbatasan.

3. Majas Sindiran

Majas sindiran merupakan kata-kata kias yang memang


tujuannya untuk menyindir seseorang ataupun perilaku dan
kondisi. Jenis ini terbagi menjadi tiga subjenis, yaitu sebagai
berikut.

20
a. Ironi

Yaitu menggunakan kata-kata yang bertentangan dengan fakta yang


ada.

Contoh: Rapi sekali kamarmu sampai sulit untuk mencari bagian kasur
yang bisa ditiduri.

b. Sinisme

Yaitu menyampaikan sindiran secara langsung.

Contoh: Suaramu keras sekali sampai telingaku berdenging dan sakit.

c.Sarkasme

Yaitu menyampaikan sindiran secara kasar.

Contoh: Kamu hanya sampah masyarakat tahu!

4. Majas Penegasan

Majas penegasan merupakan jenis gaya bahasa yang bertujuan meningkatkan


pengaruh kepada pembacanya agar menyetujui sebuah ujaran ataupun kejadian.
Jenis ini dapat dibagi menjadi tujuh subjenis, yaitu sebagai berikut.

a. Pleonasme

Yaitu menggunakan kata-kata yang bermakna sama sehingga terkesan


tidak efektif, namun memang sengaja untuk menegaskan suatu hal.

Contoh: Ia masuk ke dalam ruangan tersebut dengan wajah semringah.

b. Repetisi

Gaya bahasa ini mengulang kata-kata dalam sebuah kalimat.

Contoh: Dia pelakunya, dia pencurinya, dia yang mengambil kalungku.

21
c. Retorika

Yaitu memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya yang


tidak perlu dijawab

Contoh: Kapan pernah terjadi harga barang kebutuhan pokok turun pada
saat menjelang hari raya?

d. Klimaks

Yaitu mengurutkan sesuatu dari tingkatan rendah ke tinggi.

Contoh: Bayi, anak kecil, remaja, orang dewasa, hingga orang tua
seharusnya memiliki asuransi kesehatan.

e. Antiklimaks

Berkebalikan dengan klimaks, gaya bahasa untuk antiklimaks


menegaskan sesuatu dengan mengurutkan suatu tingkatan dari tinggi ke
rendah.

Contoh: Masyarakat perkotaan, perdesaan, hingga yang tinggi di dusun


seharusnya sadar akan kearifan lokalnya masing-masing.

f. Pararelisme

Gaya bahasa ini biasa terdapat dalam puisi, yakni mengulang-ulang


sebuah kata dalam berbagai definisi yang berbeda. Jika pengulangannya
ada di awal, disebut sebagai anafora. Namun, jika kata yang diulang ada
di bagian akhir kalimat, disebut sebagai epifora.

Contoh majas: Kasih itu sabar.

Kasih itu lemah lembut.

Kasih itu memaafkan.

22
g. Tautologi

Yaitu menggunakan kata-kata bersinonim untuk menegaskan sebuah


kondisi atau ujaran.

Contoh: Hidup akan terasa tenteram, damai, dan bahagia jika semua
anggota keluarga saling menyayangi.

C. Pesan Moril

Pengertian amanat adalah sebuah pesan moral dalam sebuah cerita


atau karya lainnya yang ingin disampaikan oleh si penulis atau pengarang
kepada para pembacanya. Untuk itu, amanat sering juga disebut dengan
pesan, pesan moral dari pengarang untuk pembaca. Pesan moral ini
umumnya berupa nilai-nilai baik yang bisa dijadikan teladan atau contoh
bagi para pembaca. Pada umumnya, pesan atau amanat ini dapat
ditelusuri lewat percakapan dari para tokoh dalam cerita tersebut.
Menurut Waluyo (2006:29), jika tema memiliki kaitan dengan arti, maka
sebuah amanat itu memiliki kaitannya dengan makna. Kemudian jika
tema memiliki sifat yang sangat lugas, khusus dan objektif, maka amanat
itu memiliki sifat kias, umum, dan subjektif.

a. Macam-maacam Amanat

Dalam sebuah karya tulisan yang dibuat, amanat atau pesan


yang ingin disampaikan oleh pengarang tersebut pada dasarnya
tidak selalu jelas (tersurat), akan tetapi juga bisa bersifat
tersembunyi (tersirat).

Untuk itu, dalam hal ini ada 2 macam amanat yang perlu kita
ketahui yaitu amanat tersurat dan amanat tersirat. Atau dalam

23
istilah lain, amanat atau pesan ini dapat disampaikan secara
implisit ataupun secara eksplisit.

Pengertian amanat tersurat sendiri adalah amanat atau pesan


yang secara jelas atau eksplisit dijabarkan melalui kata-kata
dalam sebuah tulisan.

Sedangkan pengertian amanat tersirat sendiri adalah


kebalikan dari amanat tersurat yaitu amanat atau pesan yang
dengan sengaja tidak dijabarkan secara tertulis dalam sebuah
karya, akan tetapi pesan ini bisa diketahui oleh pembaca dari alur
cerita yang ada dalam tulisan tersebut. Jadi, amanat tersirat ini
bersifat implisit atau tersembunyi namun tetap bisa diketahui dari
jalan ceritanya.

b. Ciri-ciri Amanat

Untuk mengetahui dan menentukan sebuah amanat atau


pesan, ada beberapa ciri amanat yang bisa kamu perhatikan. Ciri-
ciri amanat ini diantaranya adalah biasanya terdapat di akhir
cerita dimana pengarang ingin menyampaikan pesan moral
melalui tingkah laku dari tokoh.

Atau ciri-ciri amanat ini juga bisa diketahui secara eksplisit


atau jelas yang biasanya berupa seruan, nasehat, peringatan,
saran, anjuran, ataupun larangan yang berkaitan dengan ide
utama cerita.

24
D. Lagu Mandar

Sebagai sebuah etnis dan entitas, Mandar memiliki begitu banyak


kekayaan budaya yang agung nan luhur (Jubariah dkk, 2006: 8). Salah satu
kekayaan budaya yang dimiliki masyarakat Mandar adalah seni musik.
Masyarakat Mandar mengenal beberapa musik yang masing-masing
memiliki ciri dalam keanekaragaman bentuk dan jenis unsur pembangun
misalnya, elong (nyanyian rakyat).

Elong adalah lagu, sedang yang dimaksud dengan elong Mandar adalah
lagu yang syairnya berbahasa Mandar, dalam bahasa setempat disebut
ayangang Mandar. Elong merupakan salah satu curahan suka maupun duka
untuk menghibur, mendidik, nasehat, kritik, dan penguat hati. Elong
Mandar dapat dikelompokkan dalam dua jenis. Pertama, yang tradisional,
kedua yang kreasi baru. Lagu Mandar tradisional adalah lagu yang syairnya
berbahasa Mandar dalam bentuk kalindaqdaq dengan irama yang khas.
Jadi, elong dengan lirik kalindaqdaq sebagai bagian dari puisi rakyat
Mandar dapat dikategorikan sebagai musik puisi atau musikalisasi puisi.

Berdasarkan asumsi di atas, secara tidak langsung terjadi


pengklasifikasian tunggal antara kalindaqdaq dengan elong yang secara
struktur hanya dibedakan oleh tempat dan cara penyampaiannya yaitu,
kalindaqdaq dideklamasikan layaknya puisi pada umumnya, sedangkan
elong dilantunkan sebagai lagu.

Pencipta Elong tradisional biasanya tidak dikenal atau bersifat anonim.


Lirik lagu dapat diganti-ganti sesuai maksud tujuan dan keinginan penyanyi
atau situasi yang ingin dilukiskan. Pada umumnya bercirikan dalam bentuk
senandung, bersifat halus, lembut, membuai, dan bersifat lisan saja (Yasil,
2004:158).

25
Elong banyak digunakan atau didengar pada waktu ibu atau nenek
sedang membelai menidurkan anak atau cucunya. Elong memang adalah
sarana pendidikan sejak kecil. Selain itu, kelembutan elong juga kerap
terdengar bila seorang pemuda sedang rindu maupun jatuh hati. Biasanya,
senandung lagu tradisional Mandar dinyanyikan saat bulan sedang purnama
yang maknanya sangat khusus dan bersifat pribadi.

Menurut (deskripsi Nooteboom C, 1912 dalam bahasa Belanda: Nota


van Toelichting Betreffende het Landschap Balangnipa. Dalam Saiful
Sinrang) Apabila seorang Mandar jatuh cinta, yang biasanya berulang kali
terjadi, maka sulingnya melagukan melodi-melodi minor yang sangat sedih.
Menyanyi banyak juga dilakukan di dalam rumah-rumah ladang, tetapi
kebanyakan dalam bentuk nyanyian sedih percintaan, yang mengandung
harapan agar cintanya dapat terbalas oleh sang kekasih (Yasil, 2004:130).

Umumnya, lagu tradisional Mandar apabila dinyanyikan selalu diiringi


dengan alat-alat tradisional pula. Misalnya, kacaping atau kecapi, sattung,
keke, gesoq, jarumbing, ganrang, gong, tawaq-tawaq, calong, rawana,
katto-kattoq, gongga, dan suling.

Selanjutnya, lagu Mandar kreasi baru adalah lagu yang syairnya bahasa
Mandar dan dalam bentuk kalindaqdaq juga hanya dengan irama modern
seperti dangdut, jazz, kalipso dan irama lagu-lagu populer umumnya. Lagu
Mandar kreasi baru penciptanya jelas. Makna dan susunan melodinya
mengikuti pola musik modern, sehingga kualitasnya lebih memadai
dibandingkan dengan lagu Mandar tradisional.

Kendati lagu Mandar kreasi bisa dikatakan modern, tetapi lirik syairnya
masih kerap menggunakan syair kalindaqdaq, walau cenderung sedikit bila
dibandingkan hasil kreativitas penciptanya. Dibandingkan seni vokal
modern yang mempunyai reffrein, seni vokal tradisional Mandar tidaklah
demik

26
BAB III

HASIL PENELITIAN

1. Data 1

Lagu : “ Inna dzuapa disanga ”

Penyanyi : Nadi Baraka

Inna dzuapa disanga

Maposara batammu

Maomo’ titappa langi’ di lambai toi

Loppus pai cinnau anna lele cinnau

Matawar pai golla anna pinra nyawau

I’o dra mi tu’u kandi’ na mattimba pikkirri

Elo’cinnna u di batammu kandi’

Apa iya u tu’u ta’lalo mecinna o

Sukku pa’mai’u di ate paccinnamu

Runnus pa ateu anna runnus adi i’o

Loppus pai nyawau anna lele cinnau

Matawar pai golla anna pinra nyawau

27
a. Gaya Bahasa yang terdapat dalam lirik lagu

-. Hiperbola ( Majas perbandingan )

Yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan


hampir tidak masuk akal.

 Maomo’ titappa langi’ di lambai toi ( Meskipun


berada di ujung dunia akan ku temui juga )

 Matawar pai golla anna pinra nyawau ( jika gula rasanya


tawar barulah perasaanku akan berubah )

- Pleonasme ( Majas penegasan )

Yaitu menggunakan kata-kata yang bermakna sama sehingga


terkesan tidak efektif, namun memang sengaja untuk menegaskan
suatu hal.

 I’odrami tu’u kandi’na mattimba pikirri ( saya serahkan ke


kamu untuk menimbang memikirkan ).

b. Pesan Amanat yang terkandung dalam lirik lagu topole di balitung

Pesan amanat yang terdapat dalam lagu ini adalah,seseorang laki-


laki yang terkesan sedang berusaha untuk mendapatkan seorang
wanita pujaan hatinya,dan apapun yang terjadi,sampai kapan pun rasa
cinta kepada wanita itu akan tetap sama kecuali dia sudah meninggal.

2. Data 2

28
Lagu : “ di banuanna tau“

Penyanyi : Badri rahman

Upelei mo lamba

Di banuanna tau

Ra’da’ tamai wainna matau

Kandi’ le’mai’ ma’ iyau di banuanna tau

I’dao tu’u butturi pa’mai’u

2x

Di banuanna mo tau salili uala ande

Ma’ingarangi batanna alaweu

Andiang tongamma masae di banuanna tau

Anna upole mambawa salili’ u

a. Gaya Bahasa

1.Majas Metonimia ( Majas perbandingan ) yaitu,


menyandingkan merek atau istilah sesuatu untuk merujuk
pada benda umum.

 di Banuanna mo Tau salili uala ande ( di


kampungnya Orang rindu yang kujadikan makanan) bait ke
dua larik pertama

29
2. Majas Tautologi (Majas Penegasan )
Yaitu,menggunakan kata-kata bersinonim
untuk menegaskan sebuah kondisi atau ujaran.

 Ma’ingarangi batanna alaweu ( mengingat diriku ) bait ke


dua larik ke dua

 Andiang tongamma masae di banuanna tau ( yang


sudah tidak lama lagi di kampungnya orang ) bait ke 2
larik ke tiga

 Anna upole mambawa salili’ u ( datang dengan


membawa rasa rindu ) bait ke dua larik ke tiga.

b. Amanat

Pesan yang ingin di sampaikan lagu di Banuanna Tau yaitu


seseorang yang sedang ada di perantauan,dan sangat merindukan
orang yang di cintainya,dan selalu ingin kembali ke kampung
halamannya

30
3. Data 3

Lagu : “ Ateu satetenna“

Penyanyi/Group : cover halim

Oh bulang

Bale talle mo’ mai

Meirrangi sussana nyawau lao di mesa tau

Oh kandi’tomala’bi’u

tenna mala Mesa perau’u

bawanganna batanna di olo u

sawa’ Sangga iya mo uhara’ na situngguang lino

Iya ateu satetenna

Iya mo dinyawau

Ussenga’ simata usalili

Di allo bongi

Unia’ di lalang ate

Sangga’sa’bar papetandona puang

a. Gaya Bahasa

.- Personifikasi ( Majas perbandingan )

Gaya bahasa ini seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap
layaknya manusia.

 Oh bulang ( oh bulan ) bait pertama larik pertama

 Bale talle mo’ mai ( datanglah kepadaku )

 Meirrangi sussana nyawau lao di mesa tau ( mendengarkan gelisahnya


hatiku kepada seseorang.

31
- Retorika ( Majas penegasan )

Yaitu memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya yang tidak perlu
dijawab.

 Tenna mala mesa perau’u ( andaikan bisa satu permintaanku )

b.Amanat

Amanat yang yang terdapat dalam lagu ini adalah,tentang seseorang yang
berharap ada yang mengerti apa yang dirasakannya,dan telah di niatkan dalam hati,karena
hanya bisa bersabar atas apa yang di takdirkan oleh Allah.

32
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada ke tiga lirik lagu
tersebut menggunakan beberapa gaya bahasa yaitu :

Data 1 : Lagu “ Inna dzuapa disanga ”,Penyanyi : Nadi Baraka dalam


lirik lagu ini menggunnakan majas Hiperbola ( Majas perbandingan ) dan Majas
Pleonasme ( Majas penegasan ) pesan-pesan yang ingin di sampaikan pada lirik lagu
tersebut adalah seseorang laki-laki yang terkesan sedang berusaha untuk
mendapatkan seorang wanita pujaan hatinya,dan apapun yang terjadi,sampai
kapan pun rasa cinta kepada wanita itu akan tetap sama kecuali dia sudah
meninggal. Data 2 : Lagu “ di banuanna tau“ ,Penyanyi : Badri rahman
dalam lirik lagu ini menggunnakan majas metononimia ( majas perbandingan)
dan majas tautologi ( majas penegasan ). Pesan-pesaan yang ingin di
sampaikan pada lagu tersebut yaitu,seseorang yang sedang ada di
perantauan,dan sangat merindukan orang yang di cintainya,dan selalu ingin
kembali ke kampung halamannya Data 3 :Lagu “ Ateu satetenna“,
Penyanyi/Group : cover halim dalam lirik lagu ini menggunnakan Personifikasi (
Majas perbandingan ) dan Retorika ( majas penegasan ). Pesan-pesan yang ingin d
sampaikan pada lirik lagu tersebut adalah tentang seseorang yang berharap ada yang
mengerti apa yang dirasakannya,dan telah di niatkan dalam hati,karena hanya bisa
bersabar atas apa yang di takdirkan oleh Allah..

33
DAFTAR PUSTAKA

Yunus,Nur Hafsah.2018.Kajian Stilistika.

Syaifuddin.september 2014.Musik,Mandar,Modern dan Tradisional.

http://campalagian01.blogspot.sg/2014/09/musik-mandar-modern-dan-
tradisional.html?m=1 27 Mei 2018

Sulobassi. september 2015.Lagu topole dibalitung.Rabu,


http://sulobassi.blogspot.sg/2015/09/tafsir-lagu-to-pole-dibalitung.html?m=1. 27
mei 2018.

Meky. Rabu 16 november 2011.Proposal Penelitian.

http://meky-anak-ranau.blogspot.sg/2011/11/proposal-penelitian-gaya-bahasa-
dalam.html?m=1. 26 mei 2018

Rocket manejemen.23 may 2018.Definisi Amanat.

http://rocketmanajemen.com/definisi-amanat/astupdate on 23 may 2018. 26 mei


2018.

Anda mungkin juga menyukai