Anda di halaman 1dari 8

USLUB AL-QASHR

Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Balaghoh Al-Quran
Dosen Pengampu: Muhammad Misbah, Lc., MA

Oleh :
1. Zakiyatun Nufus (1530110019)
2. Chanifatur Rofiah (1530110022)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS

JURUSAN USHULUDDIN

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa lambang suara yang dihasilkan
oleh mulut manusia. Yang mana melalui bahasa manusia bisa saling mengungkapkan,
memahami, dan menerima apa yang disampaikan antara satu orang dengan orang lain.
Dalam berkomunikasi manusia membutuhkan makna pada saat berkomunikasi,
diantara cara pengungkapan makna tersebut juga melalui bahasa. Tentunya dalam
menguasai bahasa tersebut harus adanya penguasaan melalui tata bahasa dan juga
ilmu bahasa.
Sebagai umat islam, memahami bahasa Islam merupakan suatu hal yang
penting. Terutama bahasa Arab, karena dengan memahami bahasa Arab kita bisa
memahami makna dalam al-Quran terutama dalam pembahasaannya yang sangat
indah.
Diantara ilmu bahasa Arab yang perlu dipelajari adalah Al-Ma’ani yang
merupakan cabang dari ilmu balaghoh yang didalamnya terdapat ilmu qashr. Untuk
itu, dalam makalah ini akan dijelaskan tentang hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah
diantaranya:
1. Apa pengertian Al-Qashr?
2. Apa saja unsur-unsur Al-Qashr ?
3. Apa saja pembagian dari Al-Qashr?
4. Apa saja alat yang digunakan untuk menyusun Al-Qashr?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Qashr
Secara etimologis qashr adalah ‫ الحسب‬yang artinya terpenjara. Sedangkan
secara terminologis qashr adalah pengkhususan suatu perkara lain dengan cara yang
khusus.1
‫تحصيص امر مطلقا بامر * هو الذي يدعونه بالقصر‬
Qashr ialah menentukan sesuatu perkara bagi suatu perkara lainnya dengan
mutlak (menentukan sifat mausuf atau musnad dan musnad ilaih). Atau meringankan
sesuatu perkara dengan perkara yang lain dengan jalan yang sudah ditentukan.
Setiap qashr memiliki dua tharaf, yaitu maqshur dan maqshur ‘alaih.
Berdasarkan kaitan kedua tharafnya, qashr dibagi menjadi dua, yaitu qashr ‘ala
maushuf dan qashr maushuf ‘ala shifat. Tujuan qashr ialah untuk qolab (membalikkan
pendapat pendengar), menentukan atau memencilkan, seperti: “Sesungguhnya bisa
naik derajat, hanya dengan perpisahan yang sungguh-sungguh”.2
B. Unsur-unsur Qashr
Ada empat unsur dalam ungkapan qashr, yaitu :
1. Maqshur, berbentuk sifat maupun mausuf
2. Maqshur Alaih, berbentuk sifat maupun mausuf
3. Maqshur Anhu, sesuatu yang berada diluar yang dikecualikan
4. Adat qashr
C. Pembagian Qashr
Qashr dilihat dari kenyataan dan hakikatnya dibagi menjadi dua, yaitu qashr
hakiki dan qashr idhofi.
1. Qashr hakiki
Qashr hakiki adalah dikhususkannya maqshur pada maqshur ilaih
berdasarkan hakikat dan kenyataan, yaitu sama sekali maqshur, tidak lepas dari
maqshur ilaih kepada yang lain. Atau dengan kata lain qashr yang kekhususannya
memandang kenyataan dan hakikat tanpa memandang sesuatu yang disandarkan
pada yang lain. Contoh dalam QS. Ali Imran: 189

1
http://googleweblight.com/?lite_url=http://gufron-fauzi.blogspot.com/2011/12/ilmu-
balaghoh.html, diakses pada Senin, 6 November 2017 pukul 07.18 WIB.
2
Achmad Sunarto, Terjemah Jauharul Maknun (Ilmu Balaghah), 2012, Surabaya: Mutiara Ilmu,
hlm: 65.

2
‫وهلل ملك السموات و االرض وهللا علي كل شيء قدير‬
Dan kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi, dan Allah maha
perkasa atas segala sesuatu.

Adapun qashr hakiki dibagi menjadi dua, yaitu:


a. Qashr shifah ‘ala maushuf, yaitu sifat ditakhshish dengan maushuf.
Contoh: ‫ـم ا اِال زا يْد‬
‫اال اعا ِل ا‬
Artinya: Tiada yang pintar kecuali Zaid.
‫الا ار ِازقا ِإالا هللاه‬
Artinya: Tiada yang memberi rezeki kecuali Allah.
b. Qashr maushuf ‘ala shifah, yaitu maushuf ditakhsis dengan sifat
Contoh:
‫س هل‬ ُّ ‫ت ِم ْن اق ْب ِل ِه‬
‫الر ه‬ ‫او اما هم اح امد ِإ اال ار ه‬
ْ ‫سول قادْ اخلا‬
Artinya: “Tiada Muhammad itu kecuali Rasul yang telah lewat sebelumnya
rasul-rasul terdahulu....” (QS. Ali Imran : 144)
2. Qashr idhofi
Qashr idhofi adalah dikhususkannya maqshur pada maqshur ‘alaih dengan
disandarkan kepada sesuatu yang tertentu. Atau dengan kata lain adalah
pemfokusan relative atau bersifat kiasan. Qashr ini disebut juga qashr majazi.
Contoh dalam QS. Al-Kafirun ayat 6:
‫لكم دينكم ولي دين‬
“Untukmu agamamu dan untukku agamaku”
‫القصر االضافي‬ disebut juga ‫القصر المجازي‬karena pernyataan

“agama berhala hanya untuk kamu dan agama islam hanya untukku” (diri
Muhammad sendiri) tidak dalam pengertian sebenarnya, kerena pada hakekatnya
agama berhala tidak hanya dianut oleh mereka yang pada saat itu menemui nabi,
juga agama islam tidak hanya diperuntukkan bagi Nabi Muhammad saja,
melainkan bagi umat manusia semuanya. Kalimat qoshr tersebut diungkap dalam
pengertian majazi (kiasan), yaitu semata-mata untuk menekankan penolakan Nabi
Muhammafd saw bahwa tidak mungkinnya mencampurkan kedua agama tersebut.3
Adapun qashr idhofi dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Menentukan mausuf kepada satu sifat,

3
Hidayat. Al-Balaghoh Al-Jami’ Wassyawahid min Kalamil Badi’ untuk semua. (Jakarta: PT. Toha
Karya Putra 2002),hlm. 89

3
ٌ ِ‫( َما َز ْي ٌد ِإ اَّل كَات‬tiada Zaid kecuali penulis) yang diucapkan kepada
Seperti: ‫ب‬
orang yang menyangka bahwa Zaid itu penulis, penyair dan lainnya.
b. Menentukan sifat kepada mausuf,
Seperti: ‫( َما كَاتِبًا إِ اَّل َز ْي ٌد‬tiada penulis kecuali Zaid), yang diucapkan kepada
orang yang menyangka bahwa penulis itu Zaid dan lainnya.4
Qashr idhofi dilihat dari segi keadaan mukhattab dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Qashr ifrad, ialah qashr yang mukhattabnya meyakini adanya kenyataan lebih
dari satu.

Contoh : ٌ‫اِنا اما هللاه اِلاه او ِاحد‬


Artinya: Sesungguhnya Allah adalah Tuhan yang Maha Esa
Ditujukan kepada mukhathab bahwa ada Tuhan selain Allah.
b. Qashr qolab, ialah qashr yang mukhattabnya meyakini kebalikan hukum yang
ditetapkan atau agar mukhathab tidak meyakini hal yang berlawanan dengan
kenyataan.
Contoh : ‫أ ا اال إِنا هه ْم هه هم ْال هم ْف ِسدهونا او ال ِك ْن اال يا ْشعه هرون‬
Artinya: “Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat
kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah : 14)
Pada ayat sebelumnya, orang-orang munafik mengatakan bahwa mereka
adalah orang-orang yang mengadakan kebaikan di bumi. Ayat ini untuk
menegaskan bahwa orang-orang munafiklah yang berbuat kerusakan.
c. Qashr ta’yin, ialah qashr yang mukhattabnya meyakini satu yang tidak
ditentukan atau mukhattab ragu-ragu.5
Contoh : ‫متحركة ال ثاا ِبت اة‬
ِ ‫ا ا ْْل ا ْر ه‬
‫ض‬
Artinya: bumi itu bergerak tidaklah diam
Ditujukan kepada mukhathab yang ragu dengan keadaan bumi apakah
terdiam atau bergerak.
D. Alat Penyusun Qashr
‫وأدوات القصر إَّل إنما * عطف وتقديم كما تقدما‬
Artinya: “Adapun alat qashr itu ialah ‫ إَّل‬, ‫ إنما‬, ‘athaf (dengan ‫ َّل‬atau ‫)بل‬,
dan taqdim (mendahulukan yang seharusnya diakhirkan) sebagaimana keterangan
terdahulu”.6

4
Ibid, hlm: 65-66.
5
Mujiyo Nurkholis dkk, Terjemah Al-Balaghatul Waadhihah, 2016, Bandung: Sinar Baru
Algensindo Offset, hlm: 309.

4
Adapun contoh-contohnya, ialah:
1. Nafyi dan istitsna’, dan maqsur ‘alaihnya terdapat setelah huruf istitsna’ yaitu ‫إَّل‬.
Dalam uslub ini unsur atau fungsi kalimat yang di fokuskan maknanya terletak di
akhir kalimat. Contoh: QS. al-Baqarah ayat 9
‫او اما يا ْخداعهونا إِ اال أا ْنفه ا‬
‫س هه ْم او اما يا ْشعه هرونا‬
Artinya: “dan tidaklah mereka menipu kecuali kepada dirinya sendiri sedang
mereka tidak sadar.”
2. ‫ إنما‬dan maqshur ‘alaihnya adalah lafadz yang wajib disebut terakhir, seperti: QS.
al-Baqarah ayat 173
‫ير او اما أ ه ِه ال ِب ِه ِلغاي ِْر ا‬
ِ‫ّللا‬ ِ ‫ِإ ان اما اح ار ام اع ال ْي هك هم ْال ام ْيتاةا اوالد اام او الحْ ام ْال ِخ ْن ِز‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah.”
3. Athaf ‫ َّل‬atau dengan ‫ بل‬bila athafnya memakai huruf laa, maka maqshur ‘alaihnya
adalah lafadz yang bertolak belakang dengan lafadz yang jatuh setelah laa, dan bila
‘athafnya itu dengan bal maka maqshur ‘alaihnya adalah lafadz yang jatuh
setelahnya, seperti:

‫ب ََّل شَا ِع ٌر‬


ٌ ِ‫َز ْي ٌد كَات‬ ‫َما َز ْي ٌد كَاتِبًا بَ ْل شَا ِع ٌر‬
4. Mendahulukan lafadz yang seharusnya diakhirkan. Yaitu, mendahulukan suatu
atau yang biasanya diakhirkan dalam kaidah ilmu nahwu seperti khabar dan
maf’ul. Dalam kasus seperti ini yang jadi maqshur alaihnya adalah yang
didahulukan. Contoh:
‫إِيااكا نا ْعبهد ه او ِإيااكا نا ْستا ِعينه‬
Artinya: “Hanya kepada Engkaulah kami beribadah, dan Hanya kepada
Engkaulah kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5)

6
Achmad Sunarto, Terjemah Jauharul... hlm: 67.

5
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Qashr ialah menentukan sesuatu perkara bagi suatu perkara lainnya dengan
mutlak. Qashr dilihat dari kenyataan dan hakikatnya dibagi menjadi dua, yaitu qashr
hakiki dan qashr idhofi. Kedua qashr tersebut sama-sama mempunyai dua pembagian
yaitu Menentukan mausuf kepada satu sifat dan Menentukan sifat kepada mausuf.
Qashr idhofi dilihat dari segi keadaan mukhattab dibagi menjadi tiga, yaitu: Qashr
ifrad, Qashr qolab, dan Qashr ta’yin. Sedangkan untuk menyusun qashr ada beberapa
alatnya yaitu: Nafyi dan istitsna’, innama, athaf, dan Mendahulukan lafadz yang
seharusnya diakhirkan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Nurkholis, Mujiyo dkk. Terjemah Al-Balaghatul Waadhihah. 2016. Bandung: Sinar


Baru Algensindo Offset.
Sunarto, Achmad. Terjemah Jauharul Maknun (Ilmu Balaghah). 2012. Surabaya:
Mutiara Ilmu.
http://googleweblight.com/?lite_url=http://gufron-fauzi.blogspot.com/2011/12/ilmu-
balaghoh.html, diakses pada Senin, 6 November 2017 pukul 07.18 WIB.

Anda mungkin juga menyukai