Anda di halaman 1dari 16

PERLINDUNGAN TERHADAP SUBJEK MANUSIA

Perlindungan terhadap subjek manusia merupakan pertanyaan etika bagi para


ilmuwan sosial. Proyek penelitian bisa menimbulkan banyak persoalan etika. Ketika
Burton Blatt dan kawan-kawan mendirikan Center on Human Policy di Syracuse
University, para stafnya melakukan perjalanan ke berbagai lembaga yang khusus
khusus menampung orang-orang yang mengalami diabilitas intelektual untuk
menyelidiki perlakukan yang tidak selayaknya orang-orang di tempat-tempat
tersebut. Mereka menghadapi dilemma etika karena mereka tidak mengetahui apa
yang harus dilakukan ketika mereka menyaksikan sendiri pemandangan yang
menimbulkan pertanyaan-pertanyaan moral bagi diri mereka. Jika mereka melihat
ada sesorang yang diantai di dinding, apakah sekiranya tanggapan etikanya? APakah
mereka hendaknya menyatakan kepada dunia apa yang terjadi pada lembaga-lembaga
tersebut untuk menciptakan perubahan yang tiba-tiba? Apakah mereka berteriak dan
menjerit untuk menarik perhatian pihak administrator lembaga dengan harapan
perhatian seperti itu akan menghasilkan perlakuan yang lebih bagus? Apakah
mereka hendaknya terus mengumpulkan data di lembaga-lembaga seperti itu di
sekitar kawasan Northeast untuk dituangkan dalam artikel jurnal yang membahas
betapa perlakuan tidak manusiawi terhadap manusia itu telah tersebar luas di mana-
mana? Mereka menghadapi dilema etika yang tidak mudah dipecahkan
menggunakan seperangkat aturan atau prosedur. Mereka perlu melakukan diskusi
yang inten dengan berbagai kalangan agar bisa dihasilkan keputusan mengenai cara
bertindak.
Bab ini tidak membahas secara khusus dilema etika yang penting ini,
meskipun diskusi semacam itu sangatlah penting. Agaknya, jauh lebih praktis jika
perhatian ditujukan untuk membahas jenis-jenis pertanyaan etika yang ditangani oleh
Dewan Peninjau Institusional (DPI) melalui sistem monitoringnya. Setiap
universitas mengharuskan mereka yang meneliti subjek manusia – dengan beberapa
perkecualian, seperti para sejarawan yang melakukan penelitian dengan mengorek
sejarah lisan pada tokoh masyarakat – agar mengajukan dan mendapatkan
persetujuan untuk melanjalankan penelitian mereka. Bab ini menangani beberapa

1
cara berfikir lebih umum bagaimana DPI memandang dan mengkonstruk
perlindungan subjek manusia, sedikit nasihat mengenai cara mengajukan lamaran dan
menerima persetujuan DPI, dan beberapa cerita mengenai persoalan-persoalan yang
telah dihadapi beberapaorang yang mengajukan aplikasi ke DPI. Untuk menemukan
persyaratan-persyaratan khusus universitas anda, anda harus melihatnya di
websitenya, dimana setiap universitas memposting formulir dan persyaratannya.
Karena banyak teks dan kelas maya kuliah metode kualitatif juga menangani
persetujuan DPI, anda bisa menemukan informasi lebih banyak di sana. Pengalaman
kami sebagai peneliti kualitatif dan pengalaman kami selama bertahun-tahun
melayani DPI telah memberikan kontribusi kepada pembahasan kita mengenai
perlindungan subjek manusia.
FUNGSI DPI
DPI didirikan untuk mengatur penelitian yang dilaksanakan oleh para dosen,
mahasiswa dan staf untuk memastikan sejauh mungkin bahwa penelitian itu
dilaksanakan dengan cara penuh etika dan melindungan sebesar mungkin universitas
dari resiko membahayakan subjek penelitian. Ketika anda merasa frustasi terhadap
pekerjaan tulis menulis, perlu diingat bahwa dewan peninjau seperti itu berurusan
dengan baik manajemen resiko maupun etika. Komite pengawas menetapkan
penelitian sebagai pengetahuan yang melibatkan subjek manusia dengan tujuan untuk
menghasilkan pengetahuan yang bisa digeneralisasikan.
Dorongan untuk mendirikan DPI berasal dari sejarah kegagalan etika dalam
penelitian. DPI merupakan suatu tanggapan terutama atas penelitian medis yang
memanfaatkan informan dan membahayakan mereka. Asal muasalnya di pengadilan
Nuemberg, dimana eksperimentasi dan penganiayaan para tahanan yang dilakukan
oleh para dokter di kamp-kamp konsentrasi Nazi menimbulkan pertanyaan cara
membuat panduan terkait perilaku etika terhadap pasien. Kasus lain yang penting dan
terkenal yang memberikan kontribusi kepada pendirian DPI juga melibatkan
penelitian medis. Eksperimen Tuskegee yang dijalankan pemerintah melibatkan para
petani bagi hasil kulit hitam miskin di Tuskegee, Alabama, yang mengidap penyakit
sipilis tahap akhir. Antara thaun 1932 dan 1972, sekitar 600 lelaki Afrika Amerika di

2
Alabama menjadi kelinci percobaan untuk penelitian medis Amerika (Reverby,
2000). Karena orang-orang ini tanpa memiliki kekuatan apapun, pemerintah merasa
bisa melakukan eksperimen pada diri mereka tanpa beresiko menghadapi tuduhan.
Sehingga para lelaki tersebut tidak diberi informasi apapun hakikat penyakitnya dan
dibiarkan mati begitu saja tanpa pengobatan. Mereka diberitahu kalau “darah
mereka jelek” (dengan begitu dijadikan judul buku terkenal yang membahas tentang
eksperimen ini (Jones, 1993)). Para peneliti medis itu ingin mengetahui bagaimana
penyakit sipilis itu merusak tubuh para lelaki itu, sehingga para peneliti menunggu
mereka meninggal sehingga mereka bisa melakukan otopsi. Itulah jenis kasus yang
mendorong didirikannya DPI, yang merepresentasikan tanggapan kelembagaan atas
keprihatinan terhadap cara kita menangani persoalan etika dalam melaksanakan
penelitian.
DPI bentuknya bermacam-macam. Di beberapa universitas, terutama
universitas yang memiliki jurusan kedokteran, terdapat banyak DPI yang tugasnya
menangani jenis-jenis penelitian yang berbeda-beda. Di University of Wisconsin ada
DPI yang khusus diperuntukkan bagi penelitian pendidikan. Universitas-universitas
lain mempunyai dua DPI, satu untuk penelitian ilmu pengetahuan sosial dan satunya
lagi untuk penelitian ilmiah medis dan “keras”, sementara banyak universitas yang
memiliki satu DPI saja yang menangani semua proposal yang diserahkan padanya.
Dalam kasus terakhir ini, DPI memiliki representasi dari disiplin-disiplin ilmu asal
muasal proposal-proposal yang berbeda-beda tersebut sangatlah penting. Sekali lagi,
keragaman dalam DPI berarti bahwa anda perlu mempelajari seperti apa prosedur
dan praktik yang ada di universitas anda.
DPI peduli terhadap banyak isu yang melibatkan perlindungan subjek
manusia. Salah satu yang paling penting adalah bahwa para peneliti merancang kajian
mereka sehingga para informan mereka bisa menolak untuk berpartisipasi. DPI ingin
memastikan bahwa subjek tidak merasa dikapsa untuk ambil bagian. Anda
menginginkan informan anda setuju untuk berpartisipasi dalam kajian anda yang
mengetahui tuntutan apakah yang ditujukan kepada mereka. Berapa banyak waktu
yang mereka perlukan untuk berpartisipasi? Bagaimana anda melindungi kerahasiaan

3
mereka? Apakah manfaat penelitian itu lebih besar dibandingkan resikonya bagi
informan? Itulah jenis pertanyaan yang diajukan anggota DPI kepada proposal yang
mereka baca.
Pertanyaan mengenai keuntungan dan resiko berarti bahwa ketika DPI
mempertimbangkan proposal anda, mereka mempertimbangkan bagaimana anda
merancang kajian anda. Kendati tugas anggota dewan peninjau bukanlah menyetujui
atau tidak menyetujui desain penelitian anda, dan mempertimbangkan kecanggihan
anda sebagai peneliti, mereka benar-benar perlu memastikan bahwa penelitian
tersebut memberikan manfaat. Untuk itu, jika anda telah mengajukan penelitian
yang menurut anggota peninjau memiliki persoalan yang sangat besar, anda mungkin
mendapatkan komentar balik dengan “persetujuan dirahasiakan” dengan
memperhatikan pembahasan anda mengenai metodenya.
MENGEMUDIKAN KEBIJAKAN –KEBIJAKAN DPI
DPI di seluruh pelosok negeri sedang bergerak menuju regulasi dan kekakuan yang
lebih besar. Paradigma penelitian biomedis mengaplikasikan penelitian medis dan
ilmu pengetahuan sosial. Untuk itu, di tahun-tahun terakhir ini dengan meninggalnya
para pasien/subjek penelitian di University of Pennsylvania dan di Johns Hopkins
University, DPI telah mengambil tindakan tegas terhadap semua penelitian dengan
birokrasi yang lebih rumit. Ilmu pengetauan sosial, yang melibatkan resiko jauh lebih
kecil terhadap subjek, masih menghadapi semakin rumitnya brirokrasi ini. Bahkan
dengan meningkatnya keketatan regulasi, DPI di universitas yang berbeda juga
memiliki regulasi yang tidak sama satu sama lain. Sebagian lebih fleksibel terhadap
penelitian ilmu pengetahuan sosial sementara sebagian lagi tidak. Sebagian
menerapkan pendekatan punitif, sebagian tidak.
Kebijakan DPI berbeda-beda, tergantung pada cara ketua DPI, anggota
dewan peninjau, dan administrator yang patuh peraturan dalam menginterpretasikan
panduan federal. Di Syracuse university, misalnya, penelitian yang dilakukan
mahasiswa sebagai tugas matakuliah diijinkan untuk dilaksanakan tanpa persetujuan
DPI, namun di lembaga-lembaga lain, pendekatan ini tidak diperbolehkan. Di
beberapa universitas, mahasiswa bisa menggunakan data yang dikumpulkan tanpa

4
persetujuan DPI sebagai tugas matakuliah dalam disertasi mereka bersama dengan
data-data lain yang disetujui DPI. Di universitas lain, praktik seperti itu tidak
diperkenankan. Perbedaan tersebut merupakan akibat dari pendekatan-pendekatan
yang berbeda terhadap panduan federal. DPI mengijinkan data yang dikumpulkan
untuk satu tujuan yang bisa digunakan untuk tujuan lain, sehingga menurut regulasi
federal, hal semacam ini diperbolehkan. Jika tujuan utama mengumpulkan data dalam
suatu kelas matakuliah metode adalah mempelajari keterampilan metode kualitatif,
maka data tersebut bisa digunakan untuk tujuan kedua, seperti mendukung disertasi,
begitu tujuan pertama tidak lagi bersifat primer. Namun universitas anda mungkin
tidak menginterpretasikan regulasi dengan cara seperti ini, dan kendati anda bisa
melakukan protes, anda mungkin tidak bisa berhasil membuat dewan penguji
menyetujuinya.
Persetujuan lisan jauh lebih sulit diandalkan sebagai persetujuan untuk
penelitian kualitatif jenis apapun yang mencakup observasi partisipan dan wawancara
mendalam. DPI cenderung hampir tidak memiliki pemahaman terhadap konteks
budaya yang berbeda dengan apa yang dipahami oleh budaya akademis kuantitatif.
Dalam kerja lapangan penelitian internasional atau subkultural, misalnya, masyarakat
tertentu bisa tersinggung karena harus menandatangani formulir, karena orang-orang
tidak secara khas berinteraksi satu sama lain dengan cara seperti itu. Ketika
persetujuan lisan diperlukan demi keamanan informan, anda mungkin bisa
mengajukan argumen bahwa DPI akan memahaminya. Dalam kasus ini, persetujuan
lisan berari bahwa tidak ada dokumen tertulis yang mengaitkan nama informan
dengan proyek. Seandainya anda mengkaji pengungsi atau tahanan misalnya, anda
perlu memiliki perlindungan semacam ini bagi subjek anda.
Prosedur untuk penelitian kualitatif sangat berbeda dengan prosedur untuk
penelitian medis dan statistik yang oleh banyak DPI diperjuangkan terkait cara
menanggapi proposal dari para ahli etnografi (simak Hemmings, 2006). Banyak DPI,
umpama saja, tidak memahami observasi partisipan. Misalnya, jika peneliti mengikuti
seorang anak yang oleh guru kelasnya akan disertakan dalam penelitian, menurut
anda bagaimana masalah perizinannya? Peneliti seyogyanya mendapatkan ijin anak

5
dan keluarga, tapi izin seperti itu hendaknya tidak diperlukan dari semua anak yang
ada di kelas itu, sebagaimana diharuskan oleh beberapa DPI. Panduan umum yang
ada hendaknya “janganlah menipu”.
Di antara DPI terdapat posisi yang luas bahwa hendaknya tidak ada
penelitian yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Maksudnya adalah bahwa
aturan-aturan DPI mengharuskan semua penelitian dilakukan secara terang-terangan
dan terbuka. Namun sesunguhnya, menurut aturan-aturan tersebut, hal ini tidak benar.
Aturan-aturan itu menyatakan bahwa setiap pengajuan untuk penelitian sembunyi-
sembunyi hendaknya ditelaah secara cermat. Asalkan sesuai, para peneliti hendaknya
menanyai dan mengatakan kepada orang-orang sesudah itu (Taylor, 2006). Rebekah
Nathan yang digunakan oleh profesor di sebuah universitas Arizona yang berpura-
pura menjadi mahasiswa agar bisa mengkaji kehidupan mahasiswa) tinggal di
asrama universitas selama dua semester dan menghadiri kelas, semua dilakukan
secara diam-diam dan mengusahakan penelitiannya disetujui oleh DPI (Nathan,
2005b). Dia menguraikan berbagai isu etika yang dia hadapi setelah dia menerima
persetujuan DPI, isu yang secara langsug berhubungan dengan penelitaannya yang
dilakukan secara sebunyi-sembunyi. Satu isunya berhubungan dengan penggunaan
pembicaraan yang tidak sengaja sebagai data:
Saya juga secara tak sengaja mendengar banyak dialog melalui dinding tipis
kamar asrama saya. Hampir setiap malam, saya sewaktu akan tidur saya
mendengarkan candaan dan gelak tawa dari kamar-kamar yang bersebalahan
dengan saya dan mengetahui rahasia mengenai gelombang informasi gosip
dan drama. Ketika banyak hal yang bisa pelajari dari percakapan-percakapan
seperti itu, jelas bagi saya bahwa saya hendaknya tidak mencatatnya atau
sebaliknya merekam apa yang saya dengar.
Namun bagaimana dengan percakapan umum di ruangan-ruangan, di
banyak kelas saya dan dalam kelompok kajian saya ketika informasi itu
diceritakan kepada saya dengan asumsi bahwa saya mahasiswa dan hanya
mahasiswa? Pertanyaan-pertanyaan terkait dengan data saya tampaknya
bertambah semakin banyak dengan berlalunya waktu. Saya menyadari bahwa

6
tingkat kesenangan dan kepastian saya bergeser karena kedalaman dan
kualitas hubungan saya dan karena memandang data-data tersebut dalam
konteks manusianya – seperti insiden, cerita, dan percakapan yang melekat
pada orang-orang sesungguhnya. Ketika proses penulisan dimulai, ada
semangat membara, dan pilihan-pilihan harus dibuat.
Ketika menulis, saya berusaha mengingat dengan mahasiswa mana
saja saya pergi ke kampus bersama. Apakah saya merasa nyaman mengatakan
apa yangsaya tulis saat itu, di bab itu, seandainya saya mengatakannya kepada
mereka? Saya juga berusaha membayangkan: Apakah sekiranya saya merasa
nyaman seandainya saja mahasiswa dan dikenal dalam sebuah buku, yang
ditulis oleh seorang profesor di universitas saya sendiri, sebuah percakapan
informal yang saya rasa saya lakukan secara pribadi dengan teman sekelas
saya? Pertimbangan-pertimbangan itu secara radikal mengubah cara saya
menulis, dan muncul semacam “aturan-aturan” baru.
Nathan dibuka kedoknya oleh seorang jurnalis investigatif yang menyarankan agar
dirinya juga banyak menyampaikan banyak rincian tentang universitas samaran yang
dia uraikan, namun kendati begitu, Nathan telah menerima izin untuk melakukan
kajian dengan menggunakan metode kualitatif secara sembunyi-sembunyi. (Mengenai
pandangan lain tentang penelitian kualitatif secara tersembunyi, simak Herrera,
1999).
DPI tergantung pada kepatuhan sukarela. Hal ini bersifat sentral bagi semua
kebijakan DPI karena paksaan bertentangan dengan pendekatan ini. jika universitas
tidak mengembangkan atmosfir kepercayaan terhadap peneliti, orang-orang akan
berusaha mendatangi DPI dan dewan penguji ini tidak akan mampu mempromosikan
baik penelitian yang etis atau nilai-nilai ayng diperlukan untuk menegakkannya.
BENTUK –BENTUK STANDAR UNTUK TINJAUAN DPI
Setiap universitas memiliki templat standar untuk formulir persetujuan, untuk itu
bagian pembelajaran dalam melakukan penelitian di suatu universitas melibatkan
pembelajaran kosakata DPI. Hal ini meliputi usaha mengetahui perbedaan antara
tinjauan dewan penuh, penelitian yang dikecualikan, dan tinjauan yang dipercepat.

7
Kajian yang tidak bisa membahayakan siapapun dianggap sebagai penelitian yang
dikecualikan. Misalnya, seorang mahasiswa tingkat doktoral akhir-akhir ini
menerapkan tinjauan yang dipercepat (dimana hampir tidak ada resiko dan
proposalnya tidak harus dipertimbangkan untuk tinjauan dewan penuh) untuk
mengkaji perspektif para guru bilingual di sebuah sekolah dasar perkotaan. Proyek ini
melibatkan proses wawancara terhadap semua guru di kelas bilingual, seorang
mantan guru bilingual, dan kepala sekolah. Mahasiswa tingkat doktoral tersebut
menerima kembali formulirnya yang menyatakan bahwa penelitiannya disetujui
sebagai kajian yang dikecualikan dan tidak harus dipertimbangkan oleh dewan
penguji selama 5 tahun. Dia tidak menyadari betapa kecilnya resiko yang terlibat
dalam proyeknya, namun ketua DPI memahami masalah ini.
Tapi tentu saj kajian kualitatif bisa melibatkan resiko. Sebagian besar DPI
terutama menyadari jenis penyelidikan yang melibatkan seks – termasuk kajian
pendidikan seks, permerkosaan saat kencan. Konseling tentang persoalan seks, atau
KDRT. Siapapun mahasiswa yang menggarap topik ini harus menghadapi tinjauan
dewan penuh.
DPI mengharuskan bahwa semua peneliti yang mengajukan lamaran untuk
mendapatkan persetujuan DPI menyatakan resiko yang terlibat dalam penelitiannya.
Kebanyakan bentuk tinjauan terutama menyatakan bahwa semua penelitian
melibatkan resiko. Kami memiliki daftar resiko yang secara rutin kami gunakan
dalam mengajukan aplikasi ke DPI dan bahwa kami menasihati para mahasiswa kami
agar menyebutkan resiko-resiko jika mereka tidak bisa membayangkan resiko-resiko
yang terlibat. Pernyataan anda dalam wawancara, misalnya mungkin membuat
informan merasa tidak nyaman ketika mereka menyebutkan bagian-bagian
kehidupan mereka yang melibatkan perjuangan. Tujuan pertanyaan dalam formulir
DPI adalah mendorong para peneliti mempertimbangkan bentuk-bentuk tersembunyi
resiko dalam proyek mereka yang mungkin luput dari perhatian mereka. Namun
kadang-kadang satu-satunya resiko adalah bahwa anda menghabiskan waktu
seseorang. Apakah anda menutupi resiko? Sayangnya, DPI mendorong cara berfikir
seperti ini.

8
Template yang digunakan pada formulir DPI mengharuskan anda
memperhatikan elemen-elemen yang diperlukan dan isu-isu khusus dengan cara-cara
tersendiri. Negeri ini tampaknya sedang bergerak menuju sebuah template tunggal
untuk semua penelitian (Taylor, 2006). Bentuk-bentuk tersebut asing bagi penelitian
ilmu pengetahuan sosial, terutama bagi pendekatan-pendekatan kualitatif. Ketika
birokrasi naik terkait DPInya, sebagaimana terjadi saat ini, otoritas bergerak dari
anggota pengajar di DPI ke staf administrasi dam pergeseran ini membatasi
pertimbangan diskresioner. Meningkatnya pendekatan birokrasi ini membantu
perkembangan bentuk-bentuk kepatuhan ritualistik dan birokratis.
Isu utama bagi kita yang menggunakan metode kualitatif adalah bagaimana
DPI memahami penelitian kualitatiff. Jika anggota DPI hampir tidak mengenal
pendekata ini, mereka akan selalu membandingkan aplikasi untuk mendapatkan
persetujuan dari peneliti kualitatif dengan standar yang mereka miliki untuk peneliti
kuantitatif. Misalnya, mereka tidak memahami ide desain yang muncul – bagaimana
mengetahui semua pertanyaan anda terlebih dahulu bisa menandakan desain yang
lemah bukannya kuat, dan sebagainya. Banyak DPI tidak beranggapan bahwa
penelitian kualitatif merupakan penelitian yang “nyata” dan menganggap proposal
sebagai “ekspedisi memancing.”
Sejarah lisan, karena secara tradisional telah dipraktikkan di jurusan sejarah,
tidak masuk ke dalam bidang DPI. Sejarawan umumnya menggunakan sejarah lisan
dengan tokoh masyarakat, mewawancari, misalnya, pemimpin politik dan militer.
Sejarah lisan semacam ini berbeda dengan bagaimana sosiolog menggunakan istilah
itu yang berarti mewawancarai orang-orang biasa tentang kehidupan sehari-hari.
NASIHAT KHUSUS
Penelitian yang dikecualikan. Tanyakan apakah kajian anda bisa termasuk ke dalam
penelitian yang dikecualikan. Sebagian DPI tidak akan memberikan perkecualian
seperti itu, namun kiranya perlu dilakukan investigasi. Kebijakan yang diterapkan
Syracuse Universiy adalah memberikan persetujuan terhadap penelitian yang
dikecualikan selama lima thun, tapi setiap universitas bisa membuat kebijakan
sendiri-sendiri. Label penelitian yang dikecualikan berlaku pada sejumlah kajian

9
kualitatif seperti pengamatan publik, wawancara, dan survei terbuka. Pemerintah
federal telah mengembangkan enam kategori penelitian yang dikecualikan, yang
sebagian berlaku pada proyek-proyek kualitatif. Jika kajian anda terjadi dalam latar
kependidikan dan melibatkan penggunaan pedagogi biasa – yakni, pengajaran yang
dilakukan apakah anda berpartisipasi dalam pedagogi tersebut atau meninjau
pedagogi itu – maka kajian anda bisa dikualifikasikan sebagai penelitian yang
dikecualikan. Jika anda melaksanakan penelitian terhadap pejabat publik, maka kajian
anda masuk ke dalam jenis penelitian yang dikecualikan. Jika anda menggunakan
data yang direkam dengan cara sedemikian rupa sehingga orang-orangnya tidak bisa
diidentifikasi, maka penelitian anda termasuk jenis penelitian yang dikecualikan –
misalnya, jika anda melihat siswa anonim, tanda pengidentifikasi, dengan
memberikan komentar terhadap rata-rata indeks prestasi mereka. Bila contoh ini
mungkin tampak asing bagi peneliti kualitatif (karena data kualitatif hanya bermakna
di sebagian konteks), ada kemungkinan bagi seorang peneliti kualitatif untuk
menggunakan data yang telah dikumpulkan untuk suatu proyek besar dimana peneliti
tidak mengetahui nama-nama latar khusus, atau mungkin bahkan negara bagian
tempat dikumpulkannya data-data tersebut.
Kekuatan metodologis. Peneliti kualitatif perlu bersiap-siap untuk menciptakan
tradisi kualitatif yang mapan dalam aplikasinya. Terutama untuk DPI yang belum
banyak memiliki pengalaman menggunakan pendekatan ini, anda perlu menguraikan
bagaimana cara kerja tradisi penelitian ini. untuk itu harus disediakan acuan pada
literatur kualitatif.
Observasi partisipan Dalam pokok bahasan metode-metode yang ada pada
pengajuan aplikasi DPI, anda perlu menguriakan bagaimana anda mengidentifikasi
diri anda sendiri dalam latar tempat anda melakukan observasi partisipan. Anda tidak
harus mengeluarkan format persetujuan dari tas anda ketika anda mengamati latar
tersebut, tapi ketika anda mulai menanyai orang-orang dalam sesi observasi partisipan
(misalnya, jika anda dan informan anda sedang makan di restoran), anda perlu
mengatakan siapa diri anda.

10
Penjelasan dan persetujuan. Perhatian yang cukup signifikan bagi DPI dan bagi
siapapun yang melaksanakan penelitian adalah isu tentang persetujuan. Bagi penelit
yang melaksanakan observasi partisipan, pertanyaan ini terutama cukup sulit karena
setiap orang yang anda amati tidak ditempatkan secara setara sebagai informan, dan
anda perlu membuat keputusan tentang waktu yang sekiranya tepat untuk mengatakan
bahwa anda seorang peneliti dan meminta orang yang anda observasi itu untuk
menandatangani lembar persetujuan. Karena adanya perasaan kedaruratan yang
muncul sewaktu melaksanakan observasi partisipan, anda mungkin tidak selalu bisa
mengikuti template yang ada secara persis, kendati anda perlu memperhatikannya
dalam formulir aplikasi anda. Situs web Syracuse University, situs web DPI federal,
dan mungkin situs web di universitas anda sendiri menjelaskan kemungkinan
terjadinya pengabaian terhadap persetujuan tertuls, bersama dengan elemen-elemen
persetujuannya.
MENYEIMBANGKAN ETIKA DAN STRATEGI
Sewaktu anda ingin mengkaji sebagian namun tidak semua orang dalam suatu latar,
ada cara-cara tertentu yang bisa ditempuh dalam menulis surat aplikasi yang
sekiranya membantu anda bisa memperhatikan etika tapi yang menyebabkan kurang
begitu penting untuk mendapatkan izin dari orang lain yang ada di latar yang
mungkin tidak begitu anda ingin anda kaji. Situasi seperti itu mungkin meliputi
keiatan mengkaji sebagian namun tidak semua mahasiswa jurusan keperawatan dalam
latar lab; perempuan, bukan laki-laki, pekerja di restoran cepat saji; atau mahasiswa
yang memiliki disabilitas belajar di kelas tertentu. Anda hendaknya berhati-hati
dalam mengajukan aplikasi mengenai tingkat rincian yang anda kemukakan terkait
dengan orang lain yang mungkin juga menghabiskan waktu dalam laatr tersebut jika
anda tidak ingin dipaksa untuk mendapatkan izin dari siapapun yang ada dalam latar
itu. Jangan kemukakan ke orang lain sehingga mereka bisa diidentifikasi. Pendekatan
ini bersifat etika dan kehati-hatian saja.
DPI memiliki kekuasaan luar biasa, sebagaimana tampak jelas yakni tidak
ada banding administratif ketika pengajuan aplikasi ke DPI ditolak. Artinya, anda
tidak punya jalan lain yang bsia anda tempuh jika DPI menolak proyek anda.

11
Administrasi universitas bisa tidak menyetujui apa yang disetujui DPI, tapi bukan
kebalikannya. Tidak ada banding, kendati anda mungkin bisa mengajukan
peninjauan kembali yang bergantung pada DPI tertentu. Selain penolakan, ada tiga
respon yang bisa anda dapatkan yakni persetujuan, yang berarti penelitian anda
disetujui tanpa adanya perubahan sama sekali; persetujuan sementara, yang berarti
bahwa anda perlu melakukan perubahan tertentu (kecil) untuk mendapatkan
persetujuan; dan persetujuan yang dirahasiakan, yang artinya aplikasi anda memiliki
persoalan yang serius yang harus ditangani dan dipertimbangkan kembali oleh
keseluruhan anggota DPI.
Akan tetapi, DPR bukanlah sekedar tentang etika, namun juga tentang resiko
bagi universitas dan kepatuhan terhadap regulasi federal terkait penelitian
universitas. Buku Panduan DPI Syracuse University, misalnya, menyatakan bahwa
IRB harus menyeimbangkan peranan “kependidikan” dan “pengaturan”. Buku
panduan tersebut menyatakan bahwa konteks terbaik untuk melaksanakan penelitian
etika terjadi dalam latar dimana nilai-nilai yang “diinternalisasi” peneliti bukannya
seperangkat prosedur tentang perilaku moral menuntun proses penelitian sehingga
fungsi pendidikan bisa berjalan guna menciptakan nilai-nilai yang diinternalisasikan
sementara fungsi pengaturan bertindak memstikan bahwa subjek manusia terlindungi.
CERITA PENELITI: PROSES MENDAPATKAN PERSETUJUAN DPI
Untuk kajian kualitatif tentang tindak kekerasan di sebuah sekolah di kota, seorang
peneliti berusaha mendapatkan persetujuan DPI untuk melaksanakan kerja sosial
sekolah. Rencana penelitian tersebut adalah membayang-bayangi seorang pekerja
sosial selama satu tahun sekolah. Kegiatan membayang-bayangi pekerja sosial
tersebut melibatkan kegiatan menghadiri pertemuan-pertemuan (seperti pertemuan
Tim Penempatan Anak (TPA), memberikan konsultasi dengan para siswa, dan
mewawancarai pekerja sosial tersebut beberapa kali dalam tahun tersebut. Ketika
peneliti mengajukan aplikasi ke komite DPI, ternyata ditolak. Dalam surat
penolakannya, kepala DPI menyatakan bahwa “komite merasa khawatir bahwa
beberapa isu yang melingkupi perlindungan subjek manusia tidak jelas” dan juga
memperlihatkan ada tiga bidang yang perlu dijelaskan. Kepada peneliti, kekhawatiran

12
DPI tersebut tampaknya sah-sah saja. Mereka menginginkan kejelasan yang lebih
besar tentang cara mendapatkan penjelasan dan persetujuan dari pekerja sosial
bersangkutan; mereka ingin tahu tentang siapa yang punya akss ke data dan mereka
ingin tahu orang-orang dewasa man saja selain pekerja sosial yang mungkin
diwacwancarai karena peneliti telah meyebutkan bahwa wawancra informal mungkin
dilakukan dengan pekerja-pekerja sosial lain di sekolah-sekolah lain untuk menguji
daya generalisasi data yang dikumpulkan di satu sekolah. Dalam surat penolakan itu,
peneliti diundang untuk hadir dalam pertemuan DPI selanjutnya untuk membahas
surat aplikasi dan menjelaskan poin-poin tersebut. Meskipun merasa agak tidak enak,
peneliti tetap bersedia menghadiri pertemuan berikutnya untuk memecahkan isu
tersebut.
Pada pertemuan berikutnya, komite meminta peneliti menjelaskan, “dengan
kata-kata anda sendiri,” apa yang dipersyaratkan proyek penelitiannya. Ketika
peneliti menyebutkan bahwa dia akan melaksanakan wawancara, satu anggota komite
menyatakan bahwa peneliti tidak menyerahkan kuesioner wawancara. Peneliti
menjawab kalau tidak ada kuesioner karena wawancara tersebut dilaksanakan secara
informal. Anggota komite yang sama ingin tahu “bagaimana anda bisa melaksanakan
wawancara tanpa kuesioner?” Peneliti mengatakan bahwa dia bisa menyerahkan
seperangkat pertanyaan yang kemungkinan diajukan dalam wawancara. Penjelasan
ini tampaknya suduh cukup, terutama setelah angota komisi lain, yang lebih paham
wawancara semi terstruktur dan informal, membela keputusan peneliti untuk tidak
membuat kuesioner. Ketua komite (yang merupakan orang yang sama yang
membela peneliti) kemudian melanjutkan pembahasan masing-masing itu dan dia
meminta peneliti untuk surat klarifikasi dan pertanyaan wawancara sebelum
pertemuan DPI berikutny. Tampaknya, isu tersebut terpecahkan. Namun kemudian
anggota yang telah mencuatkan isu tentang kuesioner menyatakan, seolah melihat
pokok persoalan itu pertama kalinya: “Dalam surat aplikasi ini dikemukakan bahwa
anda akan menghadiri pertemuan-pertemuan yang dihadiri oleh pekerja sosial yang
anda kaji. Pertemuan-pertemuan apa sajakah itu? Peneliti menunjukkan bahwa dia
telah membuat daftar kemungkinan pertemuan yang akan dia hadiri dan

13
memperlhatkan kepada komite letak daftar pertemuan di surat aplikasi. Anggota
komite yang sama tiba-tiba sedikit terkesiap sesudah melihat daftar pertemuan itu.
Dia berkata, “Di sini dinyatakan anda akan menghadiri pertemuan TPA.” Peneliti
berkata dirinya mungkin saja, karena sebagian besar hari pekerja sosial tersebut habis
untuk menghadiri pertemuan-pertemuan itu. Anggota komite itu berkata kepada
anggota komitw lain kalau dirinya tidak bisa menerima surat aplikasi itu jika
melibatkan “pihak ketiga yang menghadiri TPA.” Peneliti menyuarakan
keprihatinan yang dikemukakan oleh anggota komite itu, seraya menyatakan bahwa
pertemuan TPA melibatkan isu-isu yang pelik, yang berkenaan dengan penempatan
pendidikan khusus dan biasanya meliputi orang tua dan “subjek yang dilindungi”,
dan beberapa orang yang mengalami disabilitas.peneliti juga mengatakan kalau dia
bukanlah “pihak ke tiga”, namun nyatanya banyak orang yang menghadii pertemuan-
pertemuan itu. Selain para pekerja sosial, pertemuan TPA itu juga dihadiri para
orangtua, psikolog sekolah, tenaga administrasi, guru pendidikan khusus, konselor
sekolah, dan kadang guru magang dan juga guru kelas. Peneliti berkata kepada
komite, “Saya bisa memahami kekhawatiran yang bapak ibu kemukakan dalam surat
itu, tapi ini merupakan hal baru. Saya dengan senang hati menjelaskan masalah ini
dalam surat klarifikasi saya.” Anggota komite menjawab balik,”Hal ini bukanlah
sesuatu yang hanya bisa anda klarifikasi. Tapi tentang undang-undang. Apakah anda
tahu kalau perlindungan subjek ada dalam undang-undang federal.”
Peneliti sekali lagi menekankan kalau dirinya sadar akan pentingnya
penelitian dan perlindungan yang perlu dipastikan. Dia mengulangi perkataannya
lagi bahwa dia memahami keberatan-keberatan yang disampaikan anggota komite
namun juga merasa kalau mungkin bisa melaksanakan penelitian seperti itu tanpa
melanggar undang-undang perlindungan tersebut. Dua anggota komite yang lain
sepakat bahwa sesuatu itu bisa diatur dan meminta peneliti mengklarifikasi
pentingnya melakukan observasi terhadap pertemuan-pertemuan TPA. Pertemuan
itu ditangguhkan segera sesudah ini.
Selama seminggu itu,seorang anggota DPI mendekati peneliti dan mengatakan
kepadanya bahwa salah seorang anggota komite memiliki “pandangan pribadi”

14
melihat kenyataan bahwa peneliti akan akan menghadiri pertemuan-pertemuan TPA.
dia tidak menyebut nama anggota DPI itu kepada peneliti, tapi jelas siapa yang dia
bicarakan. Tanpa basa basi, dia juga ,mengisyaratkan bahwa anggota DPI itu
memiliki anak yang belajar di pendidikan khusus, dan sebagai orang tua, dia telah
menghadiri pertemuan-pertemuan TPA dan jelas bahwa dirinya sangat tertekan.
Peneliti lebih memahami mengapa anggota DPI itu bereaksi seperti itu. Dia tidak
yakin kalau anak anggota DPI itu akan bersekolah di tempat dia akan melakukan
penelitiannya, namun dia meragukannya.
Pada pertemuan berikutnya, anggota DPI itu memperlihatkan sikap
permusuhan lebih sedikit dan menurut hemat apakah dia telah memutuskan
bersikap tidak menantang di saat-saat terakhir itu atau ada seseorang yang telah
berbicara kepadanya karena jelas bahwa paling tidak dua dari anggota-anggtoa lain
DPI , termasuk ketuanya, tidak senang kalau dia bersikap begitu menantang. Peneliti
menyerahlan surat yang berisi klarifikasi isu pertemuan TPA. Dalam surat itu, dia
mengulangi lagi rumitnya penelitian itu, mengakui pentingnya penjelasan dan
persetujuan dan “perlindungan subjek manusia” dan memerinci bagaimana dia akan
meminta penjelasan dan persetujuan dan melindungi mereka yang berpartisipasi
dalam pertemuan-pertemuan TPA. Sebelum setiap pertemuan TPA dimulai, dia akan
memperkenalkan diri kepada para anggota kelompok pertemuan, mengemukakan
alasan dia ikut menghadiri pertemuan, dan bertanya apakah sekiranya ada yang
keberatan kalau dia ikut pertemuan itu. Jika semua setuju dia bisa ikut, dia akan ikut,
jika ada yang keberatan dia tidak akan ikut. Tampaknya penjelasan itu sudah cukup.
Anggota TPA yang dulu memprotes diam saja dan membaca dua surat dari peneliti
dengan cermat semua sepakat bahwa peneliti telah memberikan informasi yang cukup
untuk membuat keputusan. Ketua TPA berkata kepada peneliti kalau tentu saja
peneliti mengharapkan surat yang berisi pemberitahuan tentang keputusan mereka.
Ketua TPA merasa sangat senang dan tampaknya ingin menyatakan sikapnya bahwa
kelompok itu akan menerima permintaan TPA. Sebelum menutup petemuan,
anggota yang dulu mengajukan protes berkata kepada peneliti, “Saya harap anda bisa
memetik pelajaran dari pengalaman ini.” Peneliti berkata ya.

15
Pelajaran apa yang sekiranya bisa dia petik dari pengalaman ini? Singkatnya,
ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik, termasuk bahwa bekerja dengan anggota
komite TPA dan bersabar itu penting. Bahkan sewaktu anda merasa kalau anggota
komite itu membuat keputusan yang kurang bagus, atau tidak memahami penelitian
anda, anda harus tetap ulet tanpa bersikap ngotot. Anda perlu memahami kalau
keputusan-keputusan yang dibuat komite PT tentang penelitian anda itu bukanlah
keputusan mengenai penelitian anda. Keputusan kadang dibuat karena alasan politik
dan pribadi.

16

Anda mungkin juga menyukai