Anda di halaman 1dari 23

BANK INDONESIA

Disusun untuk Memenui Salah Satu Tugas Mata Kuliah Lembaga Keuangan

Dosen Pengampu: Yulia Fithriany R, S.P., M.E

Disusun Oleh:

Kelompok 1
Rista 1178020217
Selvy Setia Anggraeni 1178020225
Silvi Rahmadini 1178020229
Sri Mulyasari 1178020237
Vania Aulia Firdaus 1178020249
Wildan Nugraha Sani 1178020251

MANAJEMEN 5F
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala karena
atas izin dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “Bank Indonesia”

Penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah Lembaga Keuangan pada Jurusan Manajemen di
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
Dalam Penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami Yulia Fithriany R, S.P, M.E yang
telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari, bahwa makalah baik teknis penulisan maupun isinya
mengingat keterbatasan yang penulis miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Bandung, September 2019

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I...................................................................................................................................3

PENDAHULUAN..................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................4

BAB II..................................................................................................................................6

PEMBAHASAN....................................................................................................................6

2.1 Pengertian Bank Indonesia.......................................................................................6

2.2 Status Bank Indonesia..............................................................................................7

2.3 Tujuan, Tugas dan Larangan Bank Indonesia............................................................8

2.4 Pengertian Bank Umum.........................................................................................11

2.5 Kegiatan Usaha Pokok Bank Umum........................................................................12

2.6 Perbedaan Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah...........................14

2.7 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat......................................................................16

2.8 Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat..............................................................17

2.9 Perbedaan BPR dengan BPRS.................................................................................18

2.10 Contoh Kasus........................................................................................................19

BAB III...............................................................................................................................21

PENUTUP..........................................................................................................................21

3.1 KESIMPULAN..........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bank Indonesia merupakan bank sentral berdasarkan UU No. 13 Tahun
1968. Bank ini berasal dari De Javasche Bank yang didirikan pada tanggal 10
Oktober 1827, kemudian dinasionalisasikan pada tahun 1951 dengan UU No. 24
Tahun 1951. Melalui UU No. 11 Tahun 1953 (Undang-undang Pokok Bank
Indonesia 1953), De Javasche Bankwet 1922 dicabut dan dengan nama Bank
Indonesia didirikan suatu bank sentral untuk menggantikan De Javasche Bank
N.V.

Berdasarkan penetapan presiden No. 17 Tahun 1965, Bank Indonesia


bersama-sama dengan Bank Koperasi Tani dan Nelayan, Bank Negara Indonesia,
Bank Umum Negara, dan Bank Tabungan Negara dilebur ke dalam Bank
Tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia (BNI). Berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Urusan Bank Sentral No. KEP.65/UBS/65, bank-bank
tersebut diatas melaksanakan usaha-usahanya masing-masing dengan nama BNI
Unit I, Unit II, Unit III, Unit IV, Unit V. Bank Negara Indonesia Unit I berfungsi
sebagai bank sirkulasi, bank sentral dan bank umum.

Sebagai pelaksanaan ketentuan yang tercantum dalam pasal 55 Ketetapan


MPRS No. XXIII/MPRS/1966 yang berbunyi, “Dalam rangka pengamanan
keuangan negara pada umumnya dan pengawasan serta penyehatan tata
perbankan pada khususnya, maka segera harus ditetapkan Undang-undang Pokok
Perbankan dan Undang-undang Bank Senral” , maka dikeluarkan UU No. 14
Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan (berlaku terhitung mulai tanggal 1
Januari 1968) dan UU No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Bank Indonesia ?

2. Bagaimana status Bank Indonesia?

3. Apa tujuan, tugas dan larangan Bank Indonesia?

4. Apa yang dimaksud dengan Bank Umum?

5. Apa saja kegiatan usaha pokok Bank Umum?

6. Bagaimana perbedaan Bank Umum Konvensional dengan Bank Umum


Syariah?

7. Apa yang dimaksud dengan Bank Perkreditan Rakyat?

8. Apa saja kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat?

9. Bagaimana perbedaan BPR konvensional dengan BPR syariah?

10. Apa kasus yang terjadi di Bank Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Bank Indonesia.

2. Mengetahui status Bank Indonesia.

3. Memahami tujuan, tugas dan larangan bagi Bank Indonesia.

4. Memahami apa yang dimaksud dengan Bank Umum.

5. Memahami kegiatan apa saja yang dilakukan oleh Bank Umum.

6. Memahami perbedaan Bank Umum konvensional dengan Bank Umum


syariah.

7. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Bank Perkreditan Rakyat.

4
8. Memahami kegiatan yang dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat.

9. Memahami perdedaan BPR konvensional dengan BPR syariah.

10. Mengetahui contoh kasus yang terjadi di Bank Indonesia.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bank Indonesia


Bank Indonesia berasal dari De Javasche Bank NV yang merupakan salah satu
bank milik pemerintah Belanda. De Javasche Bank NV didirikan pada zaman
penjajahan Belanda, tepatnya pada tanggal 10 Oktober 1827. Pendirian bank ini
dimaksudkan untuk membantu pemerintah Belanda, untuk mengurus keuangannya di
Hindia Belanda pada waktu itu. Kemudian, De Javasche Bank NV dinasionalisasi
pemerintah Indonesia tanggal 6 Desember 1951 dengan Undang-Undang Nomor 24
Tahun 1951 menjadi bank milik pemerintah Republik Indonesia. Selanjutnya,
berdasarkan Penetapan Presiden Nomor 17 Tahun 1965, Bank Indonesia bersama
bank-bank lainnya seperti Bank Koperasi Tani dan Nelayan, Bank Negara Indonesia
dan Bank Tabungan Negara dilebur ke dalam Bank Tunggal dengan nama Bank
Negara Indonesia (BNI). Bank Negara Indonesia ini terdiri dari BNI unit I, BNI unit
II, BNI unit III, BNI unit IV, dan BNI unit V. Bank Negara Indonesia unit I kemudian
berfungsi sebagai Bank Sirkulasi, Bank Sentral, dan Bank Umum dan dijadikan Bank
Sentral di Indonesia dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968. Berdasarkan
Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1999 status Bank Indonesia sebagai bank
sentral dikukuhkan lagi.

Kantor pusat Bank Sentral terletak di ibukota negara. Di Indonesia, bank


sentral berkantor di Jakarta dan mempunyai kantor di seuluruh wilayah Indonesia
(biasanya di tiap-tiap ibukota provinsi) serta perwakilan-perwakilan dam
koresponden di luar negeri. Fungsi bank sentral di negara mana pun selalu memegang
peranan sangat penting dalam memajukan perkembangan pembangunan di negaranya,
begitu pula dengan tugas bank sentral di Indonesia yang diemben oleh Bank
Indonesia juga mempunyai posisi strategis dalam pembangunan, baik dalam melayani

6
pemerintah, dunia keuangan dan perbankan, yang ada di Indonesia dan di seluruh
dunia.

Peranan Bank Indonesia sebagai bank sentral atau sering juga disebut bank to
bank. Tugas-tugas Bank Indonesia sebagai bank to bank adalah mengatur,
mengoordinasi, mengawasi, serta memberikan tindakan kepada dunia perbankan.
Bank Indonesia juga mengurus dana yang dihimpun dari masyarakat agar disalurkan
kembali ke masyarakat benar-benar efektif penggunaannya sesuai dengan tujuan
pembangunan. Kemudian disamping mengurus dana perbankan, Bank Indonesia juga
mengatur dan mengawasi kegiatan perbankan secara keseluruhannya.

Peranan lain dari Bank Indonesia adalah dalam hal mencetak dan
menyalurkan uang kartal (kertas dan logam). Bahkan Bank Indonesia mempunyai hak
tunggal untuk menyalurkan uang kartal. Tugas berikutnya adalah mengendalikan
jumlah uang yang beredar dan suku bunga dengan maksud untuk menjaga kestabilan
nilai rupiah.

Dalam menjalankan tugas sehari-hari Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan


Gubernur, yang terdiri dari seorang Gubernur, seorang Deputi Gubernur Senior, dan
sekurang-kurangnya 4 atau sebanyak-banyaknya 7 orang Deputi Gubernur.

2.2 Status Bank Indonesia


Status bank Indonesia adalah sebagai:

a. Lembaga Negara yang independen

Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia


dinyatakan bahwa Bank Sentral Republik Indonesia adalah Bank
Indonesia, suatu lembaga yang independen bebas dari campur tangan
pemerintah dan /atau pihak-pihak lainnya kecuali untuk hal-hal yang
secara tegas diatur dalam undang-undang ini (Pasal 4).

b. Bank Indonesia sebagai badan hukum

7
Pasal 4 Undang-undang No. 23 Tahun 1999 merupakan dasar hukum
Bank Indonesia sebagai badan hukum. Pengertian badan hukum disini
meliputi badan hukum public dan badan hukum perdata. Penegasan Bank
Indonesia sebagai bank hukum ini diperlukan agar terdapat kejelasan
wewenang Bank Indonesia dalam mengelola kekayaan sendiri yang
terlepas dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

c. Kedudukan bank Indonesia dalam struktur ketatanegaraan RI

Sebagai lembaga negara yang idependen, Bank Indonesia mempunyai


kedudukan yang khusus dalam struktur ketatanegaraan RI. Sebagai
lembaga negara, kedudukan Bank Indonesia tidak sejajar dengan DPR,
MA, BPK, atau Presiaden yang merupakan Lembaga Tinggi Negara.
Kedudukan Bank Indonesia berada diluar pemerintah. Dalam pelaksanaan
tugasnya, Bank Indonesia mempunyai hubungan kerja dengan DPR, BPK,
serta Pemerintah.

2.3 Tujuan, Tugas dan Larangan Bank Indonesia

A. Tujuan Bank Indonesia

Tujuan Bank Indonesia seperti dalam Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1999


Bab III Pasal 7 adalah untuk mencapai dan memelihara kestabilan rupiah. Mata uang
rupiah perlu dijaga dan dipelihara mengingat dampak yang ditimbulkan apabila suatu
mata uang tidak stabil sangatlah luas. Adapun maksud dari kestabilan rupiah yang
diinginkan oleh Bank Indonesia adalah :

1. Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jas yang dapat diukur dengan atau
tercermin dari perkembangan laju inflasi.

8
2. Kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain. Hal ini dapat diukur
dengan atau tercermin dari perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata
uang negara lain.

Dengan stabilnya nilai mata uang rupiah, maka akan sangat banyak manfaat yang
akan diperoleh terutama untuk mendukung pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Agar kestabilan nilai rupiah
dapat tercapai dan terpelihara, maka Bank Indonesia memiliki tugas antara lain :

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

B. Tugas – Tugas Bank Indonesia

Tugas bank Indonesia yang tertuang di undang-undang No.13 tahun 1968 yang di
rumuskan secara umum yaitu meningkatkan taraf hidup rakyat. Undang-undang
tersebut dinyatakan tidak tegas mengenai bank Indonesia. Dalam undang-undang No.
23 tahun 1999 dinyatakan secara tegas bahwa tugas bank Indonesia adalah menjaga
dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan ini dimaksud yaitu kestabilan nilai
rupiah terhadap barang dan jasa.yang tercermin dari perkembangan laju inflasi serta
kestabilan terhadap mata uang asing.

Secara garis besar ada tiga tugas Bank Indonesia dalam rangka mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah seperti yang telah diungkapkan di atas. Berikut ini
akan diuraikan garis-garis besar dari masing-masing tugas Bank Indonesia seperti
yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999.

1. Menetapkan sasaran-sasaran kebijakan moneter

Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter Bank


Indonesia berwenang:

9
a. Menetapkan sasaran-sasaran moneter denan memerhatikan sasaran laju
inflasi yang ditetapkannya.

b. Melakukan pengendalian moneter dengan mengunakan cara-cara yang


termasuk, tetapi tidak terbatas pada:

1) Operasi pasar terbuka di pasar uang, baik mata uang rupiah maupun
valas

2) Penetapan tingkat diskonto

3) Penetapan cadangan wajib minimum

4) Pengaturan kredit atau pembiayaan

c. Memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah, paling


lama 90 hari kerja kepada bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan
jangka pendek bank yang bersangkutan.

d. Melaksanakan kebijakan nilai tukar berdasarkan sistem nilai tukar yang


telah ditetapkan.

e. Mengelola cadangan devisa.

f. Menyelenggarakan survey secara berkala atau sewaktu-waktu diperlukan


yang dapat bersifat makro dan mikro.

2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

Dalam tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran Bank


Indonesia berwenang:

a. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan


jasa sistem pembayaran.

10
b. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan
laporan kegiatannya.

c. Menetapkan penggunaan alat pembayaran.

d. Mengatur sistem kliring antarbank baik dalam mata uang rupiah maupun
asing.

e. Menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antarbank.

f. Menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang
digunakan, dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang
sah.

g. Mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah secara mencabut, menarik,


dan memusnahkan penggantian dengan nilai yang sama.

C. Larangan bagi Bank Indonesia


Bank Indonesia tidak diperkenankan melakukan penyertaan modal dalam
perusahaan-perusahaan, kecuali dalam lembaga keuangan, Itu pun hanya dapat
dilakukan dari cadangan.

2.4 Pengertian Bank Umum


Berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 yang dimaksud dengan
Bank Umum adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima
simpanan dalam bentuk giro dan deposito dan dalam usahanya terutama memberikan
kredit jangka pendek. Bank-bank umum terdiri dari bank-bank umum pemerintah,
bank-bank umum swasta, bank-bank umum asing dan bank umum koperasi. Bank
umum pemerintah adalah Bank Negara Indonesia 1946, Bank Dagang Negara, Bank
Bumi Daya, Bank Rakyat Indonesia, Bank Ekspor Impor Indonesia. Bank umum
dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran,dimana dalam pelaksanaan

11
kegiatan usahanya dapat secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.
Sebagaimana halnya fungsi dan tugas perbankan indonesia,bank umum juga
merupakan agent of development yang bertujuan meningkatkan
pemerataan,pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan
kesejahtraan rakyat banyak.

2.5 Kegiatan Usaha Pokok Bank Umum


Dalam rangka melaksanakan fungsi dan tugasnya, bank umum dapat
melakukankegiatan usaha pokok berikut :

1. Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, depasito


berjangka, sertifikat depasito, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang di
persamakan dengan itu.
2. Memberikan kredit.
3. Menerbitkan surat pengakuan utang.
4. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya.
5. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah.
6. Menempatkan dana pada, meminjam dana diri, atau meminjamkan dana
kepada bank lain.
7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melaksanakan
perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.
8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.
9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu
kontrak.
10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya.
11. Memebeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal
debitor tidak memenuhi kewajibanya kepada bank.

12
12. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dam kegiatan walin
amanat.
13. Menyediakan pembiayaan kepada nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil
sesuai dengan ketentuan yang di tetapkan dalam peraturan pemerintah.
14. Kegiatan lain yang lazim di lakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Selain usaha yang di izinkan, terdapat usaha-usaha yang di larang bagi bank
umum antara lain usaha per asuransian.
Untuk memperoleh izin usaha tersebut wajib mempenuhi persyaratan
sekurang kurangnya tentang susunan organisasi dan pengurusan, permodalan ,
kepemilikan, keahlian di bidang per bank an dan kelayakan perencanaan kerja.

Pendirian bank umum dapat dilakukan oleh :

1. Warga negara indonesia dan/atau badan hukum Indonesia


2. WNI dan/atau badan hokum indonesia dengan warga negara asing
dan/atau badan hukum secara kemitraan.

Sesuai dengan SK Direksi Bank Indonesia No. 32/33/KEP/DIR tanggal 12


Mei 1999 tentang Bank Umum dikuatkan bahwa modal disetor untuk mendirikan
bank ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar tiga triliun rupiah, dimana bagi bank
yang berbentuk hukum koperasi adalah simpanan pokok, simpanan wajib dan hibah
sebagaimana diatur dalam UU tentang perkoprasian, sedangkan modal yang berasal
dari WNA dan/atau Badan Hukum Asing dalam kemitraannya dengan WNI dana tau
Badan Hukum Indonesia setinggi-tingginya sebesar 99% dari modal disetor bank.

13
2.6 Perbedaan Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah
Perbedaan Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah antara lain:

1. Keuntungan

Kedua bank sama-sama memberikan keuntungan bagi nasabahnya.


Hanya saja pemberian keuntungan kedua Bank ini berbeda bentuk. Menurut
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Bank Konvensional merupakan bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan memberi
keuntungan berupa suku bunga kepada nasabahnya. Sementara itu, dalam
Bank Syariah, pemberian suku bunga sama sekali dihindarkan.

Bank Syariah : Keuntungan berasal dari pendekatan bagi hasil (al-


mudharabah).

Bank Konvensional : Keuntungan berasal dari suku bunga dengan


jumlah nominal tertentu. Selain itu, nasabah memperoleh keuntungan bunga
simpanan yang tinggi, sedang kepentingan pemegang saham di antaranya
adalah memperoleh spread yang optimal antara suku bunga simpanan dan
suku bunga pinjaman (mengoptimalkan interest difference).

2. Pengelolaan Dana

Perbedaan kedua bank ini juga terjadi dalam hal pengelolaan dana.
Bank memiliki caranya masing-masing untuk mengelola dana nasabah agar
terus berputar. Bahkan pemutaran keuangan dapat melalui produk apa saja.
Bisa dari tabungan, deposito hingga giro. Akan tetapi, pada bank syariah,
pegelolaan keuangan ini tak bisa sembarangan.

Bank Syariah : Pada Bank Syariah, seseorang bisa meminjam dana


usaha dari Bank apabila jenis usaha yang dijalankannya halal dari sudut
pandang Islam. Beberapa usaha tersebut diantaranya, perdagangan,
peternakan, pertanian, dan lain sebagainya. Segala pengelolaan yang berasal

14
dan diinvestasikan pada kegiatan bisnis yang melanggar hukum Islam, seperti
perdagangan barang-barang haram, perjudian (maisir), dan manipulatif
(ghahar) sangat diharamkan.

Bank Konvensional : Pengelolaan keuangan bisa berasal dari sumber


manapun tanpa harus mengetahui dari mana atau kemana uang tersebut
disalurkan, selama debitur bisa membayar cicilan dengan rutin.diperbolehkan
meminjam dana dari bank untuk jenis usaha yang diijinkan atas hukum positif
yang berlaku di Indonesia. Usaha yang dianggap tidak halal tapi bila diakui
hukum positif di Indonesia tetap bisa meminjam dana dari Bank
Konvensional.

3. Proses Transaksi Perbankan

Bank Syariah : Transaksi berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist dan telah


difatwakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Jenis transaksinya antara
lain akad al-mudharabah (bagi hasil), al-musyarakah (perkongsian), al-ba’i
(bagi hasil), al-ijarah (sewa-menyewa), dan al-wakalah (keagenan).

Bank Konvensional : Transaksi berdasarkan pada hukum yang berlaku


di negara Indonesia.

4. Promosi dan Cicilan

Dua hal tersebut merupakan daya tarik bank dalam menjaring nasabah.
Dan keduanya memiliki taktik masing-masing dalam memberian promosi dan
juga cicilan. Apabila Bank Konvensional gemar menebar promosi dan cicilan
yang menggiurkan misalnya cicilan 0% diberikan bagi nasabah yang memiliki
tabungan di bank tertentu atau suku bunga tetap saat ingin membeli rumah,
untuk Bank Syariah juga memiliki caranya sendiri dalam memberikan
promosi dan cicilan.

15
Bank Syariah : Program cicilan diterapkan dengan jumlah tetap
berdasarkan keuntungan yang sudah disetujui antara pihak bank dan nasabah
saat akad kredit. Sementara untuk pemberian promosi harus tersampaikan
dengan jelas, tidak ambigu, dan transparan.

Bank Konvensional : Hampir setiap bulan memberikan promosi yang


berbeda-beda dan bertujuan menarik nasabah untuk menggelontorkan
uangnya di bank tersebut. Promosinya sangat beragam seperti pemberian suku
bunga tetap atau fixed rate selama periode tertentu, sebelum akhirnya
memberikan suku bunga berfluktuasi atau floating rate kepada nasabah.

2.7 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat


Bank Perkreditan Rakyat (disingkat BPR) adalah lembaga keuangan bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip
Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. BPR hanya melakukan kegiatan berupa simpanan dalam bentuk
deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dan
menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Dengan lokasi yang pada umumnya dekat
dengan tempat masyarakat yang membutuhkan.Status BPR diberikan kepada Bank
Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari (LPN),
Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit
Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan
Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD), dan/atau lembaga-lembaga
lainnya yang dipersamakan berdasarkan UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dengan
memenuhi persyaratan tatacara yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Tujuan BPR

Pendirian BPR memiliki tujuan, yaitu :

16
 Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan jasa pelayanan perbankan bagi
masyarakat pedesaan
 Menunjang pertumbuhan dan modernisasi ekonomi pedesaan sehingga para
petani, nelayan dan para pedagang kecil di desa dapat terhindar dari lintah
darat, pengijon dan pelepas uang
 Melayani kebutuhan modal dengan prosedur pemberian kredit yang mudah
dan sesederhana mungkin sebab yang dilayani adalah orang-orang relatif
rendah pendidikannya
 Ikut serta memobilisasi modal untuk keperluan pembangunan dan turut
membantu rakyat dalam berhemat dan menabung dengan menyediakan tempat
yang dekat, aman, dan mudah untuk menyimpan uang bagi penabung kecil

2.8 Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat


Untuk mewujudkan tugas pokoknya tersebut, BPR dapat melakukan usaha berikut:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan seperti tabungan,
deposito dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
2. Memberikan pinjaman kepada masyarakat.
3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah dengan prinsip bagi hasil sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan peraturan pemerintah.
4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
Serifikat Deposito dan atau tabungan pada bank lain.

Sedangkan usaha-usaha yang dilarang bagi BPR meliputi:

1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran
2. Melakukan kegiatan dalam usaha dalam valuta asing, kecuali melakukan
transaksi/jual beli uang kertas asing
3. Melalukan penyertaan modal
4. Melakukan usaha perasuransian
5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud diatas.

Pendirian Bank Perkreditan Rakyat dapat dilakukan oleh:

17
1. Warga Negara Indonesia
2. Badan Hukum Indonesia yang seluruh kepemilikannya WNI
3. Pemerintah Daerah; atau
4. Dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud dalam angka (1), (2), dan (3)

Sesuai dengan SK Direksi Bank Indonesia No. 32/35/KEP/DIR tanggal 12 Mei


1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat dikatakan bahwa modal disetor untuk
mendirikan BPR ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar:

1. Dua miliar rupiah untuk BPR yang didirikan di DKI Jakarta, dan
Kabupaten Kotamadya Tangerang, Bogor, Bekasi dan Karawang.
2. Satu miliar rupiah untuk BPR yang didirikan di wilayah Ibukota Provinsi
di luar wilayah yang disebut dalam huruf (a)
3. Lima ratus juta rupiah untuk BPR yang didirikan di luar wilayah yang
disebut dalam huruf (a) dan (b).

2.9 Perbedaan BPR dengan BPRS


Perbedaan BPR BPRS

Keuntungan Bagi Hasil Bagi hasil seperti


pembiayaan mudharabah,
musyarakah, murahabah,
qardul hasan, bai bitsama
ajil.
Fungsi menghimpun dana memiliki fungsi yang
masyarakat ke dalam sama, namun berdasarkan
bentuk deposito berjangka, perjanjian akad dan juga
ataupun tabungan nilai syariah
Hukum hukum yang berlaku di hukum berdasarkan kaidah
Indonesia syariah
Investasi Investasi di semua usaha Kegiatan usaha yang
didanai tidak boleh
melanggar aturan
Tujuan Penunjang pelaksanaan Meningkatkan
pembangunan nasional kesejahteraan umat islam

Produk Deposito, tabungan dan Berbasis syariah


kredit ( simpanan amanah,
tabungan wadiah, dan
deposito wadiah atau

18
deposito mudarabah

2.10 Contoh Kasus


BI dan Pemerintah Cari Jalan agar Industri Manufaktur Bisa Bangkit

Industri manufaktur menjadi salah satu pilar penting dalam laju pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Oleh sebab itu, mendorong industri ini agar semakin maju
menjadi sebuah keharusan agar perekonomian yang diharapkan dapat tercapai.
Untuk mewujudkan semua itu, Pemerintah dan Bank Indonesia serta Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) menggelar rapat koordinasi penguatan industri manufaktur.
Industri ini diharapkan mampu meningkatkan ekonomi yang berkelanjutan dan
inklusif.
Sementara itu, fokus pengembangan produk dimulai pada industri otomotif,
tekstil & produk tekstil (TPT), dan alas kaki, serta industri lainnya yang mendukung
pengembangan produk-produk di industri tersebut.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan industri manufaktur
nasional yang lesu menjadi salah satu penghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Akibatnya, angka pertumbuhan ekonomi selalu tertahan di level kisaran 5 persen
setiap tahunnya. Di tahun ini target pertumbuhan ekonomi ditargetkan mencapai
angka 5,2 persen.

19
Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo menyebutkan pertumbuhan sektor
manufaktur nasional di kuartal II-2019 hanya tumbuh di kisaran 3,62 persen. Angka
tersebut dinilai terlalu kecil, bahkan hanya separuh dari pertumbuhan normal sektor
manufaktur yang seharusnya 6 persen-7 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi pertumbuhan di kuartal II-2019
itu melambat dibandingkan kuartal II-2018 yang tumbuh 4,36 persen. Pada periode
yang sama pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,05 persen, melambat
dari kuartal II-2018 yang sebesar 5,27 persen, dan target tahun ini Indonesia harus
mampu mencapai angka 6 persen.
Ada dua tantangan dalam mendorong industri manufaktur tersebut. Pertama
soal meningkatkan value chain dalam negeri. Menurutnya, banyak industri unggulan
Indonesia yang belum saling terhubung dengan industri lainnya. Terutama yang
produk pendukungnya ada di Tanah Air.
Selanjutnya, produk unggulan manufaktur harus didorong untuk bersaing di
pasar global. Menurutnya, ditengah persaingan global yang semakin ketat, Indonesia
perlu menentukan prioritas produk, tak bisa keseluruhan secara bersamaan. BI
melihat potensi itu ada pada produk tekstil, otomotif, dan alas kaki.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Bank Indonesia berperan sebagai bank sentral atau sering juga disebut bank to
bank. Tugas-tugas Bank Indonesia sebagai bank to bank adalah mengatur,
mengoordinasi, mengawasi, serta memberikan tindakan kepada dunia perbankan.
Bank Indonesia juga mengurus dana yang dihimpun dari masyarakat agar disalurkan
kembali ke masyarakat benar-benar efektif penggunaannya sesuai dengan tujuan
pembangunan. Kemudian disamping mengurus dana perbankan, Bank Indonesia juga
mengatur dan mengawasi kegiatan perbankan secara keseluruhannya. Bank Umum
adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam
bentuk giro dan deposito dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka
pendek. Bank umum juga terdiri dari bank umum konvensional dan bank umum
syariah yang keduanya memiliki perbedaan. Bank Perkreditan Rakyat (disingkat
BPR) adalah lembaga keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

21
DAFTAR PUSTAKA
S.P. Hasibuan, Malayu. 2008.Dasar-Dasar Perbankan.Jakarta:PT Bumi Aksara.

Suyatno, Thomas, dkk.1999.Kelembagaan Perbankan.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.

Tono, Suwidi, dkk.2000.Bank Indonesia Menuju Independensi Bank Sentral.Jakarta:PT. Mardi


Mulyo.

https://www.google.co.id/amp/s/m.liputan6.com/amp/4054950/bi-dan-pemerintah-cari-
jalan-agar-industri-manufaktur-bisa-bangkit

22

Anda mungkin juga menyukai