Anda di halaman 1dari 2

Empi

Di dalam ekonomi syariah sendiri ,bagaimana konsumsi dan perilaku konsumen seperti apa yang sesuai
dengan kaidah hukum Islam?

Jawab : Dalam Islam perilaku seorang konsumen harus memikirkan hubungan dirinya dengan Allah
(hablu minallah) dan manusia ( hablu mina an-nas). Perilaku manusia menjadi tolak ukur dalam
menempuh hidupnya sehari-hari, dan semuanya sudah diatur dalam ajaran Islam. Agama Islam tidak
membenarkan penganutnya bersifat materialistis dan pemboros. Islam tidak mengakui kegemaran
materialistis semata-mata dari pola konsumsi modern. Etika ekonomi Islam berusaha untuk mengurangi
kebutuhan material manusia yang luar biasa sekarang ini, untuk menghasilkan energi manusia dalam
mengejar cita-cita spritualnya.

Laili

Mengapa konsumsi dalam islam melarang umat manusia melakukan konsumsi secara berlebihan atau
diluar batas? Dan apa yang menjadi batasan batasan konsumsi dalam islam?

Jawab : Islam melarang umatnya melakukan konsumsi secara berlebihan, karena konsumsi diluar
kebutuhan adalah salah satu bentuk pemborosan atau menghambur-hamburkan harta secara
berlebihan dan itu merupakan hal yang tidak di sukai oleh Allah SWT. Pemborosan adalah perbuatan
yang sia-sia untuk keberlangsungan sumber daya alam bagi manusia. Sebagai contoh, apabila prilaku
konsumsi seseorang bersifat boros, misalnya, kita membeli makanan, sedangkan makanan yang kita
makan  belum habis kita sudah membeli makanan lagi dan membuang sisa makanan yang dibeli pertama
kali. Dengan demikian jelas bahwa pemborosan akan menyebabkan makanan tersebut terbuang sia-sia.
Karena diluar sana masih banyak orang yang lebih membutuhkan makanan tersebut.

Batasan konsumsi dalam Islam tidak hanya memperhatikan aspek halal-haram saja tetapi termasuk pula
yang diperhatikan adalah yang baik, cocok, bersih, sehat, tidak menjijikkan. Larangan israf dan larangan
bermegah-megahan.Begitu pula batasan konsumsi dalam syariah tidak hanya berlaku pada makanan
dan minuman saja, tetapi juga mencakup jenis-jenis komoditi lainya. Pelarangan atau pengharaman
konsumsi untuk suatu komoditi bukan tanpa sebab. Pengharaman untuk komoditi karena zatnya
memiliki kaitan langsung dalam membahayakan moral dan spiritual.

Chris

Jelaskan apa yang akan terjadi jika seseorang tidak menerapkan prinsip ekonomi dalam memenuhi
kebutuhannya dan hanya menuruti hawa nafsunya saja?

Jawab : Pada prinsipnya ekonomi digunakan untuk memenuhi permintaan tak terbatas dengan sumber
daya yang terbatas. Prinsip ekonomi mendorong manusia untuk selalu mempertimbangkan biaya yang
dikeluarkan dengan manfaat yang diperoleh. Oleh karena itu, prinsip ekonomi ini menekankan manusia
untuk berhemat dan mengedepankan skala prioritas.

Manfaat prinsip ekonomi sendiri diantaranya mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk
memperoleh keuntungan maksimal, memperkecil resiko kerugian atau kerusakan, mencapai tingkat
kemakmuran yang diinginkan, mencapai hasil kerja yang terjamin mutunya untuk memenuhi tingkat
kepuasan pelaku ekonomi serta sulit memperoleh keuntungan.

Akibatnya jika tidak menerapkan prinsip ekonomi adalah munculnya masalah kelangkaan, tidak optimal
pemanfaatan sumber daya yang ada, dan terjadi ketimpangan dalam memenuhi kebutuhan dan
keinginan.

Betris

Bagaimana konsep konsumsi dalam Islam dan apa bedanya dengan konsep konsumsi konvensional?

Jawab : Konsumsi dalam ekonomi Islam adalah upaya memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun
rohani sehingga mampu memaksimalkan fungsi kemanusiaannya sebagai hamba Allah SWT untuk
mendapatkan kesejahteraan atau kebahagiaan di dunia maupun akhirat. Menurut syariah/islam,
pengertiannya tidak jauh berbeda dengan versi konvensional. Yang membedakan hanyalah pada segi
tujuan serta prinsip-prinsip dasar mengenai konsumsi.

Konsumen Muslim memiliki keunggulan bahwa mereka dalam memenuhi kebutuhannya tidak sekadar
memenuhi kebutuhan individual (materi), tetapi juga memenuhi kebutuhan sosial (spiritual). Konsumen
Muslim ketika mendapatkan penghasilan rutinnya, baik mingguan, bulanan, atau tahunan, ia tidak
berpikir pendapatan yang sudah diraihnya itu harus dihabiskan untuk dirinya sendiri, tetapi karena
kesadarannya bahwa ia hidup untuk mencari ridha Allah, sebagian pendapatannya dibelanjakan di jalan
Allah (fi sabilillah). Dalam Islam, perilaku seorang konsumen Muslim harus mencerminkan hubungan
dirinya dengan Allah (hablu mina Allah) dan manusia (hablu mina an-nas).

Konsep inilah yang tidak kita dapati dalam ilmu perilaku konsumen konvensional. Selain itu, yang tidak
kita dapati pada kajian perilaku konsumsi dalam perspektif ilmu ekonomi konvensional adalah adanya
saluran penyeimbang dari saluran kebutuhan individual yang disebut dengan saluran konsumsi sosial.
Alquran mengajarkan umat Islam agar menyalurkan sebagian hartanya dalam bentuk zakat, sedekah,
dan infaq. Hal ini menegaskan bahwa umat Islam merupakan mata rantai yang kokoh yang saling
menguatkan bagi umat Islam lainnya.

Anda mungkin juga menyukai