Bank Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian
meliputi:
1. Bank Syariah wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia laporan keuangan berupa
neraca tahunan dan perhitungan laba rugi tahunan serta penjelasannya dan telah
diaudit oleh kantor akuntan publik.
2. Dalam menyalurkan Pembiayaan dan melakukan kegiatan usaha, Bank Syariah wajib
menempuh cara-cara yang tidak merugikan Bank Syariah dan kepentingan Nasabah
3. Dalam hal Nasabah Penerima Fasilitas tidak memenuhi kewajibannya, Bank Syariah
dapat membeli sebagian atau seluruh Agunan, baik melalui maupun di luar pelelangan
dengan ketentuan Agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan selambat-lambatnya
dalam jangka waktu 1 (satu) tahun.
5. Dalam hal harga pembelian Agunan apabila melebihi jumlah kewajiban Nasabah
selisih kelebihan jumlah harus dikembalikan kepada Nasabah
.
Tax neutrality merupakan kebijakan pemerintah menyamakan perlakuan pajak bank syariah
dengan bank konvensional
Salah satu produk perbankan syariah adalah pembiayaan dengan akad murabahah
yaitu akad jual beli. Jual beli disini sebagai jual beli pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati. Praktik murabahah pada bank syariah dilakukan dengan cara
membeli barang yang diperlukan nasabah, kemudian menjualnya pada nasabah dengan harga
barang ditambah keuntungan yang disepakati. Dalam praktik tersebut, terdapat transaksi jual
beli yang menjadi objek PPN. Saat pembelian, bank syariah akan membayar PPN sebagai
PPN masukan. Sedangkan saat penjualan ke nasabah, PPN dibayar oleh pembeli (nasabah)
sebagai PPN keluaran bagi bank syariah. Inilah yang dianggap pajak ganda. Pajak ini
berakibat pada berkurangnya keuntungan yan diperoleh bank syariah. Bahkan keuntungan
yang diperoleh terkadang lebh kecil dari PPN yang dibayar, dan harga perolehan barang
menjadi lebih mahal.sehingga diberlakukanlah persamaan perlakuan pajak (tax neutrality)
untuk pajak pertambahan nilai bagi bank syariah dan bank konvensional sejak April 2010