OLEH:
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
Laporan Keungan Bank Syariah
Suatu laporan keuangan bermanfaat apabila informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan tersebut dapat diahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan. Akan
tetapi, perlu disadaripua bahwa laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi
yangmungkin dibutukan oleeh pihak-oihak yyang berkepentingan dengan bank karena
secara umum laporan keuangan hanya menggambarkan pengaruh keuangan dari
kejadian asa lau dan tidak diwajibkan untuk menyediakan infrmasu non keuangan.
Penjelasan tentang akun-akun yang ada di laporan keuangan perbankan syarah akan
di sajikan sebagai berkut:
Adapun jenis pembiayaan jual beli yang lazim dilakukan oleh bank syariah adalah :
1. MURABAHAH
Yaitu pembiayaan jual beli dimana penyerahan barang dilakukan di awal
akad. Bank menetapkan harga jual barang yaaitu harga pokok perolehan
barang ditambah sejumlah margin/ keuntungan bank. Harga jual yang telah
disepakati di awal akad tidak boleh berubah selama jangka waktu
pembiayaan .
CONTOH APLIKASI :
a. Pembiayaan konsumtif misalnya : Pembiayaan Pemilikan Rumah,
Pembiayaan pemilikan kendaraan, Pembiayaan pemikan perabotan rumah
tangga.
b. Pembiayaan produktif misalnya : Pembiayaan investasi mesin dan peralatan,
pembiayaan investasi gedung dan bangunan untuk pabrik/ kantor/sekolah,
pembiayaan persediaan barang dagangan, pembiayaan bahan baku
produksi.
2. S A L A M
Yaitu pembiayaan jual-beli di mana barang yang diperjual-belikan belum ada.
Pembayaran barang dilakukan di depaqn oleh bank namun penyerahan barang
dilakukan secara tangguh karena memerlukan proses pengadaannya. Setelah
barang diserahkankepada bank maka bank akan menjualnya kepada pembeli
yang telah nenesan sebelumnya. Hal ini disebut salam paralel karena melibatkan
pemesan dan bank, serta bank dan pelaksana yang bertanggung jawab atas
realisasipesanan tersebut.
CONTOH APLIKASI
Biasa dipraktekkan bagi pembiayaan produk pertanian. Sebagai contoh seorang
pedagang besar sembako melakukan pemesanan 1000 ton beras yang tipe,
kualitas, kuantitas dan harganya sudah ditentukan kepada seorang petani. Karena
petani tersebut tidak memiliki modal kerja , maka bank akan membiayai modal
kerja petani. Petani menerima dana di awal akad dari bank yang akan digunakan
untuk kebutuhan pengadaan sarana produksi maupun kebutuhan proses
penanaman hingga panen . Setelah panen, hasil beras sesuai spesifikasi yang
diminta akan diserahkan kepada bank. Selanjutnya bank akan menjual kepada
pemesannya yaitu si pedagang besar dan bank akan menerima pembayaran
sebagai sumber pelunasan pembayaran si petani.
3. ISTISHNA
Yaitu pembiayaan jual beli yang polanya saqma dengan pembiayaan salam,
namun berbeda dalam pola pembayarannya . Bila salam pembayarannya
dilakukan di awal akad, maka dalam istishna dilakukan secara bertahap sesuai
kesepakatan.
CONTOH APLIKASI :
Biasa dipraktikkan dalam pembiayaan manufaktur atau pembiayaan konstruksi
2. Kewajiban
Dalam akuntansi syariah, selain utang-utan yang lazim kita jumpai pada entitas non
syariah (seperti utang gaji, utang pajak, utang wesel, dll), utang juga diklasifikasikan
berdasarkan jenis transaksi yang terjadi, yaitu utang salam dan utang istishna’.
Utang salam adalah utang yang timbul akibat transaksi salam, seperti yang telah
dijelaskan pada topik piutang sebelumya), dan utang istishna’ adalah utang yang
timbul akibat transaksi istishna’. Untuk memperjelas bentuk neraca entitas syariah,
penulis telah menyajikan contoh neraca dari entitas syariah untuk kemudian dapat
dibandingkan dengan neraca entitas non syariah pada bagian lampiran.
Masalah yang muncul berkaitan dengan utang adalah dalam penerapannya, entitas
harus memperhatikan proporsi utang dalam neraca. Dalam ekonomi konvensional
dikenal istilah bunga utang. Jangan sampai perusahaan tidak mampu bahkan hanya
untuk membayari bunga utangnya. Apabila sebuah entitas tidak mampu memenuhi
kewajibannya kepada minimal dua kreditur, entitas dapat dimintakan pernyataan
pailitnya ke Pengadilan Niaga. Oleh karena itu, dalam ekonomi konvensional
perusahaan harus memperhitungkan proporsi untuk pendanaannya.
Dalam ekonomi Islam (Ekonomi Syariah) tidak dikenal istilah bunga. Sebab bunga
utang sama dengan riba yang haram hukumnya. Istilah bunga muncul sebagai dalih
dari time value of money yang dalam Islam kita pun tidak mengenal istilah tersebut.
Oleh karena itu, apabila entitas melakukan bisnis (misalnya jual beli dengan
ditangguhkan), keuntungan yang diperoleh adalah murni dari hasil usaha tersebut,
yaitu selisih dari harga jual dengan harga perolehan, dan keuntungan itu pun telah
disepakati oleh pihak penjual dan pembeli.
Secara lebih sederhana, jika kita meminjam sejumlah dana misalnya Rp1.000.000,00
dari orang lain, tidak dibenarkan bahwa kita berjanji, diminta atau apapun untuk
mengembalikan sebesar Rp1.200.000,00 tahun depan. Kita hanya harus
mengembalikan sejumlah dana yang sama seperti yang kita pinjam, yaitu satu juta
rupiah. Hanya saja, sebaiknya kita memberikan hadiah kepada orang tersebut
(apabila dari hasil pinjaman tersebut ternyata mendatangkan keuntungan bagi usaha
kita), sebagai tanda terimakasih sebab dia sudah berbaik hati mau merelakan
uangnya (yang mungkin bisa dia gunakan untuk keperluan lain) untuk dipinjamkan
kepada kita.
Sejauh prinsip ini kita pegang, tidak ada masalah seberapa besar proporsi pendanaan
yang kita pakai, yang pasti adalah kita mempunyai cukup dana untuk melunasi utang
kita. Entitas tidak perlu memikirkan bahwa ia akan rugi sebabkan oleh bunga hutang
yang tinggi. Sebab dalam akuntansi syariah, prinsip yang dipakai adalah bagi hasil.
Syirkah adalah akad kerja sama antara dua belah pihak dimana satu pihak sebagai
pemodal sedang pihak lain sebagai pengelola dana (mudharabah) atau masing-masing
pihak bertindak sebagai pemodal sekaligus sebagai pengelola dana (musyarakah),
keuntungan dibagi sesuai nisbah yang disepakati, sedang kerugian ditanggung sesuai
dengan porsi modal.
Contohnya pada lembaga keuangan syariah adalah sebagai berikut:
1. Tabungan mudharabah. Dana tabungan mudharabah yang diterima oleh bank
syariah atau BMT dicatat sebagai dana syirkah temporer.
2. Deposito / simpananan berjangka mudharabah. Dana Deposito / simpananan
berjangka mudharabah yang diterima oleh bank syariah atau BMT dicatat
sebagai dana syirkah temporer.
3. Sukuk mudharabah. Dana sukuk mudharabah yang diterima oleh penerbit dicatat
sebagai dana syirkah temporer
4. Modal penyertaan. Dana modal penyertaan yang diterima oleh BMT dicatat
sebagai dana yirkah temporer.
5. Dana investasi musyarakah/mudharabah yang diterima oleh perusahaan asuransi
syariah.
Pihak Pencatat
Pihak yang mencatat adalah yang menerima dana atau pengelola dana investasi dalam
hal ini entitas syariah. Dana Syirkah Temporer disajikan di kolom passiva pada
neraca/laporan posisi keuangan, terpisah dengan liabilitas (kewajiban) dan ekuitas
(modal).
Mengapa harus terpisah dengan liabilitas dan ekuitas?
Syirkah temporer tidak dapat digolongkan liabilitas karena entitas syariah/pengelola
dana tidak berkewajiban mengembalikan dana jika terjadi kerugian, kecuali kerugian
tersebut karena kelalaian dan wanprestasi entitas syariah/pengelola dana. Sedangkan
karakter liabilitas adalah kewajiban yang harus dikembalikan baik dalam kondisi untung
atau rugi.
Dana tersebut juga tidak dapat digolongkan ekuitas karena memiliki jangka waktu/jatuh
tempo dan pemiliknya tidak memilik hak kepemilikan seperti pemegang saham. Sedang
karakter modal adalah tidak memiliki jatuh tempo dan pemilik modal memiliki hak
kepemilikan.
a) Perkiraan yang berbeda pada kewajiban dalam neraca Bank Syariah dapat
dijelaskan sebagai berikut :
b) Simpanan / Titipan. Perkiraan ini dipergunakan untuk membukukan
penghimpunan dana yang mempergunakan prinsip wadiah (titipan), karena
prinsip dari wadiah adalah titipan yang harus dikembalikan kapan saja oleh bank
apabila si penitip meminta kembali, dalam kondisi apapun bank syariah harus
mengembalikan dana titipan tersebut kepada penitip, bank syariah harus
mengembalikan dana titipan tersebut seratus persen kepada penitip. Jadi yang
dibukukan pada kewajiban bank syariah adalah Tabungan Wadiah, Giro Wadiah.
Hal ini sangat berbeda dengan neraca bank konvensional tabungan dan deposito
dibukukan pada unsur kewajiban bank konvensional.
c) Kewajiban Investasi Terikat Executing. Perkiraan ini dipergunakan untuk
membukukan Penerimaan Mudharabah Muqayyadah dengan pola penyaluran
Executing. Penerimaan Mudharabah Muqayyadah yang pola Chanelling yang
belum disalurkan oleh bank syariah dibukukan dalam titipan kelompok
kewajiban
d) Keuntungan Diumumkan Belum Dibagikan. Perkiraan ini dipergunakan untuk
membukukan bagi hasil hak pemilik dana Investasi Tidak Terikat yang
dihimpun, yang sampai dengan tanggal laporan belum dibayarkan kepada
pemiliknya dan data yang dipergunakan dalam perkiraan ini bersumber dari
perhitungan pembagian hasil usaha.
KEWAJIBAN
Kewajiban segera xxx Xxx
Bagi hasil yang belum dibagikan xxx Xxx
Simpanan xxx Xxx
Simpanan dari bank lain xxx Xxx
Uutang:
Salam xxx Xxx
Istishna’ xxx Xxx
Jumlah utang xxx
Kewajiban kepada bank lain xxx Xxx
Pembiayaan yang diterima xxx Xxx
Hutang pajak xxx Xxx
Estimasi kerugian komit & kont xxx Xxx
Pinjaman yang diterima xxx Xxx
Pinjaman subordinasi xxx Xxx
Jumlah Kewajiban xxx Xxx
DANA SYIRKAH TEMPORER (DST)
Dana syirkah temp dari bukan bank:
Tabungan mudharabah xxx xxx
Deposito mudharabah xxx xxx Jumlah DST
bukan bank xxx Xxx
Dana syirkah temporer dari bank:
Tabungan mudharabah xxx xxx
Deposito mudharabah xxx xxx Jumlah DST dari
bank xxx Xxx
Musyarakah xxx Xxx
Jumlah Dana Syirkah Temporer xxx Xxx
Transaksi yang dibukukan pada Dana Syirkah Temporer, adalah penghimpunan dana
pada bank syariah yang mempergunakan prinsip mudharabah mutlaqah. Dalam
PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah disebut dengan Investasi Tidak
Terikat, oleh karena kelompok ini berada pada sisi pasiva neraca bank syariah dan
mempergunakan kata-kata “investasi” yang umumnya berada pada sisi aktiva neraca
bank, maka istislah Investasi Tidak terikat diganti dengan Dana Syirkah Temporer
(DST). Dana Syirkah Temporer ini tidak dapat dikategorikan pada kewajiban
maupun sebagai ekuitas pada bank syariah. Sesuai dengan prinsip mudharabah
apabila terjadi kerugian yang bukan kelalaian mudharib, maka kerugian tersebut
menjadi tanggungan pemilik dana (shahibul maal), dengan kata lain dana yang
diterima tersebut, secara konsep tidak harus dikembalikan seluruhnya (dapat
dikurangi kerugian – jika ada).
EKUITAS
Modal disetor xxx Xxx
Tambahan modal disetor xxx Xxx
Saldo laba (rugi) xxx Xxx
Jumlah Ekuitas xxx Xxx
Jumlah Kewajiban, Dana Syirkah
Temporer dan Ekuitas xxx Xxx
Penerimaan dana xx Xx
Sedekah xx xx
Pendapatan nonhalal xx xx