Anda di halaman 1dari 11

MODUL LITERASI MANAJEMEN KEUANGAN

1. OJK ( OTORITAS JASA KEUANGAN

Sesuai dengan amanat Pasal 34 Undang-Undang Nomor


23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dipersyaratkan pembentukan suatu
lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang baru dan independen yang
dibentuk dengan Undang-Undang. Sebagai perwujudan pasal tersebut,
dibentuklah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Undang- Undang Nomor
21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Dengan terbentuknya otoritas pengawasan baru yang bernama Otoritas


Jasa Keuangan, maka pengaturan dan pengawasan di sektor jasa
keuangan mengalami perubahan yang sangat fundamental. Pengaturan dan
pengawasan industri jasa keuangan non-bank dan pasar modal yang
sebelumnya dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK), semenjak 31 Desember 2012 beralih dan
dilaksanakan oleh OJK. Sementara itu, pengaturan dan pengawasan industri
perbankan yang sebelumnya dilakukan oleh Bank Indonesia, sejak 31
Desember 2013 juga beralih dan dilaksanakan oleh OJK. Kemudian
berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro pasal 28, pengaturan dan pengawasan Lembaga
Keuangan Mikro dilakukan oleh OJK terhitung dua tahun sejak
Undang- Undang tersebut diundangkan yaitu mulai tahun 2015. Aspek
perlindungan konsumen bagi masyarakat maupun pengguna produk dan
jasa keuangan sebelum berdirinya OJK belum diatur secara
spesifik, konkret, dan terintegrasi baik dalam undang-undang keuangan
dan pengawasan jasa keuangan baik yang bersifat sektoral maupun
kelembagaan. Undang- Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuangan khususnya pasal 4, pasal 28, pasal 29, pasal
30, dan pasal 31 mengamanatkan OJK untuk memberikan perlindungan
kepada konsumen dan masyarakat di sektor jasa keuangan. Pasal-pasal
tersebut dengan jelas mengungkap perlunya aspek edukasi dan
perlindungan konsumen sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
tugas pengaturan dan pengawasan yang sebelumnya tidak diatur dalam
undang-undang sektor jasa keuangan lainnya.

OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan


yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan sebagaimana diamanatkan dalam pasal 5 Undang-Undang
Nomor 21 tahun 2011 tentangOtoritas Jasa Keuangan.
Sementara berdasarkan pasal 6 Undang-Undang tersebut, tugas utama
OJK adalah melakukan penga- turan dan pengawasan terhadap:

1. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;


2. Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal
3. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuran- sian, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya.
Adapun wewenang yang dimiliki OJK adalah sebagai berikut:

Pasal 7, khusus terkait pengaturan dan pengawasan sektor perbankan yang


meliputi:
1. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank
2. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi:

a. Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan


modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap
simpanan dan pencadangan bank;
b. Laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank;

c. Sistem informasi debitur;

d. Pengujian kredit

3. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank,


meliputi:

a. Manajemen risiko;

b. Tata kelola bank;

c. Prinsip mengenal nasabah dan anti-pencucian uang; dan

d. Pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan.

4. Pemeriksaan bank.

Pasal 8, terkait pengawasan di sektor jasa keuangan (Perbankan, Pasar


Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga
Jasa Keuangan Lainnya):
Buku 1 – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan
1. Menetapkan peraturan pelaksanaan undang-undang OJK;

2. Menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;

3. Menetapkan peraturan dan keputusan OJK;

4. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa


keuangan;
5. Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;

6. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis


terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;

7. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter


pada lembaga jasa keuangan;

8. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola,


memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan

9. Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan.

Pasal 9, terkait terkait pengawasan di sektor jasa keuangan (Perbankan,


Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan
Lembaga Jasa Keuangan Lainnya) meliputi:
1. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa
keuangan;

2. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh


Kepala Eksekutif;

3. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan


konsumen dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku,
dan/ atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud
dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;

4. Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan dan/ atau pihak
tertentu
5. Melakukan penunjukan pengelola statuter;
6. Menetapkan penggunaan pengelola statuter;
Buku 1 – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan

7. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan


pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan;

8. Memberikan dan/ atau mencabut: izin usaha, izin orang perseorangan,


efektifnya pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan
melakukan kegiatan usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan
pembubaran dan penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam
perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
PERBANKAN
Bank sebagai lembaga keuangan memiliki fungsi sebagai lembaga
intermediasi antara pihak yang memiliki kelebihan likuiditas baik itu dunia
usaha, pemerintah, dan rumah tangga dengan pihak yang mengalami
kekurangan likuiditas yaitu dunia usaha, pemerintah, dan rumah tangga.
Peran sebagai inter- mediasi inilah yang membuat bank sangat berperan
dalam mendukung segala kegiatan ekonomi suatu negara dalam
pencapaiannya.

Berikut adapun dasar-dasar pemikiran yang membantu kita memahami suku


bunga, jenis suku bunga dan proses pembentukan suku bunga sebagai
berikut:

1. jenis suku bunga meliputi

 Suku bunga tetap (fixed)


 Suku bunga mengambang (floating)
 Suku bunga flat.
 Suku bunga efektif.
 Suku bunga anuitas.

2. suku bunga pasar

uku Bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB)


Pasar uang antar bank sendiri adalah tingkat suku bunga yang ditentukan dan
dikenakan oleh pihak bank kepada bank yang melakukan pinjaman di pasar uang antar
bank atas penerbitan PUAB.

3. Pengaruh jangka waktu terhadap struktur

suku bunga Semakin panjang jangka waktu pinjaman , maka akan


semakin tinggi bunganya , hal ini disebabkan besarnya kemungkinan
risiko di masa mendatang. Demikian pula, sebaliknya jika pinjaman
berjangka pendek, maka bunganya relatif lebih rendah

4. Fungsi tingkat bunga

Suku bunga memiliki peran yang sangat penting dalam mengatur aliran dana dan kegiatan
ekonomi secara keseluruhan. Ketika suku bunga naik, biaya pinjaman juga akan
meningkat, yang cenderung mampu mengurangi minat konsumen dan perusahaan untuk
meminjam dan berinvestasi.

5. Tingkat bunga riil dan tingkat bunga nominal

Tingkat suku bunga nominal adalah tingkat suku bunga yang tidak memperhitungkan nilai
inflasi. Tingkat suku bunga riil adalah tingkat suku bunga yang memperhitungkan inflasi,
sehingga perhitungan tingkat suku bunga tersebut lebih mencerminkan cost of borrowing
yang sebenarnya (Mishkin, 2007).
6. Penentuan suku bunga produk bank
6. BI rate

BI rate adalah suku bunga dasar (policy rate) yang digunakan oleh bank sentral Indonesia
untuk membentuk kebijakan moneter. Kurs tersebut tercermin dari kenaikan atau
penurunan suku bunga Interbank Overnight (O/N) yang merupakan suku bunga antar bank.

7. Suku Bunga Dasar Kredit.

Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) digunakan sebagai dasar penetapan suku bunga kredit
yang akan dikenakan oleh Bank kepada nasabah. SBDK belum memperhitungkan
komponen estimasi premi risiko yang besarnya tergantung dari penilaian Bank terhadap
risiko untuk masing-masing debitur atau kelompok debitur.

PASAR MODAL / BURSA EFEK

Sesuai dengan fungsinya, BEI memberikan layanan Jasa Transaksi


Efek, Jasa Pencatatan, dan Jasa Informasi dan Fasilitas lainnya. Jasa
Transaksi Efek adalah jasa yang diberikan untuk pelaksanaan jual dan beli
Efek. Jasa Pencat- atan adalah jasa pencatatan Emiten atas saham dan
obligasi. Jasa Informasi dan Fasilitas lainya adalah jasa memberikan
informasi kepada Anggota Bursa, kantor berita, media massa dan
perusahaan serta penyediaan terminal pelapo- ran transaksi obligasi.

Kegiatan Usaha

Selain BEI, PT KPEI juga merupakan salah satu lembaga yang diberikan
kewenangan oleh Undang-Undang untuk mengatur pelaksanaan kegiatan kepada
pemakai jasanya atau disebut juga Self Regulatory Organization (SRO). Sebagai SRO PT
KPEI turut berperan menentukan arah perkembangan pasar modal Indonesia. Sebagai
Central Counterparty (CCP), PT KPEI menyediakan layanan jasa kliring dan
penjaminan penyelesaian transaksi bursa. Kehadiran PT KPEI sebagai CCP diperlukan
untuk lebih meningkatkan efisiensi dan kepastian dalam penyelesaian transaksi di Bursa
Efek Indonesia.

Berikut adalah kegiatan usaha PT KPEI :

a. Jasa Kliring Transaksi Bursa

Proses kliring adalah suatu proses penentuan hak dan kewajiban Anggota Kliring
(AK) yang timbul dari Transaksi Efek yang dilakukannya di Bursa Efek.

1) Kliring dan Penyelesaian Transaksi Ekuitas


Buku 3 – Pasar Modal
Seri Literasi Keuangan
Kliring secara netting dengan novasi untuk produk ekuitas, “equity”
diterapkan bagi seluruh transaksi bursa yang terjadi di pasar reguler dan
transaksi tunai, adapun untuk pasar negosiasi dilakukan kliring per
transaksi. Proses kliring tersebut menggunakan sistem berbasis web yang
disebut e-CLEARS® (Electronic Clearing & Guarantee System).

2) Kliring dan Penyelesaian Transaksi Derivatif

Produk derivatif bursa yang proses kliring dan penyelesaian transaksinya


ditangani oleh PT KPEI adalah Kontrak Berjangka Indeks Efek (KBIE) dan
Kontrak Opsi Saham (KOS) yang ditransak- sikan di BEI. Sistem yang
digunakan PT KPEI adalah sistem yang memadukan teknologi client server
dan web-based, RMOL (Risk Monitoring online) & Cash Management untuk
mendukung proses kliring penjaminan dan penyelesaian transaksi KBIE
serta KOS tersebut.

3) Kliring dan Penyelesaian Transaksi Obligasi

PT KPEI mendukung perdagangan transaksi obligasi di bursa Efek dengan


menyediakan jasa kliring dan penyelesaian transaksi obligasi melalui sistem e-
BOCS (Electronic Bonds Clearing System). Seluruh kegiatan termasuk
kliring, konfirmasi, dan afirmasi penye- lesaian transaksi hingga
administrasi pajak dilakukan melalui e-BOCS.

b. Jasa Penjaminan

PT KPEI menyediakan jasa penjaminan penyelesaian transaksi bursa bagi


AK yang bertransaksi di BEI. Jasa penjaminan adalah jasa untuk
memberikan kepastian dipenuhinya hak dan kewajiban AK yang timbul dari
transaksi bursa. Ketentuan tentang penjaminan diatur lebih lanjut dalam
peraturan OJK, BEI, dan PT KPEI. Dengan adanya penjaminan pada akhirnya
akan meningkatkan kepercayaan investor untuk bertransaksi di pasar modal
Indonesia. PT KPEI menjalankan fungsi penjaminan melalui sistem e-
CLEARS®, dibantu dengan sistem pendukung lainnya yang terintegrasi.

c. Jasa Pinjam Meminjam Efek (PME)

PT KPEI menyediakan jasa PME dengan tujuan utama untuk membantu AK memenuhi
kebutuhan Efek agar terhindar dari kegagalan penyelesaian transaksi bursa. Jasa PME
juga berguna untuk mendukung strategi perdagangan AK, antara lain: short selling,
margin trading dan pendapatan tambahan untuk investasi jangka panjang.
Buku 3 – Pasar Modal
Seri Literasi Keuangan
d. Jasa Lain yang Terkait Pasar Modal

1) Layanan m-CLEARS

Layanan m-CLEARS ialah layanan pesan singkat mengenai berbagai Informasi


kliring dan penjaminan yang disampaikan melalui telepon selular.

2) Jasa Pengelolaan Agunan

Setiap AK dapat melakukan pengelolaan atas uang dan atau Efek yang dimilikinya,
yang disimpan dalam rekening agunan yang tercatat dalam e-CLEARS®, atau biasa
disebut sebagai “online collateral”. AK juga berkesempatan untuk menambah nilai
agunannya dengan menyerahkan deposito, bank garansi, dan aset lainnya kepada PT
KPEI sebagai agunan offline AK. Nilai agunan offline tersebut selanjutnya akan
ditambahkan pada nilai agunan online untuk mendapatkan nilai agunan total AK.

3) Jasa Situs Pusat Pelaporan

PT KPEI juga memfasilitasi Perusahaan Efek dalam pelaporan Modal Kerja Bersih
Disesuaikan (MKBD) dan portofolio anggota bursa harian. Situs Pusat Pelaporan tersebut
juga dapat diakses oleh OJK dan BEI.

4) Jasa Kliring Transaksi Non Bursa-ETP:

Jenis surat utang yang ditransaksikan di Bursa Efek Indonesia melalui Electronic
Trading Platform (ETP) dan dapat dikliringkan di PT KPEI adalah Obligasi Negara Ritel
(ORI)

SAHAM

Merupakan bukti penyertaan atau kepemilikan dalam suatu perusahaan yang dapat
berbentuk warkat atau tanpa warkat. Saham yang berbentuk warkat dinyatakan
dalam bentuk Surat Kolektif Saham (SKS) yang diterbitkan oleh Emiten, sedangkan
saham tanpa warkat tercatat dalam rekening Efek di Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian (LPP) secara elektronik atas nama pemegang rekening pada LPP. Data
pemegang saham yang tercantum dalam saham berbentuk warkat maupun tanpa warkat
atas nama LPP, selanjutnya dimasukkan dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) yang
ada di Emiten/ Biro Administrasi Efek (BAE). DPS digunakan sebagai dasar penentuan
pihak-pihak yang berhak atas hak yang melekat pada saham tersebut (dividen, HMETD,
waran, hak suara, dan hak pemegang saham lainnya).
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau
memiliki saham:

1. Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari
keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan
dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen,
maka pemodal harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama
hingga kepemilikan saham berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham
yang berhak mendapatkan dividen.

2. Capital Gain

Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual.
capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di
pasar sekunder. Misalnya investor membeli saham ABC dengan harga per
saham Rp3.000,00 kemudian menjualnya dengan harga Rp3.500,00 per
saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar
Rp500,00 untuk setiap saham yang dijualnya.

Sebagai instrumen investasi, saham memiliki risiko, antara lain:

1. Capital Loss

Merupakan kebalikan dari capital gain, yaitu suatu kondisi dimana


investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT
XYZ yang di beli dengan harga Rp2.000,00 per saham, kemudian harga
saham tersebut terus mengalami penurunan hingga mencapai Rp1.400,00
per saham. Karena takut harga saham tersebut akan terus turun, investor
menjual pada harga Rp1.400,00 tersebut sehingga mengalami kerugian
sebesar Rp600,00 per saham.

2. Risiko Likuidasi

Risiko Likuidasi terjadi ketika perusahaan dinyatakan bangkrut oleh


pengadilan, atau perusahaan dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari
pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban
perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan).

ASURANSI

asuransi merupakan sebuah mekanisme perlindungan terhadap pihak


tertanggung apabila mengalami resiko di masa yang akan datang dimana
pihak tertanggung akan membayar premi guna mendapatkan ganti rugi dari
pihak penanggung.

Asuransi memiliki manfaat sebagai berikut:


Buku 4 – Perasuransian

1. Memberikan rasa aman dan perlindungan, dengan memiliki polis


asuransi, Tertanggung akan terhindar dari kemungkinan timbul risiko
kerugian di kemudian hari dan menjadi tenang jiwanya karena objek
yang diasuransikan dijamin oleh Penanggung.

2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil, semakin besar


kemungkinan terjadinya risiko kerugian timbul, semakin besar pula premi
pertanggungannya.

3. Memberikan kepastian, merupakan manfaat utama asuransi karena pada


dasarnya asuransi berusaha untuk mengurangi konsekuensi yang tidak
pasti dari suatu keadaan yang merugikan (peril), yang tidak dapat
diperkirakan sebelumnya sehingga biaya atau akibat finansial dari
kerugian tersebut menjadi pasti atau relatif pasti.

4. Sarana menabung, untuk asuransi jenis tertentu, uang yang diasuran-


sikan memiliki nilai tunai yang dapat diambil, yaitu seperti pada asuransi
whole life atau endowment. Ada pula produk asuransi yang sengaja
digabungkan dengan investasi, yaitu unit link.

5. Instrumen pengalihan dan penyebaran risiko, melalui asuransi kemung-


kinan timbul risiko kerugian dapat dialihkan dan disebarkan kepada
pihak Penanggung.
6. Membantu meningkatkan kegiatan usaha Tertanggung. Tertanggung dapat
terus berinvestasi pada suatu bidang usaha tanpa harus khawatir akan
terjadinya risiko yang menyebabkan usahanya terhenti.

7. Menjadikan hidup lebih tenang, karena segala risiko yang dapat


diasuransikan telah ada yang menanggung.

8. Jaminan kredit, polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan kredit


(insurance server as a basis of credit) biasanya hanya untuk asuransi jiwa
dan sangat selektif pada jenis kredit dan bank tertentu.

Ditinjau dari tujuan operasionalnya, asuransi dibedakan menjadi dua


golongan, yaitu:

1. Asuransi komersial, yaitu asuransi yang bertujuan memperoleh


keuntungan bagi pemegang saham. Asuransi jenis ini dilakukan oleh
perusahaan asuransi swasta nasional, perusahaan swasta kerja sama
antara nasional dan luar negeri (joint venture) ataupun perusahaan
negara (BUMN). Perusahaan ini dapat menganut prinsip konvensional
atau prinsip syariah.
2. Asuransi sosial, merupakan asuransi yang menyediakan jaminan
sosial bagi anggota masyarakat yang dibentuk oleh pemerintah
bedasarkan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara pihak
asuransi dengan seluruh golongan masyarakat. Tujuan asuransi sosial
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama para pegawai dan
pensiunan.

Beberapa asuransi sosial yang ada di Indonesia saat ini adalah sebagai berikut:

1. Tabungan dan Asuransi Pengawai Negeri (TASPEN)


Buku 4 – Perasuransian

TASPEN didirikan untuk memberikan jaminan pensiun, sekaligus


asuransi kematian. Program ini diperluas dengan pensiuan hari tua, ahli
waris, dan cacat untuk pegawai negeri sipil.

2. Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas

Asuransi sosial untuk risiko kecelakaan lalu lintas diselenggarakan


oleh PT Asuransi Jasa Raharja. Perusahaan BUMN ini memberikan
santunan asuransi kecelakaan penumpang kepada para korban atau ahli
waris korban yang bersangkutan. Santunan diberikan dalam bentuk
biaya ganti rugi untuk perawatan medis, santunan cacat, atau
santunan kematian. Pembiayaan asuransi kecelakaan bersumber dari
iuran wajib melalui pengusaha atau pemilik angkutan umum.

3. Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI)

PT ASABRI merupakan perusahaan BUMN yang didirikan dengan


tujuan memberikan perlidungan bagi prajurit ABRI terhadap risiko
berkurang atau hilangnya penghasilan karena hari tua, putusnya
hubungan kerja atau meninggal dunia. Santunan asuransi dibayarkan
kepada peserta yang berhenti karena pensiun. Jika peserta meninggal
dunia, maka ahli warisnya akan menerima santunan risiko kematian
ditambah dengan nilai santunan nilai tunai asuransi dan biaya
pemakaman.

4. BPJS Kesehatan

BPJS Kesehatan adalah badan hukum publik yang dibentuk untuk


menye- lenggarakan program jaminan kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. BPJS Kesehatan bertujuan
memberikan pemeliharaan dan pelayanan kesehatan yang optimal bagi
penduduk. BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari
2014 yang merupakan peleburan dari Asuransi Kesehatan Pegawai
Negeri yang diselenggarakan oleh PT ASKES.

5. BPJS Ketenagakerjaan

BPJS Ketenagakerjaan merupakan program publik yang memberikan


perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial
ekonomi tertentu dan penyelenggaraannya menggunakan
mekanisme asuransi sosial. BPJS Ketenagakerjaan sebelumnya
bernama Jamsostek (jaminan sosial tenaga kerja), yang dikelola oleh
PT. Jamsostek (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011 tentang
BPJS, PT. Jamsostek berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan sejak
tanggal 1 Januari 2014.

Ditinjau dari Jenisnya, asuransi dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu:

1. Asuransi jiwa, merupakan asuransi dengan objek pertanggungannya berupa


orang, dan yang dipertanggungkan adalah kehidupan seseorang. Selain jiwa, jaminan
dapat diperluas dengan kesehatan serta kecela- kaan. Asuransi ini memberikan jaminan
perlindungan dalam bentuk pengalihan risiko keuangan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan. Asuransi jiwa bertujuan menanggung kerugian
finansial tak terduga dikarenakan meninggalnya seseorang terlalu cepat atau hidupnya
terlalu lama. Jaminan ini bisa diberikan apabila seseorang meninggal sebelum waktunya
atau dengan tiba-tiba. Dengan adanya jaminan tersebut, hidup anaknya tidak akan
terlantar. Jaminan ini juga bisa diberikan apabila seseorang telah mencapai umur
ketuaannya dan tidak mampu mencari nafkah atau membiayai anak-anaknya. Untuk
itulah mereka membeli asuransi jiwa. Jadi, risiko yang mungkin diderita, dalam arti
kehilangan kesempatan untuk mendapat penghasilan, akan ditanggung oleh perusahaan
asuransi.

2. Asuransi umum, memberikan jaminan terhadap kerugian yang terjadi pada


harta benda, baik harta benda yang bergerak maupun yang tidak bergerak, serta
memberikan jaminan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mengalami
kerugian. Asuransi umum memiliki banyak varian produk, antara lain: asuransi
kebakaran, kendaraan bermotor, pengangkutan, perjalanan, rangka kapal, perkebunan,
pertanian, pesawat terbang, satelit, tanggung jawab hukum pihak ketiga, mesin dan
berbagai risiko kerugian aset lainnya. Sebagaimana halnya asuransi jiwa, asuransi umum
juga memiliki produk yang memberikan perlindungan atas kesehatan dan kecelakaan diri.

Anda mungkin juga menyukai