Anda di halaman 1dari 10

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:

Nama Kelompok :

1. Avito Denova
2. Anggun Suryati
3. Yusseva Kurnia
4. Rudi Kurniawan
5. Fitriani
6. Irmala
7. M. Fateh Sayidina Ali
8. Prengki Nofta Fiansyah

Guru Pembimbing : Didi Sukardi, S.Pd.I.


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Adapun makalah yang berjudul MENGENAL LEBIH DEKAT PARA KHILAFAH


"ABU JA'FAR AL-MASYUR" ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai sumber, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada sumber yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran
dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................4
A. Riwayat hidup Al-Mansur...............................................................................................................4
B. Keadaan pemerintahan pada masa khalifah Al-Mansur pada dinasti Abbasiyah.............................4
C. Perubahan-perubahan yang dilakukan khalifah al-Mansur pada dinasti Abbasiyah........................6
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................7
A. Kesimpulan.....................................................................................................................................7
B. Saran...............................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................8

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kekuasaan dinasti Bani Abbas, atau khilafah Abbasiyah, sebagaiman disebutkan
melanjutakan kekuasaan dinasti Bani Umayyah.Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para
pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad
Saw.Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn
Abdullah ibn al-Abbas.Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang. Dari
tahun 132 H (750 M) s.d 656 H (1258 M). Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan
yang diterapkan berbeda-beda sesuai denga perubahan politik, sosial, dan budaya.
Pada pertama pemerintahan bani Abbas mencapai masa keemasannya. Seraca politis,
para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama
sekaligus. Disisilain, kemakmuran masyarakat mencaapi tingkat tertinggi. Periode ini juga
berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam
islam.
Dari beberapa khalifah yang memerintah, terdapat tiga tokoh kunci (utama) yang
berhasil menjadi legenda dunia ilmu pengetahuan pada dinasti Abbasiyah. Ketiga tokoh
tersebut adalah Khalifah al-Mansur, harun al-Rasyid, dan al-Ma’mun. Ketiganya
menggelorakan semangat para penuntut ilmu untuk mendalami berbagai ilmu pengetahuan
dengan dukungan sarana dan prasarana yang sangat memadai. Karena, banyak sarjana dari
berbagai belahan dunia, menuntut ilmu pada masa pemerintahan ketiga tokoh ini. Dalam
makalah ini akan dibahas salah satu dari ketiga tokoh tersebut yaitu Khalifah al-Mansur.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana riwayat hidup khalifah Al-Mansur?
b. Bagaimana keadaan pemerintahan khalifah Al-Mansur pada dinasti Abbasiyah?
c. Apa saja perubahan yang dilakukan khalifah Al-Mansur pada dinasti Abbasiyah?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Riwayat hidup Al-Mansur


Abu Ja’far Abdullah bin Muhammad Al-Mansur (712-775 M) adalah khalifah kedua
Bani Abbasiyah. Ia dilahirkan di al-Humaymah, kampung halaman kelurga abbasiyah
setelah bermigrasi dari Hijaz pada tahun 687-688. Ayahnya bernama Muhammad, cicit dari
Abbas. Ibunya bernama Salamah al-Barbariyah, wanita dari suku Barbar.
Abu Ja'far Al-Manshur menjabat khalifah kedua Bani Abbasiyah menggantikan
saudaranya Abul Abbas As-Saffah. Abu Ja'far Al-Manshur adalah putra Muhammad bin Ali
bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib yang juga saudara kandung Ibrahim Al-Imam
dan Abul Abbas As-Saffah. Ketiganya merupakan pendiri Bani Abbasiyah.

B. Keadaan pemerintahan pada masa khalifah Al-Mansur pada dinasti Abbasiyah


Khalifah al Manshur adalah Khalifah ke 2 Dinasti Abbasiyyah sekaligus peletak
dasar-dasar pemerintahan Bani Abbasiyyah. Ketika awal Khalifah al Manshur berkuasa
Daulah Bani Abbasiyyah masih dalam masa transisi dari kekuasaan Bani Umayyah ke Bani
Abbasiyyah, namun berkat strategi kepemimpinan ataupun pola pemerintahannya yang
tergolong radikal Ia mampu melewati masa transisi dengan gemilang dimulai ketika Abu
Ja'far al Manshur mengangkat dirinya menjadi Khalifah bergelar al Manshur.
Pada mulanya ibu kota negara adalah Al- Hasyimiyah dekat Kufah. Namun, untuk
lebih memantapkan dan menjaga stabilitas dan negara yang baru berdiri itu al Mansur
memindahakan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, yaitu Baghdad bekas ibu
kota Persia. Baghdad terletak di pinggir kota Tigris. Khalifah al Manshur sangat cermat dan
teliti dalam memilih lokasi yang akan dijadikan ibu kota. Ia menugaskan beberapa orang ahli
untuk meneliti dan mempelajari lokasi.
Dengan mengerahkan ratusan peneliti yang akhirnya memutuskan untuk membangun
kota Baghdad mengerahkan lebih dari 100 ribu ahli bangunan terdiri dari arsitektur,tenaga
bangunan dan lainnya. Kerja keras tim ahli bangunan dengan dana 3.88 juta Dirham
dikerjakan selama 4 tahun berhasil secara gemilang membangun kota Baghdad yang unik
nan megah kemudian kota Baghdad dijuluki Madinat as Salam atau kota perdamaian. Kota
Baghdad juga sebagai pusat intelektual terdapat beberapa aktivitas pengembangan ilmu,
antara lain Baitul Hikmah yaitu lembaga ilmu pengetahuan sebagai pusat pengkajian
berbagai ilmu, dan juga pusat penerjemah buku-buku dari berbagai cabang ilmu yang
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa arab.
Kota Baghdad memang indah memukau bagaimana tidak kota Baghdad yang
dibangun selama 4 tahun yang didesain oleh Nowbakht, persia dan Mashallah dari Iran itu

5
berbentuk bundar hingga dijuluki kota Bundar terinspirasi kota Firouyabad di Persia
kemudian kota Baghdad d ikelilingi 3 tembok benteng dan dilengkapi Istana Khalifah yang
megah bernama al Qasr Az Zahabi atau istana keindahan, masjid Jami' al Manshur, pasar,
alun-alun, parit ,kanal sebagai saluran air sekaligus benteng pertahanan membuat kota
Baghdad menjadi kota peradapan Islam ketika itu.
Selama masa kepemimpinannya, kehidupan masyarakat berjalan tenteram, aman dan
makmur. Stabilitas politik dalam negeri cenderung aman dan terkendali, tidak ada
gejolakpolitik dan pemberontakan-pemberontakan.
Khalifah Abu Ja'far Al-Manshur sangat mewaspadai tiga kelompok yang menurutnya
dapat menjadi batu sandungan Bani Abbasiyah dan dirinya. Kelompok pertama dipimpin
Abdullah bin Ali, adik kandung Muhammad bin Ali, paman Abu Ja'far sendiri. Ia menjabat
panglima perang Bani Abbasiyah. Kegagahan dan keberaniannya dikenal luas. Pengikut
Abdullah bin Ali sangat banyak serta sangat berambisi menjadi khalifah.
Kelompok kedua dipimpin Abu Muslim Al-Khurasani, orang yang berjasa besar
dalam membantu pendirian Dinasti Abbasiyah. Karena keberanian dan jasa-jasanya, ia
sangat disegani serta dihormati di kalangan Bani Abbasiyah. Masyarakat luas banyak yang
menjadi pengikutnya. Khalifah Abu Ja'far Al-Manshur khawatir pengaruh Abu Muslim
terlalu besar terhadap pemerintahan Bani Abbasiyah.
Kelompok ketiga adalah kalangan Syiah yang dipimpin pendukung berat keturunan
Ali bin Abi Thalib. Masyarakat luas banyak yang simpati karena dalam melakukan gerakan
mereka membawa nama-nama keluarga Nabi Muhammad Saw.
Setelah berhasil mengantisipasi kelompok-kelompok yang dapat menjadi batu
sandungan pemerintahannya, pertama kali dilakukan Khalifah Abu Ja'far al Manshur adalah
mengatur politik dengan segala siasat pemerintahan Bani Abbasiyyah sehingga terjalin
kerjasama erat pemerintah pusat dan daerah atau kepala-kepala dinas lainnnya kemudian
membuat stabilitas politik dalam negeri terkendali tanpa gejolak dan pemberontakan-
pemberontakan. Perjalanan hidup Abu Ja'far al Manshur tak kalah menarik saat mengangkat
Abu Hanifah sebagai Hakim Tinggi atau Qadhi Qudha ,namun sang Abu Hanifah menolak
keras bahkan disertai ancaman agar Ia memegang jabatan itu.
Ketika mendapat ancaman tersebut Abu Hanifah menjawab seandai anda mengancam
untuk membenamkanku ke dalam sungai Eufarat atau memegang jabatan itu sungguh aku
akan memilih untuk dibenamkannya dan mendengar sikap Abu Hanifah yang menolak keras
tawaran jabatan sebagai Qadhi Qudha membuat Khalifah Abu Ja'far al Manshur amat murka
apalagi mendengar Abu Hanifah terlibat dalam gerakan akhirnya sang Imam dipenjara
sampai meninggal.
Pada masa Al-Manshur, pengertian khalifah kembali berubah. Dia berkata, “Innama
ana Sulthan Allah fi ardhihi”, artinya sesungguhnya saya adalah kekuasaan Tuhan di bumi-
Nya. Dengan demikian, konsep khilafah dalam pandangannya dan berlanjut dari Allah,

6
bukan dari manusia, bukan pula sekedar pelanjut nabi sebagai pada masa al-Khulafa al-
Rasyadun. Di samping itu, berbeda dari daulat Bani Umayyah, dalam penggunaan khalifah
disebut “Khalifah Allah”, artinya penguasa yang diangkat oleh Allah. Dalam dinasti
Abbasiyah, khalifah-khalifah Abbasiyah memakai “gelar tahta”, seperti Al-Manshur adalah
“gelar tahta” Abu Ja’far. “gelar tahta” itu lebih populer daripada nama yang sebenarnya.
Khalifah Abu Ja’far Al-Manshur juga berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah
yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat dan memantapkan keamanan
daerah pembatasan. Di antara usaha-usahanya tersebut adalah merebut benteng-benteng di
Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia, dan Cicilia pada tahun 756-758 M. ke Utara, bala
tentaranya melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosporus. Di pihak lain, dia
berdamai dengan kaisar Constantive V dan selama genjatan senjata 758-765 M, Bazantium
membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di
Kaukasus, Daylami di laut Kaspia, Turki di bagian lain Oksus dan India.

C. Perubahan-perubahan yang dilakukan khalifah al-Mansur pada dinasti Abbasiyah


Perubahan mendasar bagi perkembangan dinasti Abbasiyyah sebagai Negara
adikuasa di masa mendatang, yaitu:
a. Pada tahun 762 M, Abu memindahkan ibukota dari Damaskus ke Hasyimiyah, kemudian
dipindahkan lagi ke Baghdad dekat dengan Ctesiphon, bekas ibu kota Persia. Dengan
demikian, ibu kota pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa
Persia.
b. Mengangkat sejumlah personil atau aparat untuk menduduki jabatan di lembaga
eksekutif dan yudikatif.
c. Di bidang pemerintahan, Al-Manshur menciptakan tradisi baru dengan
mengangkat wazir sebagai koordinator departemen. Wazir pertama yang diangkat adalah
Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia.
d. Membentuk lembaga protokol Negara dan sekretaris Negara.
e. Membentuk kepolisian negara di samping membenahi angkatan bersenjata.
f. Menunjuk Muhammad ibn Abd Al-Rahman sebagai hakim pada lembaga kehakiman
negara.
g. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti Bani Umayyah di tingkatkan peranannya
dengan tambahan tugas. Kalau dahulu hanya sekedar untuk mengantar surat, pada masa
Al-Manshur, jawatan pos ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-
daerah, sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Para direktur jawatan
pos bertugas melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada khalifah.

7
8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Abu Ja’far Abdullah bin Muhammad Al-Mansur (712-775 M) adalah khalifah kedua
Bani Abbasiyah. Ia dilahirkan di al-Humaymah, kampung halaman kelurga abbasiyah
setelah bermigrasi dari Hijaz pada tahun 687-688. Ayahnya bernama Muhammad, cicit dari
Abbas. Ibunya bernama Salamah al-Barbariyah, wanita dari suku Barbar.
Khalifah al Manshur adalah Khalifah ke 2 Dinasti Abbasiyyah sekaligus peletak
dasar-dasar pemerintahan Bani Abbasiyyah. Ketika awal Khalifah al Manshur berkuasa
Daulah Bani Abbasiyyah masih dalam masa transisi dari kekuasaan Bani Umayyah ke Bani
Abbasiyyah, namun berkat strategi kepemimpinan ataupun pola pemerintahannya yang
tergolong radikal Ia mampu melewati masa transisi dengan gemilang dimulai ketika Abu
Ja'far al Manshur mengangkat dirinya menjadi Khalifah bergelar al Manshur.
Perubahan mendasar bagi perkembangan dinasti Abbasiyyah sebagai Negara
adikuasa di masa mendatang, yaitu:
a. Pada tahun 762 M, Abu memindahkan ibukota dari Damaskus ke Hasyimiyah,
kemudian dipindahkan lagi ke Baghdad dekat dengan Ctesiphon, bekas ibu kota
Persia.
b. Mengangkat sejumlah personil atau aparat untuk menduduki jabatan di lembaga
eksekutif dan yudikatif.
c. Di bidang pemerintahan, Al-Manshur menciptakan tradisi baru dengan
mengangkat wazir sebagai koordinator departemen.
d. Membentuk lembaga protokol Negara dan sekretaris Negara.
e. Membentuk kepolisian negara di samping membenahi angkatan bersenjata.
f. Menunjuk Muhammad ibn Abd Al-Rahman sebagai hakim pada lembaga
kehakiman negara.
g. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti Bani Umayyah di tingkatkan
peranannya dengan tambahan tugas.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, kami menyadari makalah yang kami
susun jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan guna memperbaiki makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberi
pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

9
DAFTAR PUSTAKA

Al- Usairy, Ahmad, Terj. Samson Rahman, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga
Abad XX,( Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003)
Amin, Syamsul Munir, Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta: Amzah,2009)

Karim, Abdul, SejarahPemikiran Dan Peradapan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,
2007 )
Natsir, Kebudayaan Islam DalamPrespektiSejarah, ( Jakarta: PT. Girimukti Pasaka, 1988)
Syukur, Fatah, sejarah pendidikan islam, (Semarang: Pustaka Riski Putra, 2012)

Yatim, Badri, SejarahPeradapan Islam DirasahIslamiyah II, ( Jakarta: PT. Raja


GrafindoPersada, 2003)
http://id.wikipedia.org/wiki/Ja%27far_ash-ShadiqKategori: Kelahiran 702 | Kematian 765

10

Anda mungkin juga menyukai