Anda di halaman 1dari 27

DAFTAR ISI

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim…
Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kehadirat ilahi rabbi
yang mana berkat limpahan rahmat pertolongan dan hidayahnya kami bisa
menyelesaikan tugas makalah ini.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan pada nabi
Muhammad s.a.w. makalah ini dapat terselesaikan karena mendapat izin
dari allah semoga penulis bisa memetik manfaat dari makalah ini. Kami
sungguh berhutang budi pada guru pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk menuntun kami sekaligus teman-teman yang telah ikut
andil dalam perampungan tugas yang insyaallah penuh manfaat ini.
Semoga amal baik beliau diterima di sisi Allah sebagai amal shaleh dan
shalehah.
Selanjutnya, kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini
jauh dari kesempurnaan, mengingangat keterbatasan dan kekurangan
penulis. Maka dengan kerendahan hati penulis mengaharap kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca dalam rangka
menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya kepada yang maha rahman penulis memanjatkan doa,
mudah – mudahan makalah ini bisa bermanfaat dan berguna bagi
kepentingan bersama terutama bagi pembaca dan penulis sendiri.

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakaang Masalah


Sebagaimana yang telah kita ketahui, belajar merupakan suatu aktifitas
yang dilakukan secara individu untuk memperoleh konsep pemahaman atau
pengetahuan baru, Misalnya dari suatu hal yang tidak bisa menjadi bisa, dari tidak
tau menjadi tau. Dalam proses pendidikan, belajar merupakan salah satu bagian
yang tidak terpisahkan. Selama proses belajar, manusia tidak luput dari kesalahan.
Untuk itu perlu adanya teori-teori belajar yang tepat yang diterapkan dalam proses
pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang diinginkan bisa tercapai dengan
maksimal.
Teori – teori pembelajaran berpedoman pada prinsip-prinsip pembelajaran
yang dihasilkan daripada kajian-kajian ahli psikologi pendidikan. Teori ini
merupakan azas kepada para pendidik agar dapat memahami tentang cara pelajar
belajar. Selain itu, dengan adanya pengetahuan yang menyeluruh tentang teori ini
pendidik diharapkan agar dapat menghubungkan prinsip dan hukum pembelajaran
dengan kaedah dan teknik yang akan digunakan.

Salah satu teori pembelajaran tersebut yaitu teori kognitifisme. Maka


berdasarkan pemaparan diatas, dalam makalah ini penulis akan membahas
mengenai “Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran”. Teori belajar kognitif
lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses belajar yang terjadi dalam
akal pikiran manusia atau gagasan manusia bahwa bagian-bagian suatu situasi
saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan. Jadi belajar
melibatkan proses berfikir yang kompleks dan mementingkan proses belajar.

B. Rumusan Masalah
Sebagaimana yang telah di paparkan pada latar belakang di atas, penulis
menyusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian teori kognitifisme/kognitif ?

3
2. Bagimana teori-teori kognitifisme/kognitif ?
3. Siapa saja tokoh-tokoh teori belajar kognitifisme?
4. Bagaimana prinsip-prinsip teori kognitifisme/kognitif ?
5. Bagaimana ciri-ciri teori kognitifisme/kognitif ?
6. Apa saja kelebihan dan kelemahaan teori kognitiifisme/kognitif ?
7. Bagaimana strategi yang membantu siswa belajar?
8. Bagaimana implikasi teori kognitifisme/kognitif dalam pembelajaran ?
9. Apa peran guru dan orangtua dalam teori belajar kognitifisme?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian teori kognitifisme/kognitif.
2. Untuk mengetahui bagaimana teori-teori kognitifisme/kognitif.
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh teori belajar kognitifisme.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip belajar kognitifisme.
5. Untuk mengetahui bagaimana ciri-ciri teori kognitifisme/kognitif.
6. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kelemahan teori
kognitifisme/kognitif.
7. Untuk mengetahui strategi yang membantu siswa belajar.
8. Untuk mengetahui implikasi teori kognitifisme/kognitif dalam
pembelajaran.
9. Untuk mengetahui peran guru dan orangtua dalam teori belajar
kognitifisme.

D. Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN yang berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan masalah, dan sistematika penulisan
BAB II PEMBAHASAN yang berisi pengertian teori
kognitifisme/kognitif, teori-teori,tooh-tokoh,prinsip, ciri-ciri, kelebihan dan
kelemahan, strategi, implikasi teori kognitifisme/kognitif dalam pembelajaran,
dan bagaimana peran guru dan orangtua dalam teori belajar kognitifisme.
BAB III PENUTUP kesimpulan

4
5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Kognitifisme


Sebelum mengetahui tentang defnisi dari teori belajar kognitif, kita harus
mengetahui apa itu teori belajar.
Teori menurut Ratna Wilis (1988:5) menyatakan bahwa “ Teori-teori
berarti sejumlah proposisi-proposisi yang terintegrasi secara sintatik (artimya,
kumpulan proposisi ini mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat
menghubungkan secara logis proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dan
pada data yang diamati) dan yang digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan
peristiwa-peristiwa yang diamati”.
Sedangkan pengertian belajar seperti yang sudah diuraikan di atas bahwa
belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku yang berasal dari hasil
pengalaman. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar.
Berdasarkan pengertian- pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa teori
belajar merupakan suatu upaya yang dilakukan seseorang untuk membantu dalam
memahami pada saat proses pembelajaran. Jadi, teori belajar merupakan proses
dimana dalam proses belajar menghasilkan pengajaran yang baik, manejemen
yang baik dengan menggunakan teori belajar yang relevan, sesuai dan disukai
sehingga tujuan belajar yang diinginkan bisa tercapai.
Salah satu teori belajar yang dikembangkan selama abad ke-20 adalah
teori belajar kognitif, yaitu teori belajar yang melibatkan proses berfikir secara
komplek dan mementingkan proses belajar.
Teori belajar kognitifisme merupakan teori belajar yang menekankan
perhatiannya pada belajar sebagai kegiatan mental atau proses berfikir yang ada
dalam individu yang sedang belajar. Teori belajar kognitifisme lebih
mementingkan proses belajar dari pada hasil. Model pembelajaran ini merupakan
suatu bentuk teori belajar yang sering di sebut model perseptual.
Menurut Drs. H. Baharuddin dan Esa Nur wahyuni (2007: 89) yang
menyatakan” aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukan sekedar stimulus

6
dan respons yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga
melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam individu yang sedang belajar”.
Pembelajaran kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang
ditentukan dengan tujuan belajarnya. Teori kognitifisme menekankan bahwa
bagian-bagian dari suatu situasi berhubungan dengan seluruh konteks situasi
tersebut. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal
yang mencakup ingatan , refrensi, pengulahan informasi , emosi, dan aspek-aspek
kejiwaan lainnya. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengetahuan
stimulus yang diterima dan menyesuaikaan dengan kognitif yang sudah dimiliki
dan di bentuk didalam fikiran seseoraang berdasarkan pemahaman dan
pengalaman-pengalaman sebelumnya.

B. Teori-Teori Kognitifisme
1. Teori Gestalt

Teori Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi


melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki
hubungan yang menjadi kesatuan. Menurut teori Gestalt yang paling penting
dalam proses belajar individu adalah dimengertinya apa yang dipelajari oleh
individu tersebut. Belajar di dasarkan dalam pemahaman (insight). Karena
pada dasarnya tingkah laku seseorang di dasarkan pada kognisi, yaitu tindakan
mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku tersebut terjadi. Dan
tindakan tersebut secara langsung akan menghasilkan pemahan yang dapat
membantu individu tersebut dalam memecahkan masalah.
Teori di bangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wetheimer, dan
Wolfgang Kohler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung
mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang
utuh. Para tokoh Gestalt belum merasa puas dengan penemuan para ahli
sebelumnya yang menyatakan bahwa belajar sebagai proses stimulus dan
respon serta manusia bersifat mekanistik, karena manusia bukanlah sekedar
makhluk yang hanya bisa bereaksi jika ada stimulus yang mempengaruhinya.

7
Tetapi lebih dari itu, manusia adalah makhluk individu yang utuh antara rohani
dan jasmaninya.

Dengan demikian, pada saat manusia bereaksi dengan


lingkungannya manusia tidak sekedar merespon, tapi juga melibatkan unsure
subyektifnya yang antara masing-masing individu bisa berlainan.

Teori Gestalt menekankan pentingnya keseluruhan yaitu sesuatu


yang melebihi jumlah unsur-unsurnya dan timbul terlebih dahulu dari pada
bagian-bagiannya. Dalam proses ini yang primer adalah keseluruhannya
sedangkan yang sekunder adalah bagian-bagiannya. Contohnya kalau
seseorang bertemu dengan seorang teman misalnya, dari kejauhan yang
disaksikan dulu bukanlah baju barunya, melainkan teman itu secara
keseluruhan barulah mengamati bagian-bagiannya misalkan bajunya yang baru.
Keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul bagian-bagiannya.

2. Teori pengulahan informasi (information processing theory)


Teori pemerosesan informaasi (informatian processing theory model)
memandang adalahteori pembelajaran kognitif yang menjelaskan tentang
pengulahan, penyimpanan, dan penarikan kembali pengetahuan dalam
pikiran. Teori ini menekankan pada apakah siswa mengetahui dan
bagaaimaana mereka mencapai pengetahuan tersebut. Pencapaian
pengetahuan adalah sebuah aktifitas mentaal melalui coding dan strukturing
oleh siswa.
Teori pemerosesan informasi memandang bahwa memori manusia
itu seperti sebuah komputer yang mengambil atau mendapatkan informasi,
mengelola, mengubahnya bbaik bentuk dan isi kemudian menyimpannya,
menghadirkan kembali pada saat di butuhkan.

Berikut ini urutan-urutan pengolahan informasi:

a) Sensory memory atau sensory


Sensory memory menerima informasi atau stimuli dari lingkungan
(seperti sinar, suara, bau, dll) terus menerus melalui alat-alat

8
penerima(receptor) kita. Receptor adalah sebuah mekanisme tubuh untuk
melihat, mendengar, merasakan, membau, perabaan, dan perasaan
(feeling). Biasanya orang menyebut reseptor sebagai alat-alat indera.
Semua informasi yang diterima oleh otak diteruskan ke otak. Selanjutnya
ditafsirkan oleh otak.penafsiran otak terhadap informasi yang diterima
disebut sebagai proses persepsi. Persepsimelalui penglihatan,
pendengaran, penciuman,sentuhan dan rasa.
Bahrudin (2008) keberadaan sensory memory memiliki dua
implikasi dalam prose belajar yaitu:
1) Orang harus memberikan perhatian pada informasi yang i gin
diingatnya
2) Waktu mendapat atau mengambil informasi harus dalam keadaan sadar.

Segera setelah stimulasi diterima langsung oleh sensory memory


atau sendory register, otak kita mulai bekerja untuk memberi makna
terhadap informasi atau rangsangan tersebut. Proses ini di sebut
memersepsi. Persepsi manusia terhadap informasi yang diterimanya
berdasarkan realita obyek yang mereka tangkap dan pengetahuan yang
telah dimiliki sebelumnya. Persepsi terhadap stimuli bisa saja tidak . seasli
stimuli sebenarnya. Hal ini terjadi karena pada saat seseorang
mempersepsi sebuah stimuli ia dipengaruhi oleh kondisi mental,
pengaalaman-pengalaman sebelumnya, motivasi-motivasi, pengetahuan
dan berbagai macam faktor lainnya.

Menurut Anderson (woolfolk, 1995), pada saat mulai tahap


perhatian mempunyai peran penting terhadap stimuli yang di tangkap oleh
sensory memory. Tidak stimuli dari lingkungan dapat diterima manusia.
Manusia hanya memberikan perhatian pada bebarapa stimuli dan tidak
menghiraukan stimuli yang lain.

9
Dalam proses belajar, memberikan langkah pertama yang harus
dilakukan. Ada beberapaa cara yang dapat digunakan untuk memfokuskan
perhatiaan siswa terhadap materi yang dijarkan, antara lain:

1) Menggunakan tanda-tanda yang menunjukkan sesuatu yang penting,


seperti seorang guru yang merendahkan atau meninggikan volume suara
untuk menunjukkan sebuah informasi yang penting.
2) Menggunakan kata-kata yang mengandung unsur emosional.
3) Menghadirkan sesuatu yang tidak biasa. Contoh: guru menunjukkan
trik-trik magis untuk menjelaskan suatu materi.
4) Menginformasikan bahwa apa yang akan di pelajariadalah sesuatu yang
penting.
b) Short term memory
Mengutip pendapat glanzer (1982), slavin (1994) menyatakan,
bahwa informasi yang diterima oleh seseorang dan mendapatkan perhatian
kemudian dimmkirim kedalam komponen yang kedua dari sistem memory,
yaitu short term memory. Short term memory adalah sebuah sistem
penyimpanan sejumlah informasi yang terbatas untuk beberapa detik.
Short term memory adalah bagian dari memory dimana informasi yang ada
menjadi pikiran-pikiran yang disimpan. Jika kita berhenti berpikir, tentang
sesuatu, maka pikiran tentang sesuatu akan dikeluarkan dari sshort term
memory. Informasi yang masuk kedalam Short Term Memory mungkin
berasal dari sensory memory atau komponen.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk tetap menjaga


ingatan terhadap suatu informasi dalam shot term memory adalah dengan
berfikir tentang informasi tersebut atau mengatakan berulang kali. Proses
menjaga sebuah item dalam shot term memory dengan mengulang tersebut
dengan latihan. Latihan sangat penting dalam proses belajar karaena lebih
laam sebuah item dalam shot term memory lebih besar kemungkinan untuk
di transfer kedalam long term memory. Tanpa latihan kemungkinan
informasi-informasi tersebut akan cepat hilang dari shot term memory

10
tidak lebih dari tiga detik karena shot term memory mempunyai kapasitas
yang terbatas.

Oleh karena itu dalam proses belajar di kelas seorang guru harus
mengalokasikan waktu belajar untuk siswa berlatih atau mengulang
informasi yang telah diterima. Sebaiknya guru juga tidak terlalu banyak
memberikan materi pembelajaran pada saat yang sama, karena akan
menyebabkan belajar menjadi tidak efektif. Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya juga merupakan salah satu cara untuk
menjaga agar informasi tetap berada pada shot term memory, Karena
siswa mempunyai kesempatan untuk berfikir lagi secara mental tentang
apa saja informasi yang mereka terima. Hal ini akan membantu siswa
memproses informasi dalam shot term memory dan kemungkinan akan
menyimpanlebih lama dalam long term memory.

shot term memory mempunyai kapasitas yang sangat terbatas kira-


kira 5 sampai 9 bitesinformasi yg dapat disimpan pada saat yang sama.
Contohnya, seorang akan kesulitan mengingat nomor telepon baru yang di
perolehnya dan jika dia ingin tetap ingat nomor telepon tersebut ia harus
sering mengucapkan atau mengulang-ulang nomor telepon tersebut.

Shot Term Memory sebagai komponen kedua dalam sistem


memory manusia yg bersifat individual. Artinya, Shot Term Memory yang
dimiliki oleh manusia mempunyai perbedaan- perbedaan atara satu orang
dgn orang lainnya ketika mereka menghadapi tugas belajar. Perbedaan-
perbedaan di pengaruhi oleh latar belakang pengetahuan yng dimiliki oleh
seseorang, lebih banyak pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tentang
sesuatu, akan lebih mudah dan lebih baik orang tersebut mengorganisasi
dan merangkap sebuah informasi seperti study yang dilakukan oleh recht
dan lesile (wolfolk, 1995).

c.) Long Term Memory

11
long term memory adalah bagian dari sistem memory manusia
yang menyimpan informasi untuk sebuah periode yang cukup lama.

Para ahli kognitivisme membagi long term memory dalam tiga


bagian. Yaitu episodic memory, semantic memory dan procedura memory
( slavin, 1994).

Episodic memory adalah memori pengalaman personal manuasia


yang memuat sebuah gambar segala mental tentang sebuah sesuatu yang
manusia lihat dan dengar. episodic memori berisi gambar-gambar
pengalaman-pengalaman manusia yang terorganisasi pada saat kapan dan
dimana pengalaman-pengalaman tersebut terjadi, informasi gambar yg
disimpan dalam Episodic memory sering kali sulit untuk digali kembali,
karena dalam hidup manusia terlalu banyak informasi yang harus disimpan
sehingga informasi yang lama tertutup dengan informasi yang baru.

Semantic memory adalah memory yang berisi ide-ide atau konsep-


konsep yang berkaitan dengan skema-skema. menurut plaget adalah
kerangka kerja kognitif individu yang berguna untuk mengorganisasi
persepsi dan pengalaman-pengalaman.

Procedural memory adalah memory yang berkaitan dengan


sesuatu yang bersifat procedural sehingga mampu untuk menghadirkan
kembali bagaiman segala sesuatu dikerjakan. Khususnya yang berkaitan
dengan tugas-tugas yang bersifat spesifik (slavin, 1994). Misalnya pada
saat kita belajar menggunakan komputer sebagai ingatan procedural. Bila
suatu saat kita akan menggunakan komputer tersebut. Ingatan kita
tentang prosedur menggunakan komputer akan digali untuk digunakan
mengoprasikan komputer.

Menyimpan informasi dalam long term memory untuk memahami


sebuah informasi seseorang perlu mengintegrasikan pengetahuan baru
dengan pengetahuan yang sudah ada dalam memory. Pada saat inilah

12
elaborasi, organisai dan memainkan peran yang penting (woolfolk,
1995).

Elaborasi adalah penambahan makna baru terhadap informasi


baru dengan cara menghubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada
atau yang sudah dimiliki. Atau mungkin proses untuk mengubah
pengetahuan yang sudah ada. Elaborasi pengetahuan ini sering kali
terjadi secara otomatis misalnya, sebuah tulisan tentang sejarah
kemerdekaan bangsa indonesia cenderung akan mengaktifakan
pengetahuan tentang periode tersebut. Pengetahuan yang lama digunakan
untuk memahami pengetahuan yang baru.

C. Tokoh-Tokoh Teori Kognitifisme


1. Piaget
Menurut Piaget dalam buku “Teknologi Pembelajaran” dari Drs.
Bambang Warsita (2008:69) yang menjelaskan bahwa perkembangan kognitif
merupakan suatu prosess genetika yaitu proses yang didasarkan atas
mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem syaraf. Dalam buku “Psikologi
Pendidikan” karya Wasty Soemanto (1997:123) yang menyatakan teori belajar
piaget disebut cognitive-development yang memandang bahwa proses berfikir
sebagai aktivitas gradual dari pada fungsi intelektual dari kongkrit. Belajar
terdiri dari tiga tahapan yaitu :asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Piaget juga
mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang dialami seorang
anak berbeda pada tahap satu dengan tahap lainnya yang secara umum semakin
tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan juga semakin
abstrak cara berpikirnya. Oleh karena itu guru seharusnya memahami tahap-
tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode,
media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.
Langkah-langkah pembelajaran dalam merancang pembelajaran
menurut Piaget, antara lain:
a. menentukan tujuan pembelajaran.

13
b. memilih materi pembelajaran.
c. menentukan topik-topik yang dapat dipelajari oleh peserta didik.
d. menentukan dan merancang kegiatan pembelajaran sesuai topik.
e. mengembangkan metode pembelajaran.
f. melakukan penilaian proses dan hasil peserta didik.
2. David Ausubel
Menurut Ausubel dalam buku karya Drs. Bambang Warsita bahwa
“belajar haruslah bermakna, materi yang dipelajari diasimilasi secara
nonarbitrer dan berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya”(2008:72). Hal ini berari bahwa pembelajaran bermakna
merupakan suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-
konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif peserta didik. Dimana
Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta saja,
tetapi merupakan kegiatan yang menghubungkan konsep-konsep untuk
menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga konsep yang dipelajari akan
dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan.
Langkah-langkah pembelajaran bermakna menurut Ausebel,dalam
merancang pembelajaran antara lain:
a. menentukan tujuan pembelajaran.
b. melakukan identifikasi peserta didik.
c. memilih materi pembelajaran sesuai karakteristik peserta didik dan
mengaturnya dalam bentuk konsep inti.
d. menentukan topik peserta didik dalam bentuk advance organizers.
e. mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik.
f. mengatur topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks.
g. melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.
3. Jerome Bruner
Berdasarkan Drs. Wasty Soemanto (1997:127) dan Drs. Bambang
warsita(2008:71) dimana Jarome Bruner mengusulkana teori yang disebutnya
free discovery learning.Teori ini bertitik tolak pada teori kognitif, yang
menyatakan belajar adalah perubahan persepsi dan pemahan. Maksudnya, teori

14
ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif
jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
aturan termasuk konsep, teori, ide, definisi dan sebagainya melalui contoh-
contoh yang menggambarkan atau mewakili aturan yang menjadi sumbernya.
Langkah-langkah pembelajaran dalam merancang pembelajaran
menurut Bruner antara lain:
a. menentukan tujuan pembelajaran.
b. melakukan identifikasi peserta didik.
c. memilih materi pembelajaran
d. menentukan topik secara induktif.
e. mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik.
f. mengatur topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks.
g. melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.
4. Albert Bandura
Bandura berpendapat tentang teori kognitif sosial. Seperti yang
dijelaskan dalam buku karya John W. Santrock (2007:285) yang menyatakan
bahwa teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) merupakan faktor sosial
dan kognitif dan juga faktor perilaku, memainkan peran penting dalam
pembelajaran. Hal ini berarti bahwa faktor kognitif berupa ekspektasi murid
untuk meraih keberhasilan sedangkan faktor sosial mencakup pengamatan
murid terhadap perilaku orang tuanya. Jadi menurut Bandura antara faktor
kognitif/person, faktor lingkungan dan faktor perilaku mempengaruhi satu
sama lain dan faktor-faktor ini bisa saling berinteraksi untuk mempengaruhi
pembelajaran. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi,
pemikiran dan kecerdasan.
5. Kurt Lewin
Yang juga merupakan tokoh teori belajar kognitif adalah Kurt Lewin
yang menyatakan tentang teori belajar medan kognitif (cognitive-field learning
theory). Seperti yang di jelaskan oleh Nana Sudjana dalam bukunya yang
menjelaskan bahwa dalam teori belajar medan kognitif, “belajar didefinisikan
sebagaai proses interaksional dimana pribadi menjangkau wawasan-wawasan

15
baru dan atu merubah sesuatu yang lama”(1991:97). Hal ini berarti bahwa
seseorang harus peduli dengan diri mereka sendiri dan juga dengan orang lain,
dengan belajar secara afektif sehingga diharapkan mereka atau seorang guru
bisa mengerti dengan dirinya sendiri dan dapat melaksanakan tugas dengan
lebih baik selain itu juga mengembangkan sistem psikologis yang bermanfaat
dalam berurusan dengan anak-anak dan pemuda dalam ssituasi belajar.

D. Prinsip-Prinsip Belajar Kognitifisme


Prinsip teori psikologi kognitif adalah bahwa setiap orang dalam
bertingkah laku dan mengerjakan segala sesuatu senantiasa di pengaruhi oleh
tingkat – tingkat perkembangan dan pemahaman atas dirinya sendiri. Seseorang
memiliki kepercayaan, ide – ide dan prinsip yang dipilih untuk kepentingan
dirinya sendiri. Dalam hal belajar, aspek psikologis ini memandang bahwa proses
belajar yang terjadi pada seseorang tidak tampak dari luar dan sifatnya kompleks.
Psikologi kognitif lebih menekankan pada proses internal atau proses mental
mahasiswa daripada tampak luarnya.

Prinsip-prinsip teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran antara lain


sebagai berikut

1. SKEMA: artinya pembelajaran dibangun dari jaringan atau hirarki


schemata agar pengetahuan menjadi bermakna.
2. PEMBELARAN SKEMA BERMAKNA: artinya mengaitkan antara
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dipelajari sebelumnya.
Informasi tidak dipelajari dwngan hafalan
3. METAKOGNISI: artinya memberikan kesempatan bagi siswa untuk
belajar dengan memikirkan, mengendalikan, dan dengan efektif
menggunakan proses pemikiran mereka sendiri.
4. Mengorganisasikan informasi yang bermakna dengan beberap strategi:
membuat catatan, menggaris bawahi, meringkas, menulis untuk belajar,
membuat garis besar dan memetakan metode PQ4R

16
5. STRATEGI PEMBELAJARAN dengan membuat: apersepsi, analogi,
elaborasi informasi, membuat skema, betanya dan model konseptual.

Dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas, teori kognitivisme


didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.
1. Peserta didik akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu
apabila pelajaran tersebut disusun berdaarkan pola dan logika tertentu .
2. Penyusunan materi pelajaran harus dari yang sederhana ke yang rumit.
Untuk dapat melakukan tugas dengan baik peserta didik harus lebih tahu
tugas-tugas yang bersifat lebih sederhana.
3. Belajar dengan memahami lebih baik dari pada mengafal.
4. Adanya perbedaan invidu pada siswa harus dari yang diperhatikan karena
faktor ini sangat mempengaruhi proses belajar siswa.
5. Anak usia persekolahan dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan
baik, terutama jika menggunakan benda-benda konkrit.
6. Siswa bukan orang dewasa muda dalam proses berpikirnya. Mereka
mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
7. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran amal dipentingkan
karena hanya dengan mengaktifkan siswamaka proses asimilasi dan
akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
8. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan
pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki oleh siswa
9. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun
dengan menggunkan ola atau logika tertentu, dari sederhan ke kompleks
10. Belajar akan leih bermakna dari pada menghafal. Agar bermakna,
informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan
yang dimiliki siswa. Tugas guru adalah menghubungkan apa yang sedang
dipelajari dan apa yang telah diketahui oleh siswa
11. Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena
faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan

17
tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir,
pengetahuan awal, dsb.

Prinsip-prinsip teori belajar bermakna (Ausubel) dapat diterapkan dalam


proses belajar mengajar melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Mengukur kesiapan peserta didik seperti minat, kemampuan dan


struktur kognitifnya melalui tes awal, interview, pertanyaan-
pertanyaan, dll.
2. Memilih materi-materi, lalu menyajikannya di mulai dengan
contoh-contoh konkrit dan kontraversial.
3. Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasai dari materi
baru.
4. Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa
yang harus dipelajari.
5. Mengajar peeserta didik memahami konsep-konsep dan prinsip-
prinsip yang ada dengan memberikan fokus pada hubungan-
hubungan yang ada.

Beberapa strategi membantu siswa belajar berdasarkan pandangna teori


belajar kognitivisme antara lain:
1. Strategi membuat catatan → mengindentifikasi gagasan-
gagasan utama
2. Strategi menggarisbawahi → memberi stabilo, bahan-bahan
terpenting
3. Strategi meringkas → menulis kalimat-kalimat singkat yang
meewakili gagasan utama informasi yang dibaca
4. Menulis untuk belajar → menjelaskan secara tertulis inti
materi yang dipelajari
5. Strategi membuat garis besar dan memetakan → garis besar
artinya penyajian butir-butir utama bahan dalam format

18
hierarkis. Pemetaan artinya pembuatan diagram gagasan
utama dan kaitan diantaranya.
6. Metode PQ4R → preview (melihat sekilas), question
(bertannya), read (membaca), reflect (merenungkan), recite
(mengungkapkan kembali), review (mengkaji ulang).

E. Ciri-Ciri Teori Belajar Kognitif


1) Dalam memecahkan masalah juga punya ciri tersendiri yaitu
''Insight''[pemahaman]
2) Mementingkan  cakupan secara menyeluruh.
3) Mementingkan pola keseimbangan.
4) Mementingkan pola struktur yang kognitif.
5) Mementingkan pola dan peranan fungsi kognitif.
6) Mementingkan daya yang ada pada diri siswa

F. Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif


Setiap teori belajar tidak akan pernah sempurna, demikian pula dengan
teori belajar kognitif. Di samping memiliki kelebihan – kelebihannya ada pula
kelemahan – kelemahannya. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kelemahan
teori kognitif antara lain:
1. Kelebihan Teori Belajar Kognitif
a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif
karena mereka tidak hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi
memproses informasi yang diperoleh dan berfikir untuk dapat menemukan
ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan membuat siswa lebih
mandiri contohnya pada saat siswa mengerjakan soal siswa bisa
mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa menggunakan fikiranya
sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan orang lain
dengan.

19
b. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih
mudah karena siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif didalam
proses pembelajaran yang berpusat pada cara peserta didik mengingat,
memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya. Serta
Menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar yang ada
lebih mudah dipahami.
2. Kelemahan Teori Belajar kognitif
a. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
b. Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
c. Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya
masih belum tuntas.

G. Strategi Membantu Siswa Belajar

Menurut Slavin (2000: 203) ada 4 strategi yang dipakai untuk membatu
strategi belajar siswa, antara lain:

1. Note-Taking
Pengambilan catatan umumnya dilakukan dalam membaca maupun
mengikuti apa yang di terangkan guru. Hal ini sangat berguna karena note-
taking dapat menerima satu proses mental mendapatkan ide utama tentang
keputusan seseorang. Cara note-taking untuk mengambil konsep- konsep
materi yang rumit atau kompleks yang juga merupakan tugas- tugas yang sulit
mengenal ide- ide utama (Andreas & Abraham) 1984 dalam Slavin (2000: 204)
menegaskan juga bahwa hal ini merupakan satu tingkatan tinggi proses untuk
mendapat informasi
2. Underlining (Menggaris bawahi)
Menggarisbawahi merupakan strategi belajar yang sangat dikenal. Para
ahli menemukan bahwa metode ini hanya memiliki sedikit keuntungan pada
umumnya. Persoalan adalah kebanyakan siswa gagal membuat keputusan
tentang materi apa yang sederhana untuk digarisbawahi. Bila siswa diminta

20
menggarisbawahi kalimat yang sangat penting maka hal ini merupakan satu
tingkatan yang tertinggi dalam proses menemukan informasi.
3. Summarizing (Ringkasan/Iktisar)
Ringkasan memuat pernyataan- pernyataan yang ringkas dari apa yang
merupakan ide utama dari apa yang dibacanya. Strategi penggunaanya
tergantung dengan siswa yang menggunakan. Satu cara efektif dalam membuat
ringkasan setelah membaca setiap paragraf. Disisi lain siswa membuat
ringkasan untuk menolong orang lain untuk belajar tentang materi secara
bagian-bagian, sebab kegiatan ini lebih fokus pada ringkasan dan
mempertimbangkan secara serius apa yang penting dan dan
mempertimbangkan secara serius apa yang penting dan yang tidak penting.
Tapi ada beberapa penelitihan yang mengatakan tidak ada pengaruh dalam
membuat catatan hal ini membuat strategi belajar menjadi rendah dalam
menambah materi tulisan menjadi komprehensif tapi tidak di mengerti menurut
Anderson & Armbruster 1984 dalam Slavin 2000.
4. Outlining dan Mapping (Jaringan/Sketsa dan Pemetaan)
Strategi belajar yang meminta siswa dalam menyajikan kembali materi
yang dipelajari dalam bentuk sketsa. Strategi- strategi ini meliputi jaringan, dan
pemetaan. Outlining menyajikan point- point utama dari materi dalam satu
format yang hirarkhi. Dalam membuat jaringan dan pemetaan, siswa mengenal
ide- ide utama kemudian membuat diagram untuk menghbungkan satu bagian
terhadap yang lain.

Salah satu teknik belajar yang sangat dikenal untuk menolong siswa
mengerti dan mengingat adalah meted PQ4R. Metode ini dijelaskan oleh Thomas
& Robinson dalam Slavin (2000: 204). PQ4R adalah kepanjangan kata dari:

 Preview (Mengawali)
 Question (Bertanya)
 Read (Membaca)
 Reflect (Memantul/Merefleksikan)

21
 Recite (Merenung)
 Review (Mengulang)

H. Implikasi Teori Kognitifisme dalam Pembelajaran


Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran adalah dalam
merumuskan tujuan pembelajaran, mengemangkan strategi dan tujuan
pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam
pendekatan Behaviorisme. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam
proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakn bagi siswa.

Beberapa implikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran di


dalam kelas sebagai berikut.

1. Mengupayakan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran agar


belajar menjadi lebih bermakna.
2. Pembelajaran dikembangkan sesuai dengan tingkat perkembangan berfikir
siswa.
3. Mengaitkan antara pengetahuan atau informasi baru dengan struktur
kognitif yang telah dimiliki siswa untuk menarik minat belajarnya.
4. Materi pelajaran disusun dari yang sederhana ke sukar (kompleks) untuk
membangun pemahaman siswa.
5. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal.
6. Memperhatikan adanya perbedaan individu pada diri siswa, karena faktor
tersebut memengaruhi keberhasilan belajar siswa.

Bahrudin dan Wahuni (2008) menyebutkan 8 (delapan) implikasi terhadap


pendidikan, diantaranya:

1. Perlakuan individu didasarkan pada tingkat perkembangan kognitif peserta


didik.
2. Motivasi berasal dari dalam diri individu yang timbul berdasarkan
pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

22
3. Tujuan kurikuler difokuskan untuk mengembangkan keseluruhan
kemampuan kognitif, bahasa dan motorik dengan interaksi sosial berfungsi
sebagai alat untuk mengembangkan kecerdasan.
4. Bentuk pengolahan kelas berpusat pada peserta didik dengan guru sebagai
fasilitator.
5. Mengefektifkan mengajar dengan cara mengutamakan program
pendidikan yang berupa pengetahuan – pengetahuan secara hierarkis.
6. Partisipasi peserta didik sangat dominan guna meningkatkan sisi kognitif
peserta didik.
7. Kegiatan belajar peserta didik mengutamakan belajar untuk memahami
dengan cara insigt learning.
8. Tujuan umum dalam pendidikan adalah untuk mengembangkan kognitif
secara secara optimal dan kemampuan menggunakan kecerdasan secara
bijaksana.

I. Peran Guru Dan Orang Tua Dalam Teori Belajar Kognitif

Sering dikatakan mengajar adalah mengorganisasikan sktivitas siswa


dalam arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,
melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and
facilitating the learning) agar proses belajar lebih memadai. Dalam pembelajaran
guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu
pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa, dan memahami
berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk
belajar dengan perencanaan pembelajaran yang matang oleh guru.

Belajar merupakan aktifitas yang dilakukan oleh siswa dalam rangka


membangun makna atau pemahaman. Karenanya dalam belajar guru perlu
member motivasi kepada siswa untuk mengunakan potensi dan otoritas yang
dimilikinya untuk membangun suatu gagasan. Pencapaian keberhasilan belajar
tidak hanya menjadi tanggung jawab siswa, tetapi guru ikut bertanggung dalam

23
menciptakan situasi dan dorongan prakarsa, motivasi untuk melakukan kegiatan
pembelajaran.
Menurut Thomas E. Curtis dan Wilma W. Bidwell bahwa proses
pembelajaran di sekolah (kelas) peranan guru lebih spesifik sifatnya dalam
pengertian yang sempit, yakni dalam hubungan proses belajar mengajar. Peranan
guru adalah sebagai pengorganisasi lingkungan belajar dan sekaligus sebagai
fasilitator belajar. Peranan pertama meliputi peranan-peranan yang lebih spesifik,
yakni:
1) Guru sebagai model,
2) Guru sebagai perencana,
3) Guru sebagai peramal,
4) Guru sebagai pemimpi,
5) Guru sebagai penunjuk jalan atau pembimbing kea rah pusat-pusat
belajar.
Dalam kaitan peranannya sebagai perencana, guru berkewajiban
mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan menjadi rencana-rencana yang
operasional. Tujuan-tujuan umum perlu diterjemahkan menjadi tujuan-tujuan
menjamin relevansinya dengan perkembangan, kebutuhan dan tingkat mereka.
Peranan tersebut menuntut agar perencanaan senantiasa direlevansikan dengan
kondisi masyarakat, kebiasaan belajar siswa, pengalaman dan pengetahuan siswa,
metode belajar yang serasi dan materi pelajaran yang sesuai dengan minatnya.
Pendidikan merupakan proses kerja tim yang didalamnya melibatkan anak
(peserta didik), guru, orangtua, dan orang-orang di sekitar anak. Guru hanya
sebagai patner dari orangtua dalam mendidik anak, bukan faktor tunggal yang
menentukan keberhasilan pendidikan.interaksi peserta didik dengan pendidik dan
teman sebaya dalam mengembangkan pengetahuan juga sangat mempengaruhi
perkembangan kognitif tiap individu. Pengamatan merupakan hal penting yang
harus dilakukan, tidah hanya oleh guru tetapi juga oleh orangtua. Vigotsky dan
izzaty (2008: 39) menekankan peran orang dewasa dalam memimpin
perkembangan, yaitu bukan hanya mencocokkan lingkungan pembelajaran,

24
melainkan juga membuat lingkungan anak dengan bantuan orang lain dapat
memperluas dan meningkatkan pemahaman mereka.
Pendidikan memegang peran penting pada tahap operasional. Karena
tanpa pendidikan yang benar, maka konsep diri yang negatif dapat terbentuk. Oleh
karena itu, diperlukan sosok guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan
dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. Selain guru,
orangtua juga memegang peranan penting dalam perkembangan anak. Orang tua
bersama. Maka dari itu, antara guru dan orang tua perlu menjalin hubungan
komunikasi yang efektif untuk memberikan layanan yang berkualitas terhadap
anak.

25
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
 teori belajar kognitifisme, yaitu teori belajar yang melibatkan proses berfikir
secara komplek dan mementingkan proses belajar dari pada hasil. Teori
belajar kognitifisme merupakan teori belajar yang menekankan perhatiannya
pada belajar sebagai kegiatan mental atau proses berfikir yang ada dalam
individu yang sedang belajar. Teori ini di kembangkan sejak abad ke-20.
 Setiap teori belajar tidak akan pernah sempurna, demikian pula dengan teori
belajar kognitif. Di samping memiliki kelebihan – kelebihannya ada pula
kelemahan – kelemahannya. Kelebihannya antara lain yaitu menjadikan
siswa lebih kreatif dan mandiri, dan membantu siswa memahami bahan
belajar secara lebih mudah. Kelemahannya yaitu teori tidak menyeluruh
untuk semua tingkat pendidikan, sulit dipraktikkan khususnya di tungkat
lanjut, dan beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan
pemahamannnya masih belum tuntas.
 Dalam teori ini guru dan orang tua sama-sama memiliki peran penting.Maka
dari itu, antara guru dan orang tua perlu menjalin hubungan komunikasi
yang efektif untuk memberikan layanan yang berkualitas terhadap anak.

26
DAFTAR PUSTAKA

 Mujtahidin. 2014. teori belajar dan pembelajaran. surabaya:salsabila


creative
 file:///D:/refrensi%20teory%20pembelajaran/»%20TEORI%20KOGNITIF
%20(PART%20I)%20%20Kajian%20Psikologi.pdf
 file:///D:/refrensi%20teory%20pembelajaran/CIRI%20CIRI%20TEORI
%20BELAJAR%20BEHAVIORISME%20DAN%20TEORI
%20KOGNITIF%20!!%20%20alfiforever.pdf
 file:///D:/refrensi%20teory%20pembelajaran/makalah%20teory.pdf
 file:///D:/refrensi%20teory%20pembelajaran/Teori%20Belajar
%20Kognitif.pd
 (http://hasanahworld.wordpress.com/2009/03/01/teori-belajarkognitif/)
 http://alhafizh84.wordpress.com/2010/10/15/teori-belajar-kognitif/
 file:///D:/refrensi%20teory%20pembelajaran/peran%20guru%20dan%20or
tu.pdf

27

Anda mungkin juga menyukai