Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

TEORI PEMBELAJARAN PERILAKU


(BEHAVIORAL DAN SOSIAL)

Diajukan Sebagai Pemenuhan Ujian Tengah Semester


Mata Kuliah Psikologi dan Landasan Pendidikan

Disusun Oleh:
Yani NIM. 2329071026

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Prof. Dr. I Made Tegeh, S.Pd., M.Pd
Dr. I Kadek Suartama, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI S2 TEKNOLOGI PENDIDIKAN


PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam
makalah ini penulis membahas mengenai “Teori Pembelajaran Perilaku
(Behivioral dan Social)”
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah Psikologi dan Landasan
Pendidikan Program Studi S2 Teknologi Pendidikan Semester I. Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca demi penyempurnaan pembuatan makalah yang penulis susun
selanjutnya, sehingga dapat menjadi lebih baik. Akhir kata semoga makalah ini
mampu memberikan manfaat bagi kita semua.

Denpasar, 30 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. ii


DAFTAR ISI ………………………………………………………………… iii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… iv

BAB I PENDAHULUAN ………………………………..………………. 1


1.1 Latar Belakang ……………..………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah…………..………………………………… 2
1.3 Tujuan……………………….………………………………… 2
1.4 Manfaat……………………..………………………………… 3

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………... 4


2.1 Belajar dan Pembelajaran……………………………………. 4
2.2 Teori Pembelajaran Perilaku (Behivioral)…………………… 6
2.3 Prinsip Teori Pembelajaran Perilaku (Behivioral)………...… 10
2.4 Kelebihan dan Kelemahan Teori Pembelajaran
Perilaku (Behivioral)………………………………………… 16
2.5 Teori Pembelajaran Sosial………………………………….... 16

BAB III PENUTUP ……………………………………………………….. 20


3.1 Simpulan ……………………………………………………... 20
3.2 Saran………………………………………….. ……………… 22

DAFTAR PUSTAKA ……...……………………………………………….. 23

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pengkondisian klasik Pavlov……………………………... 7


Gambar 2.2 Kotak Skinner…………………………………………….. 9

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran merupakan proses seorang individu untuk dapat
berkembang menjadi lebih baik dan trampil. Oleh karena itu sebagai bagian
dari Pendidikan, pendidik perlu memahami bagaimana individu belajar dan
mengubah perilaku mereka. Salah satu pendekatan yang telah dikenal selama
beberapa dekade adalah teori pembelajaran perilaku. Teori pembelajaran
perilaku berfokus pada perubahan perilaku yang dapat diamati, dan diukur
sebagai hasil dari rangsangan yang diberikan kepada individu. Menurut teori
ini, individu merespons rangsangan dengan perilaku yang dapat diprediksi.
Beberapa tokoh seperti Ivan Pavlov, Burrhus Frederic Skinner, Thorndike,
Meichenbaum dan Albert Bandura telah memberikan kontribusi besar untuk
teori ini.
Teori pembelajaran perilaku dalam perkembangannya di awali dari
teori pembelajaran perilaku behavioral yang dikembangkan oleh Ivan Pavlov,
Burrhus Frederic Skinner, Thorndike. Hasil penelitian yang ditemukan ketiga
ilmuan tersebut memperlihatkan pembelajaran merupakan hasil dari respons
individu terhadap pengalaman lingkungan dan konsekuensinya. Selain itu,
pembelajaran perilaku mencakup konsep pengkondisian klasik dan operan.
Ivan Pavlov mengembangkan konsep pengkondisian klasik. E.L. Thorndike
mengemukakan Hukum Pengaruh, yang menyatakan bahwa perilaku yang
diikuti oleh konsekuensi yang memuaskan cenderung diulang, sedangkan
perilaku yang diikuti oleh konsekuensi yang tidak memuaskan cenderung
berkurang. Burrhus Frederic Skinner mengembangkan konsep pengkondisian
operan, di mana perilaku diperkuat (reinforced) untuk meningkatkan
probabilitas perilaku itu terulang. Penguatan dapat berupa penguatan positif
dan negatif, sementara hukuman adalah konsekuensi yang mengurangi
probabilitas suatu perilaku.

1
Prinsip penggunaan teori pembelajaran perilaku (behivioral) meliputi
konsekuensi, penguatan, hukuman, penyegaran konsekuensi, pembentukan,
pemunahan, penjadwalan penguatan, peraturan antedesen, dan pemeriharaan.
Perkembangan lain dari teori pembelajaran perilaku selanjutnya ialah teori
pembelajaran sosial yang dikembangkan oleh Bandura yang berpendapat
bahwa observasi dan peniruan model sangat penting dalam pembelajaran
manusia. Teori sosial lainnya dikembangkan oleh Meichenbaum yang
berpendapat bahwa pentingnya untuk melatih siswa dalam berbicara kepada
diri sendiri sebagai strategi pengaturan diri. Pada penerapan teori perilaku
baik teori behavioral dan sosial memiliki kelebihan dan kelemahan. Melalui
makalah ini akan dibahas tentang pengertian belajar dan pembelajaran, teori
pembelajaran perilaku (Behivioral), prinsip teori pembelajaran perilaku
(Behivioral), kelebihan dan kelemahan teori pembelajaran perilaku
(Behivioral), dan teori pembelajaran sosial

1.2 Rumusan Masalah


Beberapa masalah yang akan dijawab pada makalah ini antara lain
adalah sebagai berikut:
1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan belajar dan pembelajaran?
1.2.2. Bagaimana teori pembelajaran perilaku (Behivioral) ?
1.2.3. Apakah prinsip teori pembelajaran perilaku (Behivioral) ?
1.2.4. Apakah kelebihan dan kelemahan teori pembelajaran perilaku
(Behivioral) ?
1.2.5. Bagaimana teori pembelajaran social ?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka dapat disimpulkan tujuan
penulisan sebagai berikut.
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian belajar dan pembelajaran.
1.3.2. Untuk mengetahui teori pembelajaran perilaku (Behivioral).
1.3.3. Untuk mengetahui prinsip teori pembelajaran perilaku (Behivioral).

2
1.3.4. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan teori pembelajaran
perilaku (Behivioral).
1.3.5. Untuk mengetahui teori pembelajaran social.

1.4 Manfaat
Manfaat yang bisa didapatkan dari penulisan makalah ini diantaranya
sebagai berikut:
1.4.1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian belajar dan pembelajaran.
1.4.2. Mahasiswa dapat mengetahui teori pembelajaran perilaku
(Behivioral).
1.4.3. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip teori pembelajaran perilaku
(Behivioral).
1.3.6. Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan teori
pembelajaran perilaku (Behivioral).
1.4.4. Mahasiswa dapat mengetahui teori pembelajaran social.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Belajar dan Pembelajaran


2.1.1. Belajar
Belajar menurut Winkel adalah suatu aktivitas mental atau
psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan-perubahan
itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau penyempurnaan
terhadap hasil yang telah diperoleh dan terjadi selama jangka waktu
tertentu. Jadi belajar merupakan proses perubahan tingkah laku
individu merespon interaksi aktif dengan lingkungan melalui
pengalaman yang didapatnya secara pribadi. Menurut kamus
bahasa Indonesia belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian
atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan pengertian belajar oleh
para ahli antara lain sebagai berikut (Affandi, 2013):
a. Slavin, belajar merupakan perubahan individu yang
disebabkan oleh pengalaman
b. Gagne, belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
c. Travers, belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian
tingkah laku.
d. Morgan, belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat
permanen sebagai hasil dari pengalaman.
e. Robbins, belajar adalah sebagai proses menciptakan hubungan
antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan
sesuatu (pengetahuan) yang baru.
f. Spears, belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi,
mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk.

4
Sehingga dapat dikatakan belajar merupakan proses dimana
seseorang mengalami perubahan perilaku sebagai akibat dari
adanya pengalaman yang dialami.
2.1.2. Pembelajaran
Slavin mengartikan pembelajaran merupakan suatu
perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan oleh pengalaman.
Perubahan pembelajaran dapat dicontohkan seorang anak yang
mengalami kecemasan ketika melihat dokter bersama jarum suntik.
Hal ini dapat terjadi karena anak tersebut telah belajar
menghubungkan jarum sakit dan rasa sakit, sehingga tubuhnya
bereaksi secara emosional ketika melihat jarum suntik.
Pembelajaran dalam pandangan Slavin dapat bersifat intensional
seperti contoh ketika siswa memperoleh informasi yang disajikan
diruang kelas atau mereka mencari informasi di media
sosial/internet. Sifat lainnya ialah bersifat tidak intensional seperti
kasus pada anak yang mengalami ketakutan pada jarum suntik.
(Slavin, 2011)
Gagne dan Briggs mendefinisikan pembelajaran sebagai
suatu rangkaian events (kejadian, peristiwa, dan kondisi) yang
secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi peserta didik
(pembelajar), sehingga proses belajarnya dapat berlangsung
dengan mudah. Winkel, mengartikan pembelajaran sebagai
seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses
belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian
eksternal yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian
internal yang berlangsung di dalam diri peserta didik. (Sutikno,
2021)
Pengertian lain dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas Pasal 1 ayat 20, “Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), pengertian pembelajaran adalah proses atau cara

5
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Adapun lima jenis
interaksi yang dapat berlangsung dalam proses belajar dan
pembelajaran, yaitu: 1) interaksi antara pendidik dan peserta didik;
2) interaksi antara sesama peserta didik atau antarsejawat; 3)
interaksi peserta didik dengan narasumber; 4) interaksi peserta
didik bersama pendidik dengan sumber belajar yang sengaja
dikembangkan; dan 5) interaksi peserta didik bersama pendidik
dengan lingkungan sosial dan alam. (Nurhasanah, 2019).
Persoalan yang terjadi dalam pembelajaran ialah bagaimana
pendidik dapat memberikan rangsangan yang tepat sehingga siswa
dapat memiliki fokus, dan kemampuan mentalnya mampu
menerima pembelajaran yang penting, sehingga dapat dikatakan
pembelajaran yang dilakukan berhasil.

2.2 Teori Pembelajaran Perilaku (Behivioral)


Teori Pembelajaran Perilaku (Behivioral) diteliti berdasarkan eksperimen
yang dilakukan untuk memahami cara manusia dan binatang belajar. Dua
peneliti awal yang melakukan penelitian ini ialah:
2.2.1. Ivan Pavlov : Pengkondisian Klasik
Unsur yang dibutuhkan untuk melahirkan pengkondisian
Pavlovian atau klasik adalah: (1) unconditioned stimulus (stimulus
yang tak dikondisikan [US]), yang menimbulkan respons alamiah atau
otomatis dari organisme; (2) unconditioned response (respons yang
tidak dikondisikan[UR]) yang merupakan respons alamiah dan
otomatis yang disebabkan oleh US; dan (3) conditioned stimulus
(stimulus yang dikondisikan [CS]), yang merupakan stimulus netral
karena ia tidak menimbulkan respons alamiah atau otomatis pada
organisme. Ketika unsur-unsur ini bercampur dengan cara tertentu,
akan terjadi conditioned response (respons yang dikondisikan [CR]).
Untuk memproduksi CR, CS, dan US harus dipasangkan beberapa
kali. Pertama, CS dihadirkan dan kemudian US dihadirkan, dan urutan
penyajian ini amat penting. Setiap kali US terjadi, UR akan muncul.
Pada akhirnya CS dapat disajikan sendirian, dan ia akan menghasilkan

6
respons yang sama dengan UR. Ketika hal ini terjadi, CR akan
muncul. Dalam contoh Pavlov, US adalah larutan asam, UR adalah air
liur (yang disebabkan oleh asam), dan CS adalah suara. Gambaran
pengkondisian klasik yang dilakukan oleh Pavlov dapat dilihat pada
gambar 2.1. (Hergenhahn, 2017).

Gambar 2.1 Pengkondisian klasik Pavlov (Sumber :


Educational Psychology Theory and Practice, 2011)

Berdasarkan hasil temuannya, Pavlov berpendapat bahwa


kejadian di lingkungan terhubung dengan beberapa titik di otak yang
akhirnya akan mengairahkan atau menghambat aktivitas otak. Pola
eksitasi dan hambatan yang menjadi karakteristik otak ini oleh Pavlov
disebut cortical mosaic (mosaik kortikal). Mosaik kortikal pada satu
momen akan menentukan bagaimana organisme merespons
lingkungan. Setelah lingkungan eksternal atau internal berubah,
mosaik kortikal akan berubah dan perilaku juga berubah. Sehingga,

7
jika satu nada secara terus-menerus diperdengarkan ke seekor anjing
sebelum ia diberi makan, area di otak yang dibangkitkan oleh nada
suara itu akan membentuk koneksi temporer dengan area otak yang
merespons ke makanan. Ketika koneksi ini terbentuk, presentasi nada
akan menyebabkan hewan bertindak seolah-olah makanan akan
disajikan. Pada poin ini kita mengatakan refleks yang dikondisikan
sudah terjadi.
2.2.2. E.L Thorndike : Hukum Pengaruh
Pada penelitiannya Thorndike, melakukan percobaan dengan
menepatkan kucing dalam kotak-kotak. Dari kondisi ini kucing-
kucing itu harus keluar untuk memperoleh makanan. Hasil dari
pengamatannya ialah dalam selang waktu, kucing-kucing itu belajar
bagaimana dapat keluar dari kotak-kotak itu lebih cepat dengan
mengulangi perilaku-perilaku yang tidak efektif. Dari eksperimen- ini,
Thorndike mengembangkan Hukum Pengaruh atau Law of Effect.
Hukum Pengaruh Thorndike mengemukakan bahwa jika suatu
tindakan diikuti oleh suatu perubahan yang memuaskan dalam
lingkungan, kemungkinan tindakan itu diulangi dalam situasi yang
mirip akan meningkat. Akan tetapi, bila suatu perilaku diikuti oleh
suatu perubahan yang tidak memuaskan dalam lingkungan,
kemungkinan perilaku itu diulangi akan menurun. Jadi, konsekuensi
perilaku seseorang pada suatu waktu memegang peranan penting
dalam menentukan perilaku orang selanjutnya. (Bunyamin, 2021)
2.2.3. Burrhus Frederic Skinner (Pengkondisian Operant)
Burrhus Frederic Skinner mengemukakan jika konsekuensi
perilaku akan diikuti dengan perubahan perilaku yang terjadi.
Pengkondisian dengan kondisi menyenangkan dan tidak
menyenangkan untuk mengubah perilaku inilah yang disebut sebagai
pengkondisian operant. Inti pemikiran skinner setiap manusia
bergerak karena mendapatkan rangsangan dari lingkungannya. Prinsip
pengkondisian pada skinner terdiri atas dua konsep utama, yang
melibatkan penguatan (positif/negative) dan hukuman.

8
Pengkondisian instrumental ini, dilakukan Skinner dalam
percobaan yang menggunakan Skinner box (kotak Skinner). Kotak
Skinner biasanya menggunakan lantai berkisi-kisi, cahaya,
tuas/pengungkit, cangkir makanan. Ketika hewan menekan tuas,
mekanisme pemberi makan akan aktif, dan makanan akan keluar
sedikit di cangkir makanan. Adapun respon penekanan tuas ini
menggunakan langkah-langkah berikut (Rahman, 2014):
a. Deprivasi, kondisi ini dilaksanakan dengan memberikan puasa
pada hewan selama 23 hari atau diberikan 80% jatah makanan
dari normal.
b. Magazine Training, kondisi dimana eksperimenter menggunakan
tombol eksternal dan secara periodic menarik mekanisme
pemberian makanan, dan memastikan hewan itu tidak dekat-
dekat dengan cangkir makanan saat eksperimenter menekan
tombol. Pelan-pelan hewan akan mengasosiasikam suara klik dari
magazine dengan adanya makanan.
c. Penekanan Tuas, hewan dibiarkan sendiri dikotak skinner. Pada
akhirnya, hewan akan menekan tuas, dan mengaktifkan magazine
makanan. Menurut pengkondisian operant respons penelakanan
tuas, setelah diperkuat akam cenderung diulang, dan saat diulang,
respom tersebut diperkuat Kembali, sehingga meningkatkan
probalitas pengulangan respons penekanan tuas, dan demikian
seterusnya (untuk melihat bentuk dari kontak skinner dapat
diilustrasikan seperti gambar 2.2 Skinner Box).

Gambar 2.2 Kotak Skinner (Sumber:


https://www.simplypsychology.org/operant-conditioning.html,
diakses 30 Oktober 2023 Pukul 14.29 Wita)

9
Berdasarkan hasil temuannya Skinner mengemukakan dua
prinsip umum yaitu : 1) Setiap respons yang diikuti oleh reward
(merupakan reinforcing stimuli) akan cenderung diulangi. Contoh:
Seorang peminta-minta yang diberi uang (reward) maka perbuatan
tersebut cenderung diulangi lagi. 2) Reward yang merupakan
reinforcing stimuli akan meningkatkan kecepatan terjadinya respons.
(Sama, 2021)
2.3 Prinsip Teori Belajar Perilaku (Behavioral)
Teori belajar behavioristik dicetuskan oleh Gagne dan Berliner. Teori
ini menekankan tentang perubahan tingkah laku yang terjadi karena
pengalaman belajar. Menurut teori behavioristik, seseorang akan dianggap
telah belajar ketika sudah menunjukkan perubahan perilaku setelah
mengalami proses pembelajaran. Jadi, belajar dapat diartikan sebagai
stimulus dan respon. Input merupakan stimulus dan output adalah respon
yang dihasilkan dari stimulus yang diberikan. Stimulus yang diberikan dapat
berupa penyampaian materi, pembentukan karakter, nasihat, dan lain-lain
yang diberikan guru kepada siswanya. Respon merupakan reaksi atau
tanggapan dari siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh gurunya. (Ariani,
2022)
Prinsip pembelajaran perilaku meliputi peran konsekuensi, penguatan,
penghukuman, kesegeraan konsekuensi, pembentukan, kepunahan, jadwal
penguatan, ketahanan, dan peran anteseden.
2.3.1. Peraturan mengenai konsekuensi
Perubahan perilaku terjadi sesuai dengan konsekuensi langsungnya.
Sebagai contoh pada penelitian yang dilakukan oleh Skinner jika tikus
yang diuji cobakan menekan tuas dan memperoleh makanan, maka
tikus akan sering menekan tuas untuk mendapatkan makanan. Namun,
jika tikus menekan tuas tapi mendapatkan sengatan listrik hal ini justru
akan mengakibatkan tikus mulai jarang menekan tuas hingga berhenti
menekan tuas. Konsekuensi menyenangkan yang didapat ini disebut
reinforser/penguatan, sedangkan konsekuensi yang tidak
menyenangkan disebut hukuman.

10
2.3.2. Penguatan
Penguatan lain terkait penguatan primer dan sekunder.
Penguatan primer merupakan penguatan yang memuaskan kebutuhan
dasar manusia. Sebagai contoh makanan, air, keamanan, kehangatan,
dan seks. Penguatan sekunder adalah penguatan yang memperoleh
nilai jika dikaitkan dengan penguatan primer. Sebagai contoh nilai
Pelajaran siswa menjadi lebih bermakna bagi siswa ketika orang tua
memberikan pujian, perhatian, dan kasih sayang. (Slavin, 2011)
Penguatan (reinforce) merupakan bagian dari setiap
konsekuensi yang memperkuat perilaku. Penguatan berdasarkan
pandangan Skinner dibagi menjadi dua yaitu pertama primary positif
reinforcement yang dimana seseorang siswa SMP yang mendapatkan
penguatan berupa hadiah permen atau snack dari gurunya ketika
memberikan jawaban yang tepat. Penguatan kedua ialah primery
negative reinforcer, contohnya seorang siswa yang mendapatkan
diminta untuk berdiri di kelas selama beberapa selang waktu.
Penggunaan penguatan di Ruang Kelas dapat dilakukan dengan
beberapa Langkah di bawah ini (Slavin, 2011):
a. Tentukan perilaku apa saja yang diinginkan dari siswa dan perkuat
perilaku ini ketika terjadi
b. Sampaikan pada siswa perilaku apa saja yang diinginkan, jika
mereka memperlihatkan perilaku yang diinginkan tersebut dan
perkuat perilaku tersebut, serta sampaikan alasannya.
c. Perkuat perilaku yang tepat sesegera mungkin setelah hal tersebut
terjadi.
2.3.3. Prinsip Premack
Prinsip perilaku yang menekankan bahawa kita dapat meningkatkan
kegiatan yang kurang diinginkan dengan mengaitkannya dengan
kegiatan yang diinginkan. Guru dapat menggunakan aturan ini dengan
memberikan kegiatan yang menyenangkan pada kegiatan yang kurang
menyenangkan. Seperti guru mengizinkan siswa untuk istirahat
terlebih dahulu jika telah menyelesaikan pekerjaannya.

11
2.3.4. Hukuman
Punishment (hukuman) terjadi ketika suatu respons
menghilangkan sesuatu yang positif dari situasi atau menambahkan
sesuatu yang negatif. Skinner dan Thorndike memiliki pendapat yang
sama soal efektivitas hukuman: Hukuman tidak menurunkan
probabilitas respons. Walaupun hukuman bisa menekan suatu respons
selama hukuman itu diterapkan, namun hukuman tidak akan
melemahkan kebiasaan. Skinner (1971) mengatakan, Hukuman
didesain untuk menghilangkan terulangnya perilaku yang ganjil,
berbahaya, atau perilaku yang tak diinginkan lainnya dengan asumsi
bahwa seseorang yang dihukum akan berkurang kemungkinannya
mengulangi perilaku yang sama. Sayangnya, persoalannya tak
sesederhana itu. Imbalan dan hukuman tidak berbeda hanya dalam
arah perubahan yang ditimbulkannya. (Hagerhan, 2017)
Hukuman mempunyai dua bentuk utama, pertama hukuman
pemberlakuan dimana penggunaan konsekuensi yang tidak
menyenangkan, atau rangsangan yang tidak disukai seperti ketika
sesorang diomeli. Kedua, hukuman pencabutan berupa penarikan
kembali konsekuensi yang menyenangkan. Contohnya kehilangan hak
istimewa, keharusan tinggal di kelas selama istirahat, atau keharusan
tinggal dikelas setelah sekolah.
Adapun argument lain yang menentang hukuman dikarenakan :
a. Hukuman menyebabkan efek samping emosional yang buruk
b. Hukuman menunjukkan apa yang tidak boleh dilakukan
organisme, bukan apa yang seharusnya dilakukan.
c. Hukuman menjustifikasi tindakan menyakiti pihak lain. Hal ini
d. erada dalam situasi di mana perilaku yang dahulu dihukum kini
dapat dilakukan tanpa mendapat hukuman lagi mungkin akan
menyebabkan anak merasa diperbolehkan melakukannya lagi.
e. Hukuman akan menimbulkan agresi terhadap pelaku penghukum
dan pihak lain.

12
f. Hukuman sering mengganti respons yang tidak diinginkan
dengan respons yang tak diinginkan lainnya.
Alternatif lain untuk mengatasi hukuman adalah dengan
membiarkan waktu yang menentukan, tetapi cara ini akan berlangsung
terlalu lama. Kebiasaan tidak akan mudah dilupakan. Misalnya, dalam
proyek “Pigeons in a Pelican” yang disinggung di atas, Skinner
(1960) menemukan bahwa hewannya yang terlatih itu masih bisa
menjalankan tugasnya “dengan segera dan benar” setelah enam tahun
tidak aktif. Alternatif lainnya adalah memperkuat perilaku yang tidak
sesuai dengan perilaku yang tak diharapkan (misalnya, anak diajak
untuk membaca sebelum ia bermain korek api ketimbang
memukulnya karena bermain korek api). (Hagerhan, 2017)
2.3.5. Penyegaran konsekuensi
Prinsip penyegaran konsekuensi merupakan konsekuensi yang
segera mengikuti perilaku sehingga akan lebih mempengaruhi perilaku
daripada konsekuensi yang dating terlambat. Sebagai contoh pujian
yang diberikan segera setelah anak melakukan suatu pekerjaan dengan
baik, dapat menjadi suatu reinforcement yang lebih kuat daripada
angka yang diberikan kemudian.
2.3.6. Pembentukan
Pembentukan merupakan prose pembimbingan guru pada siswa
dengan memberikan penguatan (reinforcement) pada langkah-langkah
yang menuju keberhasilan. Sebagai contoh guru dapat mengajarkan
penggunaan mikroskop pada kelas VII, dengan memperlihatkan
kepada siswa bagaimana menggunakan mikroskop kemudian
menunggu siswa mempraktekkan menggunakan mikroskop hingga
mereka menemukan objek yang akan diamati.
2.3.7. Extinction (Pemunahan)
Pemunahan disini merupakan konsep dimana seorang guru yang sudah
menetapkan standar tertentu untuk penguatan namun melakukan
pelanggaran atau menganggap peraturan yang telah ditetapkan gagal.
Sebagai contoh guru yang sudah menetapkan siswa untuk mengangkat

13
tangan dan kemudian ketika ditunjuk guru baru memberikan pendapat
namun, dikarenakan siswanya terus mengangkat tangan dan berteriak
terus menurus akhirnya menyebabkan guru menunjuk siswa tersebut
hal ini akhirnya akan menyebabkan kepunahan dari penguatan yang
ingin diberikan.
2.3.8. Penjadwalan Penguatan
Jadwal penguatan berkaitan dengan frekuensi dari penerapan
penguatan yang dilakukan guru. Adapun jadwal penguatan dibagi
menjadi empat bagian yaitu:
a. Rasio Tetap (FR-Fixed Ratio)
Merupakan jadwal penguatan dengan ratio tetap, ketika
penguatan diberikan setelah terjadi perilaku dalam jumlah tetap.
Sebagai contoh, guru mengizinkan siswa untuk mengikuti
praktikum computer ketika siswa berhasil menjawab satu
pertanyaan lisan dari materi yang telah dibahas.
b. Rosio Variabel (VR-Variable Ratio)
Merupakan penjadwalan ketika jumlah perilaku yang dibutuhkan
untuk memperoleh penguatan tidak dapat diperkirakan, dan
perilaku tersebut tetap akan dikuatkan. Misalkan dalam kelas
guru membagi siswa dalam kelompok dan kemudian guru
membuat memilih kelompok secara acak untuk tampil dalam
presentasi.
c. Interval Tetap ( FI-Fixed Interval)
Penjadwalan interval tetap memaksudkan penguatan yang
diberikan dilakukan secara berkala dengan waktu tertentu. Seperti
contoh pelaksanaan ujian akhir materi.
d. Interval Variabel (VI-Variabel Interval)
Pada penjadwalan interval variable memaksudkan penguatan
yang dilakukan secara acak sehingga waktu penguatan tidak
diketahui, sebagai contoh guru memberikan pertanyaan lisan dan
keseluruhan siswa diharuskan memikirkan jawaban dari

14
pertanyaan tersebut kemudian guru menunjuk beberapa siswa
yang akan menjawab.
2.3.9. Maintenance (Pemeriharaan)
Pemeriharaan dapat dilakukan dengan cara guru memberikan
penguatan dengan memberikan meningkatkan kerja siswa. Cara
meningkatkan pekerjaan siswa dapat dilakukan dengan
menambahkan jumlah soal ketika siswa berhasil dapat diberikan
penguatan, guru dapat memberikan penambahan tugas proyek yang
disesuaikan dengan kemampuan siswa dan kemudian memberikan
penguatan pada siswa.
2.3.10. Peraturan dari Antecedents
Pengisyaratan rangsangan antesedan merupakan peristiwa
yang mendahului perilaku, juga dikenal dengan isyarat diaman hal
ini memberitahukan kepada kita perilaku yang dikuatkan atau yang
dapat dihukum. Langkah-langkah dalam menerapkan antesedents
ialah:
a. Deskriminasi
Deskriminasi ialah penggunaan isyarat, tanda, atau informasi
untuk mengetahui kapan perilaku cenderung akan dikuatkan.
Misalnya, guru memberitahu siswa jenis perilaku yang akan
dikuatkan jika mengerjakan hal yang diperintah guru.
b. Generalisasi
Generalisasi dapat terjadi jika telah direncanakan. Sebagai
contoh keberhasilan program pengelolaan ruang kelas yang
digunakan dalam pembelajaran ilmu sosial dapat dipindahkan
pada pembelajaran lain untuk memastikan generalisasi pada
keadaan tersebut. Teknik meningkatkan generalisasi dapat
dilakukan guru dengan memberikan penerapan ke dalam
kehidupan nyata. Sebagai contoh guru mengajarkan perhitungan
laba dapat mencontohkan pada praktek nyata ketika anak
melakukan kegiatan pelatihan wirausaha dan melakukan
perhitungan laba dari kegiatan usaha.

15
2.4 Kelebihan dan Kelemahan Teori Pembelajaran Perilaku (Behivioral)
2.4.1 Kelebihan Teori Belajar Behavioristik (ariani, 2022)
Adapun kelebihan dari teori Belajar Behavioristik, ialah:
a. Guru akan terbiasa untuk bersikap teliti dan peka saat kondisi
belajar mengajar.
b. Guru akan membiasakan siswa untuk belajar mandiri, dan
mendorong siswa bertanya jika mengalami kesulitan.
c. Guru dapat mengganti cara mengajar (stimulus) hingga mencapai
tujuan atau target pembelajaran dari siswa berupa respon dari
siswa.
d. Guru dapat melatih siswa kemampuan yang mengandung unsur-
unsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan.
e. Teori ini dapat membantu Guru membentuk perilaku siswa sesuai
dengan yang diinginkan. Perilaku yang berdampak baik bagi
siswa diberi perhatian lebih dan perilaku yang kurang sesuai
dengan siswa perhatiannya dikurangi.
2.4.2 Kekurangan Teori Belajar Behavioristik
Kekurangan dari teori belajar behavioristik ialah (Jaenudin, 2021) :
a. Pembelajaran peserta didik yang berpusat pada guru (teacher
centered learning), bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi
pada hasil yang diamati dan diukur.
b. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara
belajar yang efektif. Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara
untuk mendisiplinkan peserta didik (teori skinner) baik hukuman
verbal maupun fisik seperti kata- kata kasar, ejekan , jeweran
yang justru berakibat buruk pada peserta didik.
2.5 Teori Pembelajaran Sosial
Pembelajaran sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku
tradisional. Berikut teori pendukung dari pembelajaran sosial:
2.5.1. Bandura : Peniruan dan Pembelajaran Pengamatan

16
Albert Bandura berpendapat manusia dapat berfikir dan
mengatur tingkah lakunya sendiri; sehingga mereka bukan semata-
mata bidak yang menjadi obyek: pengaruh lingkungan. Sifat kausal
bukan dimiliki sendirian oleh lingkungan, karena orang dan
lingkungan saling mempengaruhi. Bandura mempercayai bahwa
model akan mempunyai pengaruh yang paling efektif apabila
mereka dianggap atau dilihat sebagai orang yang mempunyai
kehormatan, kemampuan, status tinggi, dan juga kekuatan,
sehingga dalam banyak hal seorang guru bisa menjadi model yang
paling berpengaruh. (Wahab, 2021)
Teori Bandura juga dikenal dengan teori observational
learning atau sociocognitive learning. Dimana pembelajaran
melalui observasi merupakan cara untuk memperoleh perilaku baru
atau mengubah pola perilaku yang sudah dikuasai. Belajar obervasi
disebut juga sebagai belajar sosial dikarenakan perilaku belajar
orang lain menjadi objek observasi, dan dari observasi banyak nilai
yang dapat diperoleh dari peserta didik. Belajar sosial terkait
perilaku yang diterima ataupun yang tidak diterima. Konsep dan
prinsip peniruan dalam belaajar sosial ialah (Herpratiwi, 2016):
a. Model yang dapat ditiru berupa real life model seperti guru,
orang tua di lingkungan anak dan symbolic model yang
disajikan secara simbolis melalui pembelajaran lisan, tertulis,
peraga dan kombinasi dengan gambar, representative model
yang ditayangkan memallui televisi dan video. Pembelajaran
yang dilakukan ialah exemplary model atau keteladanan yang
mendemonstrasikan perilaku pososial yang diinginkan.
b. Belajar sosial, merupakan peniruan dapat memberi
penguasaan.
Tahapan pembelajaran pengamatan meliputi empat tahapan
yaitu perhatian, pengingat, reproduksi, dan motivasi. Pelaksanaan
dari keempat tahap tersebut ialah:

17
a. Tahap perhatian
Tahapan ini memaksudkan untuk menarik perhatian siswa,
guru dapat melakukannya dengan menggunakan sesuatu yang
baru dan mengejutkan untuk memotivasi dalam belajar.
b. Tahap pengingatan
Pada saat telah mendapatkan perhatian siswa, guru meberikan
contoh dan memberikan kesempatan siswa untuk melakukan
praktik.
c. Reproduksi
Merupakan tahap dimana siswa mencocokan perilaku mereka
dengan perilaku yang dipraktekkan.
d. Motivasi
Merupakan tahap terakhir dimana siswa percaya bahwa
Tindakan meniru model yang mereka lakukan akan
meningkatkan penguatan kesempatan mereka sendiri.
2.5.2. Model Pembelajaran Pengaturan Diri Meichenbaum
Meichenbaum mengembangkan strategi dimana siswa dilatih
untuk berkata pada diri sendiri, mengenai Apa persoalan saya? Apa
rencana saya? Apakah saya sedang menggunakan rencana saya?
Apakah saya berhasil? Strategi ini untuk mengurangi perilaku siswa
yang menganggu pada banyak tingkatan kelas. Langkah-langkah
pada pengaturan diri menurut Mechenbaum ialah (Slavin, 2011):
a. Model yang sudah dewasa melakukan tugas sambal berbicara
kepada diri sendiri dengan lantang (peniru kognisi)
b. Anak tersebut melakukan tugas yang sama berdsaarkan
pengarahan instruksi orang teladan tersebut.
c. Anak tersebut melakukan tugas sambal mengajari diri sendiri
ketika dia menyelesaikan tugas.
d. Anak tersebut membisikan instruksi tadi kepada diri sendiri
ketika dia menyelesaikan tugas.
e. Anak tersebut melakukan tugas sambal memandu kinerjanya
melalui percakapan pribadi.

18
2.5.3 Kelebihan dan kelemahan Teori Pembelajaran Sosial
Adapun kelebihan dan kelemahan dari teori sosial ialah (Rahman,
2014) :
a. Kelebihan teori pembelajaran sosial
1. Pada teori Albert Bandura ialah teori belajarnya lebih
lengkap karena menekankan bahwa lingkungan dan
perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif.
Banduru memandang reaksi yang timbul akibat interaksi
antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.
2. Pendekatan teori sosial menekankan perlunya
pengkondisian dan peniruan. Pendekatan belajar sosial
menekankan pentingnya penelitian empiris dalam
mempelajari perkembangan anak,
b. Kelemahan dari teori pembelajaran sosial
1. terkait dengan Teknik pemodelan yang dikembangkan
ditekankan pada pengulangan dalam mendalami sesuatu
yang ditiru sehingga membutuhkan waktu.
2. Jika manusia belajar dan membentuk tingkah laku dengan
hanya melalui peniruan, tentunya ada sebagian individu
yang menggunakan tknik peniruan ini dan akan ada
kemungkinan dalam meniru tingkah laku negatif yang tidak
dapat diterima di masyarakat.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Belajar merupakan proses dimana seseorang mengalami perubahan
perilaku sebagai akibat dari adanya pengalaman yang dialami. Pembelajaran
merupakan suatu perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan oleh
pengalaman. Winkel, mengartikan pembelajaran sebagai seperangkat
tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik,
dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan
terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam diri
peserta didik.
Peneliti yang mengembangkan pembelajaran behivioral ialah Pavlov
yang menghasilkan temuan jika satu nada secara terus-menerus
diperdengarkan ke seekor anjing sebelum ia diberi makan, area di otak yang
dibangkitkan oleh nada suara itu akan membentuk koneksi temporer dengan
area otak yang merespons ke makanan. Ketika koneksi ini terbentuk,
presentasi nada akan menyebabkan hewan bertindak seolah-olah makanan
akan disajikan. Pada poin ini kita mengatakan refleks yang dikondisikan
sudah terjadi. Penelitian E.L Thorndike menemukan konsekuensi perilaku
seseorang pada suatu waktu memegang peranan penting dalam menentukan
perilaku orang selanjutnya. Pada penelitian Frederic Skinner menemukan 1)
Setiap respons yang diikuti oleh reward (merupakan reinforcing stimuli) akan
cenderung diulangi. Contoh: Seorang peminta-minta yang diberi uang
(reward) maka perbuatan tersebut cenderung diulangi lagi. 2) Reward yang
merupakan reinforcing stimuli akan meningkatkan kecepatan terjadinya
respons. Prinsip pembelajaran perilaku (behivioral) meliputi peran
konsekuensi, penguatan, penghukuman, kesegeraan konsekuensi,
pembentukan, kepunahan, jadwal penguatan, ketahanan, dan peran
anteseden.
Adapun kelebihan dari teori pembelajaran perilaku ialah guru akan
lebih teliti dan peka pada saat kondisi belajar mengajar, guru akan mendorong

20
siswa untuk belajar mandiri, dan mendorong siswa bertanya jika mengalami
kesulitan, guru dapat lebih ahli dalam menganti stimulus dalam belajar
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapat, guru dapat membentuk perilaku
siswa sesuai dengan yang diinginkan. Kekurangan dari pembelajaran dengan
perilaku (behivioral) pembelajaran peserta didik yang berpusat pada guru
(teacher centered learning), bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada
hasil yang diamati dan diukur, murid hanya mendengarkan dengan tertib
penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai
cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk
mendisiplinkan peserta didik (teori Skinner) baik hukuman verbal maupun
fisik seperti kata-kata kasar, ejekan, jeweran yang justru berakibat buruk pada
peserta didik.
Pembelajaran sosial merupakan penyempuranaan dari pembelajaran
behivioral yang keduanya merupakan bagian dari pembelajaran perilaku.
Pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura yang menganggap
perlunya peniruan karena manusia bukanlah objek yang dipengaruhi
lingkungan, karena baik orang dan lingkungan saling mempengaruhi.
Tahapan pembelajaran pengamatan menurut Banduru dibagi menjadi tahap
perhatian, pengingat, reproduksi, dan motivasi. Model pembelajaran sosial
lainnya ialah model pembelajaran pengaturan diri Meichenbaum, yang
bertujuan untuk mengurangi perilaku menganggu dari siswa. Kelebihan dari
pembelajaran sosial ialah teori yang dicetuskan Albert Bandura ialah teori
belajarnya lebih lengkap karena menekankan bahwa lingkungan dan perilaku
seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif. Banduru memandang reaksi
yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu
sendiri, pendekatan teori sosial menekankan perlunya pengkondisian dan
peniruan, dan pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya penelitian
empiris dalam mempelajari perkembangan anak, Kelemahan dari teori
pembelajaran sosial terkait dengan membutuhkan waktu untuk pengulangan
peniruan, dan adanya kemungkinan kesalahan dalam meniru kearah perilaku
yang negatif.

21
3.2 Saran
Pada penulisan makalah ini diperlukan pengkajian lebih mendalam
kembali terkait teori-teori yang mungkin diterapkan dalam pembelajaran
perilaku sehingga pembaca dapat mengembangkan materi yang relevan
dengan kebutuhan terkini, mengingat adanya perubahan ilmu yang
menyesuaikan dengan kebutuhan zaman

22
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Muhamad, dkk. 2013. Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah.


Semarang: Unissula Press
Ariani, Nurlina, dkk. 2022. Buku Ajar Belajar dan Pembelajaran. Bandung:
Widina Bhakti Persada
Bunyamin. 2021. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta Selatan : UPT UHAMKA
Press
Hergenhahn, B.R & Matthew H. Olson. 2017. Theoris Of Learning Edisi Ketujuh.
Jakarta : PT. Fajar Interpratama Mandiri.
Herpratiwi. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Media Akademi.
Nurhasanah. Siti, dkk. 2019. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Edu Pustaka.
Jaenudin, Ujam, & Sahroni, Dadang, H. 2021.Psikologi Pendidikan Pengantar
Menuju Praktik. Bandung; Lagood’s Publishing.
Mcleaod, Saul. 2023. Operant Conditioning : What It Is, How It Works, And
Examples. https://www.simplypsychology.org/operant-conditioning.html,
diakses 30 Oktober 2023 Pukul 14.29 Wita)
Rahman, Ulfiani, 2014. Memahani Psikologi Dalam Pendidikan. Makassa :
Alauddin University Press
Sama, dkk. 2021. Psikologi Pendidikan. Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad
Zaini.
Slavin, Robert. E. 2011. Educational Psychology Theory and Practice. New
Jersey: Pearson Education
Sutikno, Sobry. M, 2021. Strategi Pembelajaran. Indramayu: CV. Adanu
Abimata
Wahab, Gusnarib, & Rosnawati. 2021. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran.
Indramayu : CV. Adanu Abimata.

23

Anda mungkin juga menyukai