MAKALAH
Bimbingan Kelompok
Disusun Oleh:
Maret 2021
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Problem Base
Learning” untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Kelompok di offering
A1A Prodi S1 Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Malang.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran untuk makalah ini supaya nantinya dapat menjadi lebih baik. Kami
mohon maaf apabila terdapat banyak kekeliruan atau kekurangan dari makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan saat ini sangatlah
kompleks dan beragam. Mulai dari permasalahan lemahnya dalam proses pembelajaran
dan lemahnya dalam proses evaluasi pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa
kurang didorong untuk mengembangkan keterampilan berpikir namun dipaksa untuk
menghafal infomasi. Pendidikan di sekolah selalu menjejali anak dengan serangkaian
teori yang harus di hafal dan mengingat informasi tapi tidak diarahkan untuk
menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Ketika siswa lulus sekolah siswa pintar
teoritis namun miskin aplikasi.
Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan
sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan
dapat dibentuk manusia yang mampu membangun dirinya sendiri dan bangsanya, maka
dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan.
Problem Based Learning (PBL), merupakan salah satu model pembelajaran
pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa untuk memahami suatu konsep
pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran
dengan tujuan untuk melatih siswa menyelesaikan masalah dengan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah. Siswono (2009) menyatakan bahwa ada hubungan
antara pemecahan masalah dengan kemampuan berpikir kreatif karena berpikir kreatif
merupakan suatu proses yang digunakan ketika mendatangkan (memunculkan) suatu ide
baru dengan menggabungkan ide-ide yang sebelumnya dilakukan.
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
B. Karakteristik Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Menurut Trianto (2009:93), karakteristik model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) adalah:
1. Adanya pengajuan pertanyaan atau masalah.
2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
3. Penyelidikan autentik.
4. Menghasilkan produk atau karya dan mempresentasikannya.
5. Kerja sama.
7
C. Tujuan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
1. Mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan
masalah.
2. Problem Based Learning (PBL) juga dimaksudkan untuk membantu peserta
didik berkinerja dalam situasi-situasi kehidupan nyata dan belajar peran-
peran penting yang biasa dilakukan oleh orang dewasa.
3. Peserta didik dibimbing dan diarahkan untuk mengajukan pertanyaan yang
mendorong mereka untuk mencari solusi atau penyelesaian terhadap
permasalahan nyata yang mereka rumuskan. Dengan demikian, peserta
didik diharapkan dapat mencari solusi secara mandiri.
8
3. Pembelajaran merupakan suatu proses kolaborasi (learning should be a
collaborative process). Dalam diskusi tutorial, peserta didik didorong
untuk berinteraksi satu sama lain, melalui interaksi dengan sesama anggota
kelompok, peserta didik akan mampu membentuk suatu pemahaman baru
tentang suatu permasalahan.
4. Pembelajaran merupakan sesuatu yang diberikan kontekstual (Learning
should be a contextual process). Proses pembelajaran dengan sistem PBL
akan memfasilitasi peserta didik untuk dapat belajar dengan permasalahan
yang bersifat nyata.
9
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
10
Problem Based Learning (PBL)
1. Berpikir Kritis
Stobaugh (2013:2-3) mendefinisikan berpikir kritis adalah
kemampuan memberikan jawaban yang bukan bersifat hafalan. Eggen
and Kauchak (2012: 119) menyebutkan bahwa berpikir kritis sebagai
kemampuan dan kecendrungan untuk membuat dan melakukan
asesmen terhadap kesimpulan berdasarkan bukti. Rainbolt dan Dwyer
(2012: 5) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah keterampilan
mengevaluasi argumen-argumen yang dibuat orang lain dengan benar
dan membuat sendiri argument-argumen yang baik dan benar.
Selanjutnya menurut Santrock (2011:303) Menyebutkan bahwa berfikir
kritis mencakup berfikir reflektif, produktif, dan evaluatif terhadap
sebuah kejadian.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
berfikir kritis adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik
dalam memberikan jawaban berdasarkan bukti yang bersifat reflektif,
produktif dan evaluatif terhadap suatu kejadian.
11
mendorong siswa menggunakan keterampilan berpikir kritis. Model
pembelajaran PBL adalah salah satu model pembelajaran yang dapat
menyediakan lingkungan belajar yang mendukung berpikir kritis. PBL
didasarkan pada situasi yang bermasalah dan membingungkan sehingga
akan membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan membuat siswa tertarik
untuk menyelidiki permasalahan tersebut. Penyelidikan yang dilakukan
siswa menarik siswa untuk menggunakan tahapan berpikir kritis dalam
menyelidiki masalah, menganalisa berdasarkan bukti dan mengambil
keputusan berdasarkan hasil penyelidikan.
Dalam website yang mengembangkan keterampilan berpikir
kritis menyatakan : PBL can help students develop communication,
reasoning and critical thinking skills
(http://depts.washington.edu/cidrweb). Dalam hasil penelitian dari I
Wayan Sadia (2008), menurut persepsi guru model pembelajaran yang
dipandang dapat memberi kontribusi dalam mengembangkan
keterampilan berpikir kritis adalah pembelajaran kontekstual, model
pembelajaran berbasis masalah (pbl), model problem solving, model
sains-teknologi masyarakat, model siklus belajar dan model
pembelajaran berbasis penilaian portofolio.
Kenneth J. Oja (2011), menyatakan bahwa terdapat hubungan
positif antara penerapan PBL terhadap keterampilan berpikir kritis
siswa keperawatan. Tetapi perlu diperketat dalam penggunaan PBL
untuk mengevaluasi berpikir kritis.
3. Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif merupakan proses berpikir yang mampu
memberikan ide-ide atau gagasan-gagasan yang berbeda yang
kemudian dapat menjadi pengetahuan baru dan jawaban yang
dibutuhkan. Berpikir kreatif layaknya dayung dalam sebuah perahu,
yakni sebagai pengantar dalam melewati permasalahan pembelajaran
12
dengan siswa sebagai pengendali dayung tersebut membawa untuk
lewat arah mana siswa mencapai tujuan atau jawaban yang diinginkan.
Menurut Munandar (dalam Mulyana, 2010) “Berpikir kreatif
atau berpikir divergen adalah memberikan macam-macam
kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan
penekanan pada keragaman jawaban dan kesesuaian”. Adapun seorang
siswa dapat dikatakan kreatif apabila dapat memecahkan masalah
dengan ide atau gagasannya sendiri dan menghasilkan ide atau gagasan
yang baru. Supaya lebih jelas, inilah indikator berpikir kreatif menurut
Munandar (2004, hlm. 192).
a. Berpikir lancar, yaitu menghasilkan banyak gagasan/jawaban
yang relevan, arus pemikiran lancar.
b. Berpikir luwes, (fleksibel) yaitu menghasilkan ggagasan-gagan
yang seragam, mampu mengubah cara atau pendekatan, arah
pemikiran yang berbeda beda.
c. Berpikir orisinal, yaitu memberikan jawaban yang tidak lazim,
yang lain dari yang lain, yang jarang diberikan banyak orang.
Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan
gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise, dan jarang diberikan
kebanyakan orang (Rizal Abdurrozak, dkk., 2016)
13
berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk
didalamnya belajar bagaimana belajar.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
PBL adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan
esensial dari materi pelajaran dimaksudkan untuk membantu peserta didik
berkinerja dalam situasi-situasi kehidupan nyata dan belajar peran-peran
penting yang biasa dilakukan oleh orang dewasa.
PBL dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa, melatih
keterampilan memecahkan masalah dan meningkatkan penguasaan materi
pelajaran karena PBL diterapkan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi
dalam situasi berorientasi masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana
belajar.
B. Saran
Apabila akan menerapkan model PBL dalam pembelajaran sebaiknya guru
membuat perencanaan dan persiapan pelaksanaan PBL dengan baik dalam
waktu yang cukup dan pemilihan materi yang tepat. Karena tidak semua materi
cocok untuk diterapkan dengan PBL.
Guru/Tenaga pendidik perlu membuat suatu panduan tertulis tentang langkah-
langkah PBL, aktivitas apa saja yang akan dilaksanakan, jadwal pelaksanaan,
serta perangkat-perangkat yang dibutuhkan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Maya. (2018). Problem Base Learning (PBL) : Suatu Model Pembelajaran
untuk Mengembangkan cara berpikir kreatif siswa. STIAN Teungku Dirundeng
Meulaboh. (diakses 12 Maret 2021).
Argusni, E., & Sylvia, I. (2019). Pelaksanaan Model Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Kemampuan Problem Solving Siswa Kelas XI IIS SMAN 16
Padang. Jurnal Sikola. (diakses 14 Maret 2021).
Muthmainnah. (2012). Peran Orang Tua dalam Menumbuhkan Pribadi Anak yang
Androgynius Melalui Kegiatan Bermain. Jurnal Pendidikan Anak, Volume 1,
Edisi 1, Universitas Negeri Yogyakarta. (diakses 15 Maret 2021).
Nelfiyanti., & Sundardi, D. (2017). Penerapan Metode Problem Based Learning dalam
Pelajaran Al – Islam II di Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Jakarta Pusat. (diakses 15 Maret 2021).
16