Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah
terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas
sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Belajar tidak pernah dibatasi
usia, tempat maupun waktu, karena perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas
belajar itu juga tidak pernah berhenti.
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru
mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan
intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran.
Pengembangan model pembelajaran yang tepat bertujuan untuk menciptakan
kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan,
sehingga siswa dapat meraih hasil belajar yang optimal.
Menurut Joyce, Well dan Calhoum (2000), model pembelajaran dapat
dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu Model Sosial, Model
Pengolahan Informasi, Model Personal dan Model Sistem Perilaku. Keempat
kelompok besar tersebut dapat dibagi kembali menjadi beberapa model. Di dalam
makalah ini akan dibahas beberapa model pembelajaran tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :

1.2.1

Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Partners in


Learning?

1.2.2

Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Inductive Thinking?

1.2.3

Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Direct Intruction?

1.3 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini yaitu:
1.3.1

Untuk mengetahu tentang model pembelajaran Partners in Learning.

1.3.2

Untuk mengetahu tentang model pembelajaran Inductive Thinking.

1.3.3

Untuk mengetahu tentang model pembelajaran Direct Intruction.

BAB II

PEMBAHASAN

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang


digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran
dan pengelolaan kelas.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi
perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang
akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta
tingkat kemampuan peserta didik.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada
strategi, metode, atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus
yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, dan prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:
-

Rasional, teoritis, logis, yang disusun oleh para pencipta atau


pengembangnya.

Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan


pembelajaran yang akan dicapai).

Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat


dilaksanakan dengan baik.

Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu


dapat tercapai.

2.1 Model Pembelajaran Partners in Learning


2.1.1 Pengertian
Model

Partner

dalam

belajar

(partners

in

learning/positive

interdependence) merupakan suatu sistem mengajar siswa dengan melaksanakan


tugas-tugas belajar yang sederhana dengan menggunakan partner. Model ini
merupakan model yang komplek untuk mengorganisasi kelas-kelas dan bahkan
sekolah di masyarakat yang berusaha untuk mendidik diri mereka sendiri belajar.
Sehingga dengan model tersebut dapat mewujudkan pembelajaran kooperatif dan
mampu menfasilitasi proses belajar di semua bidang kurikulum dan usia,
meningkatkan harga diri, keterampilan sosial dan solidaritas, dan akademis tujuan
belajar mulai dari perolehan informasi dan keterampilan melalui mode
penyelidikan dari disiplin ilmu akademis.
Partner in learning adalah cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih,
dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan
tertentu. Atau Partner in learning juga bisa disebut suatu proses kerja sama yang
dilakukan oleh baik antar individu maupun antar kelompok, yang saling penuh
perhatian dan penghargaan sesama anggota untuk mencapai tujuan bersama

Berdasarkan batasan ini, pembelajaran kolaborasi menekankan pentingnya


pengembangan

belajar

secara

bermakna

dan

pemecahan

masalah

secara intelektual serta pengembangan aspek sosial.


Pembelajaran Parner in learning merupakan sistem pengajaran yang
memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran Partner in learning dikenal
dengan pembelajaran secara berkelompok kecil. Tetapi belajar Partner in learning
lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar
kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat
interdepedensi efektif diantara anggota kelompok (Sugandi, 2002:14).
Partner in learning telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai
penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa,
membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta
meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Dalam model
Partner in learning terdapat saling ketergantungan positif di antara siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama
untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi,
mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam
memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif, siswa lebih
termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir, serta mampu
membangun hubungan interpersonal.

Model Partner in learning memungkinkan semua siswa dapat menguasai


materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar. Hubungan kerja
seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat
dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan
dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar
bersama dalam kelompok. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka harus
diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong, yaitu: saling
ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi
antar anggota, evaluasi proses kelompok.
Karakteristik model Partner in learning diantaranya: siswa bekerja dalam
kelompok kecil 2-5 orang untuk menguasai materi akademis; anggota-anggota
dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan
tinggi; jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok Partner in learning
berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin; sistem penghargaan yang berorientasi
kepada kelompok daripada individu.
2.1.2 Tahapan Keterampilan yang Harus Ada dalam Model Partner In
Learning
Terdapat empat tahapan keterampilan yang harus ada dalam model
Partner in learning yaitu:
- Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
membentuk

kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan

norma.

- Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk


mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina
hubungan kerja sama diantara anggota kelompok.
- Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang
dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi,
dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang
diberikan
- Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik
kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan
pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.
2.1.3 Prinsip-Prinsip Partner In Learning
Pembelajaran Partner in learning menekankan adanya prinsip-prinsip
kerja. Prinsip-prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam model Partner in
learning tersebut adalah sebagai berikut:
- setiap anggota melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama
dan saling ketergantungan;
- individu-individu bertanggung jawab atas dasar belajar dan perilaku
masing masing;
- keterampilan kooperatif dibelajarkan, dipraktekkan dan balikan
(feedback)

diberikan berdasarkan bagaimana sebaiknya latihan

keterampilan tersebut diterapkan; dan

- kelas atau kelompok didorong ke arah terjadinya pelaksanaan suatu


aktivitas kerja kelompok yang kohesif
2.1.4 Langkah-Langkah Model Partner In Learning
1) Tahap Persiapan
a) Merumuskan tujuan pembelajaran
b) Merumuskan permasalahan dengan jelas dan ringkas.
c) Mempertimbangkan karakteristik anak dengan benar.
d) Menyiapkan kerangka yang akan diskusikan
e) Menyiapkan fasilitas, meliputi:
menggandakan bahan diskusi,
menentukan dan mendisain tempat,
mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
2) Tahap pelaksanaan
a) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
b) Menyampaikan pokok-pokok yang akan didiskusikan.
c) Menjelaskan prosedur diskusi.
d) Mengatur kelompok-kelompok diskusi
e) Melaksanakan diskusi.
3) Tahap penutup
a) Memberi kesempatan kelompok untuk melaporkan hasil.
b) Memberi kesempatan kelompok untuk menanggapi.
c) Memberikan umpan balik.
d) Menyimpulkan hasil diskusi.

2.1.5 Keunggulan dari Model Partner In Learning


Ada beberapa keunggulan yang dapat diperoleh melalui pembelajaran
Partner in learning menurut Hill & Hill (1993) berkenaan dengan:
- prestasi belajar lebih tinggi;
- pemahaman lebih mendalam;
- belajar lebih menyenangkan;
- mengembangkan keterampilan kepemimpinan;
- meningkatkan sikap positif;
- meningkatkan harga diri;
- belajar secara inklusif;
- merasa saling memiliki; dan
- mengembangkan keterampilan masa depan
Kegiatan pembelajaran Partner in learning diarahkan untuk menanamkan
kebiasaan-kebiasaan (habits) untuk memahami apa yang dipelajari, sikap ingin
melakukan sesuatu, dan keterampilan bagaimana melakukan sesuatu. Hal ini
sejalan dengan pandangan (Covey, dalam.
Medsker & Holdsworth, 2001) yang menyatakan bahwa sikap mencakup
tiga hal pokok, yaitu:
- pengetahuan atau knowledge (the what, where, when, dan why),
- sikap atau attitudes (the want to), dan
- keterampilan atau skills (the how to).

Pembelajaran Partner in learning merupakan suatu prosedur pembelajaran


dalam hal ini para pebelajar belajar bersama secara berkelompok dan diarahkan
untuk mencapai tujuan secara kolektif (Cruickshank, Jenkins, & Metcalf, 2006).
Model Partner in learning adalah khas di antara model-model
pembelajaran karena menggunakan suatu struktur tugas dan penghargaan yang
berbeda untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Struktur tugas memaksa siswa
untuk bekerja sama dalam kelompok kecil. Sistem penghargaan mengakui usaha
bersama, sama baiknya seperti usaha individual.
Model Partner in learning berkembang dari kebiasaan pendidikan yang
menekankan pada pemikiran demokratis dan latihan atau praktek, pembelajaran
aktif, lingkungan pembelajaran yang kooperatif dan menghormati adanya
perbedaan budaya masyarakat yang bermacam-macam. Model Partner in learning
bertujuan agar terdapat efek (pengaruh) di luar pembelajaran akademik,
khususnya peningkatan penerimaan antarkelompok serta keterampilan sosial dan
keterampilan kelompok.
Dasar-dasar teoretis dan empiris mendukung penggunaan model Partner in
learning untuk tujuan pendidikan berikut: mendapatkan tingkah laku kooperatif,
hasil kerja teoreitis dan memperbaiki hubungan-hubungan yang tidak harmonis.
2.1.6 Penerapan Partner In Learning
Perencanaan tugas berkaitan dengan model Partner in learning, yang
menekankan pada pengorganisasian siswa untuk kelompok kerja kecil, dan
menggunakan materi pembelajaran yang beragam untuk digunakan selama
kelompok-kelompok kerja (kelompok belajar) berlangsung.

10

Tak peduli pendekatannya, Partner in learning dicirikan dengan kerja


siswa dalam kelompok kecil, dan berorientasi pada adanya penghargaan
kelompok.
Memimpin Partner in learning mengubah peranan guru dari sebagai pusat
pembicara atau pembicara utama menjadi choreographer dalam aktivitas
kelompok kecil. Kelompok kerja kecil menimbulkan suatu tantangan pengelolaan
bagi guru. Guru harus membantu siswa melakukan transisi di dalam kelompok
kecil mereka, mengatur kelompok kerja mereka, dan mengajarkan keterampilan
penting, yakni keterampilan sosial dan keterampilan kelompok.
2.2 Model Pembelajaran Inductive Thinking
2.2.1 Pengertian
Berpikir merupakan bentuk kata yang berasal dari kata dasar pikir yang
berarti

akal,

budi,

ingatan,

angan-angan;

kata

dalam

hati,

pendapat

(pertimbangan). Berpikir dapat diartikan menggunakan akal budi untuk


mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam
ingatan. Proses berpikir merupakan suatu proses terjadi dalam otak seseorang
yang mana proses tersebut diharapkan menghasilkan sesuatu yang memang belum
ada maupun merupakan suatu bentuk inovasi/pembaruan dari hal yang telah ada.
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang
umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya
yang khusus. Model pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang
bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis.

11

Dalam kaitannya pada proses pembelajaran di satuan pendidikan dasar di


Indonesia. Model berpikir induktif cenderung lebih mudah digunakan pada materi
pembelajaran yang masih bersifat konseptual. Ha ini dapat dilihat pada pola dan
karakteristik pembelajaran yang merupakan kategori berpikir induktif ini. Namun,
tidak menutup kemungkinan aktifitas yang dikembangkan dalam proses
pembelajaran akan melibatkan unsur psikomotorik dari peserta didik.
2.2.2 Model Pembelajaran Berpikir secara Induktif
Bruce Joyce dan Marsha Weil mengetengahkan 4 (empat) kelompok
model pembelajaran, yaitu:
-

model interaksi sosial;

model pengolahan informasi;

model personal-humanistik; dan

model modifikasi tingkah laku.

Kaitannya di sini model berpikir induktif merupakan bagian dari


kelompok model pembelajaran pengolahan informasi (information-processing).
Model berpikir induktif meyakini bahwa siswa sebagai peserta didik
merupakan konseptor ilmiah. Setiap saat seseorang selalu berusaha untuk
melakukan suatu konseptualisasi dalam hal apapun, proses berpikir induktif
diperlukan Model berpikir induktif mempunyai beberapa karakteristik utama
antara lain;
Fokus : Fokus membantu peserta didik untuk berkonsentrasi pada satu
ranah/kemampuan berpikir (bidang penelitian) yang dapat mereka kuasai, tanpa
mengecilkan keinginan dalam hati mereka yang jelas membuatnya tidak bisa

12

menggunakan seluruh kemampuan untuk menghasilkan suatu gagasan yang luar


biasa. Hal utama yang perlu dilakukan adalah menyajikan seperangkat data yang
menyediakan informasi terhadap suatu cakupan mata pelajaran tertentu dengan
meminta peserta didik mempelajari sifat-sifat objek dalam perangkat yang
disajikan tersebut.
Dengan fokus terhadap suatu kajian tertentu yang familiar di telinga dan
mata peserta didik hal ini diharapkan dapat mendukung dan mencapai proses
pembelajaran yang optimal sebagaimana tujuan yang akan dicapai pada standar isi
(Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar).
Pengawasan/kontrol konseptual, ini membantu siswa mengembangkan
kemampuan konseptual terhadap satu ranah/bidang kajian tertentu. Dalam hal ini
sebagai contoh yaitu siswa disajikan tentang berbagai kegiatan yang berkaitan
dengan kegiatan ekonomi di Indonesia, siswa akan mengklasifikasikan berbagai
kegiatan ekonomi tersebut dalam suatu kelompok/jenis seperti kegiatan produksi,
konsumsi, dan distribusi.
Melalui

pengetahuan

awal

peserta

didik

akan

lebih

mudah

mengembangkan pemahaman dan karakteristik kegiatan ekonomi di Indonesia


seperti produsen-produsen yang menghasilkan suatu produk makanan ringan
dengan merk tertentu, maupun contoh-contoh praktek penjualan yang bukan
hanya barang saja yang dapat didistribusikan sebagai objek jual, namun jasa juga
dapat dijual pada proses jual-beli sebagai implementasi pada proses distribusi
objek tertentu.

13

Hal ini akan melatih peserta didik untuk memudahkan proses klasifikasi
dan kategorisasi dalam membedakan dan memahami karakter produksi, konsumsi,
dan distribusi sekalipun dengan banyaknya objek yang disajikan pada proses
pembelajaran ditiap awal pertemuan (apersepsi). Mengkonversi pemahaman
konseptual menjadi ketrampilan. Dalam hal proses membangun pemahaman
secara konseptual pada proses klasifikasi secara abstrak, peserta didik tanpa
disadari tentunya akan melakukan suatu aktifitas yang melibatkan unsur motorik
dan tentunya kognitif mereka.
Melalui proses kategorisasi dan pengelompokan ini, peserta didik akan
menggunakan tangannya untuk menulis dan memikirkan jenis pengelompokan
yang digunakan untuk membedakan mana yang termasuk kegiatan produksi,
kegiatan distribusi, dan mana yang termasuk kegiatan konsumsi.
Model

berpikir

induktif

dapat

membantu

peserta

didik

untuk

mengumpulkan informasi dan mengujinya secara ilmiah (dengan tahap


perkembangan usia dan berpikir peserta didik) dengan teliti, mengolah informasi
ke dalam konsep-konsep, dan belajar memanipulasi konsep-konsep tersebut.
Apabila digunakan secara bertahap, model thinking inductively juga dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik untuk membentuk konsep-konsep secara
efisien dan meningkatkan jangkaian perspektif dari sisi mana mereka memandang
suatu informasi tertentu.
2.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Teknik Inductive Thinking
Ada kelebihan pasti ada kekurangan. Beberapa hal yang kontras namun
perlu diketahui adalah apapun jenis metode yang digunakan pastinya akan ada

14

kelebihan dan kekurangan ketika diimplementasikan pada proses pembelajaran


yang berlangsung, menurut Restiana rendi dalam sebuah catatan di blognya
dipaparkan mengenai kelebihan dan kekurangan dari model berpikir induktif ini,
antara lain :

Kelebihan Model Pembelajaran Induktif


- Pada model pembelajaran induktif guru langsung memberikan
presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi
tentang topik yang akan dipelajari siswa, sehingga siswa mempunyai
parameter dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
- Ketika siswa telah mempunyai gambaran umum tentang materi
pembelajaran, guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola
tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tersebut sehingga
pemerataan pemahaman siswa lebih luas dengan adanya pertanyaanpertanyaan antara siswa dengan guru.
- Model pembelajaran induktif menjadi sangat efektif untuk memicu
keterlibatan yang lebih mendalam dalam hal proses belajar karena
proses Tanya jawab tersebut.

Kelemahan Model Pembelajaran Induktif


- Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya
(questioning) sehingga kesuksesan pembelajaran hamper sepenuhnya
ditentukan kemampuan guru dalam memberikan ilustrasi-ilustrasi.
- Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat
tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan

15

pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan


untuk membuat siswa berpikir.
- Model pembelajaran ini sangat tergantung pada lingkungan eksternal,
guru harus bisa menciptakan kondisi dan situasi belajar yang kondusif
agar siswa merasa aman dan tak malu/takut mengeluarkan pendapatnya.
Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka tujuan pembelajaran tidak
akan tercapai secara sempurna.
- Saat

pembelajaran

berlangsung

dengan

menggunakan

model

pembelajaran induktif, guru harus menyiapkan perangkat yang akan


membuat siswa beraktivitas dan mengobarkan semangat siswa untuk
melakukan observasi terhadap ilustrasi-ilustrasi yang diberikan, melalui
pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dengan metode ini maka
kemandirian siswa tidak dapat berkembang optimal.
- Guru harus menjaga siswa agar perhatian mereka tetap pada tugas
belajar yang diberikan, sehingga peran guru sangat vital dalam proses
belajar siswa.
- Kesuksesan proses belajar mengajar dengan menggunakan model
pembelajaran induktif bergantung pada contoh-contoh atau ilustrasi
yang digunakan oleh guru.
- Pembelajaran tidak dapat berjalan bila guru dan muridnya tidak suka
membaca, sehingga tidak mempunyai pilihan dalam proses induktif.
2.2.4 Struktur Pembelajaran Inductive Thinking
Tahap-tahap model induktif meliputi empat aspek antara lain;

16

Mengidentifikasi dan penghitungan data yang relevan dengan materi


pembelajaran yang akan dipelajari

Mengelompokkan objek-objek data menjadi kategori yang anggotanya


bersifat umum

Menafsirkan data dan mengembangkan label untuk kategori sebelumnya


(point 2) sehingga data dapat dimanipulasi secara simbolis

Mengubah kategori-kategori menjadi ketrampilan/hipotes

2.3 Model Pembelajaran Direct Intruction


2.3.1

Pengertian
Salah satu jenis model sistem perilaku yaitu Model Direct Instruction atau

Model

Pengajaran

Langsung.

Model

pembelajaran

yang

menggunakan

pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan


dasar dan memperoleh pengetahuan langkah demi langkah adalah model
pengajaran langsung (direct intruction). Menurut Arends (2001):A teaching
model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can
be taught in a step-by-step fashion. For our purposes here, the model is labeled
the direct instruction model. Artinya: Sebuah model pengajaran yang bertujuan
untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan yang
dapat diajarkan langkah-demi-langkah. Untuk tujuan tersebut, model yang
digunakan dinamakan model pengajaran langsung.
Model pengajaran langsung (direct instruction) dilandasi oleh teori belajar
perilaku yang berpandangan bahwa belajar bergantung pada pengalaman termasuk
pemberian umpan balik. Satu penerapan teori perilaku dalam belajar adalah

17

pemberian penguatan. Umpan balik kepada siswa dalam pembelajaran merupakan


penguatan yang merupakan penerapan teori perilaku tersebut.
Arends (1997) menyatakan: The direct instruction model was specifically
designed to promote student learning of procedural knowledge and declarative
knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashion.
Artinya:

Model

pengajaran

langsung

secara

khusus

dirancang

untuk

mempromosikan belajar siswa dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan


deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan secara langkah-demilangkah. Lebih lanjut Arends (2001) menyatakan: Direct instruction is a teachercentered model that has five steps: establishing set, explanation and/or
demonstration, guided practice, feedback, and extended practice a direct
instruction lesson requires careful orchestration by the teacher and a learning
environment that businesslike and task-oriented. Artinya: Pengajaran langsung
adalah model berpusat pada guru yang memiliki lima langkah: menetapkan
tujuan, penjelasan dan/atau demonstrasi, panduan praktek, umpan balik, dan
perluasan praktek. Pelajaran dalam pengajaran langsung memerlukan perencanaan
yang hati-hati oleh guru dan lingkungan belajar yang menyenangkan dan
berorientasi tugas.
Model pengajaran langsung memberikan kesempatan siswa belajar dengan
mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan apa yang dimodelkan
gurunya. Oleh karena itu hal penting yang harus diperhatikan dalam menerapkan
model pengajaran langsung adalah menghindari menyampaikan pengetahuan yang
terlalu kompleks. Di samping itu, model pengajaran langsung mengutamakan

18

pendekatan deklaratif dengan titik berat pada proses belajar konsep dan
keterampilan motorik, sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang lebih
terstruktur.
Guru yang menggunakan model pengajaran langsung tersebut bertanggung
jawab dalam mengidentifikasi tujuan pembelajaran,

struktur materi, dan

keterampilan dasar yang akan diajarkan. Kemudian menyampaikan pengetahuan


kepada siswa, memberikan pemodelan/demonstrasi, memberikan kesempatan
pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep/keterampilan yang telah dipelajari,
dan memberikan umpan balik.
2.3.2

Ciri Model Pembelajaran Direct Intruction


Ciri-ciri pengajaran langsung adalah:
- Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
- Sintak atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
- Sistem pengelolaan

dan

lingkungan

belajar

yang mendukung

belangsung dan berhasilnya pengajaran


2.3.3

Karakteristik Model Pembelajaran Direct Intruction


Salah satu karakteristik dari suatu model pembelajaran adalah adanya

sintaks/tahapan pembelajaran. Selain harus memperhatikan sintaks, guru yang


akan menggunakan pengajaran langsung juga harus memperhatikan variabelvariabel lingkungan lain, yaitu fokus akademik, arahan dan kontrol guru, harapan
yang tinggi untuk kemajuan siswa, waktu dan dampak dari pembelajaran.
Fokus akademik merupakan prioritas pemilihan tugas-tugas yang harus
dilakukan siswa selama pembelajaran, aktivitas akademik harus ditekankan.

19

Pengarahan dan kontrol guru terjadi ketika memilih tugas-tugas siswa dan
melaksanakan pembelajaran, menentukan kelompok, berperan sebagai sumber
belajar selama pembelajaran dan meminimalkan kegiatan non akademik. Kegiatan
pembelajaran diarahkan pada pencapaian tujuan sehingga guru memiliki harapan
yang tinggi terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa.
Sintaks model pengajaran langsung memiliki 5 tahapan, sebagai berikut:
Fase 1 : Fase Orientasi
Pada fase ini guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap
materi pelajaran yang meliputi:

Kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan


dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa

Mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pembelajaran

Memberi penjelasan atau arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan

Menginformasikan materi atau konsep yang akan digunakan dan kegiatan


yang akan dilakukan selama pembelajaran

Menginformasikan kerangka pelajaran

Memotivasi siswa

Fase 2 : Fase Presentasi/Demonstrasi


Pada fase ini guru menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep atau
keterampilan yang meliputi:

Penyajian materi

Pemberian contoh konsep

Pemodelan/peragaan keterampilan

20

Menjelaskan ulang hal yang dianggap sulit atau kurang dimengerti oleh
siswa

Fase 3 : Fase Latihan Terstruktur


Dalam fase ini, guru merencanakan dan memberikan bimbingan kepada
siswa untuk melakukan latihan-latihan awal. Guru memberikan penguatan
terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi yang salah.
Fase 4 : Fase Latihan Terbimbing
Pada fase ini, siswa diberi kesempatan untuk berlatih konsep dan
keterampilan serta menerapkan pengetahuan atau keterampilan tersebut ke situasi
kehidupan nyata. Latihan terbimbing ini dapat digunakan guru untuk mengakses
kemampuan siswa dalam melakukan tugas, mengecek apakah siswa telah berhasil
melakukan tugas dengan baik atau tidak, serta memberikan umpan balik. Guru
memonitor dan memberikan bimbingan jika perlu.
Fase 5 : Fase Latihan Mandiri
Siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, dan guru memberikan
umpan balik bagi keberhasilan siswa.
Di lain pihak, Slavin (2003) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks
pembelajaran langsung, yaitu sebagai berikut.

Meginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada


siswa. Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus
dipelajari dan kinerja siswa yang diharapkan.

21

Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru


mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan
yang telah dikuasai siswa.

Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan


materi,

menyajikan

informasi,

memberikan

contoh-contoh,

mendemontrasikan konsep dan sebagainya.

Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan dengan mengajukan


pertanyaan-pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan
mengoreksi kesalahan konsep.

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap ini,


guru

memberikan

kesempatan

kepada

siswa

untuk

melatih

keterampilannya atau menggunakan informasi baru secara individu atau


kelompok.

Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru memberikan


reviu terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan
balik terhadap respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika
diperlukan.

Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru dapat memberikan


tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya
terhadap materi yang telah mereka pelajari.
Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung

cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran:

22

Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan
memberikan garis besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep
kunci dan menunjukkan keterkaitan di antara konsep-konsep tersebut.

Ketika guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang
memiliki struktur yang jelas dan pasti.

Ketika guru ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilanketerampilan dasar yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang
berpusat pada siswa, misalnya penyelesaian masalah (problem solving).

Ketika guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pedekatan


intelektual (misalnya menunjukkan bahwa suatu argumen harus didukung
oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu penjelajahan ide tidak selalu berujung
pada jawaban yang logis)

Ketika

subjek

pembelajaran

yang

akan

diajarkan

cocok

untuk

dipresentasikan dengan pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan


penerapan.

Ketika guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik.

Ketika guru harus menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu


sebelum siswa melakukan suatu kegiatan praktik.

Ketika guru ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk


memandu siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau
independen.

Ketika para siswa menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi
dengan penjelasan yang sangat terstruktur.

23

Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat


pada siswa atau ketika guru tidak memiliki waktu untuk melakukan
pendekatan yang berpusat pada siswa.

2.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Direct Intruction


Secara umum setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan-kelebihan
yang membuat model pembelajaran tersebut lebih baik digunakan dibanding
dengan model pembelajaran yang lainnya. Tetapi selain mempunyai kelebihankelebihan pada setiap model pembelajaran juga ditemukan keterbatasanketerbatasan yang merupakan kelemahannya.
Model pengajaran langsung mempunyai beberapa kelebihan, yaitu:
-

Dalam model pengajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan


urutan informasi

yang diterima oleh siswa sehingga

dapat

mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.


-

Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan


keterampilan-keterampilan kepada siswa yang berprestasi rendah
sekalipun.

Model ini dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran


dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukan bagaimana suatu
permasalahan dapat

didekati, bagaimana informasi

dianalisis,

bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.


-

Model pengajaran langsung menekankan kegiatan mendengarkan


(melalui ceramah) dan kegiatan mengamati (melalui demonstrasi),
sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.

24

Model pengajaran langsung dapat memberikan tantangan untuk


mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan fakta.

Model pengajaran langsung dapat diterapkan secara efektif dalam


kelas besar maupun kelas yang kecil.

Siswa dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas.

Waktu untuk berbagi kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan


ketat.

Dalam model ini terdapat penekanan pada pencapaian akademik.

Kinerja siswa dapat dipantau secara cermat.

Umpan balik bagi siswa berorientasi akademik.

Model pengajaran langsung dapat digunakan untuk menekankan butirbutir penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa.

Model pengajaran langsung dapat menjadi cara yang efektif untuk


mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual dan terstruktur.

Model pengajaran langsung mempunyai beberapa kelemahan, yaitu:


-

Karena dalam model ini berpusat pada guru, maka kesuksesan


pembelajaran bergantung pada guru. Jika guru kurang dalam
persiapan, pengetahuan, kepercayaan diri, antusiasme maka siswa
dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran akan
terhambat.

Model pengajaran langsung sangat bergantung pada cara komunikasi


guru. Jika guru tidak dapat berkomunikasi dengan baik maka akan
menjadikan pembelajaran menjadi kurang baik pula.

25

Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak,


model pembelajaran langsung tidak dapat memberikan kesempatan
pada siswa untuk cukup memproses dan memahami informasi yang
disampaikan.

Jika terlalu sering menggunakan modelpengajaran langsung akan


membuat beranggapan bahwa guru akan memberitahu siswa semua
informasi yang perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa
tanggung jawab mengenai pembelajan siswa itu sendiri.

Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa.


Kenyataannya, banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga
sering melewatkan hal-hal penting yang seharusnya diketahui.

26

BAB III

SIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :


3.1

Model pembelajaran Partners in Learning merupakan suatu sistem


mengajar siswa dengan melaksanakan tugas-tugas belajar yang sederhana
dengan menggunakan partner.

3.2

Model pembelajaran Inductive Thinking adalah sebuah pembelajaran yang


bersifat

langsung

tapi

sangat

efektif

untuk

membantu

siswa

mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan


berpikir kritis.
3.3

Model pembelajaran Direct Intruction atau model pengajaran langsung


adalah model pembelajaran yang menggunakan pendekatan mengajar yang
dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh
pengetahuan langkah demi langkah.

27

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari, DKK. (2009). Guru Profesional: Menguasai Metode dan


Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Mustakim, Zaenal. (2009).
STAIN Press.

Strategi Dan Metode Pembelajaran. Pekalongan:

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

28

Anda mungkin juga menyukai