Anda di halaman 1dari 37

TAHAPAN MANAJEMEN SUMBER BELAJAR

DI SEKOLAH DAN DI MASYARAKAT

MAKALAH

Diajukan kepada Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Sumber Belajar

Dosen Pengampu:
Dr. Ali Muhtadi, S.Pd.,M.Pd.

Disusun Oleh:
Shoffan Fatkhulloh (NIM.17707251002)
Atmoko Putra Pratama (NIM.17707251006)
Silvia Oksa (NIM.17707251019)
Putri D. Humaerah (NIM.17707251032)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul: Tahapan Manajemen Sumber Belajar di Sekolah dan
di Masyarakat.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Sumber
Belajar dengan dosen pengampu Dr. Ali Muhtadi, S.Pd., M.Pd. Penyusun
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah masih banyak
kekurangan baik isi maupun penulisannya. Oleh karena itu, penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perkembangan
penyempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, Oktober 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul .......................................................................................... i


Kata Pengantar ............................................................................................. ii
Daftar Isi ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
A. Perencanaan Sumber Belajar dan Layanan Sumber Belajar ............... 3
B. Organisasi Sumber Belajar di Sekolah dan di Masyarakat ................. 7
C. Pelaksanaan Layanan Sumber Belajar di Sekolah dan di Masyarakat . 17
D. Evaluasi Manajemen Sumber Belajar di Sekolah dan di Masyarakat.. 25
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 33
A. Kesimpulan ....................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 34

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Organisasi sumber belajar atau lembaga sumber belajar di dalamnya ada
beberapa sub komponen organisasi atau unit yang perlu ada dan perlu dikelola
dengan baik agar organisasi sumber belajar tersebut dapat berfungsi secara
optimal. Dalam rangka pengelolaan organisasi sumber belajar, diperlukan
fungsi manajemen agar tujuan organisasi belajar yang diinginkan dapat
dilaksanakan.
Manajemen merupakan suatu proses dalam mencapai tujuan
organisasi.Manajemen berlangsung dalam suatu proses berkesinambungan
secara sistemik, yangmeliputi fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi.Jika dikaitkan, manajemen
sumber belajar diartikan sebagai segala aktivitas perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengontrolan sumber belajar untuk
menjalankan fungsi organisasi belajar agar sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai.
Mengingat pentingnya manajemen dalam organisasi sumber belajar,
maka dalam makalah ini akan dibahas tahapan-tahapan dalam manajemen
organisasi sumber belajar mencakup tahap perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan serta tahap evaluasi organisasi sumber belajar.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perencanaan dan layanan sumber belajar?
2. Bagaimana organisasi sumber belajar di sekolah dan di masyarakat?
3. Bagaimana pelaksanaan layanan sumber belajar di sekolah dan di
masyarakat?
4. Bagaimana evaluasi manajemen sumber belajar di sekolah dan di
masyarakat?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami perencanaan dan layanan sumber belajar.
2. Mengetahui dan memahami organisasi sumber belajar di sekolah dan di
masyarakat.
3. Mengetahui dan memahami pelaksanaan layanan sumber belajar di
sekolah dan di masyarakat.
4. Mengetahui dan memahami evaluasi manajemen sumber belajar di sekolah
dan di masyarakat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perencanaan Sumber Belajar dan Layanan Sumber Belajar


Manajemen sumber belajar tidak terlepas dari aspek perencanaan,
organisasi, pelaksanaan dan evaluasi dari sumber belajar. Pada masing-
masing aspek memiliki prosedural yang sistematis yang saling berhubungan
antara aspek agar nantinya sumber belajar dapat dimanfaatkan dan digunakan
untuk memfasilitasi sibelajar secara maksimal.
1. Perencanaan Sumber Belajar
Perencanaan merupakan langkah awal yang dilakukan dalam
pembentukan dan manajemen sumber belajar. Perencanaan menjadi hal
yang sangat penting karena menjadi sebuah pijakan awal sebelum
melakukan pembentukan sumber belajar. Perencanaan perlu dilakukan
secara matang agar tujuan yang diharapkan dalam pembentukan sumber
belajar dapat tercapai.
Tahapan perencanaan Ini dimulai dengan melakukan
analisis/indetifikasi kebutuhan sumber belajar.Berdasarkan analisis
kebutuhan ini nantinya nantinya seorang pengembang sumber belajar
dapat memperoleh data-data terkait hal-hal dan jenis sumber belajar yang
diperlukan oleh sibelajar. Jenis sumber belajar yang diidentifikasi untuk
digunakan oleh sibelajar didasarkan pada analisis kebutuhan terhadap
karakteristik mata pelajaran, kurikulum, kemampuan (karakteristik
sibelajar) dan tujuan yang hendak dicapai. Data berdasarkan hasil analisis
ini digunakan sebagai pertimbangan dalam merencanakan pengadaan
sumber belajar dan merencanakan strategi penggunaan sumber belajar.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat diidentifikasi bahwa pada
perencanaan sumber belajar ini terdapat 3 hal yang perlu dilaksanakan
agar suatu sumber belajar nantinya dapat digunakan secara efektif.
Diantaranya adalah:

3
a. Analisis kebutuhan
Analisis ini dilakukan terhadap karakteristik mata pelajaran,
kurikulum, kemampuan (karakteristik sibelajar)
b. Menentukan Tujuan
Berdasarkan analisis kebutuhan yang telah dilakukan maka langkah
selanjutnya dalam perencanaan adalah menentukan tujuan berdasarkan
analisis kebutuhan yang sudah dilakukan.
c. Menentukan sumber belajar dan strategi penggunaan sumber belajar
Setelah dilakukan analisis kebutuhan dan penentuan tujuan maka
dilakukan identifikasi terhadap sumber belajar dan strategi penggunaan
sumber belajar. Berikut ini adalah prosedur umum identifikasi kebutuhan
dalam menentukan sumber belajar.

Gambar 1. Bagan prosedur umum identifikasi kebutuhan sumber belajar

4
2. Pelayanan Sumber Belajar
Setelah melakukan tahap identifikasi terkait penentuan sumber
belajar yang dilakukan tahapan selanjutnya adalah layanan sumber
belajar. Pelayanan sumber belajar merupakan kegiatan penyelesaian,
pengadaan, pembinaan, koleksi, serta pengaturan dan penyampaian bahan
pustaka kepada penngunjung ataupun pemakai sumber belajar. Pada
tahapan perencanaan, layanan yang biasa dilakukan adalah terkait
pengadaan. Terdapat berbagai cara, kegiatan, pendekatan yang dapat
dilakukan untuk mengadakan sumber belajar seperti yang terdapat pada
bagan kebutuhan sumber belajar, diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Pembelian
Pembelian merupakan kegiatan pengadaan sumber belajar yang
dilakukan melalui transaksi pembelian. Dalam melakukan pembelian
dibutuhkan sejumlah dana, dengan demikian maka dengan adanya
keterbatasan dana maka pengembang sumber belajar ditutut untuk
dapat memilih sumber belajar mana saja yang sesuai dengan sakaal
prioritas. Pembelian yang dilakukan secara bertahap dapat dilakukan
sejalan dengan kemamuan anggaran yang tersedia.
b. Hadiah/Sumbangan
Sumber belajar dalam pengadaan juga dapat diperoleh dari hadiah,
pemberian, hibah ataupun sumbangan dari berbagai pihak seperti
instansi pemerintah, swasta ataupun perorangan.
c. Membuat
Pengadaan sumber belajar dapat diperoleh pula dengan kegiatan
perancangan dan pembuataan yang didesain secara khusus oleh
pengembang sumber belajar. Sumberbelajar seperti ini sering disebut
juga sumber belajar by design.
d. Memodifikasi yang tersedia
Ada kalanya sumber belajar yang sudah tersedia tidaak sesuai dengan
tujuan dari pendidikan atau pembelajaran yang hendak dicapai,

5
dengan demikian perlu dilakukan modifikasi terhadap sumber belajar
yang tersedia dengan disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran.
Dalam rangka melaksanakan perencanaan dan layanan sumber
belajar terdapat pula beberapa faktor yang perlu diperhatikan, diantaranya
adalah sebagai berikut.
a. Keuangan
Keuangan atau biaya sangatlah dibutuhkan dalam membangun
sebuah seumber belajar. Pengeluaran pertama dibutuhkan untuk
membeli perlengkapan misalnya, meja, kursi, rak penyimpanan, untuk
membeli segala perangkat keras yang diperlukan dan untuk membeli
sumber belajar utama yang mudah didapat dan diperjual belikan di
pasar termasuk yang berbentuk bahan cetak dan non cetak.
Biaya harus dirumuskan dalam bentuk anggaran. Anggaran
tahunan diperlukan untuk pemeliharaan peralatan, pengembangan
pemeliharaan tempat penyimpanan peralatan, dana untuk pembelian
peralatan dan dana untuk mengatasi inflasi harga peralatan yang
diperlukan. Begitu juga biaya lainnya misalnya gaji pegawai, biaya
promosi dan horarium pegawai yang lembur, semuanya harus
direncanakan dengan matang.
b. Ruangan
Ruangan yang tersedia harus sesuai dengan apa yang akan
dikembangkan, termasuk ruangan persiapan pengembangan.
c. Tenaga Pelaksana
Tenaga pelaksana hendaknya memiliki kompetensi yang
dibutuhkan dalam pengembangan sumber belajar. Dukungan tenaga
teknisi sangat dibutuhkan dalaam mengawasi dan memeillihara segala
hal terkait perawatan sumber belajar
d. Sikap/Pendiriaan
Staf dan sibelajar hendaknya memiliki sikap dan pendirian yang
positif terhadap sumber belajar. Selain itu mereka juga sudah siap
untuk berperan sebagai bagian efektif dan bernilai dalam suatu sistem

6
ketika sumber belajar tersebut diimplementasikan. Terkadang
pelaksanaan pengembangannya sering mengalami kegagalan, karena
usaha pengembangan dan manfaat pusat sumber belajar tersebt sering
ditanggapi skeptis oleh staf pengajar khususnya staf pengajar senior.
Jika hal ini yang menjadi permasalahannya, maka perlu diambil
langkah positif yakni meyakinkan para staf pengajar bahwa seluruh
biaya dan usaha yang dilakukan sangat bermanfaat dan sistem
pendekatan belajar yang berorientasi pada siswa yang lebih fleksibel
dapat membuahkan hasil yang mengembirakan.
e. Politik dan Kebijaksanaan
Faktor yang bervariasi dari politik antar dan inter-departemental
melalui kebijaksaan umum lembaga pendidikan hingga kebijaksaan
umum lembaga pendidikan hingga kebijaksanan pemerintah stempat
dan pusat, akan memepengaruhi pengembangan sumber belajar.

B. Organisasi Sumber Belajar di Sekolah dan di Masyarakat


Sumber belajar merupakan salah satu komponen dalam kegiatan belajar
yang memungkinkan individu memperoleh pengetahuan kemampuan sikap,
keyakinan, emosi, dan perasaan. Sumber belajar memberikan pengalaman
belajar dan tanpa sumber belajar maka tidak mungkin dapat terlaksana proses
belajar dengan baik. AECT (1977) mengartikan sumber belajar sebagai
semua sumber baik berupa data, orang, dan wujud tertentu yang dapat
digunakan siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun terkombinasi
sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar.
Berbagai jenis sumber belajar, menuntut adanya pengelolaan dan
pengorganisasian terhadap sumber belajar tersebut. Hal ini bertujuan agar
sumber belajar mudah untuk diakses dan juga dimanfaatkan oleh pihak yang
berkepentingan. Selain itu untuk dapat membuat sistem instruksional yang
lebih baik. Organisasi sumber belajar merupakan sub unit kerja yang berada
di bawah departemen pendidikan yang bertugas membantu terselenggaranya
kegiatan pembelajaran dan menyediakan pelayanan media pembelajaran yang

7
diharapkan bisa (mampu) meningkatkan efektivitas dan efesiensi proses
belajar mengajar.
1. Jenis-Jenis Organisasi Sumber Belajar
a. Perpustakaan
Perpustakaan adalah tempat menyimpan berbagai jenis informasi
dalam berbagai ragam tampilan yang sekaligus berfungsi sebagai
sumber belajar. Isi koleksi perpustakaan dapat dipergunakan sebagai
informasi untuk diolah menjadi pengetahuan baru.Di lembaga
pendidikan, perpustakaan dipergunakan oleh pembelajar
mempersiapkan bahan pembelajaran dan oleh pembelajar sebagai
acuan dalam belajar termasuk dalam mengerjakan tugas yang
diberikan pembelajar.Di luar lembaga pendidikan formal juga terdapat
perpustakaan yang memberikan pelayanan informasi kepada
masyarakat umum atau kalangan tertentu. Misalnya, terdapat
perpustakaan melayani masyarakat umum seperti perpustakaan
Nasional, perpustakaan Daerah, dan perpustakaan desa. Perpustakaan
yang melayani kalangan tertentu misalnya perpustakaan Kedinasan
serta perpustakaan yang diselenggarakan oleh LSM. Akan tetapi
pelayanan perpustakaan di luar jalur pendidikan formal sebagai pusat
sumber belajar belum berkembang secepat di jalur pendidikan formal.
Perkembangan TIK telah memungkinkan perpustakaan
konvensional berkembang menjadi perpustakaan elektronik (e-
Library) atau perpustakaan digital. Perpustakaan ini memberikan
pelayanan untuk memproleh informasi dalam format elektronik serta
dapat diakses melalui website dalam bentuk audio, audiovisual, dan
bahan pustaka dengan menggunakan komputer. Terdapat juga hybrid
library yang memiliki koleksi dan melayani informasi dalam bentuk
fisik cetak dan format elektronik. Perpustakaan elektronik
menggunakan tempat yang tidak seluas perpustakaan konvensional,
karena koleksinya dalam bentuk perangkat lunak (software). Mencari
dan mendapatkan informasi lebih cepat dan lebih mudah serta

8
tampilan informasi juga tetap baik walaupun sering dipergunakan oleh
banyak pemakai.

b. Laboratorium
Salah satu metode untuk memberikan pengalaman yang utuh
kepada pembelajar ialah melalui praktik di laboratorium atau tempat
praktik. Di laboratorium pembelajar mendapat pengalaman belajar
melalui interaksi dengan bahn-bahan baku/ mentah. Dalam kegiatan
belajar ini, pembelajar terlibat langsung mulai dari menentukan tujuan
belajar, mempersiapkan bahan-bahan dan prosedur praktik,
melakukan sendiri, melihat hasilnya, mencatat, menganalisis, dan
membuat kesimpulan. Kadang-kadang pembelajar tidak atau kurang
berhasil mempraktikkan pengetahuan yang dia pelajarim tetapi
kegagalan itu membuat dia penasaran dan ingin mencoba lagi sampai
berhasil. Kegiatan belajar di laboratorium/ tempat praktik dapat
menambah keinginan pembelajar melakukan berbagai percobaan
untuk memperoleh pengetahuan baru.
Keperluan praktik dan percobaan di bidang studi ilmu
pengetahuan alam, kimia, dan biologi, diperlukan tempat khusus
dalam bentuk laboratorium. Pembelajar dan pemelajar secara sendiri-
sendiri atau bersama-sama menggunakan bahan dan alat laboratorium
untuk memahami berbagai konsep. Laboratorium juga berfungsi
sebagai sumber belajar yang peralatan dan cara pemakaiannya
berbeda dengan perpustakaan sehingga ditempatkan di gedung atau
ruangan terpisah dari perpustakaan. Bahkan ada laboratorium tempat
melakukan praktik dan percobaan di luar gedung, seperti laboratorium
pertanian dan kehutanan. Perguruan tinggi memiliki lahan yang
dipergunakan sebagai laboratorium untuk melakukan berbagai
percobaan pertanian, kehutanan, dan peternakan di dalam dan di
dalam gedung. Dalam mempelajari bahasa terdapat laboratorium yang
berisi alat-alat audio. Di laboratorium bini pembelajar dan pemelajar

9
dapat belajar dan berlatih mendengar dan berbicara. Laboratorium ini
juga kadang-kadang dilengkapi dengan media visual seperti rekaman
video sehingga pembelajar dan pemelajar dapat belajar bahasa dalam
situasi yang lebih kontekstual.

c. Pusat Kegiatan Belajar


Pusat kegiatan belajar adalah lembaga non formal yang
merupakan bentukan masyarakat yang muncul atas
prakarsamasyarakat dan dikelola oleh masyarakat sebagai upaya
pemenuhan kebutuhanmasyarakat dalam bidang pendidikan.
Keberadaan pusat kegiatan belajar berfungsi sebagaiinstitusi
pemberdayaan masyarakat untuk membantu kelompok-kelompok
masyarakat terpinggir agar mereka memiliki posisi seimbang dengan
kelompokmasyarakat lainnya yang lebih mapan dalam kehidupan
sosial maupun ekonomi.
Pusat kegiatan belajar sebagai lembaga masyarakat memiliki
konsep, komposisi danfungsi kelembagaan antara lain: pusat kegiatan
belajar berfungsi sebagai prasarana bagiterselenggaranya kegiatan
belajar di masyarakat yang tentunya memilikikarakteristik berbeda
dengan pembelajaran dalam sekolah-sekolah formal dimanapeserta
didiknya adalah anak-anak yang lebih homogen, pusat kegiatan
belajar juga berfungsisebagai wadah partisipasi aktif bagi anggota
masyarakat mulai dari kegiatanbelajar, perencanaan, pelaksanaan
sampai evaluasi. Disamping memberdayakanmasyarakat dengan
menyelenggarakan pendidikan setara pendidikan formal, pusat
kegiatan belajar juga menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan
masyarakat berbasis padapeningkatan ekonomi masyarakat, salah
satunya adalah pendirian KelompokBelajar Usaha

d. Pusat Sumber Belajar

10
Perpustakaan di lembaga pendidikan diharapkan dapat
menyajikan informasi terbaru di bidang ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni sebagai bahan kajian dan acuan untuk pengembangan lebih
lanjut. Informasi baru itu diperlukan oleh pembelajar dan pemelajar
dalam membangun pengetahuan. Dengan demikian, diperlukan suatu
konsep lain dalam mengembangkan perpustakaan menjadi Pusat
Sumber Belajar (PSB). Perpustakaan yang dikembangkan menjadi
PSB menyediakan informasi menggunakan berbagai sumber termasuk
yang berbasis komputer, sehingga perlu dikelola oleh orang yang
tidak hanya ahli bidang perpustakaan tetapi juga ahli dalam TIK.
Pengelola PSB harus mampu memberikan bimbingan kepada
pembelajar dan pemelajar bagaimana mencari dan menemukan
informasi dari berbagai sumber belajar melalui TIK. Kemudian,
pembelajar dan pemelajar mendiskusikan, mengolah, menganalisis,
serta mengevaluasi informasi itu menjadi pengetahuan baru untuk
dikembangkan dalam proses pembelajaran. Pengelola pusat sumber
belajar memberikan informasi tentang sumber-sumber belajar yang
tersedia dan dapat digunakan dalam pelaksanaan kurikulum. Dengan
berperan sertanya dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum,
pusat sumber belajar dapat mengetahui sumber belajar apa saja yang
diperlukan dalam melaksanakan kurikulum.

2. Bentuk-Bentuk Organisasi Sumber Belajar


a. Pola Terpisah (Independent and Decentralized)
Pola terpisah adalah pola organisasi sumber belajar yg letaknya
terpisah-pisah tidak membentuk satu kesatuan dan tiap bagian bebas
mengurus bagian sendiritanpa terikat oleh peraturan bagian
lainnya.Pola terpisah ini termasuk pola klasik. Tiap bagian berdiri
sendiri (otonom), dengan demikian tiap bagian bebas mengurus
bagiannya sendiri tanpa terikat oleh peraturan dari bagian lainnya.
Misalnya bagian audio merupakan bagian yang terpisah dari bagian

11
televisi sekalipun berhubungan sangat erat. Kelebihan lain adalah
dapat melayani lebih leluasa dan lebih akrab karena klien (orang yang
menggunakan pusat sumber belajar) yang datang khusus ke bagian
tersebut tidak sebanyak bila semua bagian berada pada satu tempat
yang sama.Kemungkinan juga ruangan khusus bagian tersebut dapat
diatur sebaik mungkin sehingga ruangan lebih nyaman. Dengan
terpisah-pisahnya bagian-bagian secara fisik maupun administratif
maka bagian tersebut dapat ditempatkan mendekati klien yang paling
sering membutuhkan. Karena setiap bagian tempatnya terpencar-
pencar maka secara keseluruhan memerlukan tambahan tenaga dan
pengamanan yang cukup. Selain itu jumlah anggaran yang disediakan
secara keseluruhan menjadi lebih banyak.

b. Pola Terpusat (Centralized)


Pola terpusat adalah pola organisasi sumber belajar yg letaknya
memusat atau berada ditengah dan bagian-bagiannya tidak terpisah-
pisah.Secara analog pola terpusat ini adalah kebalikan dari pola
terpisah. Secara fisik lokasi tidak terpisah. Hubungan kerja makin erat
dan saling mendukung. Misalnya suatu produksi program televisi
tidak bisa berproduksi sendiri tanpa bantuan dari bagian grafis,
fotografi, film, dan audio. Dengan demikian penggunaan dana, sarana,
peralatan, dan pelaksanaan administratif lebih efisien.

c. Pola Hybrid/ Campuran (Combination)


Pola Hybrid adalah pola yang mengkombinasikan pola terpisah
dengan pola terpusat. Karena kedua pola terdahulu mengandung
kelebihan dan kekurangan, maka pola hybrid ini dapat diterapkan
sebagai alternatif lain. Kekurangan dari pola terpusat ialah mungkin
gedung pusat suatu bangunan yang relatif besar dan berdiri sendiri.
Oleh karenanya tidak jarang memerlukan lokasi tersendiri yang
kadang-kadang terpisah. Adanya jarak ini menimbulkan kesulitan,

12
terutama dalam melayani klien yang volume permintaannya sangat
padat dan membutuhkan pelayanan yang cepat. Kesulitan inilah yang
hendak diatasi oleh pola hybrid ini. Pola hybrid membenarkan sistem
kerja pola terpusat tetapi tidak seluruhnya.

3. Orientasi Pengembangan Organisasi Pusat Sumber Belajar


Orientasi dalam pengembangan organisasi pusat sumber belajar ini
adalah dihasilkannya:
a. Suatu kesepakatan dalam konsep Organisasi PSB.
b. Pengorganisasian PSB.
c. Informasi sumber belajar.
d. Model data base jaringan PSB.
e. Sumber tenaga yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan
jaringan.
f. Hardware dan software yang dibutuhkan dalam pengembangan
jaringansesuai dengan perkembangan teknologi komunikasi dan
informasi.
g. Pemanfaatan evaluasi dan pengembangan Organisasi PSB.

4. Isi Organisasi Sumber Belajar


Dalam suatu organisasi sumber belajar setidaknya berisikan pelayanan-
pelayanan sebagai berikut:
a. Bilik Media
Fungsi:
1) Menambah koleksi rekaman video, audio, bahan berbentuk
ilmiah, bahan bantu mengajar yang baru untuk membantu proses
pengajaran dan pembelajaran.
2) Mengkatalogkan bahan audiovisual dan bahan bantu mengajar
untuk memudahkan dan mempercepat pencarian dan
mendapatkannya.

13
3) Menggalakan guru membuat variasi pengajaran dan pembelajaran
terutama pengajaran yang menggunakan media elektronik.

b. Perpustakaan
Fungsi:
1) Sebagai tempat mencari bahan referensi.
2) Sebagai pusat membaca guna menambah pengetahuan dan
kecakapan.
3) Sebagai tempat mendorong, membiasakan siswa belajar secara
mandiri.
4) Sarana edukatif, informatif, riset, rekreatif.

c. Pusat Sumber Multimedia


Fungsi:
1) Pelajar akan mendapat pendidikan awal terhadap teknologi
pembelajaran.
2) Memudahkan pelajar memanfaatkan pembelajaran terkini.
3) Menggalakan para pelajar terbiasa dengan komputer.
4) Menarik minat pelajar dalam menggunakan dan mengoperasikan
internet.
5) Menyediakan bahan bacaan yg sesuai dibaca oleh para pelajar
mengenai internet dan bahan multimedia yang lain.
6) Menyediakan bahan bercetak terkini tentang dunia pendidikan.

5. Prinsip-Prinsip Managemen Organisasi Sumber Belajar


a. Managemen Sistem Informasi
1) Informasi secara umum adalah rekaman fenomena yg diamati,
atau bisajuga berupa keputusan-keputusan yg bulat
(Eastbrook,1997:245).

14
2) Managemen bisa dikatakan sebagai pengelolaan staff atau
komponenorganisasi untuk menjalankan fungsi organisasi sesuai
dengan tujuanyang hendak dicapai.
3) Jika dikaitkan dengan managemen organisasi sumber belajar
bisadiartikan sebagai pengelolaan staf atau komponen organisasi
sumberbelajar untuk menjalankan fungsi sesuai dengan tujuan yg
hendakdicapai.
Setiap organisasi perlu memberikan publikasi atau desiminasi
informasi atas jasa atau produk yang dikelolanya atau dihasilkannya.
Begitu juga dengan organisasi sumber belajar yang perlu memberikan
deseminasi informasi tentang jasa layanan yang dikelolanya melalui
sistem informasi. Sistem informasi yg digunakan dalam organisasi
sumber belajar biasanya bersifat terbuka. Sistem informasi tersebut
digolongkan menjadi dua, yaitu:
1) Pertama, informasi keluar, yaitu informasi yg biasanyaditujukan
kepada mahasiswa, dosen, ketua dan staff pusat, lembagadalam
perguruan tinggi setempat atau yg membutuhkan.
2) Kedua, informasi didalam lembaga sumber belajar. Informasi
iniberkaitan dengan pemberian informasi kepada klien yg sedang
beradadi dalam lembaga sumber belajar apabila mereka ingin
mengetahuiatau mengerti apa saja yg ada dan disediakan oleh
lembaga sumberbelajar.
b. Prinsip Pengelolaan Pelayanan
Unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya pelayanan di PSB antara
lain adalah :
1) Koleksi, dibina untuk dilayankan, bukan untuk hiasan atau
pajangan, bagaimana pengembangan serta pengaturannya.
2) Fasilitas, bagaimana ragam layanan, sistem, aturan layanan,
lokasi penempatan gedung dan lainnya.
3) Pelayan/petugas, sebagai jembatan penghubung dapat berupa
seorang ahli, teknisi, ataupun asisten teknisi.

15
4) Pemakai, perorangan yang memanfaatkan layanan, dapat seorang
ahli, pelajar, mahasiswa atau umum.
Ketiadaan salah satu komponen di atas, atau masing-masing
berdiri sendiri dtanpa kerja sama yang baik, maka pelayanan tidak
dapat tercipta sebgaimana mestinya. Untuk itu diperlukan pelayanan
dengan karakteristik berikut:
1) Mudah dimengerti, menggunakan car yang mudah dimengerti
oleh pengunjung/pemakai maupun oleh petugas itu sendiri.
2) Efisiensi dan ekonomis, menggunakan bahan pelengkap dengan
variasi sedikit mungkin.
3) Kelambatan yang minimal, mengusahakan tidak ada
keterlambatan dalam pelayanan pengunjung.

c. Prinsip Pengelolaan Pengembangan Instruksional


Fungsi organisasi sumber belajar sebagai pengembangan bahan
instruksional secara umum adalah menolong jurusan, staff pengajar
secara individual di dalam membuat rancangan dan pemilihan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar, hal ini
meliputi:
1) Perencanaan kurikulum
2) Identifikasi pilihan program instruksional
3) Seleksi peralatan dan bahan
4) Perkiraan biaya
5) Penataran tentang pengembangan sistem instruksional bagi staf
pengajar
6) Perencanaan program
7) Prosedur evaluasi
8) Revisi program
Pengembang instruksional yang bekerja di organisasi sumber
belajar hendaknya memiliki kompetensi dalam bidang pengelolaan
dan telah memperoleh pendidikan dan latihan khusus, memiliki

16
pengalaman yang cukup, pengetahuan yang luas, penampilan yang
meyakinkan dan menguasai bidang evaluasi. Apabila dirinci, secara
garis besar kompetensi yang harus dimiliki oleh pengembang
instruksional antara lain adalah: memilih proyek pengembangan
instruksional, menggali analisis kebutuhan, merncanakan,
menspesifikasi strategi instruksional, sampai memiliki kemampuan
untuk menyebarluaskan pengembangan instruksional.

d. Prinsip Pengelolaan Produksi


Fungsi produksi berkaitan dengan penyediaan materi
instruksional yang tidak dapat diperoleh melalui sumber komersial.
Hal ini meliputi: 1) penyiapan karya seni asli untuk tujuan
instruksional, 2) produksi transparansi, produksi fotografi, 3)
pelayanan reproduksi fotografi, 4) pemograman, pengeditan, dan
reproduksi rekaman pita suara, 5) pemograman, pemeliharaan dan
pengembangan sistem televisi kampus. Penjelasan tentang produksi
ini meliputi keterampilan produksi grafis, audio, fotografi (diam), film
(bergerak), TV dan video dan kombinasi. Adapun tahapan dalam
pengelolaan produksi ini adalah:
1) Pengidentifikasian dan analsis masalah komunikasi.
2) Perancangan dan produksi pesan.
3) Pengadministrasian fasilitas dan personalia produksi media.

C. Pelaksanaan Layanan Sumber Belajar di Sekolah dan di Masyarakat


Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating)
merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan
dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan denganaspek-aspek abstrak
proses manajemen, sedangkan fungsi pelaksanaan justrulebih menekankan
pada kegiatan yang berhubungan langsung denganorang-orang dalam
organisasi.

17
Hal-hal yang perludiperhatikan dalam pelaksanaan dan pengelolaan pusat
sumber belajar menurut Mudhoffir (1992), yaitu mengenai tugas tenaga
pengelola, jumlah personalia, fasilitas pusat sumber belajar dan biayayang
disediakan. Fungsi dan prinsip pengelolaan organisasi sumber belajar baru
akan dapatberjalan apabila didukung oleh tenaga yang kompeten, dinamis,
dancukup jumlahnya. Apabila dirinci, tenaga pengelola organisasisumber
belajaradalah sebagai barikut:
1. Pimpinan OrganisasiSumber Belajar
Seorang pimpinan organisasi sumber belajar harus seorang
yangberlatar belakang akademis yang kuat. Secara struktural
diabertanggung jawab langsung kepada bidang akademis. Secara idealia
harus menguasai bidang pengembangan instruksional, ahli media,dan
sekaligus teknisi untuk dapat mengatur bawahannya secaramenyeluruh
dan mendalam, tidak sekedar sebagai koordinator.Tetapi apabila hal itu
tidak mungkin, maka pilihannya kembalitertuju kepada orang yang
mempunyai latar belakang danpengalaman yang cukup di dalam bidang
akademis, khususnyasebagai pengembang instruksional ketimbang
bidang lain.
2. Pengembang Instruksional
3. Ahli Media (Media Professional)
Ahli media tidak hanya menguasai teori, tetapi juga harusterampil
memproduksi media dalam suatu organisasisumber belajarsekurang-
kurangnya meliputi produksi, seperti yang telah dibahaspada uraian
tentang produksi di atas.Ahli media tidak hanya ahli di dalam bidang
media saja danberdiri sendiri, melainkan harus memahami kaitannya
dengan bidangpendidikan dan pengajaran.
4. Tenaga Pelayanan Peminjaman dan Penyimpanan
Tugas pelayanan peminjaman adalah sesuai dengan
fungsipeminjaman itu sendiri, yakni: sistem penggunaan media untuk
kelompok besar; sistem pengguaan media untuk kelompok kecil; fasilitas
dan program belajar sendiri; pelayanan perpustakaan media/ bahan

18
pengajaran; pelayanan pemeliharaan dan penyampaian; serta pelayanan
pembelian bahan-bahan dan peralatan.
5. Teknisi
Yang dimaksud dengan teknisi di sini adalah teknisi yang
khususdalam media yang telah dilatih dan memiliki cukup pegalaman
kerjasebagai teknisi media. Status teknisi adalah sebagai pembantu
danbertanggung jawab kepada ahli media.Perincian tugas teknisi media
adala sebagai berikut: membantu ahli media dalam tehnik pemrosesan
informasi danbahan-bahan; membantu dalam memprodukasi media
pembelajaran; membantu produksi program audivisual; memasang
komponen-komponen sistem audiovisual; memperbaiki dan memelihara
peralatan; menjadi operator semua peralatan untuk keperluan guru/
dosendalam mengajar.
6. Tenaga Administrasi
Tenaga administrasi melaksanakan fungsi administrasi, sepertiyang
tercantum dalam pembahasan fungsi administrasi.
7. Tenaga Bantu (Aide)
Yang dimaksud dengan tenaga bantu adalah staf atau petugas
yangbekerja dalam bidang adinistrasi, pelayanan, dan pembantu
produksi.Statusnya adalah pembantu, dan tingkatannya lebih
rendahdibanding dengan teknisi (technician). Tugas-tugasnya
berhubungandengan tugas-tugas administrasi seperti korespondensi,
pembuatanlaporan, pembuatan bibliografi. Pembukuan (book
keepingaccounts), inventarisasi, pengetikan, pencatatan, dan lain-lain.
Selaintugas-tugas ini, tugas lainnya adalah membantu produksi
mediadalam hal audiovisual.
Selain permasalahan mengenai tugas personalia di atas, hal yang
perludiperhatikan dalam pelaksanaan dan pengelolaan pusat sumber
belajaradalah mengenai jumlah personalia.Jumlah tenaga personalia
bergantung dalam beberapa hal yakni: jumlah pemakai (klien)-makin banyak
klien yang membutuhkanpelayanmaka semakin banyak personil yang

19
dibutuhkan; status lembaga pendidikan-besar atau kecil; operasional media;
pola organsisasi pusat sumber belajar sendiri; serta tingkat penggunaan
sumber belajarnya.
Selanjutnya adalah mengenai fasilitas. Fungsi fasilitas adalah
untukmenunjang dan menggalakan kegiatan program organisasi sumber
belajar agarsemua kegiatan tersebut dapat bejalan dengan efisien. Dengan
fasilitas yangbaik, sumber-sumber belajar seolah-olah memiliki kekuatan,
semuaperalatan berdaya guna, produksi media meningkat dan klien merasa
tertarikdan makin sering datang dan betah berada di Lembaga organisasi
sumber belajar.
Fasilitas direcanakan dalam sebuah perencaan yang matang yang
harusmencerminkan tujuan, karakteristik dan faktor-faktor lain yang
berhubungandengan lembaga pendidikan setempat sehingga fasilitas
memenuhikebutuhan. Kesesuaian perencaan menggambarkan kesesuain
dengan tujuanpendidikan dan program media, rancangan yang fungsional,
menarik dalampenampilan, lokasi yang strategis dan keluwesan dengan
teknologi.
Hal terakhir dan sangat urgen yang perlu dicermati adalah
masalahpembiayaan. Pembiayaan merupakan aspek dari perencanaan
organisasi sumberbelajar. Identifikasi pembiayaan berdasarkan; tujuan
program, sumbersumberyang dibutuhkan untuk mencapai tujuan program
tersebut, dankebutuhan finansial dalam melengkapi sumber-sumber tersebut.
Bagi setiap Lembaga organisasi sumber belajar, bentuk-bentuk
pelayanan, apa dan bagaimana tingkatnya yang akan diberikan tergantung
sepenuhnya pada beberapa faktor berikut, yaitu:
1. Tenaga yang tersedia
2. Kekuatan koleksinya
3. Fasilitas yang ada
4. Faktor geografis
5. Inisiatif, kebijaksanaan dari kepala lembaga

20
Dalam prinsip manajemen pelayanan organisasi sumber belajar, ada
beberapa macam pelayanan, yaitu:

1. Pelayanan Sirkulasi
Pelayanan sirkulasi adalah pelayanan pemakai yang berkaitan dengan
peminjaman dan pengembalian bahan pustaka. Jenis kegiatan pelayanan
sirkulasi yaitu, mengawasi keluarnya setiap bahan pustaka, pendaftaran
anggota perpustakaan, peminjaman, pengembalian, penagihan, pemberian
sanksi, bebas pinjam, statistik, sosialisasi peraturan organisasi sumber
belajar, serta penataan koleksi di jajaran/rak.
a. Sistem Pelayanan Sirkulasi
Ada dua sistem dalam pelayanan sirkulasi, yaitu:
1) Sistem terbuka (Open Access)
Sistem terbuka adalah sistem pelayanan yang memungkinkan
pemakai masuk ke ruang koleksi untuk memilih dan mengambil
sendiri bahan pustaka dari jajaran koleksi organisasi sumber belajar.
Adapun keuntungan dan kerugian dari sistem terbuka menurut
Ningsih dan Supriyanti (2004) yaitu:
Keuntungan:
a) Menghemat tenaga, karena petugas tidak perlu mengambilkan
pustaka yang hendak dipinjam karena pemakai dapat langsung
mengambil sendiri di rak koleksi.
b) Memberikan kepuasan kepada pemakai karena bisa memilih
pustaka yang sesuai dengan kebutuhan secara langsung ke jajaran
koleksi.
c) Memungkinkan memilih pustaka lain yang sesuai apabila tidak
menemukan pustaka yang dicari.
d) Mengurangi kemungkinan terjadinya salah paham antara pemakai
dan petugas.
e) Kelancaran dalam pelayanan.

21
Kerugian:
a) Memerlukan tenaga ekstra untuk mengembalikan dan
membetulkan bahan pustaka yang salah letak.
b) Bahan pustaka akan lebih cepat rusak karena sering dipegang.
c) Memerlukan ruang yang relatif lebih luas untuk pengaturan rak
agar pemakai leluasa memilih bahan pustaka.
d) Susunan bahan pustaka di rak menjadi mudak berantakan dan
rusak.
e) Membutuhkan banyak petugas.

2) Sistem tertutup (Closed Access)


Sistem tertutup adalah sistem pelayanan organisasi sumber
belajar yang tidak memungkinkan pemakai mengambil bahan
pustaka yang dinginkan sendiri. Adapun keuntungan dan kerugian
dari sistem tertutup menurut Ningsih dan Supriyanti (2004) yaitu:
a) Susunan bahan pustaka dalam rak terpelihara
b) Mudah mengadakan kontrol dan pengawasan
c) Kehilangan dapat ditekan
d) Petugas sedikit
e) Pengambilan dapat seketika

Kerugian:
a) Petugas banyak mengeluarkan energi untuk melayani peminjaman
b) Prosedur peminjaman tidak bisa cepat (harus menunggu giliran
dilayani bila antrian panjang)
c) Sejumlah bahan pustaka tidak pernah disentuh atau dipinjam
d) Peminjam sering tidak puas apabila bahan pustaka yang dipinjam
tidak sesuai dengan yang dikehendaki
e) Katalog organisasi sumber belajar harus lengkap dan up-to-date
f) Rangsangan memilih tidak ada

22
b. Pelayanan Sirkulasi Berbasis Komputer
Pelayanan berbasis komputer/komputerisasi hadir karena
kebutuhan akan pengelolaan yang kompleks dalam bidang
pelayanan.Komputerisasi yang dimaksud ialah penggunaan computer
dalam setiap tahap pekerjaan dalam Lembaga organisasi sumber belajar
secara terintegrasi meggunakan sistem tertentu. Persyaratan untuk
menggunakan layanan komputerisasi yaitu tersedianya, sumber daya
manusia (Brainware), perangkat keras (Hardware), serta perangkat
lunak (Software).
Komputerisasi pelayanan sirkulasi diartikan sebagai keseluruhan
aktivitas pelayanan sirkulasi (peminjaman dan pengembalian) yang
dikerjakan dengan memanfaatkan fasilitas computer. Tidak hanya itu,
komputerisasi memudahkan pemakai dalam penelusuran koleksi bahan
pustaka yang ada dalam Lembaga organisasi sumber belajar yang
bersangkutan.

2. Pelayanan Referensi
Pelayanan referensi adalah suatu kegiatan pelayanan untuk membantu
pengguna organisasi sumber belajar dalam menemukan informasi yaitu
dengan cara menjawab pertanyaan dengan menggunakan koleksi referensi,
serta memberikan bimbingan untuk menemukan dan memakai koleksi
referensi. Tujuan pelayanan referensi menurut Marsudi dan Octavia (2004)
yaitu, memungkinkan pengguna organisasi sumber belajar menemukan
informasi dengan cepat dan tepat, memungkinkan pengguna menelurusi
informasi dengan pilihan yang lebih luas, serta memungkinkan pengguna
menggunakan koleksi referensi dengan lebih tepat guna. Adapun macam
pelayanan referensi yaitu:
a) Pelayanan Referensi Pokok
Yang termasuk ke dalam bentuk pelayanan referensi pokok adalah:

23
1) Memberikan informasi yang bersifat umum, baik mengenai
organisasi belajar yang bersangkutan pada umumnya maupun
mengenai unit pelayanan referensinya secara khusus.
2) Memberikan informasi yang bersifat khusus, yang untuk itu
diperlukan bahan pustaka koleksi referensi yang ada di organisasi
belajar yang bersangkutan dan bahkan organisasi belajar yang
lainnya.
3) Memberikan bantuan untuk menelusur bahan pustaka
4) Memberikan bimbingan penggunaan koleksi referensi

b) Pelayanan referensi penunjang


Yang termasuk ke dalam bentuk pelayanan referensi penunjang adalah:
1) Memberikan informasi mengenai penggunaan alat-alat penelusuran
koleksi
2) Menyelenggarakan pameran koleksi organisasi sumber belajar,
terutama untuk memperkenalkan bahan pustaka yang baru diterima
3) Mengorganisasi koleksi referensi dengan baik sehingga mudah
digunakan
4) Mencatat dan mengumpulkan data kegiatan pelayanan referensi
5) Mengadakan kerjasama dengan organisasi sumber belajar lain dan
atau jasa informasi lain dalam bidang penggunaan informasi.

c) Pelayanan informasi
Yang termasuk ke dalam bentuk pelayanan referensi informasi adalah:
1) Mengadakan edaran-edaran tentang peraturan Lembaga organisasi
sumber belajar
2) Memberikan petunjuk-petunjuk tentang bagaimana menggunakan
katalog
3) Mengedarkan daftar bahan pustaka baru
4) Menyebarkan brosur-brosur tentang Lembaga organisasi sumber
belajar yang bersangkutan

24
d) Layanan-layanan khusus
Kegiatan layanan yang dimaksud disini adalah kegiatan pengadaan,
pengaturan, pengoperasian, pemeliharaan dan penyampaian berbagai
sumber belajar kepada pemakai, termasuk pelayanan khusus ini antara
lain pelayanan kunjungan, pelayanan sebaik-baiknya kepada pemakai.
Pelayanan organisasi sumber belajar dapat dilakukan di dalam dan
di luar. Pelayanan di dalam maksudnya pelayanan yang diberikan
kepada pemakai atau pengunjung yang datang ke Lembaga organisai
sumber belajar untuk mendapatkan sejumlah informasi atau berinteraksi
dengan berbagai sumber belajar sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
mereka mengadakan kunjungan. Sedangkan pelayanan di luar
maksudnya pelayanan yang diberikan di luar Gedung Lembaga
organisasi sumber belajar yang bersangkutan. Bentuk kegiatan misalnya
pameran peralatan audio visual, penerbitan bulletin dan sebagainya.

D. Evaluasi Manajemen Sumber Belajar


1. Pengertian Evaluasi Manajemen Sumber Belajar
Menurut istilah, evaluasi dapat diartikan sebagai pengumpulan dan
pengamatan dari berbagai macam bukti untuk mengukur dampak dan
efektivitas dari suatu objek,program, atau proses berkaitan dengan
spesifikasi dan persyaratan pengguna yang telah ditetapkan sebelumnya
(laman kbbi.kemendikbud.go.id/entri/evaluasi). Rossi (2004) juga
mengemukakan bahwa evaluasi merupakan pemberian penilaian secara
menyeluruh terhadap suatu objek yang ditinjau berdasarkan tujuan dari
objek tersebut. Objek yang dimaksud bukan hanya terbatas pada benda
saja, melainkan secara keseluruhan dari benda tersebut mulai dari
perancangannya, metode yang digunakan, proses pembuatannya,
bentuknya, kualitas bendanya, kegunaannya, hingga kebermanfaatannya
terhadap manusia. Sehingga, output dari kegiatan tersebut merupakan
rekomendasi terhadap objek tersebut. Rekomendasi yang diberikan dapat

25
diwujudkan dengan beragam, meliputi (1) menghentikan program, (2)
merevisi program, (3) melanjutkan program, dan (4) menyebarluaskan
program (Anas, 2011: 22).
Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa evaluasi memiliki
cakupan yang sangat luas sehingga pelaksanaannyapun dapat dibedakan
berdasarkan tujuan dilakukannya evaluasi, seperti evaluasi untuk
mengetahui keuntungan dan kerugian yang dialami perusahaan, evaluasi
untuk mengetahui kinerja karyawan perusahaan, dan masih banyak contoh
lainnya. Pada bahasan ini, kami memfokuskan evaluasi dalam manajemen
sumber belajar. Jika mengacu pada uraian tentang evaluasi sebelumnya,
maka evaluasi dalam manajemen sumber belajar dapat diartikan sebagai
suatu usaha melalui kegiatan ilmiah (pengumpulan, pengamatan, dan
pengujian) yang selanjutnya dilakukan penilaian serta analisis guna
mengukur dampak atau efektivitas suatu objek terhadap tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya dalam hal ini berkaitan dengan pengelolaan sumber
belajar.
Berdasarkan uraian sebelumnya, kita juga dapat mengidentifikasi
kerangka berpikir dalam melakukan evaluasi secara umum, yang secara
sederhana ditunjukkan pada gambar 1 berikut. Dengan kerangka berpikir
sederhana tersebut memungkinkan kita untuk menjadikannya sebagai
acuan dalam melaksanakan kegiatan evaluasi termasuk evaluasi dalam
manajemen sumber belajar yang selanjutnya untuk setiap langkah dalam
mengevaluasi dapat dikembangkan berdasarkan model evaluasi yang
digunakan yang akan diulas pada poin 2.

26
TUJUAN OBJEK

EVALUASI

PENILAIAN

PENGUKURAN

Gambar 2. Kerangka berpikir sederhana dalam melakukan evaluasi

2. Pengukuran dan Penilaian


Ditinjau berdasarkan ulasan sebelumnya, dapat diketahui bahwa untuk
melakukan evaluasi, terdapat dua kegiatan yang harus dilakukan terlebih
dahulu, yaitu pengukuran dan penilaian.Pengukuran adalah suatu proses
atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu.Sedangkan, penilaian
adalah suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi atau makna
terhadap hasil pengukuran yang diperoleh. Kedua kegiatan ini merupakan
sebuah kegiatan yang dilakukan secara berkesinambungan dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.
Agar dapat melakukan kegiatan pengukuran, dibutuhkan sebuah alat
yang disebut dengan alat ukur.Secara harfiah alat ukur diartikan sebagai
perkakas atau benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu untuk
mengetahui, mencocokkan, atau mengukur ukuran suatu objek.Pada
kegiatan evaluasi khususnya manajemen sumber belajar, alat ukur yang
dimaksud bukan seperti alat ukur yang kita pahami sehari-hari. Alat ukur
yang dimaksud, yaitu yang biasa kita kenal dengan sebutan instrumen.

27
Adapun instrumen yang dapat digunakan sangat beragam, antara lain dapat
disebutkan (1) tes, (2) angket, (3) observasi, (4) wawancara, (5) skala
sikap, (6) skala minat, (7) daftar cek, (8) skala penilaian, dan (9)
dokumentasi (Arifin, 2014).
Selain itu, pada saat melakukan pengukuran terdapat beberapa poin
yang harus diperhatikan baik pada saat penyusunan instrumen maupun
pelaksanaan pengukuran. Adapun poin-poin tersebut meliputi:
a. Validitas, artinya peilaian harus benar-benar mengukur apa yang
hendak diukur.
b. Reliabilitas artinya suatu alat evaluasi memiliki reliabilitas apabila
menunjukan ketetapan hasilnya.
c. Objektivitas artinya suatu alat evaluasi harus benar-benar mengukur apa
yang diukur, tanpa adanya interpretasi yang tidak ada hubungannya
dengan alat evaluasi itu.
d. Efisiensi artinya suatu alat evaluasi sedapat mungkin dipergunakan
tanpa membuang waktu dan biaya yang banyak.
e. Kegunaan/Kepraktisan artinya suatu alat evaluasi ialah usefulness

Sedangkan, untuk melakukan penilaian terhadap hasil pengukuran


secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan data
yang diperoleh, kualitatif dan kuantitatif, yaitu analisis kualitatif dan
analisis statistik. Dalam melaksanakan analisis kualitatif sendiri terdiri atas
beberapa model diantaranya terdapat model Miles & Huberman, dan
model Spradley. Sedangkan untuk model analisis statistik, secara garis
besar dapat dibedakan menjadi tiga jenis analisis, yaitu statistik deskriptif,
statistic parametrik, dan statistik non-parametrik.

3. Model-model Evaluasi
a. Model Evaluasi Provus (discrepancy model)
Kata discrepancy adalah istilah bahasa Inggris, yang diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia menjadi “kesenjangan”. Model ini

28
dikembangkan oleh Malcolm Provus dimana model ini merupakan
model evaluasi yang berangkat dari asumsi bahwa untuk mengetahui
kelayakan suatu program/objek, evaluator dapat membandingkan antara
apa yang seharusnya dan diharapkan terjadi (standard) dengan apa yang
sebenarnya terjadi (performance) sehingga dapat diketahui ada tidaknya
kesenjangan (discrepancy) antara keduanya yaitu standar yang
ditetapkan dengan kinerja sesungguhnya (Madaus, 1993: 79-99;
Kaufman, 1980:127-128). Model evaluasi Provus yang bertujuan untuk
menganalisis suatu program/objek sehingga dapat ditentukan apakah
suatu program/objek layak diteruskan, ditingkatkan atau sebaiknya
dihentikan mementingkan terdefenisikannya standard, performance, dan
discrepancy secara rinci dan terukur. Evaluasi program dilaksanakan
oleh evaluator mengukur besarnya kesenjangan yang ada di setiap
komponen program. Dengan terjabarkannya kesenjangan di setiap
komponen program maka langkah-langkah perbaikan dapat dilakukan.
Adapun langkah-langkah atau tahap-tahap yang dilalui di dalam
menerapkan model kesenjangan adalah sebagai berikut:
1) Pertama: Tahap Penyusunan Desain
Dalam tahap ini dilakukan kegiatan:
a) Merumuskan tujuan program
b) Menyiapkan sarana, sumber belajar, staff dan kelengkapan lain.
c) Merumuskan standar dalam bentuk rumusan yang merujuk pada
sesuatu yang dapat diukur.

2) Kedua: Tahap pemasangan instalasi (installation)


Yaitu melihat apakah kelengkapan yang tersedia sudah sesuai
dengan yang diperlukan apa belum.
a) Meninjau kembali penetapan standar.
b) Meninjau program yang sedang berjalan.
c) Meneliti antara kesenjangan antara yang direncanakan dan yang
sudah dicapai.

29
3) Ketiga: Tahap proses (Process)
Dalam tahap ketiga dari model kesenjangan ini adalah mengadakan
penilaian tujuan-tujuan manakah yang sudah dicapai. Borg and Gall
menyebut tahap ini dengan istilah “mengumpulkan data dari
pelaksanaan program”.

4) Keempat: Tahap pengukuran tujuan (product)


Yakni tahap mengadakan analisis data yang menetapkan tingkat
output yang diperoleh. Pertanyaan yang diajukan dalam tahap ini
adalah: “apakah program sudah mencapai tujuan terminalnya?”.

5) Kelima: Tahap pembandingan (programme comparison)


Yaitu tahap membandingkan hasil yang telah dicapai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini evaluator menuliskan semua
penemuan tentang kesenjangan untuk disajikan kepada pengambil
keputusan, agar mereka dapat memutuskan kelanjutan dari program
tersebut.
Kemungkinannya adalah:
a) Menghentikan program
b) Mengganti atau merevisi
c) Meneruskan
d) Memodifikasi tujuannya
Kunci dari model discrepancy adalah dalam hal membandingkan
penampilan dengan tujuan yang telah ditetapkan.

b. Model Evaluasi Stake


Stake menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi, yaitu
description & judgement dan membedakan adanya tiga tahap dalam
program, yaitu antecedent (context), transaction (process) dan
outcomes. Stake mengatakan bahwa apabila kita menilai suatu program,

30
kita melakukan perbandingan yang relatif antara program satu dengan
program yang lain, atau perbandingan yang absolut yaitu
membandingkan suatu program dengan standar tertentu.

Gambar 2. Model Stake

Rational, menjelaskan pentingnya suatu program. Antecedents,


kondisi yang diharapkan sebelum program berlangsung, seperti
motivasi, tingkat keterampilan, dan minat (jika dalam konteks
pembelajaran). Transactions, proses atau kegiatan yang saling
mempengaruhi selama program berlangsung. Outcomes, hasil yang
diperoleh dari program, seperti pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai (jika dalam konteks pembelajaran). Judgements, menilai
pendekatan dan prosedur yang digunakan dalam program dan
komponen pendukung program lainnya yang dilakukan oleh evaluator
atau pihak ketiga. Intents, tujuan apa yang diharapkan dari suatu
program. Observations, apa yang dilihat oleh para pengamat tentang
pelaksanaan program. Standards, apa yang diharapkan dari para
stakeholders.
Descriptions matrix berhubungan dengan intents (goal = tujuan)
dan observations (effect = akibat). Judgment berhubungan dengan
standar (tolak ukur = kriteria) dan judgment (pertimbangan). Stake
menegaskan bahwa ketika kita menimbang-nimbang di dalam menilai
suatu program, kita tentu melakukan pembandingan relatif (antara satu
program dengan yang lain) dan/ atau pembandingan absolut (suatu
program dengan standard).

31
Penekanan yang umum atau hal yang penting dalam model ini
adalah bahwa evaluator yang membuat penilaian tentang program yang
dievaluasi. Stake mengatakan bahwa description di satu pihak berbeda
dengan judgement di lain pihak. Dalam model ini antecendent
(masukan), transaction (proses) dan outcomes (hasil) data di
bandingkan tidak hanya untuk menentukan apakah ada perbedaan
antara tujuan dengan keadaan yang sebenarnya, tetapi juga
dibandingkan dengan standar yang absolut untuk menilai manfaat
program (Farida Yusuf Tayibnapis, 2000: 22).

32
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah diulas pada bab pembahasan, dapat
disimpulkan bahwa:
• Secara keseluruhan, tahapan dalam memanajemen sumber belajar baik di
sekolah maupun di masyarakat dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu
perencanaan, organisasi, pelaksanaan, dan evaluasi.
• Pada tahapan perencanaan, terdapat tiga hal yang harus dilakukan, yaitu
analisis kebutuhan, menentukan tujuan, dan menentukan sumber belajar
dan strategi penggunaan sumber belajar.
• Pada tahapan pengorganisasian sumber belajar, terdapat beberapa bentuk
dan pola organisasi sumber belajar, seperti perpustakaan, laboratorium,
pusat kegiatan belajar, pusat sumber belajar, pola terpisah, pola terpusat,
dan pola hybrid.
• Pada tahapan pengorganisasian sumber belajar juga memegang beberapa
prinsip dalam pengelolaannya, yaitu manajemen sistem informasi, prinsip
pengelolaan pelayanan, prinsip pengelolaan pengembangan instruksional,
dan prinsip pengelolaan produksi.
• Pada tahapan pelaksanaan, poin penting yang harus dilakukan berkaitan
dengan pelayanan sehingga terdapat dua kekuatan utama, yaitu sumber
daya manusia, sarana prasarana dan pola pelayanan.
• Pada tahapan evaluasi, bertujuan untuk memberikan rekomendasi terkait
perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan dalam pengelolaan
sumber belajar.

33
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2014). Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung:


Rosda

Mudhoffir. (1992).Prinsp-prinsip pengelolaan pusat sumber belajar. Bandung:


Rosda Karya.

Muhtadi, Ali. (2005). Managemen sumber belajar. Yogyakarta: Fakultas Ilmu


Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Ningsih, R., dan Supriyati, E. (2004). Pelayanan sirkulasi. Yogyakarta:


Universitas Sanata Dharma.

Rossi, Peter H. Freeman, Howard E. and Lipsey, Mark W. (2004). Evaluation: a


systematic approach - 7th ed. California. Sage Publications, Inc.

Sitepu, B.P. (2014). Pengembangan sumber belajar. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

34

Anda mungkin juga menyukai