Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENGUASAAN PRIBADI (PERSONAL MASTERY)


[the Fifth Discipline: The Art and Practice of the Learning Organization]

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Organisasi Belajar


Dosen Pengampu: Dr. Mukminan

Disusun oleh:

Syifa Fauziyah (NIM. 17707251023)


Dody Filado (NIM. 17707251026)
Ervina Puspitaningrum (NIM. 17707251027)
Putri Dwi Humaerah (NIM. 17707251032)
Ahmad Dimyathi Am (NIM. 17707251038)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dari kelompok 2 dapat menyelesaikan makalah berjudul
“Penguasaan Pribadi (Personal mastery)”. Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas
kelompok dan standar kelulusan untuk mata kuliah Organisasi Belajar pada Program Studi
Teknologi Pembelajaran, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta.
Dapat tersusunnya makalah ini tidak lepas dari berbagai pihak yang ikut
mensukseskannya. Terima kasih kami ucapkan kepada :
1. Dr. Mukminan, selaku dosen pada mata kuliah ini.
2. Seluruh rekan kelas TP-B, yang telah memberikan motivasi.
3. Semua pihak yang terlibat namun tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Makalah ini tentunya masih memiliki ketidak sempurnaan, dan berbagai kekurangan.
Maka dari itu kami harapkan masukkan yang membangun serta kritik dan saran dari
pembaca. Akhir kata kami ucapkan terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembacanya.

Yogyakarta, November 2018

Penyusun

Personal mastery | ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................i


KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
PENDAHULUAN .............................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Batasan Masalah .....................................................................................................2
C. Rumusan Masalah ..................................................................................................2
D. Tujuan .....................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Personal Mastery (Penguasaan Pribadi).................................................................3
B. Manfaat Personal Mastery .....................................................................................5
C. Aspek Personal Mastery ........................................................................................5
D. Pilar Personal Mastery ...........................................................................................6
E. Karakteristik Personal Mastery ............................................................................10
F. Personal Mastery dan the Fifth Discipline ...........................................................10
G. Dimensi Personal Mastery ...................................................................................12
H. Strategi Pengembangan Personal Mastery ...........................................................14
I. Aplikasi Personal Mastery ...................................................................................17
J. Penilaian Personal Mastery ..................................................................................18
KESIMPULAN ...............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................21

Personal mastery | iii


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Senge (1996) organisasi pembelajar adalah organisasi dimana orang terus-
menerus memperluas kapasitas mereka untuk menciptakan hasil yang benar-benar mereka
inginkan, dimana pola baru dan ekspansi pemikiran diasuh, dimana aspirasi kolektif
dibebaskan, dan dimana orang terus-menerus belajar melihat bersama-sama secara
menyeluruh. Alasan dasar untuk organisasi tersebut adalah bahwa dalam situasi perubahan
yang cepat hanya mereka yang fleksibel, adaptif dan produktif yang dapat bertahan. Agar
hal ini terjadi, ia berpendapat bahwa organisasi perlu menemukan bagaimana memanfaatkan
komitmen orang dan kapasitas untuk belajar pada semua tingkat (Senge, 1996).
Sementara semua orang memiliki kapasitas untuk belajar, struktur di mana mereka
harus berfungsi sering tidak kondusif untuk melakukan refleksi dan melibatkan mereka.
Selanjutnya, orang mungkin tidak memiliki alat dan ide-ide pembimbing untuk memahami
situasi yang mereka hadapi. Organisasi yang terus-menerus memperluas kapasitas mereka
untuk menciptakan masa depan mereka memerlukan perubahan pemikiran secara mendasar
di kalangan anggotanya. Orang-orang berbicara tentang menjadi bagian dari sesuatu yang
lebih besar dari diri mereka sendiri. Ini menjadi sangat jelas bahwa bagi banyak orang,
pengalaman mereka sebagai bagian dari tim benar-benar sangat menonjol. Beberapa
menghabiskan sisa hidup mereka mencari cara untuk memperoleh kembali semangat itu.
Belajar nyata adalah sampai ke hakekat apa artinya menjadi manusia. Kita menjadi
mampu untuk menciptakan kembali diri kita sendiri. Hal ini berlaku untuk individu maupun
organisasi. Jadi, untuk sebuah organisasi pembelajar tidak cukup untuk bertahan hidup atau
bisa disebut dengan belajar adaptif. Namun ternyata bagi organisasi pembelajar, “belajar
adaptif” harus digabungkan dengan “belajar generatif”, belajar yang meningkatkan kapasitas
kita untuk menciptakan. Senge (1996) mengidentifikasi Learning Organization dalam 5
pilar, yaitu: Berpikir Sistem (System Thinking), Penguasaan pribadi (Personal Mastery),
Model Mental (Mental Models), Penjabaran Visi (Building Shared Vision), dan Tim Belajar
(Team Learning). Penguasaan Pribadi (Personal Mastery) merupakan salah satu pilar dari
Fifth Discipline Senge yang membentuk organisasi pembelajar dan akan dibahas dalam
makalah ini.
Personal mastery | 1
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, batasan masalah dalam makalah ini yaitu
menjelaskan tentang disiplin penguasaan pribadi (personal mastery).

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas pada
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari personal mastery atau penguasaan pribadi?
2. Apa manfaat personal mastery dalam organisasi belajar?
3. Apa saja aspek-aspek dari personal mastery?
4. Apa saja pilar yang terdapat pada personal mastery?
5. Bagaimana karakteristik dari personal mastery?
6. Bagaimana hubungan antara personal mastery and the fifth discipline?
7. Apa saja dimensi personal mastery dalam organisasi belajar?
8. Bagaimana strategi pengembangan personal mastery?
9. Bagaimana aplikasi dari personal mastery?
10. Bagaimana penilaian untuk mengetahui personal mastery seseorang?

D. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dari personal mastery atau penguasaan pribadi.
2. Mengetahui manfaat personal mastery dalam organisasi belajar.
3. Mengetahui aspek-aspek dari personal mastery.
4. Mengetahui pilar yang terdapat pada personal mastery.
5. Mengetahui karakteristik dari personal mastery.
6. Mengetahui hubungan antara personal mastery and the fifth discipline.
7. Mengetahui dimensi personal mastery dalam organisasi belajar.
8. Mengetahui strategi pengembangan personal mastery.
9. Mengetahui aplikasi dari personal mastery.
10. Mengetahui penilaian untuk mengetahui personal mastery seseorang.

Personal mastery | 2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Personal Mastery (Penguasaan Pribadi)


Perubahan lingkungan yang cepat dalam berbagai dimensi, seperti teknologi, sosial,
ekonomi, persaingan global, dan lain-lain menuntut kemampuan beradaptasi pada perubahan
tersebut. Apabila suatu organisasi mengalami perubahan yang terlambat, maka sangat besar
kemungkinan organisasi akan mengalami kemunduran dalam hal kinerjanya. Hal yang harus
dilakukan oleh organisasi untuk tetap bertahan dan bekembang adalah mempelajari
perubahan lingkungan dan segera beradaptasi pada perubahan itu. Organisasi seperti ini
dinamakan organisasi pembelajar. Menurut Prasetyo (2012) Organisasi pembelajar adalah
sekelompok orang secara terus menerus memperluas kemampuannya untuk menciptakan
hasil yang benar-benar mereka harapkan, dimana gambaran berpikir baru dan luas dipupuk,
aspirasi kolektif disepakati secara bebas, dan terus-menerus untuk belajar bersama.
Organisasi pembelajar terdiri dari lima pilar (Fifth Discipline) yang dikenalkan oleh
Senge. Penguasaan pribadi (personal mastery) merupakan salah satu pilar dari the Fifth
Discipline. Personal mastery merupakan prinsip bagi seseorang untuk terus menerus
memperdalam visi pribadi, fokus pada kekuatan diri sendiri, mengembangkan kesabaran diri
serta melihat realita secara objektif. Menurut Bawono (2010: 76), personal mastery
menuntut komitmen seseorang terhadap kontinuitas pengembangan suatu hal yang
dikerjakan dan dalam semua aspek kehidupan seseorang.
Prinsip pertama personal mastery pada sistem organisasi pembelajaran tidak hanya
belajar untuk memperoleh informasi pada suatu organisasi, tetapi juga termasuk
pembelajaran tentang diri sendiri, serta meningkatkan kemampuan yang benar-benar
dianggap penting untuk kebutuhan pengembangan pribadi. Hal-hal yang bisa dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan dan pengembangan pribadi dalam suatu organisasi dapat
dilakukan dengan cara kemampuan menyelesaikan tugas yang diberikan, mampu
beradaptasi baik terhadap lingkungan pekerjaan maupun terhadap pekerjaan itu sendiri, serta
kemampuan mengasah pengetahuan yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang dilakukan.
Secara etimologi, mastery berasal dari Bahasa Inggris dan latin yang berarti
penguasaan atau keahlian dominasi terhadap sesuatu. Mastery dari bahasa Perancis, berasal

Personal mastery | 3
dari kata Maitre yang berarti seseorang mempunyai keahlian khusus, cakap, dan ahli dalam
sesuatu. Personal mastery is the discipline of continually clarifying and deepening our
personal vision, of focusing our energies, of developing patience and of seeing reality
objectively (Senge, 1996: 140). Hal ini sejalan dengan Muhaimin, dkk (2015: 91),
penguasaan pribadi adalah kegiatan belajar untuk meningkatkan kapasitas pribadi kita untuk
menciptakan hasil yang kita inginkan. Penguasaan pribadi adalah suatu cara yang
berkesinambungan untuk menjernihkan dan memperdalam visi, energi, dan kesabaran
seseorang (Marquardt, 2002). Sayers (2018) mengatakan bahwa penguasaan diri adalah
pengembangan diri seseorang yang prosesnya terus berkesinambungan, selalu mencari jalan
untuk terus berkembang, hal baru untuk dipelajari, bertemu dengan orang baru, merupakan
suatu jalan kehidupan yang menekankan pada perkembangan dan kepuasan dalam
kehidupan personal dan professional.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
penguasaan pribadi adalah sebuah proses pembelajaran kehidupan seseorang, bukan sesuatu
yang sudah dimiliki. Penguasaan pribadi itu tentang mencintai diri sendiri dan
mengembangkan bakat yang dimiliki semaksimal mungkin. Beberapa orang berpikir bahwa
penguasaan pribadi itu membatasi dan mengontrol diri sendiri, tetapi sesungguhnya hal ini
mengenai pemahaman akan diri sendiri. Seseorang harus mengidentifikasi tentang
bagaimana suatu kebiasaan muncul untuk mengontrol suatu kebiasaan tersebut.
Organisasi pembelajar hanya terjadi melalui individu yang belajar. Pembelajaran
individu tidak menjamin pembelajaran organisasi. Tapi tanpa itu tidak terjadi pembelajaran
organisasi. Penguasaan pribadi adalah disiplin terus memperjelas dan memperdalam visi
pribadi kita, memfokuskan energi kita, mengembangkan kesabaran, dan melihat realitas
obyektif. Melampaui kompetensi dan keterampilan, meskipun melibatkan mereka.
Melampaui pembukaan rohani, meskipun melibatkan pertumbuhan rohani. Penguasaan
dipandang sebagai jenis khusus dari kemahiran. Ini bukan tentang dominasi, melainkan
sebuah keterpanggilan. Visi adalah panggilan bukan hanya sekedar ide yang baik.
Orang dengan penguasaan pribadi tingkat tinggi hidup dalam modus belajar terus
menerus. Kadang-kadang, bahasa seperti penguasaan pribadi istilah menciptakan rasa
menyesatkan terhadap kepastian. Tapi penguasaan pribadi bukanlah sesuatu yang Anda
miliki. Ini adalah sebuah proses. Ini adalah disiplin seumur hidup. Orang dengan penguasaan
pribadi tingkat tinggi sangat sadar akan kebodohan mereka, ketidakmampuan mereka,
daerah pertumbuhan mereka. Namun mereka sangat percaya diri.
Personal mastery | 4
B. Manfaat Personal Mastery
Manfaat atau keuntungan bagi seseorang yang mempunyai tingkat penguasaan pribadi
tinggi adalah:
1. Kemampuan mengambil tanggung jawab
2. Kejelasan dan profesionalisme visi
3. Kohesif dan team work yang berlaku
4. Penurunan jumlah karyawan yang absen melalui peningkatan kesejahteraan
karyawan
5. Mampu mengendalikan stress dan bersikap positif
6. Menciptakan petumbuhan organisasi yang tetap dan berjangka Panjang
7. Pemenuhan tanggung jawab sosial
8. Kepemimpinan kreatif yang kuat
9. Meningkatkan kecerdasan emosi

C. Aspek Personal Mastery


Seseorang yang telah menguasai Personal mastery memiliki komitmen yang tinggi
terhadap suatu hal, sering mengambil insiatif, terus menerus mengembangkan kemampuan
untuk menciptakan hasil terbaik dalam kehidupan yang diinginkan. Metavarsity Course
menyebutkan bahwa Personal mastery memiliki empat aspek, yaitu:
1. Aspek Emosional
Personal mastery berkaitan erat dengan aspek emosional yang terdapat dalam diri
seseorang. Hubungan tersebut bisa memunculkan sifat atau perilaku seseorang seperti
berikut ini:
a. Memahami emosi diri sendiri dan akibat emosi
b. Memahami orang lain dan emosi yang dialami
c. Berdaya secara emosional dan nyata
d. Menjadi terbuka dengan suatu hubungan
2. Aspek Spiritual
Faktor spiritual menjadi aspek yang tidak terpisahkan dengan personal mastery.
Hal ini disebabkan spiritual bisa menjadi dasar yang cukup kuat keyakinan seseorang
dalam melakukan sesuatu. Aspek spiritual terdiri atas:
a. Berkaitan dengan inner self.
b. Mengapresiasi kehidupan, menyayangi orang lain
Personal mastery | 5
c. Bersatu dalam perbedaan dengan orang lain
d. Menciptakan dunia yang lebih baik untuk tempat hidup
3. Aspek Fisik
Kondisi fisik seseorang juga berpengaruh cukup kuat dalam implementasi
personal mastery. Tanpa kondisi fisik yang prima, personal mastery seseorang bisa
terpengaruh atau bahkan tereduksi. Berikut ini beberapa contoh aspek fisik, yakni:
a. Berada secara fisik dan dalam lingkungan
b. Memahami hubungan antara ‘mind-body’
c. Bertanggung jawab dan membuat keputusan positif
d. Me-manage stress dan mencapai keseimbangan
4. Aspek Mental
Faktor mental memiliki pengaruh yang sama pentingnya dengan aspek fisik.
Seorang individu pada dasarnya merupakan perpaduan dari mental dan fisik yang
berkoordinasi menjadi satu kesatuan yang utuh. Aspek mental tersebut terdiri atas:
a. Memahami cara kerja pikiran dan cara menciptakan realitas
b. Meningkatkan fokus mental dan konsentrasi
c. Menciptakan pikiran yang jernih dan inovatif
d. Menciptakan realitas yang diinginkan

D. Pilar Personal mastery


Seseorang yang mampu menguasai diri akan mampu mengelola kreativitas dengan
menekan kelemahan untuk mencapai visi pribadi serta berpartisipasi dalam pencapaian visi
organisasi. Individu dituntut untuk terus belajar mengembangkan keterampilan dan
kompetensi yang dimiliki dalam pencapaian visi yang telah ditentukan. Proses belajar yang
terus menerus akan terjadi jika individu mempunyai semangat juang ikhlas yang muncul dari
dalam diri sendiri. Individu harus memiliki visi serta menyadari akan kemampuan yang
dimiliki. Menurut Senge (1996), pencapaian personal mastery mempunyai tiga pilar utama,
yaitu:
1. Visi Pribadi
Setiap orang mempunyai cita dan tujuan, namun tanpa pemahaman visi yang
nyata, visi tersebut tidak akan tercapai. Berbeda dengan tujuan, Menurut Wibisono
(2006) visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita atau impian sebuah
organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Visi suatu organisasi
Personal mastery | 6
memiliki nilai, aspirasi serta kebutuhan organisasi di masa depan. Visi adalah gambaran
masa depan yang dicita-citakan, sedangkan tujuan lebih bersifat abstrak. Visi dan tujuan
adalah pondasi dari ketercapaian penguasaan pribadi. Sesuatu tidak akan ada yang
terjadi jika tidak ada visi. Itu sama benarnya dengan visi tanpa ada tujuan yang
mendasari juga dianggap tidak berarti. Senge (1996: 144) mengatakan bahwa tingkat
keberanian untuk mempertahankan visi membedakan tingkat penguasaan pribadi
seseorang. Dalam beberapa hal, memperjelas visi merupakan salah satu aspek
penguasaan pribadi yang perlu diperhatikan.
2. Tegangan Kreatif
Seseorang sering mengalami kesulitan untuk mengungkapkan visinya karena pasti
ada kesenjangan antara visi dan realitas yang akan dihadapi. Misalnya, ingin
menciptakan perusahaan sendiri, tetapi tidak punya modal atau ingin mengejar cita-cita
yang sangat diharapkan tetapi harus mencari nafkah. Kesenjangan ini dapat membuat
visi tampak tidak realistis. Kesenjangan ini dapat mematahkan semangat atau putus asa.
Tetapi kesenjangan antara visi dan realitas saat ini juga merupakan sumber energi. Jika
tidak ada celah, tidak perlu ada tindakan untuk bergerak ke arah visi. Memang, celah itu
adalah sumber energi kreatif atau biasa disebut holding creative tension atau tegangan
kreatif.
Bayangkan sebuah karet gelang, terbentang di antara visi dan realitas saat ini.
Ketika direntangkan, karet gelang menciptakan ketegangan, mewakili ketegangan
antara visi dan realitas saat ini. Seseorang hanya mempunyai dua pilihan dalam posisi
ini yakni, mendorong kenyataan untuk mengikuti visi atau mundur mengikuti kenyataan
dan menerima nasib. Hal yang terjadi akan tergantung pada apakah kita berpegang teguh
pada visi atau tidak. Sebagian besar orang akan memilih pilihan kedua karena lebih
mudah dan tidak mempunyai risiko. Sebenarnya seseorang mampu untuk
menyeimbangkan tegangan antara kenyataan yang ada dan visi dengan cara berpikir
positif dan lebih kreatif dengan segala keterbatasan yang dimiliki.
Ketegangan kreatif merupakan prinsip utama penguasaan pribadi yang
mengintegrasikan semua elemen disiplin. Namun, ketegangan kreatif sering mengarah
pada perasaan atau emosi yang terkait dengan kecemasan, seperti kesedihan, putus asa,
atau khawatir. Orang-orang berpikir bahwa proses kreatif adalah berada dalam keadaan
kecemasan. Tetapi penting untuk menyadari bahwa emosi "negatif" yang mungkin

Personal mastery | 7
muncul ketika ada ketegangan kreatif bukanlah ketegangan kreatif itu sendiri. Emosi-
emosi ini adalah apa yang kita sebut ketegangan emosional.
Jika kita gagal membedakan ketegangan emosional dari ketegangan kreatif, maka
akan memengaruhi diri kita untuk menurunkan visi. Misalnya,"Yah, tidak begitu
penting untuk memiliki kemampuan menembak di tahun ini. Saya memiliki banyak
waktu untuk latihan menembak pada tahun berikutnya."

Gambar 1. Ketegangan Kreatif (Senge, 1996)


Ketika kita memegang visi yang berbeda dari realitas saat ini, ada kesenjangan
(ketegangan kreatif) yang dapat diselesaikan dalam dua cara. Proses keseimbangan
antara ketegangan kreatif dan ketegangan emosional menyajikan solusi mendasar, yaitu
mengambil tindakan untuk membawa kenyataan sejalan dengan visi. Penguasaan
tegangan kreatif mengubah cara seseorang memandang "kegagalan". Kegagalan adalah
kekurangan atau bukti kesenjangan antara visi dan realitas saat ini. Kegagalan
merupakan peluang untuk belajar tentang gambaran yang tidak akurat tentang realitas
saat ini, tentang strategi yang tidak berjalan sesuai harapan, maupun tentang kejelasan
visi. Kegagalan itu bukan tentang ketidaklayakan atau ketidakberdayaan kita.
3. Komitmen pada Kebenaran
Sebagian besar dari kita memegang salah satu dari dua keyakinan bertentangan
yang membatasi kemampuan kita untuk menciptakan apa yang benar-benar kita
inginkan, salah satunya keyakinan pada ketidakberdayaan kita. Maksudnya,
ketidakmampuan atau ketidaklayakan kita untuk mewujudkan semua hal yang benar-
benar kita inginkan. Ketegangan yang menarik kita ke arah tujuan dan menahan kita
pada keyakinan mendasar bahwa kita tidak layak mencapai keinginan, bisa disebut

Personal mastery | 8
konflik struktural. Arti lain dari konflik struktural merupakan struktur kekuatan yang
saling bertentangan di mana menarik kita secara bersamaan menuju dan menjauh dari
apa yang kita inginkan.

Gambar 2. Gambaran Konflik Struktural (Senge, 1996)


Konflik struktural menurut Fritz (Senge, 1996: 151) dapat diatasi dengan tiga
strategi, yaitu membiarkan penglihatan kita terkikis. Maksudnya, apapun hasil
penglihatan kita yang dapat mempengaruhi kita agar menjauh dari visi, maka jauhkanlah
pandangan itu dan anggap bahwa kita tidak melihat apapun. Strategi kedua adalah
manipulasi konflik di mana berfokus pada menghindari apa yang tidak kita inginkan.
Manipulasi konflik adalah strategi yang disukai orang-orang yang terus-menerus
mengkhawatirkan kegagalan. Banyak orang yang terpikat pada manipulasi konflik
menjadi percaya bahwa hanya dengan berada dalam keadaan kecemasan dan ketakutan
yang terus menerus, mereka dapat menjadi sukses. Ada sedikit kesenangan dalam hidup
bahkan ketika kita mencapai tujuan, kita akan segera mulai khawatir kehilangan apa
yang telah kita dapatkan. Strategi ketiga, yaitu kemauan keras, di mana kita memotivasi
diri sendiri melalui kemauan yang tinggi.
Orang sering menginginkan formula, teknik, sesuatu hal nyata yang dapat
diterapkan untuk menyelesaikan masalah konflik struktural. Namun, pada
kenyataannya, berkomitmen pada kebenaran jauh lebih kuat daripada teknik apa pun.
Komitmen terhadap kebenaran tidak berarti mencari kebenaran. Namun, seseorang yang
mau untuk membuka diri dan pantang untuk membohongi diri sendiri dalam
menghadapi kenyataan. Hal ini dapat dianggap seseorang telah mencapai penguasaan
pribadi yang tinggi. Kebenaran sangat berpengaruh pada kemampuan seseorang dalam
mengubah strukttur sehingga tercapai hasil yang dicitakan. Disiplin personal mastery
didasarkan pada prinsip dan/atau praktik, seperti 1) visi pribadi, 2) tujuan pribadi, 3)
keseimbangan tegangan kreatif antara visi dengan kenyataan, 4) mengurangi dampak
keyakinan yang bertentangan dengan penguasaan pribadi, 5) komitmen pada kebenaran,
dan 6) memahami alam bawah sadar.

Personal mastery | 9
E. Karakteristik Personal Mastery
Menurut Marty Jacobs (2007), seseorang yang memiliki personal mastery yang tinggi
akan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Mempunyai arti khusus mengenai tujuan hidupnya.
2. Mampu menilai realitas yang ada sekarang secara akurat.
3. Terampil dalam mengelola tegangan kreatif untuk memotivasi diri dalam mencapai
kemajuan kedepannya.
4. Melihat perubahan sebagai suatu peluang.
5. Memiliki rasa keingintahuan yang besar.
6. Menempatkan prioritas yang tinggi terhadap hubungan personal tanpa menunjukkan
rasa egois atau individualismenya.
7. Pemikir sistemik, dimana seseorang melihat dirinya sebagai salah satu bagian dari
sistem yang lebih besar.

F. Personal Mastery dan the Fifth Discipline


Ketika individu mempraktikkan disiplin penguasaan pribadi, beberapa perubahan
secara bertahap terjadi di dalam diri mereka. Selain memperjelas "struktur" yang mencirikan
penguasaan pribadi sebagai suatu disiplin, perspektif sistem juga menjelaskan aspek-aspek
lainnya dari penguasaan pribadi, meliputi mengintegrasikan akal dan intuisi, selalu melihat
hubungan kita dengan dunia, belas kasih, dan komitmen untuk keseluruhan.
1. Mengintegrasikan Akal dan Intuisi
Ada sebuah kisah tentang seorang lelaki buta yang berkeliaran tersesat di hutan
yang tersandung dan jatuh. Ketika orang buta itu mengaduk-aduk lantai hutan, dia
menemukan bahwa dia telah jatuh pingsan. Lalu, orang buta dan orang lumpuh itu
memulai percakapan, saling simpati pada nasib mereka. Orang buta itu berkata, "Saya
telah berkeliaran di hutan ini selama yang saya ingat, dan saya tidak dapat melihat untuk
menemukan jalan keluar." Si lumpuh berkata, "Saya telah berbaring di lantai hutan
selama yang saya ingat, dan saya tidak bisa bangun untuk berjalan keluar." Ketika
mereka duduk di sana berbicara, tiba-tiba orang lumpuh itu berteriak. "Aku mengerti,"
katanya. "Kau mengangkatku ke pundakmu dan aku akan memberitahumu ke mana
harus berjalan. Bersama kita bisa menemukan jalan keluar dari hutan. Melalui cerita
tersebut, orang buta melambangkan rasionalitas dan orang lumpuh melambangkan
Personal mastery | 10
intuisi. Mereka tidak akan menemukan jalan keluar dari hutan sampai mereka belajar
bagaimana mengintegrasikan keduanya.
Berpikir sistem dapat memegang kunci untuk mengintegrasikan akal dan intuisi.
Berpikir sistem merupakan suatu kerangka kerja konseptual, yaitu suatu cara dalam
menganalisis dan berpikir tentang suatu kesatuan dari keseluruhan prinsip-prinsip
organisasi pembelajar. Intuisi menghindari pemahaman linear dengan penekanan pada
sebab dan akibat. Hasilnya adalah sebagian besar intuisi kita tidak masuk akal, artinya
tidak dapat dijelaskan dalam bentuk logika linear. Orang-orang dengan tingkat
penguasaan pribadi yang tinggi tidak mengintegrasikan akal dan intuisi. Sebaliknya,
mereka mencapainya dengan cara alami dengan menggunakan semua sumber daya yang
terdapat disekitarnya.
2. Selalu Melihat Hubungan Kita dengan Dunia
Tantangan pembelajaran merupakan sesuatu yang dialami sendiri baik pikiran dan
perasaannya. Proses pembelajaran memberikan tantangan agar terus memperluas
kesadaran dan pemahaman untuk melihat lebih banyak ketergantungan antara tindakan
dan realitas maupun melihat lebih dari keterhubungan kita ke dunia di sekitar kita. Kita
mungkin tidak akan pernah merasakan sepenuhnya bahwa kita mempengaruhi 'realitas'.
Namun, hanya dengan membuka diri terhadap kemungkinan sudah cukup untuk
membebaskan pikiran. Melalui pengalaman dapat meningkatkan keterhubungan kita
dengan dunia.
3. Belas Kasih
Kita terbiasa berpikir tentang belas kasih sebagai keadaan emosional, berdasarkan
perhatian kita satu sama lain. Tetapi, hal itu juga didasarkan pada tingkat kesadaran.
Ketika orang-orang memahami lebih jelas tekanan yang mempengaruhi satu sama lain,
mereka secara alami akan mengembangkan belas kasih dan empati.
4. Komitmen untuk Keseluruhan
Sebuah komitmen, yaitu selalu menjadi sesuatu yang lebih besar melebihi diri
sendiri. Maksudnya, suatu “tindakan dari hati” ketika kita dibimbing oleh "keinginan
tulus untuk melayani dunia." Tindakan seperti itu merupakan masalah yang sangat
penting karena memiliki kekuatan besar. Rasa keterikatan dan karakteristik welas asih
dari individu dengan tingkat penguasaan pribadi yang tinggi secara alami mengarah ke
visi yang lebih luas.

Personal mastery | 11
G. Dimensi Personal Mastery
Senge (1996) menegaskan bahwa maksud dari penguasaan pribadi adalah untuk
mewujudkan dua komponen utama, yaitu menentukan tujuan dan mengukur tujuan tersebut.
Dua komponen tersebut harus membudaya dalam diri manusia. Manusia harus menanamkan
pikiran bahwa penguasaan pribadi adalah sebuah proses pengembangan terus menerus dalam
Learning Organization.
Laporan komisi pendidikan United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO) menyatakan bahwa penguasaan pribadi adalah proses dialektis
dengan dua dimensi kunci yang berinteraksi sepanjang hidup kita, yaitu bagaimana
seseorang memahami posisi diri dan mampu hidup untuk bekerja sama dengan orang lain.
Sehingga timbul sebuah pengembangan penguasaan pribadi dan organisasi sebagaimana
yang digambarkan pada gambar berikut:

Gambar 1. Pengembangan sebagai Proses Interaksi Dialektik


Personal mastery menunjukkan bahwa kekuatan sebuah organisasi tergantung pada
kekuatan pribadi yang mendukung. Senge (1996) dalam Global Learning Service juga
menjelaskan tujuh dimensi penguasaan pribadi yang harus dibudayakan untuk mendukung
proses pengembangan mencapai personal mastery:
1. Kesadaran Diri (Self-Awareness)
Laporan dari komisi pendidikan UNESCO dalam The Jewel Within menyatakan
bahwa pengembangan diri merupakan sebuah proses mengenal dan memahami diri
sehingga seseorang mampu membuka diri untuk berhubungan dengan orang lain. Self-
awareness merupakan dasar untuk personal mastery dan efektivitas dalam berhubungan

Personal mastery | 12
dengan orang lain. Self-awareness dapat dijadikan kunci sebagai pemegang kendali
untuk pengembangan personal dan profesional.
2. Ketajaman Perseptual (Perceptual Acuity)
Perceptual Acuity merupakan kemampuan dalam menafsirkan pesan yang
diperoleh melalui persepsi, observasi, dan kemampuan mendengar.
3. Penguasaan Emosional (Emotional Mastery)
“We know too much and feel too little. At least we feel too little of those creative
emotions from which a good life springs (Bertrand Russel)” Penguasaan emosi adalah
bagaimana seseorang memahami emosi diri, mengenal emosi orang lain, dan
kemampuannya untuk memanajemen emosi untuk menghargai orang lain. Goleman
(1998: 26) membagi lima kecerdasan emosi dalam buku “Emotional Intelligence”,
yaitu:
a. Kesadaran Diri
Mengenal emosi diri yang terkait dengan kapan, dimana, dan mengapa emosi
bergejolak, mampu dalam memonitor perasaan sesuai situasi dan kondisi, serta
memahami efeknya pada orang lain.
b. Regulasi Diri (Self-Regulation)
Kemampuan dalam Mengendalikan emosi, menahan diri dan mencoba untuk
menenangkan diri. Mengontrol atau mengarahkan rangsangan emosi dan
mempunyai kecenderungan untuk berpikir sebelum bertindak.
c. Motivasi Diri (Internal Motivation)
Memotivasi diri sendiri, bahwa sesungguhnya emosi tidak menyelesaikan
masalah. Seseorang akan bekerja dengan alasan internal yang melampaui uang dan
status imbalan eksternal, sehingga ia akan mempunyai kecenderungan untuk
mengejar tujuan dengan energi dan ketekunan.
d. Empati (Empathy)
Kemampuan untuk memahami karakter dan emosi orang lain. Sebuah
keterampilan dalam memperlakukan orang sesuai dengan reaksi emosional mereka.
e. Kemampuan Sosial (Social Skills)
Kemampuan dalam mengelola hubungan dan membangun jaringan serta
kemampuan untuk menemukan kesamaan dan membangun hubungan.

Personal mastery | 13
4. Keterbukaan (Openness)
Organisasi tidak hanya dihuni oleh satu pemikiran. Seseorang bisa terbuka
menerima pemikiran orang lain, serta bersedia untuk menggali ide baru dan pengalaman
demi sebuah perkembangan.
5. Fleksibilitas dan Adaptasi (Flexibility and Adaptability)
Perubahan dan/atau perkembangan dalam organisasi menuntut seseorang untuk
mengikuti perubahan dan/atau perkembangan tersebut. Oleh karena itu, seseorang harus
mempunyai sikap fleksibel dan pintar untuk beradaptasi, sehingga mampu memandang
perubahan sebagai kesempatan baru.
6. Otonomi (Autonomy)
“Personal mastery goes beyond competence and skills, although it is grounded in
competence and skills. It goes beyond spiritual unfolding or opening, although it
requires spiritual growth. It means approaching one’s life as a creative work, living
life from a creative as opposed to reactive viewpoint (Senge, 1996)” Seseorang harus
mampu mengendalikan hidup untuk mencapai pikiran jernih dan kecerdasan,
sensitivitas tinggi, rasa estetika, tanggung jawab serta nilai spiritual. Seseorang yang
autonomus mempunyai sikap Self-awareness tinggi, keingintahuan tinggi, dan lebih
proaktif daripada reaktif.
7. Akal dan Daya Kreatif (Creative Resourcefullness)
Seseorang harus kreatif dan inovatif serta selalu menemukan hal baru dalam
melakukan sesuatu. Selalu terbuka akan ide-ide dan pengalaman baru serta fleksibel dan
adaptasi.

H. Strategi Pengembangan Personal Mastery


Banyak orang yang mengakui bahwa di antara semua disiplin pembelajaran, personal
mastery yang paling menjadi perhatian. Tidak hanya meningkatkan kemampuan sendiri,
namun juga meningkatkan kemampuan orang lain. Banyak orang mengakui bahwa
organisasi berkembang seiring dan sejalan dengan para anggota. Beberapa orang mengetahui
prinsip utama disiplin ini. Tidak seorang pun bisa meningkatkan personal mastery orang
lain, namun hanya bisa menciptakan kondisi yang mendorong dan mendukung orang yang
ingin meningkatkan personal mastery.
Setiap orang harus menawarkan dorongan semangat dan dukungan ini, karena
pembelajaran tidak akan berlangsung lama kecuali dipicu oleh minat dan rasa ingin tahu
Personal mastery | 14
yang besar dari orang itu sendiri. Walaupun pemicu tidak ada, orang akan patuh menerima
pelatihan apa pun yang diberikan. Dampak dari latihan itu berlangsung sementara, namun
tanpa komitmen orang yang dilatih akan berhenti menerapkan ketrampilan baru tersebut.
Sebaliknya, jika pembelajaran dikaitkan dengan visi seseorang, maka orang itu akan
berupaya keras mempertahankan agar pembelajaran dapat terus berlangsung. Namun,
banyak perusahaan cenderung merintangi daripada mendorong motivasi intrinsik. Untuk
mengembangkan personal mastery, bisa dilakukan dengan cara berikut ini:
1. Percakapan dalam diri
Penerapan pokok personal mastery mencakup pembelajaran untuk
mempertahankan visi pribadi dan gambaran jernih tentang realitas saat ini yang ada di
hadapan. Dengan melakukan hal ini, akan membangkitkan kekuatan dalam diri sendiri
yang disebut "tegangan kreatif." Tegangan menurut sifat alaminya, memerlukan
penyelesaian, dan sebagian besar penyelesaian alami terhadap tegangan adalah dengan
mendekatkan realitas dengan apa yang diinginkan.
Banyak orang yang yakin bahwa visi itu penting, sesuatu yang bisa melihat
dengan jelas bahwa seseorang harus mengubah kehidupan untuk mengejar keberhasilan,
dan yang berkomitmen pada diri sendiri terhadap apapun yang dihasilkan, umumnya
merasa tertantang. Secara sadar maupun tidak, seseorang telah mengasimilasikan visi
tersebut pada tahapan yang banyak mengubah perilaku. Seseorang memiliki rasa
kesabaran yang kuat baik terhadap diri mereka sendiri maupun dunia dan perhatian yang
lebih pada apa yang sedang berlangsung di sekitar. Semua ini membuahkan pemahaman
yang terus menerus tentang energi dan antusiasme, yang (seringkali setelah penundaan)
membawa hasil nyata, selanjutnya dapat memperkokoh energi dan antusiasme tersebut.
Seseorang tidak mungkin bisa memerintahkan orang lain dengan serta merta untuk
memahami kerangka pemikiran ini, namun disiplin personal mastery menjelaskan
bahwa sebagai individu bisa memupuk cara berpikir yang secara bertahap bisa
mengarah kepada hal tersebut. Semakin sering seseorang mempraktikkan cara berpikir
ini, maka semakin mampu dan semakin memiliki rasa percaya diri, serta semakin besar
pula kesadaran akan tegangan yang bisa menarik ke depan jika seseorang terus
memupuknya. Seseorang mengatasi tegangan emosional, bukan dengan menyangkal
bahwa itu ada, melainkan dengan mencoba melihat secara lebih jernih, hingga bisa
memahami bahwa tegangan emosional sesungguhnya juga merupakan bagian dari
realitas saat ini.
Personal mastery | 15
Personal mastery mengajarkan agar seseorang tidak menurunkan visi. Yang
terpenting bukanlah isi visinya, namun apa yang dilakukan oleh visi tersebut. Personal
mastery mengajarkan untuk tidak menyerah dalam memandang dunia seperti apa
adanya, sekalipun itu membuat rasa tidak nyaman. Personal mastery mengajarkan
seseorang untuk memilih. Memilih adalah tindakan yang berani mengambil hasil dan
tindakan yang akan menentukan nasib kedepannya.
Mempraktikkan personal mastery adalah seperti mengadakan percakapan dalam
diri sendiri. Ada sesuatu yang menyuarakan impian tentang apa yang seseorang
inginkan pada masa yang akan datang yang ada dalam diri. Namun, suara yang lain
membentuk cara pandang seseorang (sering kali bersifat ancaman) terhadap dunia di
sekitar.
2. Latihan sebagai Pemimpin
Tegangan kreatif secara terbuka (dengan membangun visi bersama di satu pihak,
dan membantu orang lain melihat sistem tersebut serta model mental dari realitas saat
ini di lain pihak) bisa menggerakkan seluruh organisasi ke depan karena organisasi
didorong oleh tegangan kreatif setiap individu. Langkah pertama dalam belajar
menciptakan tegangan berskala lebih besar adalah dengan belajar membangkitkan serta
mengelola tegangan kreatif dalam diri sendiri.
Layak untuk diakui bahwa gagasan untuk mendorong personal mastery di tempat
kerja, secara naluriah sulit diterima oleh beberapa pemimpin. Terdapat perasaan yang
mungkin tersembunyi, bahwa visi pribadi tidak sesuai dengan tujuan kelembagaan. Para
karyawan dituntut berdedikasi sepenuhnya kepada perusahaan selama jam kerja kantor.
Sikap paternalistik ini terbukti tidak persuasif dan tidak efektif.
Jika pemimpin tidak mempunyai pemahaman yang mendalam tentang visi diri,
maka pemimpin tersebut tidak akan mampu mendorong orang lain untuk menciptakan
visi sendiri atau mempertimbangkan visi orang lain. Jika seorang pemimpin tidak bisa
menguraikan realitas saat ini dengan jelas, maka kredibilitas akan rendah ketika
pemimpin tersebut mengajak orang lain melihat bersama. Jika pemimpin tersebut tidak
mempunyai tingkat pengetahuan diri sendiri, dan pemahaman diri sendiri, maka
risikonya adalah adanya kemungkinan pemimpin tersebut menggunakan organisasi
untuk mengatasi sendiri sakit saraf yang dimiliki. Hal ini bisa membawa dampak yang
luar biasa terhadap diri orang lain. Primasari (2014) mengatakan bahwa tugas melatih

Personal mastery | 16
personal mastery, meliputi tindakan membantu seseorang untuk melihat betapa visi
sendiri tertutup oleh kekhawatiran apakah visi tersebut mungkin untuk terjadi atau tidak.

I. Aplikasi Personal Mastery


Orang yang memiliki personal mastery dalam kehidupan sehari-hari bisa dilihat di
sekitar lingkungan kita. Contohnya, tentang seorang anak dengan keterbatasan yang
bernama Andik yang hanya memiliki IQ sebesar 75, tetapi mampu membuat sebuah
perubahan baik untuk dirinya sendiri atau pun lingkungan sekitarnya. Walaupun saat masih
kecil Andik sering diejek dan dijauhi oleh teman-temannya karena kecerdasannya yang di
bawah rata-rata dan keterbatasan fisiknya. Namun di luar ketidakmampuannya itu, Andik
memiliki sebuah kemampuan yang tidak dimiliki oleh anak-anak lain, yaitu mampu
berenang dengan cepat. Andik pun tidak menyerah dengan keterbatasan tersebut dan tetap
melakukan hal-hal yang positif untuk lingkungannya.
Pada hakikatnya, proses belajar tidak mengenal perbedaan. Entah seseorang itu
awalnya berasal dari orang yang tidak mampu ataupun kaya, pekerja keras ataupun pejabat
tinggi dan tidak mengenal juga suku, ras ataupun golongan. Manusia dan mahluk hidup
lainnya dituntut untuk tetap mampu beradaptasi agar mereka bisa bertahan. Beradaptasi
membutuhkan inovasi dan kemampuan untuk berkreasi. Hal ini bisa didapat dengan cara
belajar, baik secara individual maupun bersama. Selain itu, memberi makna bahwa jika kita
dalam kehidupan baik sebagai personal maupun dalam berinteraksi dengan lingkungan
sosial, asal bisa mengembangkan Personal mastery memiliki mental yang tangguh, berpikir
secara sistemik, sepakat menjalankan visi bersama serta mampu mengontrol untuk
mengurangi kelemahan/kebutaan dalam diri maupun kelompok, pastilah akan mendapatkan
hasil yang luar biasa.
Aktivitas positif baik secara personal maupun kelompok apalagi bermanfaat bagi
orang lain dengan sendirinya akan mendatangkan juga penilaian dari orang atau kelompok
lainnya. Cetusan positif dari penilaian ini dapat diwujudkan dengan suatu penghargaan. Jadi,
penghargaan didapat sebagai konsekuensi dari hasil yang baik, bukan merupakan buah dari
harapan yang pasif.

Personal mastery | 17
J. Penilaian Personal Mastery
Penilaian pada penguasaan pribadi seseorang didasarkan pada dimensi-dimensi
penguasaan pribadi. Dalam hal ini setiap orang mengisi kuesioner untuk mengetahui posisi
diri dan seberapa jauh seseorang menguasai dirinya.
Tabel 1. Penilaian Personal Mastery
Skor
(2) (5)
No Aspek (1) (3) (4)
Butuh Sangat
Buruk Rata-rata Baik
peningkatan baik
Kesadaran diri
1
(Self awareness)
Kemandirian
2
(Autonomy)
Keterbukaan
3
(Openess)
Penguasaan emosi
4
(Emotional mastery)
Ketajaman persepsi
5
(Perceptual acuity)
Fleksibel dan mudah
6 beradaptasi
(Flexible and adaptable)
Daya kreatif
7
(Creative resourcefulness)
Pebelajar mandiri
8
(Self-directed learner)
TOTAL
𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿
SKOR = =
40

Penilaian ini dilakukan oleh pribadi individu sebagai evaluasi diri untuk kepenttingan
perbaikan pada periode selanjutnya. Penilaian dapat dilakukan dalam periode tertentu sesuai
dengan kesepakatan pribadi, karena memang penilaian ini bersifat pribadi.
Mereka yang memilik penguasaan pribadi (personal mastery) yang tinggi akan
memiliki ciri sebagai berikut:
1. Melihat visi sebagai panggilan dari lubuk hati paling dalam dan bukan sekedar
gagasan atau ide.
2. Memiliki komitmen dan inisiatif yang lebih tinggi dibanding lainnya.
3. Menyadari bahwa penguasaan diri merupakan suatu proses pembelajaran yang
berkelanjutan sepanjang hidup.
Personal mastery | 18
4. Terus berupaya untuk mengembangkan diri dengan menerima serta menyesuaikan
diri terhadap perubahan yang terjadi.
Mereka yang memiliki penguasaan pribadi yang buruk cenderung bersikap pasif dan
tidak mau repot dengan menjalankan upaya-upaya pembenahan diri yang sangat membebani.
Mereka beranggapan bahwa Personal mastery tidak lebih dari suatu pengekangan,
memasung nilai-nilai kebebasan. Namun sayangnya alasan-alasan ini sebatas retroika yang
tanpa disadari dalam pemahaman Personal mastery pun juga terkandung nilai kebebasan
untuk berkarya dan berkreasi. Bukan cuma konsep ataupun bahan diskusi semata. Dengan
demikian, mereka yang ada dalam kelompok ini sudah puas dan tidak mau terganggu lagi
dari suasana confort zone yang dinikmati kini. Mereka memiliki tujuan hidup yang tidak
jelas arahnya serta kemungkinan juga tidak memiliki visi dalam menjalankan hidup baik
untuk diri pribadi mapun kelompok. Mereka juga sangat berat dalam menyesuaikan diri
dengan perkembangan dan perubahan lingkungan.
Sebagai manusia, kita harus tetap mempertahankan Personal Mastery yang sudah
kita miliki. Karena Personal Mastery membawa dampak positif baik bagi diri sendiri
maupun bagi orang lain di lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kerja. Seperti
penelitian Bawono (2010) Personal Mastery meningkatkan efektifitas individu dan sudah
diimplemetasikan dengan baik di PTN “X”. Persepsi responden menerjemahkan sikap
responden sehingga dalam penulisan hasil digunakan pernyataan sesuai rentang skala likert.
Hasil penelitian menunjukan responden menyatakan baik dengan nilai rata-rata sebesar 3,76.
Pernyataan tentang kemampuan menyelesaikan tugas (3.52), pengetahuan dan kemampuan
sesuai kebutuhan pekerjaan (3.63), dapat menyelesaikan pekerjaan (3.70), dapat
mengembangkan diri dengan baik dan sungguh-sungguh (3.93), dan dapat beradaptasi
dengan berbagai pekerjaan masing-masing (3.74). Seluruh pernyataan tersebut berdasarkan
persepsi responden masuk dalam kategori baik telah diterapkan di PTN “X”.
Cara yang harus dilakukan untuk mengembangkan Personal mastery ke arah yang
sempurna adalah pertama kita harus terus menerus mencari kejelasan hal yang berarti bagi
hidup kita. Kedua belajar melihat realitas kekinian dengan pikiran jernih. Penting untuk
diingat bahwa Personal Mastery adalah sebuah proses yang kontinu. Sehingga dibutuhkan
komitmen yang tinggi untuk terus menerus mempertahankan dan mengembangkannya.

Personal mastery | 19
BAB III

KESIMPULAN

Penguasaan pribadi (Personal Mastery) adalah sebuah proses pembelajaran kehidupan


seseorang, bukan sesuatu yang sudah dimiliki. Penguasaan pribadi itu tentang mencintai diri
sendiri dan mengembangkan bakat yang dimiliki semaksimal mungkin. Manfaat atau
keuntungan bagi seseorang yang mempunyai tingkat penguasaan pribadi tinggi adalah: (1)
Kemampuan mengambil tanggung jawab. (2) Kejelasan dan profesionalisme visi. (3)
Kohesif dan team work yang berlaku. (4) Penurunan jumlah karyawan yang absen melalui
peningkatan kesejahteraan karyawan. (4) Mampu mengendalikan stress dan bersikap positif.
(5) Menciptakan petumbuhan organisasi yang tetap dan berjangka panjang. (6) Pemenuhan
tanggung jawab social. (7) Kepemimpinan kreatif yang kuat. (8) Meningkatkan kecerdasan
emosi.
Aspek yang dimiliki pada Personal Mastery meliputi aspek emosional, aspek spiritual,
aspek fisik, dan aspek mental. Personal Mastery memiliki karakteristik meliputi: (1)
Mempunyai sense khusus mengenai tujuan hidupnya. (2) Mampu menilai realitas yang ada
sekarang secara akurat. (3) Terampil dalam mengelola tegangan kreatif untuk memotivasi
diri dalam mencapai kemajuan kedepannya. (4) Melihat perubahan sebagai suatu peluang.
(5) Memiliki rasa keingintahuan yang besar. (6) Menempatkan prioritas yang tinggi terhadap
hubungan personal tanpa menunjukkan rasa egois atau individualismenya. (7) Pemikir
sistemik, dimana seseorang melihat dirinya sebagai salah satu bagian dari sistem yang lebih
besar.
Dimensi Personal Mastery yang seharusnya dipupuk didalam sifat manusia meliputi
kesadaran diri, ketajaman persepsual, dan penguasaan emosi. Sebagai manusia, kita harus
tetap mempertahankan Personal Mastery yang sudah kita miliki. Karena Personal Mastery
membawa dampak positif baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain di lingkungan tempat
tinggal dan lingkungan kerja.

Personal mastery | 20
DAFTAR PUSTAKA

Bawono, Sri,. dkk. (2010). Analisis Persepsi Penerapan Model Organisasi Pembelajaran di
PTN “X”. Journal of Business Strategy and Execution, 3 (1), 72-89.

Goleman, D. (1998). Working with Emotional Intelligence. New York: Bantam Dell.

Jacobs, M. (2007). Personal Mastery: the First Discipline of Learning Organizations.


https://www.researchgate.net/publication/282133967_Personal_Mastery_The_First
_Discipline_of_Learning_Organizations Diakses pada 12 November 2018.

Marquardt, M. J. (2002). Building the Learning Organization: Mastering the 5 Element for
Corporate Learning. United States of America. Davies Black Publishing, Inc.

Muhaimin, dkk. (2015). Manajemen Pendidikan: Aplikasi dalam Penyusunan Rencana


Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta: Prenadamedia Group.

Prasetyo, J. (2012). Organisasi Pembelajar (Learning Organization) dalam Pencapaian Diri


Perawat RSI Jakarta Cempaka Putih. Prosiding Semnas Copetitive Advantage II,
1(2).

Primasari, R. D. (2014). Tugas Organisasi Pembelajar dan Berpikir Sistem Makalah tentang
Personal Mastery.
https://www.academia.edu/6423460/TUGAS_ORGANISASI_PEMBELAJAR_DA
N_BERPIKIR_SISTEM_MAKALAH_TENTANG_PERSONAL_MASTERY
Diakses pada 4 November 2018.

Sayers, F. (2018). Personal mastery. www.opi-inc.com/personal Diakses pada 4 November


2018.

Senge, P. M. (1996). The Fifth Discipline: the Art and the Practice of Learning
Organization. New York: Doubleday.

Personal mastery | 21

Anda mungkin juga menyukai