Disusun oleh:
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dari kelompok 2 dapat menyelesaikan makalah berjudul
“Penguasaan Pribadi (Personal mastery)”. Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas
kelompok dan standar kelulusan untuk mata kuliah Organisasi Belajar pada Program Studi
Teknologi Pembelajaran, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta.
Dapat tersusunnya makalah ini tidak lepas dari berbagai pihak yang ikut
mensukseskannya. Terima kasih kami ucapkan kepada :
1. Dr. Mukminan, selaku dosen pada mata kuliah ini.
2. Seluruh rekan kelas TP-B, yang telah memberikan motivasi.
3. Semua pihak yang terlibat namun tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Makalah ini tentunya masih memiliki ketidak sempurnaan, dan berbagai kekurangan.
Maka dari itu kami harapkan masukkan yang membangun serta kritik dan saran dari
pembaca. Akhir kata kami ucapkan terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembacanya.
Penyusun
Personal mastery | ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Senge (1996) organisasi pembelajar adalah organisasi dimana orang terus-
menerus memperluas kapasitas mereka untuk menciptakan hasil yang benar-benar mereka
inginkan, dimana pola baru dan ekspansi pemikiran diasuh, dimana aspirasi kolektif
dibebaskan, dan dimana orang terus-menerus belajar melihat bersama-sama secara
menyeluruh. Alasan dasar untuk organisasi tersebut adalah bahwa dalam situasi perubahan
yang cepat hanya mereka yang fleksibel, adaptif dan produktif yang dapat bertahan. Agar
hal ini terjadi, ia berpendapat bahwa organisasi perlu menemukan bagaimana memanfaatkan
komitmen orang dan kapasitas untuk belajar pada semua tingkat (Senge, 1996).
Sementara semua orang memiliki kapasitas untuk belajar, struktur di mana mereka
harus berfungsi sering tidak kondusif untuk melakukan refleksi dan melibatkan mereka.
Selanjutnya, orang mungkin tidak memiliki alat dan ide-ide pembimbing untuk memahami
situasi yang mereka hadapi. Organisasi yang terus-menerus memperluas kapasitas mereka
untuk menciptakan masa depan mereka memerlukan perubahan pemikiran secara mendasar
di kalangan anggotanya. Orang-orang berbicara tentang menjadi bagian dari sesuatu yang
lebih besar dari diri mereka sendiri. Ini menjadi sangat jelas bahwa bagi banyak orang,
pengalaman mereka sebagai bagian dari tim benar-benar sangat menonjol. Beberapa
menghabiskan sisa hidup mereka mencari cara untuk memperoleh kembali semangat itu.
Belajar nyata adalah sampai ke hakekat apa artinya menjadi manusia. Kita menjadi
mampu untuk menciptakan kembali diri kita sendiri. Hal ini berlaku untuk individu maupun
organisasi. Jadi, untuk sebuah organisasi pembelajar tidak cukup untuk bertahan hidup atau
bisa disebut dengan belajar adaptif. Namun ternyata bagi organisasi pembelajar, “belajar
adaptif” harus digabungkan dengan “belajar generatif”, belajar yang meningkatkan kapasitas
kita untuk menciptakan. Senge (1996) mengidentifikasi Learning Organization dalam 5
pilar, yaitu: Berpikir Sistem (System Thinking), Penguasaan pribadi (Personal Mastery),
Model Mental (Mental Models), Penjabaran Visi (Building Shared Vision), dan Tim Belajar
(Team Learning). Penguasaan Pribadi (Personal Mastery) merupakan salah satu pilar dari
Fifth Discipline Senge yang membentuk organisasi pembelajar dan akan dibahas dalam
makalah ini.
Personal mastery | 1
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, batasan masalah dalam makalah ini yaitu
menjelaskan tentang disiplin penguasaan pribadi (personal mastery).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas pada
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari personal mastery atau penguasaan pribadi?
2. Apa manfaat personal mastery dalam organisasi belajar?
3. Apa saja aspek-aspek dari personal mastery?
4. Apa saja pilar yang terdapat pada personal mastery?
5. Bagaimana karakteristik dari personal mastery?
6. Bagaimana hubungan antara personal mastery and the fifth discipline?
7. Apa saja dimensi personal mastery dalam organisasi belajar?
8. Bagaimana strategi pengembangan personal mastery?
9. Bagaimana aplikasi dari personal mastery?
10. Bagaimana penilaian untuk mengetahui personal mastery seseorang?
D. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dari personal mastery atau penguasaan pribadi.
2. Mengetahui manfaat personal mastery dalam organisasi belajar.
3. Mengetahui aspek-aspek dari personal mastery.
4. Mengetahui pilar yang terdapat pada personal mastery.
5. Mengetahui karakteristik dari personal mastery.
6. Mengetahui hubungan antara personal mastery and the fifth discipline.
7. Mengetahui dimensi personal mastery dalam organisasi belajar.
8. Mengetahui strategi pengembangan personal mastery.
9. Mengetahui aplikasi dari personal mastery.
10. Mengetahui penilaian untuk mengetahui personal mastery seseorang.
Personal mastery | 2
BAB II
PEMBAHASAN
Personal mastery | 3
dari kata Maitre yang berarti seseorang mempunyai keahlian khusus, cakap, dan ahli dalam
sesuatu. Personal mastery is the discipline of continually clarifying and deepening our
personal vision, of focusing our energies, of developing patience and of seeing reality
objectively (Senge, 1996: 140). Hal ini sejalan dengan Muhaimin, dkk (2015: 91),
penguasaan pribadi adalah kegiatan belajar untuk meningkatkan kapasitas pribadi kita untuk
menciptakan hasil yang kita inginkan. Penguasaan pribadi adalah suatu cara yang
berkesinambungan untuk menjernihkan dan memperdalam visi, energi, dan kesabaran
seseorang (Marquardt, 2002). Sayers (2018) mengatakan bahwa penguasaan diri adalah
pengembangan diri seseorang yang prosesnya terus berkesinambungan, selalu mencari jalan
untuk terus berkembang, hal baru untuk dipelajari, bertemu dengan orang baru, merupakan
suatu jalan kehidupan yang menekankan pada perkembangan dan kepuasan dalam
kehidupan personal dan professional.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
penguasaan pribadi adalah sebuah proses pembelajaran kehidupan seseorang, bukan sesuatu
yang sudah dimiliki. Penguasaan pribadi itu tentang mencintai diri sendiri dan
mengembangkan bakat yang dimiliki semaksimal mungkin. Beberapa orang berpikir bahwa
penguasaan pribadi itu membatasi dan mengontrol diri sendiri, tetapi sesungguhnya hal ini
mengenai pemahaman akan diri sendiri. Seseorang harus mengidentifikasi tentang
bagaimana suatu kebiasaan muncul untuk mengontrol suatu kebiasaan tersebut.
Organisasi pembelajar hanya terjadi melalui individu yang belajar. Pembelajaran
individu tidak menjamin pembelajaran organisasi. Tapi tanpa itu tidak terjadi pembelajaran
organisasi. Penguasaan pribadi adalah disiplin terus memperjelas dan memperdalam visi
pribadi kita, memfokuskan energi kita, mengembangkan kesabaran, dan melihat realitas
obyektif. Melampaui kompetensi dan keterampilan, meskipun melibatkan mereka.
Melampaui pembukaan rohani, meskipun melibatkan pertumbuhan rohani. Penguasaan
dipandang sebagai jenis khusus dari kemahiran. Ini bukan tentang dominasi, melainkan
sebuah keterpanggilan. Visi adalah panggilan bukan hanya sekedar ide yang baik.
Orang dengan penguasaan pribadi tingkat tinggi hidup dalam modus belajar terus
menerus. Kadang-kadang, bahasa seperti penguasaan pribadi istilah menciptakan rasa
menyesatkan terhadap kepastian. Tapi penguasaan pribadi bukanlah sesuatu yang Anda
miliki. Ini adalah sebuah proses. Ini adalah disiplin seumur hidup. Orang dengan penguasaan
pribadi tingkat tinggi sangat sadar akan kebodohan mereka, ketidakmampuan mereka,
daerah pertumbuhan mereka. Namun mereka sangat percaya diri.
Personal mastery | 4
B. Manfaat Personal Mastery
Manfaat atau keuntungan bagi seseorang yang mempunyai tingkat penguasaan pribadi
tinggi adalah:
1. Kemampuan mengambil tanggung jawab
2. Kejelasan dan profesionalisme visi
3. Kohesif dan team work yang berlaku
4. Penurunan jumlah karyawan yang absen melalui peningkatan kesejahteraan
karyawan
5. Mampu mengendalikan stress dan bersikap positif
6. Menciptakan petumbuhan organisasi yang tetap dan berjangka Panjang
7. Pemenuhan tanggung jawab sosial
8. Kepemimpinan kreatif yang kuat
9. Meningkatkan kecerdasan emosi
Personal mastery | 7
muncul ketika ada ketegangan kreatif bukanlah ketegangan kreatif itu sendiri. Emosi-
emosi ini adalah apa yang kita sebut ketegangan emosional.
Jika kita gagal membedakan ketegangan emosional dari ketegangan kreatif, maka
akan memengaruhi diri kita untuk menurunkan visi. Misalnya,"Yah, tidak begitu
penting untuk memiliki kemampuan menembak di tahun ini. Saya memiliki banyak
waktu untuk latihan menembak pada tahun berikutnya."
Personal mastery | 8
konflik struktural. Arti lain dari konflik struktural merupakan struktur kekuatan yang
saling bertentangan di mana menarik kita secara bersamaan menuju dan menjauh dari
apa yang kita inginkan.
Personal mastery | 9
E. Karakteristik Personal Mastery
Menurut Marty Jacobs (2007), seseorang yang memiliki personal mastery yang tinggi
akan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Mempunyai arti khusus mengenai tujuan hidupnya.
2. Mampu menilai realitas yang ada sekarang secara akurat.
3. Terampil dalam mengelola tegangan kreatif untuk memotivasi diri dalam mencapai
kemajuan kedepannya.
4. Melihat perubahan sebagai suatu peluang.
5. Memiliki rasa keingintahuan yang besar.
6. Menempatkan prioritas yang tinggi terhadap hubungan personal tanpa menunjukkan
rasa egois atau individualismenya.
7. Pemikir sistemik, dimana seseorang melihat dirinya sebagai salah satu bagian dari
sistem yang lebih besar.
Personal mastery | 11
G. Dimensi Personal Mastery
Senge (1996) menegaskan bahwa maksud dari penguasaan pribadi adalah untuk
mewujudkan dua komponen utama, yaitu menentukan tujuan dan mengukur tujuan tersebut.
Dua komponen tersebut harus membudaya dalam diri manusia. Manusia harus menanamkan
pikiran bahwa penguasaan pribadi adalah sebuah proses pengembangan terus menerus dalam
Learning Organization.
Laporan komisi pendidikan United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO) menyatakan bahwa penguasaan pribadi adalah proses dialektis
dengan dua dimensi kunci yang berinteraksi sepanjang hidup kita, yaitu bagaimana
seseorang memahami posisi diri dan mampu hidup untuk bekerja sama dengan orang lain.
Sehingga timbul sebuah pengembangan penguasaan pribadi dan organisasi sebagaimana
yang digambarkan pada gambar berikut:
Personal mastery | 12
dengan orang lain. Self-awareness dapat dijadikan kunci sebagai pemegang kendali
untuk pengembangan personal dan profesional.
2. Ketajaman Perseptual (Perceptual Acuity)
Perceptual Acuity merupakan kemampuan dalam menafsirkan pesan yang
diperoleh melalui persepsi, observasi, dan kemampuan mendengar.
3. Penguasaan Emosional (Emotional Mastery)
“We know too much and feel too little. At least we feel too little of those creative
emotions from which a good life springs (Bertrand Russel)” Penguasaan emosi adalah
bagaimana seseorang memahami emosi diri, mengenal emosi orang lain, dan
kemampuannya untuk memanajemen emosi untuk menghargai orang lain. Goleman
(1998: 26) membagi lima kecerdasan emosi dalam buku “Emotional Intelligence”,
yaitu:
a. Kesadaran Diri
Mengenal emosi diri yang terkait dengan kapan, dimana, dan mengapa emosi
bergejolak, mampu dalam memonitor perasaan sesuai situasi dan kondisi, serta
memahami efeknya pada orang lain.
b. Regulasi Diri (Self-Regulation)
Kemampuan dalam Mengendalikan emosi, menahan diri dan mencoba untuk
menenangkan diri. Mengontrol atau mengarahkan rangsangan emosi dan
mempunyai kecenderungan untuk berpikir sebelum bertindak.
c. Motivasi Diri (Internal Motivation)
Memotivasi diri sendiri, bahwa sesungguhnya emosi tidak menyelesaikan
masalah. Seseorang akan bekerja dengan alasan internal yang melampaui uang dan
status imbalan eksternal, sehingga ia akan mempunyai kecenderungan untuk
mengejar tujuan dengan energi dan ketekunan.
d. Empati (Empathy)
Kemampuan untuk memahami karakter dan emosi orang lain. Sebuah
keterampilan dalam memperlakukan orang sesuai dengan reaksi emosional mereka.
e. Kemampuan Sosial (Social Skills)
Kemampuan dalam mengelola hubungan dan membangun jaringan serta
kemampuan untuk menemukan kesamaan dan membangun hubungan.
Personal mastery | 13
4. Keterbukaan (Openness)
Organisasi tidak hanya dihuni oleh satu pemikiran. Seseorang bisa terbuka
menerima pemikiran orang lain, serta bersedia untuk menggali ide baru dan pengalaman
demi sebuah perkembangan.
5. Fleksibilitas dan Adaptasi (Flexibility and Adaptability)
Perubahan dan/atau perkembangan dalam organisasi menuntut seseorang untuk
mengikuti perubahan dan/atau perkembangan tersebut. Oleh karena itu, seseorang harus
mempunyai sikap fleksibel dan pintar untuk beradaptasi, sehingga mampu memandang
perubahan sebagai kesempatan baru.
6. Otonomi (Autonomy)
“Personal mastery goes beyond competence and skills, although it is grounded in
competence and skills. It goes beyond spiritual unfolding or opening, although it
requires spiritual growth. It means approaching one’s life as a creative work, living
life from a creative as opposed to reactive viewpoint (Senge, 1996)” Seseorang harus
mampu mengendalikan hidup untuk mencapai pikiran jernih dan kecerdasan,
sensitivitas tinggi, rasa estetika, tanggung jawab serta nilai spiritual. Seseorang yang
autonomus mempunyai sikap Self-awareness tinggi, keingintahuan tinggi, dan lebih
proaktif daripada reaktif.
7. Akal dan Daya Kreatif (Creative Resourcefullness)
Seseorang harus kreatif dan inovatif serta selalu menemukan hal baru dalam
melakukan sesuatu. Selalu terbuka akan ide-ide dan pengalaman baru serta fleksibel dan
adaptasi.
Personal mastery | 16
personal mastery, meliputi tindakan membantu seseorang untuk melihat betapa visi
sendiri tertutup oleh kekhawatiran apakah visi tersebut mungkin untuk terjadi atau tidak.
Personal mastery | 17
J. Penilaian Personal Mastery
Penilaian pada penguasaan pribadi seseorang didasarkan pada dimensi-dimensi
penguasaan pribadi. Dalam hal ini setiap orang mengisi kuesioner untuk mengetahui posisi
diri dan seberapa jauh seseorang menguasai dirinya.
Tabel 1. Penilaian Personal Mastery
Skor
(2) (5)
No Aspek (1) (3) (4)
Butuh Sangat
Buruk Rata-rata Baik
peningkatan baik
Kesadaran diri
1
(Self awareness)
Kemandirian
2
(Autonomy)
Keterbukaan
3
(Openess)
Penguasaan emosi
4
(Emotional mastery)
Ketajaman persepsi
5
(Perceptual acuity)
Fleksibel dan mudah
6 beradaptasi
(Flexible and adaptable)
Daya kreatif
7
(Creative resourcefulness)
Pebelajar mandiri
8
(Self-directed learner)
TOTAL
𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿
SKOR = =
40
Penilaian ini dilakukan oleh pribadi individu sebagai evaluasi diri untuk kepenttingan
perbaikan pada periode selanjutnya. Penilaian dapat dilakukan dalam periode tertentu sesuai
dengan kesepakatan pribadi, karena memang penilaian ini bersifat pribadi.
Mereka yang memilik penguasaan pribadi (personal mastery) yang tinggi akan
memiliki ciri sebagai berikut:
1. Melihat visi sebagai panggilan dari lubuk hati paling dalam dan bukan sekedar
gagasan atau ide.
2. Memiliki komitmen dan inisiatif yang lebih tinggi dibanding lainnya.
3. Menyadari bahwa penguasaan diri merupakan suatu proses pembelajaran yang
berkelanjutan sepanjang hidup.
Personal mastery | 18
4. Terus berupaya untuk mengembangkan diri dengan menerima serta menyesuaikan
diri terhadap perubahan yang terjadi.
Mereka yang memiliki penguasaan pribadi yang buruk cenderung bersikap pasif dan
tidak mau repot dengan menjalankan upaya-upaya pembenahan diri yang sangat membebani.
Mereka beranggapan bahwa Personal mastery tidak lebih dari suatu pengekangan,
memasung nilai-nilai kebebasan. Namun sayangnya alasan-alasan ini sebatas retroika yang
tanpa disadari dalam pemahaman Personal mastery pun juga terkandung nilai kebebasan
untuk berkarya dan berkreasi. Bukan cuma konsep ataupun bahan diskusi semata. Dengan
demikian, mereka yang ada dalam kelompok ini sudah puas dan tidak mau terganggu lagi
dari suasana confort zone yang dinikmati kini. Mereka memiliki tujuan hidup yang tidak
jelas arahnya serta kemungkinan juga tidak memiliki visi dalam menjalankan hidup baik
untuk diri pribadi mapun kelompok. Mereka juga sangat berat dalam menyesuaikan diri
dengan perkembangan dan perubahan lingkungan.
Sebagai manusia, kita harus tetap mempertahankan Personal Mastery yang sudah
kita miliki. Karena Personal Mastery membawa dampak positif baik bagi diri sendiri
maupun bagi orang lain di lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kerja. Seperti
penelitian Bawono (2010) Personal Mastery meningkatkan efektifitas individu dan sudah
diimplemetasikan dengan baik di PTN “X”. Persepsi responden menerjemahkan sikap
responden sehingga dalam penulisan hasil digunakan pernyataan sesuai rentang skala likert.
Hasil penelitian menunjukan responden menyatakan baik dengan nilai rata-rata sebesar 3,76.
Pernyataan tentang kemampuan menyelesaikan tugas (3.52), pengetahuan dan kemampuan
sesuai kebutuhan pekerjaan (3.63), dapat menyelesaikan pekerjaan (3.70), dapat
mengembangkan diri dengan baik dan sungguh-sungguh (3.93), dan dapat beradaptasi
dengan berbagai pekerjaan masing-masing (3.74). Seluruh pernyataan tersebut berdasarkan
persepsi responden masuk dalam kategori baik telah diterapkan di PTN “X”.
Cara yang harus dilakukan untuk mengembangkan Personal mastery ke arah yang
sempurna adalah pertama kita harus terus menerus mencari kejelasan hal yang berarti bagi
hidup kita. Kedua belajar melihat realitas kekinian dengan pikiran jernih. Penting untuk
diingat bahwa Personal Mastery adalah sebuah proses yang kontinu. Sehingga dibutuhkan
komitmen yang tinggi untuk terus menerus mempertahankan dan mengembangkannya.
Personal mastery | 19
BAB III
KESIMPULAN
Personal mastery | 20
DAFTAR PUSTAKA
Bawono, Sri,. dkk. (2010). Analisis Persepsi Penerapan Model Organisasi Pembelajaran di
PTN “X”. Journal of Business Strategy and Execution, 3 (1), 72-89.
Goleman, D. (1998). Working with Emotional Intelligence. New York: Bantam Dell.
Marquardt, M. J. (2002). Building the Learning Organization: Mastering the 5 Element for
Corporate Learning. United States of America. Davies Black Publishing, Inc.
Primasari, R. D. (2014). Tugas Organisasi Pembelajar dan Berpikir Sistem Makalah tentang
Personal Mastery.
https://www.academia.edu/6423460/TUGAS_ORGANISASI_PEMBELAJAR_DA
N_BERPIKIR_SISTEM_MAKALAH_TENTANG_PERSONAL_MASTERY
Diakses pada 4 November 2018.
Senge, P. M. (1996). The Fifth Discipline: the Art and the Practice of Learning
Organization. New York: Doubleday.
Personal mastery | 21