OLEH:
KELOMPOK 1
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Perbaikan secara terus menerus atau continuous improvement telah menjadi tuntutan
bagi setiap organisasi saat ini. Peranan organisasi tidak lagi difokuskan pada persoalan eksternal
organisasi, tetapi lebih ditekankan pada bagaimana internal organisasi mampu bertahan dan
belajar di tengah persaingan yang ada. Proses belajar dalam organisasi merupakan hal yang
harus dapat diterima dan didukung oleh semua pihak terlibat. Tanggung jawab penciptaan
organisasi belajar tidak dapat hanya dipikul oleh seorang manajer saja, tetapi juga
membutuhkan keterlibatan semua orang dalam organisasi. Berbagai organisasi berusaha
memperbaiki diri agar tidak tertinggal dengan perkembangan dunia yang semakin maju dan
mengglobal. Hal ini harus menjadi perhatian bagi sebuah organisasi, gaya organisasi perintah
atau komando menjadi sharing atau partisipatif. Organisasi harus memberikan kesempatan bagi
anggotanya untuk selalu belajar dan berkembang sehingga dapat memberikan dampak positif
bagi organisasi tersebut. Salah satu strategi yang harus dilakukan adalah mengembangan
learning organization.
Organisasi pembelajaran didefinisikan sebagai organisasi yang memiliki kemampuan
untuk selalu memperbaiki kinerja secara berkelanjutan karena anggota-anggotanya memiliki
komitmen dan kompetensi individual yang mampu belajar dan berbagi pengetahuan pada
tingkat superfisial dan substansial. Organisasi pembelajaran adalah kata kiasan yang
menggambarkan suatu organisasi sebagai sebuah sistem yang terintregasi dan senantiasa selalu
berubah, karena individu-individu anggota organisasi mengalami proses belajar, yang dilandasi
oleh budaya kerjanya.
3
1.3 Manfaat Penulisan
4
BAB 2
PEMBAHASAN
5
orang pertama yang membuat alat ukur dengan konstruk learning organization. Namun
Marsick & Watkins (1996) memberikan kritik pada alat ukur Garvin yang hanya mengukur
pengetahuan sedangkan sebuah organisasi perlu diukur dari level individu, kelompok, dan
sistem organisasi. Redding (1997, dalam Yang, Watkins, & Marsick, 2004) mereview
beberapa alat ukur learning organization dan menyarankan kerangka yang dibuat Watkins &
Marsick (1996, dalam Yang, Watkins, & Marsick, 2004) merupakan alat ukur yang dapat
melingkupi semua level belajar yaitu Activate Windows Goto Settings 15 te V individu,
kelompok, dan organisasi.
Marsick & Watkins (2003) berpendapat bahwa learning organization bukan sekedar
kumpulan dari individu yang belajar dalam organisasi, melainkan lebih dilihat pada proses
belajar yang muncul pada level yang berbeda dalam organisasi. Marsick & Watkins (2003)
mengatakan bahwa learning organization adalah organisasi yang mampu belajar dan
dibutuhkan usaha untuk terus menerus melakukan pembelajaran dan mengubah (transform)
dirinya melalui keterlibatan semua karyawan. dalam proses yang dilakukan bersama dan
perubahan kolektif yang diarahkan oleh nilai-nilai bersama (shared values)
6
2.3 Dimensi Learning Organization
Menurut Watkins & Marsick dalam Yang, Watkins & Marsick (2004)
tim/kelompok, dan organisasi yang saling berkaitan satu sama lain. Pada level individu
terdapat dua dimensi yaitu continuous learning dan inquiry and dialogue. Pada level
tim/kelompok direfleksikan dengan team learning. Pada level organisasi terdapat empat
dimensi yaitu embedded system, system connection, strategic leadership. Penjelasan ketujuh
pendidikan dan pertumbuhan yang tersedia. Maksud dari dimensi ini adalah
Maksud dari dimensi ini adalah karyawan memperoleh keahlian akan pemahaman
yang lain.
3. Team Learning dimensi ini dapat direfleksikan melalui semangat kolaborasi dan
Maksud dimensi ini adalah menggambarkan kondisi pekerjaan yang terdesain dengan
kolaborasi sangat dihargai oleh organisasi dan harapannya tim/kelompok dapat belajar
dengan bekerjasama.
7
4. Embedded System menggambarkan kondisi sistem yang diperlukan untuk tercipta,
memperoleh akses dari sistem ini. Maksud dari dimensi ini adalah dengan
akan apa yang dilakukan karyawan lain. Dimana proses organisasi yang menciptakan
dan membagikan visi bersama dan mendapatkan umpan balik dari karyawannya
berkelanjutan dan perubahan ke arah atau tujuan baru dalam menghadapi tantangan
global.
8
2.4 Five Disciplines of Learning Organization
Peter Senge menerbitkan bukunya The Fifth Discipline: The Art and Practice of the
Learning Organization pada tahun 1990 dan terjual lebih dari satu juta eksemplar. Buku ini
berfokus pada manajemen organisasi dengan menggunakan metode berpikir sistem. Penulis
menjabarkan rencana dan pola pikir perusahaan untuk menjadi organisasi pembelajar,
“…organisasi di mana orang-orang terus mengembangkan kapasitas mereka untuk
menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, di mana pola pikir baru dan ekspansif
dipupuk, di mana aspirasi kolektif dibebaskan. , dan di mana orang-orang terus belajar untuk
melihat keseluruhannya secara bersama-sama." Singkatnya, organisasi pembelajar belajar
sebagai sebuah kelompok dan beradaptasi dengan sistem yang terlibat di dalamnya.
Penerapan lima disiplin ini dalam organisasi membantu menciptakan budaya
pembelajaran yang memungkinkan organisasi untuk beradaptasi, belajar dari pengalaman, dan
terus berkembang secara berkelanjutan. Konsep ini telah memengaruhi banyak organisasi di
seluruh dunia, termasuk di Indonesia, untuk menjadi lebih responsif dan efektif dalam
menghadapi perubahan dan tantangan.
9
1. Building a Shared Vision
Disiplin ini menekankan pentingnya memiliki visi bersama dalam organisasi. Ketika
semua anggota organisasi memiliki pemahaman yang seragam tentang tujuan, nilai, dan arah
yang diinginkan, mereka dapat bekerja lebih efektif sebagai sebuah tim untuk mencapai visi
tersebut.. Visi bersama adalah suatu gambaran umum dari organisasi dan tindakan (kegiatan)
organisasi yang mengikat orang-orang secara bersama-sama dari keseluruhan identifikasi dan
perasaan yang dituju.
2. Systems Thinking
Pemikiran sistem adalah disiplin kelima yang menjadi fokus utama buku Peter Senge.
Ini melibatkan pemahaman bahwa organisasi adalah sistem yang kompleks dengan banyak
unsur yang saling terkait. Dengan pemikiran sistem, anggota organisasi dapat memahami
dampak keputusan mereka pada sistem secara keseluruhan dan bekerja untuk menciptakan
perubahan yang berkelanjutan dan positif. System thinking juga merupakan cara terbaik untuk
melihat manajemen pengetahuan, sebagai sistem utuh yang terdiri dari proses, orang, budaya,
teknologi, dan sebagainya.
3. Mental Models
Disiplin ini berkaitan dengan pengenalan, evaluasi, dan perubahan model-model
mental yang mendasari keyakinan dan persepsi individu. Dengan mengenali model-model
mental yang mungkin membatasi pemikiran dan tindakan mereka, anggota organisasi dapat
mengubah pandangan mereka untuk mencapai pemahaman yang lebih baik. Mental model
adalah representasi tentang proses berpikir seseorang tentang bagaimana dan apa yang bekerja
dan terjadi di dunia nyata. Representasi ini terkait dengan dunia sekitar mereka, hubungan
antara berbagai bagian dan persepsi intuitif seseorang tentang tindakan dan konsekuensinya.
Mental model dapat membantu membentuk perilaku dan pendekatan untuk memecahkan
masalah dan melakukan tugas.
4. Team Learning
Team learning adalah nilai dan sikap organisasi yang secara aktif mendorong
pembelajaran individu dalam kelompok melalui pelatihan atau mendorongan individu untuk
berpartisipasi dalam kelompoknya. Penguasaan tim berfokus pada kemampuan kelompok atau
tim untuk belajar dan bekerja sama secara efektif. Ini mencakup kemampuan untuk
berkomunikasi, berkolaborasi, dan memecahkan masalah bersama dalam rangka mencapai
tujuan bersama.
10
5. Personal Mastery
Personal mastery mengacu pada seperangkat nilai dan atribut sedemikian rupa
sehingga individu berkomitmen untuk belajar sepanjang hayat – yang pada gilirannya
memungkinkan organisasi untuk terlibat dalam pembelajaran seumur hidup. Disiplin ini
berfokus pada pengembangan diri individu. Melalui penguasaan pribadi, anggota organisasi
belajar untuk mengembangkan kompetensi pribadi, mengidentifikasi tujuan pribadi, dan
terus-menerus meningkatkan diri mereka sendiri.
11
5. Memberikan Akses ke Sumber Pembelajaran
Organisasi harus memberikan akses ke sumber pembelajaran, seperti pelatihan, kursus,
dan sumber daya online, kepada anggota mereka.
6. Evaluasi Kinerja dan Pembelajaran dari Kesalahan
Organisasi perlu memiliki proses evaluasi kinerja yang berkelanjutan dan mendorong
belajar dari kesalahan. Kesalahan dianggap sebagai peluang untuk perbaikan.
7. Membangun Budaya Pembelajaran
Budaya organisasi harus mendorong dan menghargai pembelajaran sebagai bagian
integral dari pekerjaan sehari-hari. Ini bisa melibatkan penghargaan untuk inovasi,
eksperimen, dan berbagi pengetahuan.
8. Pengembangan Keterampilan Individu
Organisasi harus memberikan dukungan untuk pengembangan keterampilan individu
dan pertumbuhan karir. Ini bisa termasuk program pelatihan, mentor, dan
pengembangan kepemimpinan.
9. Mengidentifikasi dan Mengatasi Hambatan
Identifikasi hambatan atau kendala yang mungkin menghambat proses pembelajaran
dan berubah, dan berupaya mengatasi hambatan tersebut.
10. Memonitor dan Evaluasi Progres
Organisasi perlu memonitor dan mengevaluasi kemajuan dalam menerapkan konsep
Learning Organization. Ini melibatkan pengukuran kinerja dan pengukuran sejauh
mana organisasi telah menjadi lebih adaptif dan inovatif.
Dalam konteks kesehatan masyarakat, Penerapan learning organization (organisasi
pembelajaran) merupakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi,
efektivitas, adaptabilitas, responsivitas dan inovasi dalam penyediaan layanan kesehatan
masyarakat. Learning organization yang merupakan konsep yang pertama kali diperkenalkan
oleh Peter Senge dalam bukunya "The Fifth Discipline," ini mempunyai fokus utama pada
mempromosikan pembelajaran berkelanjutan, berbagi pengetahuan, dan perbaikan
berkelanjutan dalam organisasi.
Berikut beberapa langkah penting dalam menerapkan konsep learning organization di
bidang kesehatan masyarakat:
1. Budaya Pembelajaran
Salah satu langkah awal adalah menciptakan budaya di mana pembelajaran dihargai
dan didorong. Hal ini melibatkan anggota organisasi untuk merasa nyaman berbagi
12
pengetahuan, mengakui kegagalan sebagai peluang belajar, dan selalu berusaha untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
2. Peningkatan Komunikasi
Meningkatkan komunikasi antara semua anggota tim kesehatan masyarakat adalah
kunci dalam proses pembelajaran. Ini dapat mencakup pertukaran ide, pengalaman, dan
informasi yang dapat memperkaya pemahaman dan pengetahuan tentang permasalahan
kesehatan masyarakat.
3. Penggunaan Teknologi
Teknologi dapat menjadi alat penting dalam mendukung pembelajaran di organisasi
kesehatan masyarakat. Sistem informasi kesehatan, database, dan perangkat lunak
khusus dapat membantu dalam mengumpulkan, mengelola, dan menganalisis data
kesehatan.
4. Pelatihan dan Pengembangan
Menyediakan pelatihan dan pengembangan yang berkelanjutan untuk anggota tim
kesehatan masyarakat adalah penting. Ini dapat membantu mereka memperoleh
keterampilan dan pengetahuan baru yang diperlukan untuk mengatasi perubahan dan
tantangan dalam kesehatan masyarakat.
5. Evaluasi dan Umpan Balik
Evaluasi secara teratur dari proses dan hasil kerja adalah bagian integral dari
pendekatan learning organization. Ini memungkinkan organisasi untuk
mengidentifikasi area di mana perbaikan diperlukan dan untuk belajar dari pengalaman.
6. Kolaborasi
Mendorong kolaborasi dan kerja sama antara berbagai entitas dalam kesehatan
masyarakat, seperti rumah sakit, pusat kesehatan, lembaga pemerintah, dan organisasi
non-pemerintah, dapat membantu dalam memecahkan masalah yang kompleks dan
meningkatkan hasil kesehatan masyarakat.
7. Inovasi
Mendorong inovasi adalah salah satu elemen utama dari learning organization.
Organisasi kesehatan masyarakat harus terbuka terhadap gagasan baru, teknologi baru,
dan pendekatan baru untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat.
Penerapan learning organization di bidang kesehatan masyarakat dapat membantu
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Hal ini juga dapat membantu organisasi kesehatan
masyarakat untuk lebih baik menghadapi perubahan lingkungan dan permasalahan kesehatan
yang terus berkembang.
13
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Komitmen dari suatu lembaga dan budaya terhadap prinsip ini merupakan bagian
penting dari organisasi pembelajar, karena ini adalah kesatuan untuk menerima fakta bahwa
masa mendatang dan struktur organisasi itu sendiri adalah tetap akan terus berubah.
14
DAFTAR PUSTAKA
Zeeman, A. (2017). Senge’s Five Disciplines of Learning Organizations. Retrieved [02 Nov 2023]
from Toolshero: https://www.toolshero.com/management/five-disciplines-learning-organizations/
Peter, S. (1990). The Fifth discipline. The Art & Practice of Learning Organization. Doupleday
Currence, New York.
Yang, B., Watkins, K. E., & Marsick, V. J. (2004). The construct of the learning organization:
Dimensions, measurement, and validation. Human Resource Development Quarterly, 15(1), 31-55.
Garvin, D. A., Edmondson, A. C., & Gino, F. (2008). Is yours a learning organization?. Harvard
Business Review, 86(3), 109.
Fortuna, G. (2013). Learning Organization pada Karyawan PT Star Taman Remaja Surabaya
(Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
Mohamed, I. A., & Otman, N. M. M. (2021). Exploring the link between organizational learning and
transformational leadership: A review. Open Access Library Journal, 8(5), 1-19.
Sari, R. K., & Rosnani, T. (2022). Peran Pertukaran Pengetahuan, Organisasi Pembelajaran Dan
Kemampuan Inovasi Individu Dalam Kinerja. In Proceeding Seminar Nasional Bisnis Seri VI (pp.
306-314).
15