Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Pengembangan Kurikulum

Dosen Pengampu : Yogi Ageng Sri Legowo, M.Pd.

Disusun oleh :

1. Tyas Ningrum (20320006)


2. Ayum Pujiati (20320054)
3. Pila Aqmawati (18320049)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DARUL ULUM ISLAMIC CENTRE SUDIRMAN GUPPI
(UNDARIS)
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Kepemimpinan Kepala Sekolah.

Makalah Hakikat Pengembangan Kurikulum disusun guna memenuhi tugas Bapak Yogi Ageng
Sri Legowo, M.Pd pada Mata Kuliah Dasar Pengembangan Kurikulum di Universitas Darul Ulum
Islamic Centre Sudriman GUPPI (UNDARIS). Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang hakikat pengembangan kurikulum.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Yogi Ageng Sri Legow, M.Pd.
selaku dosen mata kuliah Dasar Pengembangan Kurikulum. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah
ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Rabu, 02 November 2022

Mahasisawa

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................3

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................4

1.3 Tujuan ...............................................................................................................................4

1.4 Manfaat .............................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................5

2.1 Landasan Pengembangan Kurikulum .................................................................................5

2.2 Landasan Filosofi Dalam Pengembangan Kurikulum .........................................................5

2.3 Landasan Psikologis Dalam Pengembangan Kurikulum .....................................................8

2.4 Landasan Sosiologis Dalam Pengembangan Kurikulum ................................................... 10

2.5 Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) ....................................................... 12

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 14

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................... 14

3.2 Saran ............................................................................................................................... 14

DAFTAR PERTANYAAN...................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum, karena
kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan
pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala
sekolah. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan.
Kurikulum memberikan arahan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-
tujuan pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan memberikan
pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan.
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap
seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan
kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan.
Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada
hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak
didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu
sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan
manusia.
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan memiliki kedudukan yang sangat sentral
dalam seluruh kegiatan pembelajaran, yang menentukan proses dan hasil
belajar. Sedangkan Pengembangan kurikulum dilakukan untuk mewujudkan adanya nilai
tambah dari yang telah dilakukan sesuai denga kurikulum potensial sesuai dengan tujuan
pendidikan. Oleh karena itu, pemahaman tentang kurikulum bagi para tenaga pendidik mutlak
diperlukan. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,
karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan
pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala
sekolah.
Landasan pokok dalam pengembangan kurikulum dikelompokkan ke dalam empat
jenis, yaitu: landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis, dan landasan
ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan landasan pengembangan kurikulum?
2. Apa maksud landasan filosofi dalam pengembangan kurikulum?
3. Apa maksud landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum?
4. Apa maksud landasan sosiologis dalam pengembangan kurikulum?
5. Apa maksud landasan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)?

1.3 Tujuan
1. Memahami apa yang dimaksud dengan landasan pengembangan kurikulum?
2. Memahami landasan filosofi dalam pengembangan kurikulum?
3. Memahami landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum?
4. Memahami landasan sosiologis dalam pengembangan kurikulum?
5. Memahami landasan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)?

1.4 Manfaat
Manfaat yang kita peroleh dari pembuatan makalah ini adalah kita dapat mengetahui,
mempelajari, serta mendalami mengenai berbagai landasan pokok pengembangan kurikulum
yakni: landasan filosofi dalam pengembangan kurikulum, landasan psikologis dalam
pengembangan kurikulum, landasan sosiologis dalam pengembangan kurikulum, Memahami
landasan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan untuk menambahkan wawasan bagi
pembaca khususnya penulis.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Pengembangan Kurikulum


Dalam pengembangan kurikulum, diperlukan landasan-landasan sebagai asas
dalam melakukan kerja pengembangan kurikulum pendidikan. Ini harus dijadikan acuan bagi
seorang perumus kurikulum, jika tidak maka hasil kerja pengembangan tidak akan memiliki
nilai efektifitas terhadap terwujudnya tujuan – tujuan pendidikan.
Hal diatas dirumuskan dari definisi landasan itu sendiri yang mengandung arti
sebagai suatu gagasan atau kepercayaan yang menjadi sandaran, suatu prinsip yang
mendasari, Contohnya seperti landasan kepercayaan agama, dasar atau titik tolak untuk
munculnya ketaatan dalam bentuk lahir yakni ibadah.
Dengan demikian landasan pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu
gagasan, suatu asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam melakukam
kegiatan mengembangkan kurikulum.
Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat penting. Apabila
kurikulum tidak memiliki dasar pijakan yang kuat, maka kurikulum tersebut akan mudah
terombang-ambing dan yang akan dipertaruhkan adalah manusia (peserta didik) yang
dihasilkan oleh pendidikan itu sendiri.

2.2 Landasan Filosofi Dalam Pengembangan Kurikulum

Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti
dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme,
essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan
kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan
mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan
merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-
dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.

5
1. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan
dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih
penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut
faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat
pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
2. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan
dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang
berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar
substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan
perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
3. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang
hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya
sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia ? Apa pengalaman
itu ?
4. Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat
pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan
landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
5. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada
rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping
menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme,
rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis
dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan
masalah, dan melakukan sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar
dari pada proses.
Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran filsafat
yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan,
filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan
Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan
Model Kurikulum Interaksional.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh
karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung

6
dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai
kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada beberapa
negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam
pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat
rekonstruktivisme.
Pandangan-pandangan filsafat sangat dibutuhkan dalam pendidikan, terutama dalam
menentukan arah dan tujuan pendidikan. Filsafat akan menentukan arah ke mana peserta
didik akan dibawa. Untuk itu harus ada kejelasan tentang pandangan hidup manusia atau
tentang hidup dan eksistensinya. Filsafat atau pandangan hidup yang dianut oleh suatu bangsa
atau kelompok masyarakat tertentu atau bahkan yang dianut oleh perorangan akan sangat
mempengaruhi tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Sedangkan tujuan pendidikan sendiri
pada dasarnya merupakan rumusan yang komprehensif mengenai apa yang seharusnya
dicapai.
Tujuan pendidikan memuat pernyataan-pernyataan mengenai berbagai kemampuan yang
diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik selaras dengan sistem nilai dan falsafah yang
dianutnya. Dengan demikian, sistem nilai atau filsafat yang dianut oleh suatu komunitas akan
memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan rumusan tujuan pendidikan yang
dihasilkannya. Dengan kata lain, filsafat suatu negara tidak bisa dipungkiri akan
mempengaruhi tujuan pendidikan di negara tersebut. Oleh karena itu, tujuan pendidikan
di suatu negara akan berbeda dengan tujuan pendidikan di negara lainnya, sebagai
implikasi dari adanya perbedaan filsafat yang dianutnya.
Pengembangan kurikulum membutuhkan filsafat sebagai acuan atau landasan
berpikir. Kajian-kajian filosofis tentang kurikulum akan berupaya menjawab permasalahan-
permasalahan sekitar: Bagaimana seharusnya tujuan pendididikan itu dirumuskan, Isi atau
materi pendidikan yang bagaimana yang seharusnya disajikan kepada siswa, Metode
pendidikan apa yang seharusnya digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, dan
Bagaimana peranan yang seharusnya dilakukan pendidik dan peserta didik.
Jawaban atas permasalahan tersebut akan sangat bergantung pada landasan filsafat
mana yang digunakan sebagai asumsi atau sebagai titik tolak pengembangan kurikulum.

7
2.3 Landasan Psikologis Dalam Pengembangan Kurikulum
Pendidikan senantiasa berkaitan dengan perilaku manusia. Dalam setiap proses
pendidikan terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, baik lingkungan yang
bersifat fisik maupun lingkungan sosial. Melalui pendidikan diharapkan adanya perubahan
perilaku peserta didik menuju kedewasaan, baik dewasa dari segi fisik, mental, emosional,
moral, intelektual, maupun sosial. Harus diingat bahwa walaupun pendidikan dan
pembelajaran adalah upaya untuk mengubah perilaku manusia, akan tetapi tidak semua
perubahan perilaku manusia/peserta didik mutlak sebagai akibat dari intervensi program
pendidikan. Perubahan perilaku peserta didik dipengaruhi oleh faktor kematangan dan faktor
dari luar program pendidikan atau lingkungan. Kurikulum sebagai alat untuk mencapai
tujuan/program pendidikan, sudah pasti berhubungan dengan proses perubahan perilaku
peserta didik.
Kurikulum diharapkan dapat menjadi alat untuk mengembangkan kemampuan potensial
menjadi kemampuan aktual peserta didik serta kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki
dalam waktu yang relatif lama. Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi
yang berasal dari psikologi yang meliputi kajian tentang apa dan bagaimana perkembangan
peserta didik, serta bagaimana peserta didik belajar. Atas dasar itu terdapat dua cabang
psikologi yang sangat penting diperhatikan dalam pengembangan kurikulum, yaitu psikologi
perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan dapat diartikan sebagai berikut.
“.... That branch of psychology which studies processes of pre- and post-natal growth and the
maturation of behavior". Artinya, "Psikologi perkembangan merupakan cabang dari psikologi
yang mempelajari proses perkembangan individu, baik sebelum maupun setelah kelahiran
berikut kematangan perilaku" (Chaplin, 1979). Ross Vasta, dkk. (1992) mengemukakan bahwa
psikologi perkembangan adalah "Cabang psikologi yang mempelajari perubahan tingkah laku
dan kemampuan sepanjang proses perkembangan individu dari mulai masa konsepsi sampai
mati".
Pemahaman tentang peserta didik sangat penting dalam pengembangan kurikulum.
Melalui kajian tentang perkembangan peserta didik, diharapkan upaya pendidikan yang
dilakukan sesuai dengan karakteristik peserta didik; dari segi kemampuan yang harus dicapai,
materi atau bahan yang harus disampaikan, proses penyampaian atau pembelajaran, dan
penyesuaian dari segi evaluasi pembelajaran.

8
Psikologi belajar merupakan suatu studi tentang bagaimana individu belajar. Pembahasan
tentang psikologi belajar erat kaitannya dengan teori belajar. Pemahaman tentang teori-teori
belajar berdasarkan pendekatan psikologis adalah upaya mengenali kondisi objektif terhadap
individu anak yang sedang mengalami proses belajar dalam rangka pertumbuhan dan
perkembangan menuju kedewasaannya. Pemahaman yang luas dan komprehensif tentang
berbagai teori belajar akan memberikan kontribusi yang sangat berharga bagi para
pengembang kurikulum baik di tingkat makro maupun tingkat mikro untuk merumuskan
model kurikulum yang diharapkan. Pendekatan terhadap belajar berdasarkan satu teori tertentu
merupakan asumsi yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaannya berkaitan dengan
aspek-aspek dan akibat yang kungkin ditimbulkannya. Sedikitnya ada tiga jenis teori belajar
yang berkembang dewasa ini dan memiliki pengaruh terhadap pengembangan kurikulum di
Indonesia pada khususnya. Teori belajar tersebut adalah: (1) Teori psikologi kognitif
(kognitivisme), (2) teori psikologi, humanistik, dan (3) teori psikologi behavioristik.
1. Teori Psikologi Kognitif (Kognitivisme
Teori psikologi kognitif dikenal dengan cognitif gestalt field. Teori belajar ini adalah teori
insight. Aliran ini bersumber dari Psikologi Gestalt Field. Menurut mereka belajar adalah
proses mengembangkan insight atau pemahaman baru atau mengubah pemahaman lama.
Pemahaman terjadi apabila individu menemukan cara baru dalam menggunakan unsur-
unsur yang ada di lingkungan, termasuk struktur tubuhnya sendiri. Gestalt Field melihat
belajar merupakan perbuatan yang bertujuan, ekplorasi, imajinatif, dan kreatif. Pemahaman
atau insight merupakan citra dari atau perasaan tentang pola-pola atau hubungan.
Teori belajar kognitif memandang manusia sebagai pelajar yang yang aktif yang
memprakarsai pengalaman, mencari dan mengolah informasi untuk memecahkan masalah,
mengorganisasi apa-apa yang telah mereka ketahui untuk mencapai suatu pemahaman
baru.
2. Teori Psikologi Behavioristik
Teori belajar behavioristik disebut juga Stimulus-Respon Theory (S-R). Kelompok ini
mencakup tiga teori yaitu S-R Bond, Conditioning, dan Reinforcement. Kelompok teori ini
berangkat dari asumsi bahwa anak atau individu tidak memiliki/membawa potensi apa-apa
dari kelahirannya. Perkembangan anak ditentukan oleh faktor-faktor yang berasal dari
lingkungan. Lingkunganlah yang membentuknya, apakah lingkungan keluarga, sekolah

9
dan masyarakat; lingkungan manusia, alam, budaya, maupun religi. Kelompok teori ini
tidak mengakui sesuatu yang bersifat mental. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku
yang dapat diamati dan menekankan pada pengaruh faktor eksternal pada diri individu.
3. Teori Psikologi Humanistik
Tokoh teori ini adalah Abraham H. Maslow dan Carl R. Roger. Teori ini berpandangan
bahwa perilaku manusia itu ditentukan oleh dirinya sendiri, oleh faktor internal, dan bukan
oleh faktor lingkungan. Karena itu teori ini disebut juga dengan “self theory”. Manusia
yang mencapai puncak perkembangannya adalah yang mampu mengaktualisasikan dirinya,
mampu mengembangkan potensinya dan merasa dirinya itu utuh, bermakna, dan berfungsi
atau full.

2.4 Landasan Sosiologis Dalam Pengembangan Kurikulum

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan,
kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan
merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat.
Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di
masyarakat.

Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun
informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula.
Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi
landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan. Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan
muncul manusia – manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru
melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan
masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan
kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.

Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya tersendiri


yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah satu aspek

10
penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan
dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama,
budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya. Sejalan dengan perkembangan masyarakat
maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap
warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan
perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat. Dengan demikian, kurikulum yang
dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada
perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional
maupun global.

Dari penjelasan tersebut dapat diungkapkan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal
peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang
akan datang. Penerapan teori, prinsip, hukum, dan konsep-konsep yang terdapat dalam semua
ilmu pengetahuan yang ada dalam kurikulum, harus disesuaikan dengan kondisi sosial
budaya masyarakat setempat, sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa lebih bermakna
dalam hidupnya. Pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan kebutuhan
masyarakat dan perkembangan masyarakat. Disinilah tuntutan masyarakat adalah salah satu
dasar dalam pengembangan kurikulum. Tujuh fungsi sosial pendidikan, yaitu:

1. Mengajar keterampilan,
2. Mentransmisikan budaya,
3. Mendorong adaptasi lingkungan,
4. Membentuk kedisiplinan,
5. Mendorong bekerja berkelompok,
6. Meningkatkan perilaku etik, dan
7. Memilih bakat dan memberi penghargaan prestasi.

Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam pengembangan kurikulum


dengan pertimbangan: Pertama, Individu lahir tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-
cita, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Semua itu dapat diperoleh individu
melalui interaksi dengan lingkungan budaya, keluarga, masyarakat sekitar, dan
sekolah/lembaga pendidikan. Oleh karena itu, sekolah/lembaga pendidikan mempunyai

11
tugas khusus untuk memberikan pengalaman kepada para peserta didik dengan salah satu
alat yang disebut kurikulum.

Kedua Kurikulum pada dasarnya harus mengakomodasi aspek-aspek sosial dan budaya.
Aspek sosiologis adalah yang berkenaan dengan kondisi sosial masyarakat yang sangat
beragam, seperti masyarakat industri, pertanian, nelayan, dan sebagainya. Pendidikan di
sekolah pada dasarnya bertujuan mendidik anggota masyarakat agar dapat hidup
berintegrasi, berinteraksi dan beradaptasi dengan anggota masyarakat lainnya serta
meningkatkan kualitas hidupnya sebagai mahluk berbudaya. Hal ini membawa implikasi
bahwa kurikulum sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan bermuatan
kebudayaan yang bersifat umum seperti: nilai-nilai, sikap-sikap, pengetahuan, dan kecakapan.

2.5 Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)


Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara sistematis yang
dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi adalah aplikasi dari ilmu
pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan. Ilmu dan
teknologi tidak bisa dipisahkan. Sejak abad pertengahan ilmu pengetahuan telah berkembang
dengan pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa kini banyak didasari oleh penemuan
dan hasil pemikiran para filsuf purba seperti Plato, Socrates, Aristoteles, John Dewey,
Archimides, dan lain-lain. Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini
banyak dihasilkan temuan-temuan baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia seperti
kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik, dan kehidupan lainnya.
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih relatif
sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai
penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan
terus semakin berkembang.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir
telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia
sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang
memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang

12
berlaku pada konteks global dan lokal. Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini,
diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar
mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat
beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-
kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar dalam mengakses,
memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi siatuasi yang ambigu dan antisipatif
terhadap ketidakpastian. Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan
manusia. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi
dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan
kelangsungan hidup manusia.

Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) bukan menjadi monopoli suatu bangsa atau
kelompok tertentu. Baik secara langsung maupun tidak langsung perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut berpengaruh pula terhadap pendidikan. Perkembangan
teknologi industri mempunyai hubungan timbal-balik dengan pendidikan. Industri dengan
teknologi maju memproduksi berbagai macam alat-alat dan bahan yang secara langsung atau
tidak langsung dibutuhkan dalam pendidikan dan sekaligus menuntut sumber daya manusia
yang handal untuk mengaplikasikannya. Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari
penggunaan alat-alat hasil industri seperti televisi, radio, video, komputer, dan peralatan
lainnya. Penggunaan alat-alat yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan program
pendidikan, apalagi di saat perkembangan produk teknologi komunikasi yang semakin
canggih, menuntut pengetahuan dan keterampilan serta kecakapan yang memadai dari para
guru dan pelaksana program pendidikan lainnya. Mengingat pendidikan merupakan upaya
menyiapkan siswa menghadapi masa depan dan perubahan masyarakat yang semakin pesat
termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pengembangan
kurikulum haruslah berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa kurikulum baik pada tahap kurikulum sebagai ide, rencana,
pengalaman maupun kurikulum sebagai hasil dalam pengembangannya harus mengacu atau
menggunakan landasan yang kuat dan kokoh, agar kurikulum tersebut dapat berfungsi serta
berperan sesuai dengan tuntutan pendidikan yang ingin dihasilkan seperti tercantum dalam
rumusan tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan dalam UU no. 20 tahun 2003.
Pada prinsipnya ada empat landasan pokok yang harus dijadikan dasar dalam setiap
pengembangan kurikulum, yaitu: Landasan filosofis, yaitu asumsi-asumsi tentang hakikat
realitas, hakikat manusia, hakikat pengetahuan, dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak
dalam mengembangkan kurikulum.

3.2 Saran
1. Kepada semua pihak yang berkepentingan dalam dunia pendidikan wajib berpegang teguh
kepada nilai-nilai kependidikan dalam mengemban tugas dan tanggung jawab
kesehariannya.
2. Diharapkan tenga pendidik mampu mengerahkan tenaga secara maksimal agar tujuan
pendidikan dapat tercapai dengan baik.

14
DAFTAR PERTANYAAN

1. NAMA

2. NAMA

3. NAMA

15
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Mubarok,dkk. 2021. Landasan Pengembangan Kurikulum Pendidikan di Indonesia.


Diakses melalui https://journal.laaroiba.ac.id/index.php/jdi/article/view/324/267

Sudrajat, Akhmad. 2008. Landasan Kurikulum. Diakses melalui


https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/landasan-kurikulum/

Sukirman, D. 2008. Landasan Pengembangan Kurikulum. Diakses melalui


http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196209061986011-
AHMAD_MULYADIPRANA/PDF/Landasan_Kurikulum.pdf

Syaodih, S. 2008. Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum, dalam Anik


Ghufron, Fondasia: Majalah Ilmiah Fondasi Pendidikan. Diakses melalui
http://dapurilmiah.blogspot.com/2014/06/landasan-pengembangan-kurikulum.html?m=1

16

Anda mungkin juga menyukai