Anda di halaman 1dari 2

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI INDONESIA

Pendidikan inklusi adalah sebuah sistem pendidikan dimana anak berkebutuhan khusus dapat belajar di
sekolah umum yang ada dilingkungan mereka dan sekolah tersebut dilengkapi dengan layanan
pendukung serta pendidikan yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan anak (Konferensi
Tingkat Menteri Pendidikan Negara-negara Afrika - MINEDAF VIII). Dalam simposium internasional di
Indonesia, Martin Omagor Loican, memberikan definisi tentang inklusi yaitu penyesuaian dan
pengubahan praktek di rumah-rumah, sekolah-sekolah dan masyarakat luas, membuat perubahan-
perubahan yang diperlukan; memenuhi kebutuhan-kebutuhan semua anak; tanpa memandang
perbedaan mereka dan memastikannya memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dan berkontribusi
secara penuh serta setara pada apa yang terjadi dalam komunitas mereka. Pendekatan inklusi
merupakan layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan khusus anak secara
individual dalam pembersamaan klasikal (Gunarhadi, 2001). Dalam pendekatan ini akan tidak dilihat dari
segi ketidakmampuannya dan tidak pula dari segi kecacatannya. Seorang anak berkelainan mempunyai
kebutuhan-kebutuhan khusus yang berbeda dengan anak-anak lainnya. Sekolah inklusif menerima
semua anak tanpa memandang kemampuan, kecacatan, gender, latar belakang sosial, ekonomi, etnik,
agama maupun bahasanya. Sekolah inklusi merupakan sebuah sistem yang berdaptasi dengan
kebutuhan setiap anak. Anak belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing untuk mencapai
perkembangan akademik, sosial, emosi, dan fisiknya secara optimal. Anak penyandang kelainan dan
anak-anak berkebutuhan khusus lainnya serta para orang tua dan gurunya mempunyai akses ke sebuah
sistem pendukung berbasis sekolah atau masyarakat maupun sistem pendukung eksternal (tanpa
biaya). Sistem tersebut dirancang untuk secara efektif merespon kebutuhan yang mungkin dihadapi
anak-anak tersebut. Pendidikan inklusif atau pembelajaran inklusif mengacu pada inklusi dan pengajaran
semua anak dalam lingkungan belajar formal atau non-formal tanpa mempertimbangan gender,
intelektual, emosi, linguistik, budaya, agama atau karakteristik lainnya (Toolkit LIRP, 2007).Dalam filsafat
kehidupan di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang tercermin di dalam pendidikannya amat
ditekankan betapa penting berbagai kemampuan manusia dimekarkan sehingga menjadi makhluk
individu yang mandiri.

HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bawah pelaksanaan model pndidikan inklusi di sekolah dasar
disusun melalui tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru
dalam melakukan asesmen kepada peserta didik untuk mengukur dan menempatan serta dijadikan
pedoman dalam merencanakan PPI. PPI merupakan program pembelajaran individual yang merupakan
suatu perangkat yang harus disiapkan seorang guru yang di dalamnya berisi tentang program yang akan
diterima oleh anak berkebuthan khusus. Dalam PPI yang sudah disusun tersebut guru membuat format
tersendiri dengan acuan data informasi dari asesmen peserta didik. Setelah PPI tersusun maka
pembelajaran dapat dilakukan dengan kelas reguler. Pendidikan inklusi hanya merupakan salah satu
model penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Hal ini merupakan inovasi dari
perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan inklusi diusahakan semua peserta didik tanpa
mendeskriminasikan mendalat layanan yang optimal dengan melakukan berbagai modifikasi baik dari
segi kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan serta proses pembelajaran dan
evaluasinya. Sedankan konsekuensi dari pelaksanaan model pendidikan inklusi adalah pihak sekolah
harus dapat menyesuaikan dengan kebutuhan individu peserta didik sehingga peserta didik dapat
berinteraksi secara optimal sesuai dengan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, kebutuhan
pendidikanya pun dapat terpenuhi sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Akan tetapi dalam implementasi model pendidikan inklusi di sekolah dasar ini masih terlihat
permasalahan yang muncul. Diantaranya adalah kurangnya pemahaman konsep pendidikan inklusi dari
guru, orang tua dan siswa. Masih memandang bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang
under grade saja. Dari segi pendidik, kurangnya jumlah guru yang mampu memberlajarkan anak
berkebutuhan khusus. Terlihat pula ketidakruntutan dalam penyusunan PPI sehingga dalam
pembelajaran kadang kala kurang sesuai. Belum siapnya kondisi sarana prasarana yang memadai
sehingga tidak mendukung untuk anak berkebutuhan khusus. Kurang sadarnya orang tua terhadap
kebutuhan peserta didik. Sehingga kerja sama belum optimal antara guru dan orang tua. Hal ini pun
didukung dengan tidak ada nya buku penghubung. Sehingga komunikasi antara guru dan orang tua tidak
berjalan dengan baik dalam mendukung proses belajar dan peningkatan kemampuan anak
berkebutuhan khusus.

Anda mungkin juga menyukai