Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL

PENGEMBANGAN MEDIA FILM PENCAK SILAT PADA MATA


PELAJARAN PENJASKES KELAS IX DI MTS AIYSIYAH
SUNGGUMINASA

DEVELOPMENT PENCAK SILAT FILM AS A MEDIA EDUCATION OF


PHYSICAL EDUCATION AND HEALTH SUBJECTS IN
CLASS IX MTS AIYSIYAH SUNGGUMINASA

ALFANDI
210024301015

TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
DAFTAR ISI

SAMPUL
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR TABEL iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 9
C. Tujuan Penelitian 9
D. Manfaat Penelitian 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 11
A. Tinjauan Pustaka 11
1. Pengembangan Media Pembelajaran 11
2. Film Sebagai Media Pembelajaran 17
3. Pencak Silat 19
B. Kerangka Pikir 21
BAB III METODE PENELITIAN 24
A. Jenis Dan Desain Penelitian 24
B. Prosedur Penelitian 25
C. Spesifikasi Produk 27
D. Lokasi, Waktu, Subjek Penelitian 28
E. Definisi Operasional 28
F. Jenis Data 28
G. Teknik Pengumpulan Data 29
H. Instrumen Pengumpulan Data 31
I. Analisis Data 32
DAFTAR PUSTAKA 35

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir 23


Gambar 3.1 Tahap Pengembangan Model ADDIE 25

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Klasifikasi Skor 34

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan abad 21 ditandai dengan adanya era revolusi industri 4.0 yang

dikenal dengan abad keterbukaan dan globalisasi. Perkembangan teknologi

tentunya memberikan pengaruh yang besar dalam peradaban manusia, terutama

bagi Pendidikan. Pendidikan selalu menyesuaikan kurikulum dengan kemajuan

teknologi dan perkembangan peradaban manusia, hal ini merupakan salah satu

bagaimana perkembangan Informasi dan Teknologi mempengaruhi proses

Pendidikan bangsa.

Salah satu pengaruh besar Iptek dalam bidang pendidikan yaitu munculnya

terobosan baru yang memanfaatkan jaringan komputer dan internet dalam proses

pembelajaran. Dengan adanya dukungan koneksi internet peserta didik pun dapat

belajar dengan sistem daring yang bisa belajar kapan saja, dimana saja dan dalam

situasi apa saja. Pentingnya peningkatan kualitas pendidikan karena akan

memberikan dampak bagi kehidupan, dapat meningkatkan sumber daya manusia

yang berkualitas. Perkembangan teknologi juga menjadikan komputer dan internet

menjadi salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan. Sekolah harus menyiapkan

para siswa dalam menghadapi perkembangan yang sangat cepat dan berusaha

menyikapinya dengan baik.

Kemudahan mengakses informasi juga menjadi tantangan untuk

mewujukan standar nasional Pendidikan Republik Indonesia yang berasaskan

1
2

Pancasila. Meskipun di era globalisasi yang menjadikan teknologi sebagai bagian

terpenting dalam peningkatan kualitas Pendidikan Republik Indonesia, kurikulum

Indonesia juga masih menjunjung tinggi Pendidikan karakter bagi generasi muda.

Peraturan Pemerintah atau PP Nomor 4 tahun 2022 Tentang Perubahan PP Nomor

57 Tahun 2021 Tentang Standar Nasional Pendidikan yang membahas tentang

Standar Pendidikan mulai dari Pendidikan anak usia dini hingga Perguruan Tinggi

memperhatikan a) peningkatan iman dan takwa; b) nilai Pancasila; c) peningkatan

akhlak mulia; d) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat Peserta Didik; e)

keragaman potensi daerah dan lingkungan; f) tuntutan pembangunan daerah dan

nasional; g) tuntutan dunia kerja; h) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,

dan seni; i) agama; j) dinamika perkembangan global; dan k) persatuan nasional

dan nilai-nilai kebangsaan.

Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut dapat diketahui bahwa Standar

Nasional Pendidikan Indonesia menegaskan Pancasila sebagai muatan wajib

dalam kurikulum setiap jenjang Pendidikan. Sedangkan, Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menjelaskan bahwa fungsi dan

tujuan dari pendidikan nasional dituangkandi dalam pasal 3 yang mengatakan

bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
3

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa tujuan Pendidikan

Indonesia untuk membentuk watak serta mengembangkan potensi sebagai wujud

dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Teknologi telah mengubah dunia

Pendidikan dan tak hanya dampak positif, dampak negatif juga dapat muncul

dengan perkembangan teknologi, terdapat kekhawatiran tentang perilaku siswa di

era digital, dari cyberbullying hingga pelanggaran hak cipta. Pendidikan karakter

telah menjadi fokus dunia pendidikan secara formal maupun informal (Triyanto,

2020).

Media pembelajaran perlu memperhatikan karakteristik materi

pembelajaran yang akan disampaikan serta karakteristik peserta didik atau sasaran

penggunaan media pembelajaran tersebut. Media juga perlu memperhatikan

kurikulum pendidikan sebagai acuan penyampaian pembelajran. Media perlu

memperhatikan karakteristik kurikulum yang menjadi salah satu pedoman dalam

menyiapkan media yang bertujuan untuk mencapai apa yang diharapkan dalam

kurikulum saat pembelajaran, media harus dapat memotivasi siswa dalam belajar,

dan mendorong kegiatan pembelajaran terfokus pada siswa yang memudahkan

siswa untuk menemukan kembali suatu konsep (Dwijayani, 2019).

Berdasarkan pendapat ahli diatas maka penggunaan media pembelajaran

memberikan dampak yang besar terhadap proses pembelajaran selain memberikan

motivasi kemungkinan besar juga belajar secara mandiri sesuai dengan

karakternya. Selain itu, media pembelajaran membuat interaksi antara pendidik

dan peserta didik tidak hanya sebatas tatap muka, namun dapat pula dilakukan

dengan bantuan media-media yang ada (Jamun, 2018). Ada beberapa jenis media
4

pembelajaran mulai dari media visual, media audio sampai dengan media audio

visual. Penyampaian materi pembelajaran tetap mempertimbangkan bahwa

peserta didik butuh media visual atas materi yang disampaikan sebagai gambaran

jelas dari materi tersebut, maka, menggunakan media audio visual dapat

diterapkan sebagai media yang dapat membantu penyampaian materi dengan

menarik. Media visual tidak hanya sebatas gambaran visual saja, namun bisa

dikolaborasikan dengan media audio agar memberikan pengalaman yang lebih

nyata kepada siswa tanpa harus terjun ke lapangan untuk mengamati suatu

kejadian atau peristiwa secara langsung.

Film yang juga merupakan media audio visual dan sebagai media

komunikasi massa merupakan sarana pencerdasan kehidupan bangsa,

pengembangan potensi diri, pembinaan akhlak mulia, pemajuan

kesejahteraan masyarakat, serta wahana promosi Indonesia di dunia

internasional (Hakim, et al. 2020). Lebih lanjutnya Film menurut Munadi

(Hakim, et al. 2020, h. 70) menjelaskan bahwa “film merupakan alat komunikasi

yang sangat membantu proses pembelajaran efektif. Hal yang dilihat oleh mata

dan terdengar oleh telinga, lebih cepat dan lebih mudah diingat dari pada apa yang

hanya dapat dibaca atau hanya didengar”.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa film dapat menjadi

salah satu media yang dapat digunakan dalam penyampaian pesan pembelajaran

karena dapat mendukung penggunaan berbagai panca indra sehingga penerimaan

informasi dapat lebih interaktif.


5

Media film pendek juga merupakan salah satu media pembelajaran yang

populer digunakan untuk menyampaikan suatu informasi, gagasan, pesan atau

bahkan menceritakan kembali tentang suatu pengalaman. secara teknis, suatu film

termasuk ke dalam kategori film pendek jika durasinya berada di bawah 60 menit.

Menggunakan media film pendek dalam proses pembelajaran di dalam kelas

selain lebih efisien waktu karena jam pembelajaran yang terbatas, tetapi juga akan

bermanfaat bagi siswa, terutama untuk memahami pesan, mengembangan

pemikiran, melatih siswa untuk berpendapat tentang suatu permasalahan,

memotivasi, dan juga menambah daya ingat siswa terhadap materi yang

disampaikan pada proses pembelajaran. Dengan bahan ajar yang terus bersifat

konvensional, maka mutu pembelajaran akan menjadi rendah dan tidak ada

kreativitas yang berkembang secara inovatif dalam pembelajaran (Prastowo, 2013,

h. 19). Menurut Sabri (Arifiyanto, 2015, h. 15) ada delapan manfaat penggunaan

media film pendek dalam dunia pendidikan diantaranya sebagai berikut :

(1) mengembangkan pikiran dan pendapat siswa, (2) menambah


daya ingat terhadap suatu pembelajaran, (3) mengembangkan daya
fantasi peserta didik, (4) mengembangkan motivasi dan minat
belajar, (5) mengatasi keterbatasan jarak dan waktu, (6)
memperjelas jarak dan waktu, (7) memperjelas suatu hal yang
abstrak serta (8) memberikan pengalaman yang lebih realistik.
Berdasarkan beberapa manfaat media film pendek di atas, ada manfaat lain

yang dapat digunaan oleh guru sebagai pendidik. Dengan adanya media audio

visual berbasis film pendek ini guru dapat terbantu pada saat menyampaikan

materi yang memiliki kendala dalam visualisasi secara langsung untuk

membangun pemahaman dan pengalaman siswa. Film pendek akan membuat

kegiatan belajar mengajar menjadi lebih hidup karena dalam penerapannya siswa
6

akan dibawa untuk mengamati secara langsung terkait suatu peristiwa atau

fenomena yang dipelajari tanpa harus merasakan atau melihat secara langsung

kejadian tersebut.

Era digitalisasi yang serba penggunaan teknologi yang memudahkan

beberapa aktivitas manusia bukan menjadi salah satunya tantangan dalam

pendidikan indonesia, namun dalam pendidikan Indonesia perkembangan

peradaban manusia ini menjadikan tantangan untuk dapat mempertahankan nilai-

nilai kebudayaan Indonesia. Pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat

didekati melalui budaya, karakter bangsa, dan pendidikan. Pencak silat sebagai

bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang sejalan dengan sejarah

masyarakat Indonesia.

Pencak silat merupakan salah satu cabang olahraga yang berkembang

dengan baik di Indonesia yang merupakan salah satu bentuk seni bela diri khas

bangsa Indonesia. Pencak silat saat ini menjadi salah satu kegiatan ekstrakukikuler

di sekolah dan juga menjadi salah satu pelajaran dalam Mata Pelajaran Pendidikan

Jasmani dan Kesehatan. Tujuan ideal pendidikan melalui olahraga pencak silat

juga bersifat menyeluruh sebab bukan hanya mencakup aspek fisik saja, tetapi

juga aspek lainya yang mengandung aspek moral, sosial dan emosional.

Kurikulum Nasional Pendidikan MTs Aisyiyah Sungguminasa merupakan

salah satu Sekolah di Kabupaten Gowa yang menerapkan ekstrakulikuler Pencak

Silat. Siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler pencak silat ini didasari oleh

motivasi dan motivasi yang dimiliki oleh siswa berbeda-beda. Pihak sekolah
7

menjadikan pencak silat sebagai ekstrakulikuler sekolah sebagai salah satu upaya

melestarikan olahraga tradisional tersebut dan pencak silat menjadi bidang

olahraga yang cukup banyak diminati siswa. Namun dalam pembelajaran dan

latihan pencak silat di MTs Aisyiyah Sungguminasa terfokus kepada

pembelajaran jurus-jurus dalam olahraga bela diri pencak silat sedangkan pencak

silat dijadikan pembelajran ataupun ekstrakulikuler sebagai bagian dari kurikulum

sekolah untuk melestarikan budaya tradisional bangsa dan pelatihan moral dan

mental, maka perlunya materi atau informasi yang lebih bagi siswa.

Film selama bertahun-tahun memainkan peran penting dalam pendidikan.

Film sebagai teks budaya yang kaya, berisi berbagai tema dan elemen yang

menjadikan film dapat digunakan sebagai alat pengajaran yang menarik di tingkat

atau bidang apa pun studi (Perry, 2018). Berdasarkan beberapa hasil empiris

penggunaan film sebagai media penyampaian pesan ditemukan bahwa film

menjadi salah satu media pembelajaran yang menarik karena film merupakan

media audio visual yang bercerita, film mampu meningkatkan emosi dan menjadi

dasar dalam penyampaian konsep (Blasco, et al. 2015). Film sebagai kunci untuk

mengajarkan nilai-nilai sosial dalam lintas kurikuler dan cara interdisipliner.

Menonton film akan meningkatkan kepekaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan,

sebagai refleksi belajar tentang diri kita sendiri (Kusumawardani, et al. 2022).

Film mengajarkan siswa untuk selalu berpikir kritis, memahami berbagai sudut

pandang melalui karakter yang muncul (Gomez & Garcia, 2020). Namun,

penggunaan film juga perlu memperhatikan kesesuaiannya antara film yang

diberikan dan tingkat kelas, usia, tujuan yang ingin dicapai, serta kegiatan
8

sebelum dan sesudah menonton, sehingga menjadi pembelajaran yang bermakna

(Kusumawardani, et al. 2022).

Penggunaan film sebagai media pembelajaran sebelumnya juga diteliti oleh

Larisu, R., Irwansyah, & Djuhardi, (2022) dalam jurnalnya menyatakan bahwa

kini proses pendidikan dapat dilihat secara lebih luas, terutama penggunaan media

hiburan seperti film. Menggunakan film sebagai media alternatif dalam proses

pembelajaran sangat membantu. Tentunya seiring berjalannya waktu, film

menjadi salah satu sumber informasi, khususnya di bidang teknologi. Dalam

beberapa penelitian, seperti ini dan jurnal, ada fitur sinema yang berguna dalam

proses pembelajaran. Misalnya, hubungan antara film dan nilai-nilai Islam,

hubungan antara film dan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus,

pemanfaatan film dokumenter sebagai sumber belajar, dan film sebagai inisiatif

peningkatan kualitas pendidikan. Penelitian lain terkait penggunaan film sebagai

media pembelajaran juga dilakukan oleh Hidayat, Mathoriyah, & Ashoumi (2022)

menyatakan penggunaan film pendek dalam pembelajaran menunjukkan hasil

bahwa bahwa film yang dikembangkan efektif untuk digunakan sebagai media

pembelajaran pada materi toleransi. Guru dalam membuat media pembelajaran

membutuhkan keterampilan khusus sesuai dengan produk yang dihasilkan. Dalam

mengembangkan media pembelajaran berupa film, guru membutuhkan beberapa

keterampilan, mulai dari mengolah ide menjadi cerita, mempersiapkan proses

pengambilan gambar, mengoperasikan kamera, dan mengedit antar aplikasi.

Film sebagai media yang saat ini benyak diteliti menjadikan banyaknya

inovasi dalam penggunaan media pembelajaran. Seperti halnya film pendek yang
9

dikemas dengan baik dan memberi pesan moral yang baik akan merubah pola

berfikir penonton untuk menjadi pribadi yang baik. Film menjadi salah satu media

yang menjadi influencer dalam merubah sikap dari penontonnya. Karena dengan

kemasan film yang menarik dengan editing yang menakjubkan, akan menjadi

daya tarik dan menjadi sebuah memori yang membekas pada otak.

Penelitian lainnya juga terkait penggunaan film pendek oleh Hartino, et al.

(2021) menyatakan bahwa Teknologi yang digunakan dengan baik akan

menghasilkan sesuatu yang baik menyatakan bahwa Konsep Film Pendek Film

pendek merupakan karya seni yang dibuat dengan maksud sebagai sarana hiburan

serta mengandunng pesan moral sebagai pembentuk karakter bagi penonton. Film

sebagai media audio visual menjadi media yang lagi fenomena di kalangan muda

maupun dewasa. Sebagai media visual, film memiliki nilai tambah tersendiri

sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran bahasa. Melalui media film,

pembelajar berada pada posisi suasana belajar yang menyenangkan. Selain itu,

dengan media yang menarik dan beragam, diharapkan dapat menumbuhkan

motivasi siswa agar tertarik belajar bahasa Jerman. Adanya film pendek ini

merupakan alternatif seorang kreator dalam menyampaikan sebuah pesan atau

makna yang akan disampaikan kepada penonton namun dalam waktu yang

singkat.

Setelah menonton film pendek yang dikembangkan tersebut, penonton

memberi respons positif yang mengatakan bahwa dirinya selama ini berada

dijalan yang tidak baik dan setelah menoton film ini akan berusaha menjadi

seseorang yang berkeperibadian yang baik. Nilai pendidikan moral tersebut sangat
10

berkaitan erat dengan nilai keagamaan yang dapat meningkatkan moral peserta

didik yang melihat tayangan tersebut. Dengan media film pendek membantu

masyarakat untuk memahami materi yang diajarkan, nilai atau sesuatu yang

positif dan bermanfaat disampaikan pengirim kepada penerima dan pesan untuk

merangsang masyarakat mengidentifikasi substansi film tersebut, dan lebih mudah

untuk masuk dalam ingatan. Hal ini dikarenakan dalam penyampaian pesan film

tersebut terdapat visualisasi berupa contoh yang berkaitan dengan moral, sehingga

masyarakat akan lebih mudah memahami inti dari film tersebut.

Penelitian terkait film pendek dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani,

Olahraga Dan Kesehatan oleh Nugrahensy & Mariono (2021) menyatakan bahwa

mata pelajaran PJOK (pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan). Dengan

adanya mata pelajaran ini, siswa dapat melakukan berbagai aktivitas fisik,

pengetahuan dan penalaran serta pembiasaan terkait dengan pola hidup yang

sehat. Namun melihat karakteristik siswa SMK yang lebih menyukai praktek atau

kegiatan di luar kelas, tentu saja pemaparan materi seperti ini cenderung membuat

siswa bosan karena siswa hanya dapat membayangkan penjelasan dari guru tanpa

adanya visualisasi secara langsung terhadap materi yang disampaikan.

Suatu media yang memberikan visualisasi terkait dengan materi untuk

memberikan pengetahuan dan meningkatkan pemahaman siswa. Media yang

dikembangkan adalah media audiovisual berupa film pendek untuk mata pelajaran

PJOK pokok materi. Media yang digunakan ini dapat membantu guru dan siswa

dalam proses pembelajaran. Materi yang cukup kompleks, dapat dikemas dengan

tampilan lebih padat agar dapat dijadikan alat untuk menarik perhatian siswa
11

dalam pembelajaran serta meminimalisir siswa yang pasif. Dalam penelitian ini,

ketika pembelajaran akan di mulai, guru akan menampilkan media film pendek

terkait dengan materi. Siswa sebagai sasaran penelitian tidak hanya berperan

untuk menyimak tayangan film pendek, namun siswa juga dituntut untuk

menggali lebih dalam terkait dengan cerita yang ditampilkan. Seperti menemukan

dan memahami unsur dramatik yang ada dalam film pendek, menemukan pesan

yang dapat di ambil dari film pendek tersebut. Setelah itu, siswa diberikan

stimulus untuk menyampaikan apa yang dia dapatkan setelah menyimak tayangan

film pendek di depan kelas untuk memancing siswa agar tetap aktif dalam

pembelajaran. Pengembangan media film pendek pada mata pelajaran PJOK

dalam penelitian tersebut dinyatakan layak digunakan guna meningkatkan

pemahaman siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Jombang.

Berdasarkan pemaparan landasan penilitian di atas, maka dalam hal ini akan

dilakukan penelitian berjudul Pengembangan Media Film Pencak Silat pada

Mata Pelajaran Penjaskes kelas IX di Mts Aiysiyah Sungguminasa.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah gambaran kebutuhan pengembangan Media Film Pencak

Silat pada Mata Pelajaran Penjaskes kelas IX di Mts Aiysiyah

Sungguminasa?

2. Bagaimanakah desain Media Film Pencak Silat pada Mata Pelajaran

Penjaskes kelas IX di Mts Aiysiyah Sungguminasa?

3. Bagaimanakah tingkat kevalidan dan kepraktisan Media Film Pencak Silat

pada Mata Pelajaran Penjaskes kelas IX di Mts Aiysiyah Sungguminasa?


12

C. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis gambaran kebutuhan pengembangan Media Film Pencak

Silat pada Mata Pelajaran Penjaskes kelas IX di Mts Aiysiyah

Sungguminasa

2. Mengembangkan Media Film Pencak Silat pada Mata Pelajaran Penjaskes

kelas IX di Mts Aiysiyah Sungguminasa

3. Mengetahui tingkat kevalidan dan kepraktisan Media Film Pencak Silat

pada Mata Pelajaran Penjaskes kelas IX di Mts Aiysiyah Sungguminasa

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi lembaga akademik, menjadi bahan informasi dalam

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam pembelajaran

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.

b. Bagi peneliti, sebagai pengalaman dan menjadikan penulis punya

referensi jika ingin meneliti

2. Manfaat Praktis

a. Membantu siswa mengenali lebih jauh tentang pencak silat dan

meningkatkan motivasi belajar siswa

b. Membantu guru untuk menggunakan media yang lebih menarik dan

interaktif.
13

c. Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan rekomendasi

maupun pertimbangan untuk menciptakan kualitas pembelajaran dan

mutu pendidikan di sekolah.

d. Bagi peneliti sendiri dapat memperoleh pengetahuan, pembelajaran,

dan pengalaman baru dalam meneliti. Selanjutnya menjadi bahan

referensi bagi calon peneliti selanjutnya untuk membuat penelitian

yang sama atau bentuk penelitian yang sama.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengembangan Media Pembelajaran

Media pembelajaran dalam Pendidikan di era digitalisasi ini semakin

banyak perkembangan, dukungan teknologi terbaru membantu memunculkan

berbagai inovasi dalam pengembangan media pembelajaran. Media pembelajaran

merupakan perantara penyampaian pesan dengan lebih menarik dan mudah, serta

interaktif. Menurut Association of Education and Communication Technology

(AECT) (Fikri & Madona, 2018) secara etimologi, kata “media” merupakan

bentuk jamak dari “medium”, yang berasal dan Bahasa Latin “medius” yang

berarti ‘tengah’. Dalam Bahasa Indonesia, kata “medium” dapat diartikan sebagai

‘antara’ atau ‘sedang’ sehingga pengertian media dapat mengarah pada sesuatu

yang mengantar atau meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi

pesan) dan penerima pesan. Dalam hal ini media diartikan sebagai perantara yang

dapat membantu penyampaian pesan dari pemberi ke penerima pesan atau sasaran

informasi.

Media pembelajaran digunakan dalam menyampaikan pesan dari orang

yang memberi pesan (sender) kepada orang yang menerima pesan dengan tepat

(audiences). Dalam pembelajaran, media pembelajaran yang digunakan oleh

pengajar memiliki peranan yang penting untuk mencapai tujuan yang hendak

dicapai. Untuk itu, pengajar harus paham tentang pengertian, tujuan, dan cara

14
15

memilih media pembelajaran yang tepat agar guru dapat dengan mudah

menyampaikan pembelajaran kepada siswa.

Media pembelajaran yang kini menjadi bagian penting dalam pelaksanaan

proses pembelajaran karena dapat membantu dalam pemberian materi

pembelajaran. Secara umum Sudjana (Fikri & Madona, 2018) mengemukakan

fungsi media pembelajaran yaitu:

a. Penggunaan media dalam pembelajaran memiliki fungsi sebagai alat

bantu untuk mewujudkan situasi belajar-mengajar yang efektif. Melalui

penggunaan media akan tercipta proses belajar-mengajar yang lebih

efektif karena media menjadi perantara antara sumber belajar dan siswa

sekaligus meningkatkan kualitas proses.

b. Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari

keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa media pengajaran

merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru dalam

menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif.

c. Penggunaan media dalam pembelajaran merupakan bahagian yang

integral dengan tujuan dan isi pelajaran. Fungsi ini mengandung

pengertian bahwa penggunaan (pemanfaatan) media harus sejalan dengan

tujuan dan bahan pelajaran.

d. Penggunaan media dalam pembelajaran bukan semata-mata alat hiburan.

Artinya media tidak hanya digunakan sebagai pelengkap proses belajar-

mengajar, tetapi membuatnya lebih menarik bagi siswa.


16

e. Penggunaan media dalam pembelajaran lebih diutamakan untuk

mempercepat proses belajar-mengajar dan membantu siswa dalam

menangkap materi ajar yang diberikan guru. Artinya melalui pemakaian

media, materi pembelajaran akan lebih cepat dipahami siswa sekaligus

kualitas pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran lebih baik.

f. Penggunaan media dalam pembelajaran diutamakan untuk mempertinggi

mutu belajar-mengajar. Dengan kata lain, melalui penggunaan media,

hasil belajar yang dicapai siswa akan tahan lama diingat siswa sehingga

mempunyai nilai tinggi.

Penggunaan media dalam proses belajar mengajar berdasarkan fungsi

media pembelajaran dapat menjadi alat bantu yang mampu mewujudkan

pembelajaran yang efektif. Sumantri (Fikri & Madona, 2018) menyatakan bahwa

tujuan media pembelajaran ialah: melalui media pembelajaran, guru dapat

mengkonkretkan dan memberikan contoh konsep, prinsip, dan sikap yang abstrak

serta menunjukkan langkah konkret, memberikan pengalaman belajar yang

berbeda dan bervariasi sehingga lebih merangsang minat siswa untuk belajar, guru

tidak hanya menjelaskan pembelajaran secara verbal, tetapi dapat dilakukan atau

disertai dengan gambar, video, teks, dan suara. Media juga dapat digunakan siswa

dalam pembelajaran mandiri, baik di sekolah maupun di luar sekolah, serta

menumbuhkan sikap dan keterampilan tertentu dalam teknologi. menciptakan

situasi belajar yang tidak dapat mudah dilupakan oleh siswa.

Berdasarkan fungsi dan tujuan pembelajaran tersebut, dapat diketahui

bahwa media pembelajaran yang berfungsi sebagai alat bantu dapat membantu
17

pendidik dalam menyajikan konsep, prinsip dan sikap dengan lebih konkret dan

menarik sehingga dapat memberikan pengaruh yang baik dalam proses belajar

mengajar. Namun untuk mencapai hal tersebut pengembangan media perlu

memperhatikan prinsip-prinsip dari media pembelajaran tersebut.

Pemilihan media pembelajaran dengan mempertimbangkan beberapa

prinsip sebagai acuan akan dapat lebih mengoptimalkan pembelajaran. Menurut

Rusman (2013) Prinsip-prinsip tersebut diantaranya yaitu:

a. Efektivitas. Pemilihan media pembelajaran harus berdasarkan pada

ketepatgunaan (efektivitas) dalam pembelajaran dan pencapaian tujuan

pembelajaran atau pembentukan kompetensi.

b. Relevansi. Kesesuaian media pembelajaran yang digunakan dengan

tujuan, karakteristik materi pelajaran, potensi dan perkembangan siswa,

serta dengan waktu yang tersedia.

c. Efesiensi. Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran harus benar-

benar memperhatikan bahwa media tersebut murah atau hemat tetapi

dapat menyampaikan inti pesan yang dimaksud, persiapan dan

penggunaannya relatif memerlukan waktu yang singkat, kemudian hanya

memerlukan sedikit tenaga.

d. Dapat digunakan. Media pembelajaran yang dipilih harus benar-benar

dapat digunakan atau diterapkan dalam pembelajaran, sehingga dapat

menambah pemahaman siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

e. Kontekstual. Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran harus

mengedepankan aspek lingkungan sosial dan budaya siswa. Alangkah


18

baiknya jika mempertimbangkan aspek pengembangan pada

pembelajaran life skills.

Pemilihan media adalah suatu kegaiatan dalam memilah bahan ajar mana

yang sesuai dan tidak sesuai dengan pesan atau informasi yang akan disampaikan.

Menurut Kustandi & Sucipto (2016) terdapat beberapa faktor dalam mamilih

media belajar yang akan digunakan. Di antara beberapa faktor tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Dana atau material, fasilitas berupa media pembelajaran yang dapat

memudahkan peserta didik menerima pesan pembelajaran yang tidak

tersedia menjadi salah satu faktor dalam pemilihan media pembelajaran

mempertimbangkan ketersediaan dana atau material.

b. Materi pembelajaran, pendidik atau guru juga perlu memperhatikan

tentang materi pebelajaran karena dalam setiap materi yang disampaikan

itu beda sehingga media yang akan digunakan juga akan berbeda.

c. Peserta didik, pemahaman yang dimiliki oleh setiap individu sangat

beragam. Sehigga seorang guru juga harus memperhatikan pemahaman

yang dimiliki oleh peserta didik.

d. Jenis-jenis media, seorang pendidik juga harus mengetahui jenis-jenis

media terlebih dahulu agar dapat menentukan jenis media mana yang

sesuai dengan materi yang diajarkan. Hal ini bertujuan agar seorang

pendidik dapat memberikan stimulus respon dengan peserta didik dengan

baik.
19

Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan media tidak

serta merta diterapkan dalam pembelajaran, ada banyak faktor yang

mempengaruhi dan perlu jadi pertimbangan dalam mengembangkan atau

menggunakannya di dalam kelas pada proses pembelajaran. Tidak hanya dengan

melakukan pemilihan, seorang pendidik juga harus tahu tentang kriteria-kriteria

apa saja yang dalam pemilihan media. Dalam kriteria pemilihan media

pembelajaran terdapat beberapa prinsip yang ada, yaitu seperti efisiensi, relevan,

serta produktif. Setiap pendidik harus mempersiapkan semua keperluan termasuk

media pembelajaran yang akan digunakan di kelas, persiapan ini dilakukan

sebelum melakukan kegiatan belajar. Karena komponen dalam pembelajaran

sangat berperan utama dalam kegiatan belajar mengajar agar dapat tercapai tujuan

dalam pembelajaran. Dengan adanya media dalam pembelajaran ini diharapkan

para peserta didik akan lebih memahami suatu materi pembelajaran yang sulit

untuk dinalar.

Seorang guru harus tepat memilih media dalam pembelajaran agar

kegiatan belajar menjadi lebih efektif dan efisien. Apa bila salah dalam memilih

media yang tepat dalam permbelajaran maka sangat akan berakibat fatal untuk

kemajuan dalam memahami oleh peserta didik, karena peserta didik akan

merasakan kebingungan dan tidak memahami materi yang disampaikan, tujuan

dalam pembelajaran pun akan sangat sulit dicapai. Menurut Setyosari (Zahwa &

Syafi’i, 2022, h. 70) terdapat beberapa kriteria dalam memilih media

pembelajaran yang tepat dalam pemilihan media, yaitu sebagai berikut:


20

a. Kesesuaian: menyesuaikan antara media dan materi yang akan


dibahas; b. Tingkat kesulitan, pedidik harus dapat memperjelas
materi dengan media yang digunakan; c. Biaya, memilih media
dengan harga yang terjangkau tetapi tetap perlu memperhatikan
keefektifan media tersebut; d. Ketersediaan, jika sekolah memiliki
fasilitas yang kurang atau tidak memadai, maka pendidik perlu
memilih sendiri media yang akan digunakan; e. Kualitas teknis,
media yang memiliki kualitas teknis yang baik akan sangat baik
dan bermanfaat.
Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa pentingnya pendidik

memiliki pemahaman dalam pemilihan media seperti memahami materi dan

menentukan kesesuaian media yang digunakan, kemudahan penyajian materi

hingga pada kualitas teknis yang baik, selain dapat mempermudah penyajian

materi juga dapat menciptakan motivasi siswa dalam menerima pesan

pembelajaran. Dalam hal ini penggunaan media pembelajaran bukan hanya

sekedar penyajian materi dengan teknologi canggih tapi perlu memperhatikan

karakteristik materi, pendidik, siswa, hingga faktor lingkungan.

2. Film Sebagai Media Pembelajaran

Penggunaan film sebagai media pembelajaran di era perkembangan teknologi

saat ini menjadi salah satu media yang banyak dipilih sebagai pengembangan

media untuk penyampaian pesan pembelajaran. Menurut Margija

Mangunhardjana (Zulvia, 2019) film bisa memperkaya pengalaman hidup, tetapi

juga bisa menutup segi-segi kehidupan yang lebih mendalam. Melalui film orang

bisa mempelajari tata kehidupan serta perilaku yang baru, tetapi film juga bisa

menjadi alat peniruan yang salah.

Film sebagai media yang memanfaatkan media audio, visual dan dikemas

dengan tampilan sinematik, hal ini yang dapat merangsang emosi audiens yang

melihatnya. Film menjadi menarik karena dikemas dengan sebuah konsep atau
21

cerita yang menjadikan film menjadi salah satu pilihan sebagai media

pembelajaran yang dapat menarik perhatian peserta didik.

Sifat dasar dari suatu gambar yang bergerak ialah kemampuannya untuk

memanipulasi ruang dan waktu, tidak hanya sekedar memperoleh sesuatu yang

mengandung unsur kreatif dan dramatis, tetapi yang penting adalah penerapannya

dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran John D. Latuheru

dalam (Falahuddin, 2014), menjabarkan beberapa sifat media film ialah:

a. Manipulasi Ruang. Film dapat melihat fenomena/peristiwa-peristiwa pada

jangkauan yang dekat ataupun yang sangat jauh jaraknya.

b. Peralihan Waktu. Film dapat melampaui ruang.

c. Penekanan waktu (Time lapse). Film dapat menekankan waktu yang

digunakan untuk terjadinya suatu peristiwa.

d. Perluasan waktu (slow motion). Dengan mengabadikan/merekam

peristiwa itu pada kecepatan tinggi, kemudian diproyeksikan pada

kecepatan normal maka dapat mengamati apa yang terjadi.

e. Menampakkan hal yang tak tampak. Film dapat mengamati kerjanya

suatu obyek yang secara normal tidak dapat dilihat.

f. Menahan Gerakan. Film memisahkan bagian perbagian dari suatu

peristiwa, agar dapat dipelajari secara seksama. Misalnya pembuat film

dapat memilih suatu gambar dari suatu urutan. Gerakan kemudian melihat

gambar itu berulang-ulang (beberapa kali), sehingga waktu diproyeksikan

maka nampak tetap di layar.


22

Artikel terkait penelitian penggunaan film sebagai media pembelajaran yang

dilakukan oleh Firdausi & Bashofi (2020) Media movie disebut sebagai media

yang memperlihatkan gambar bergerak disertai dengan suara dan musik,

kelebihannya membuat perkuliahan menjadi bervariasi, menyenangkan, mudah

dipahami, mampu merangsang imajinasi, mengkongkritkan peristiwa yang

sebelumnya abstrak dalam waktu singkat dan dapat membawa mahasiswa

menembus ruang dan waktu secara tidak langsung karena media film sesuai

dengan materi, kebutuhan dan tujuan perkuliahan. Hal ini dapat membantu

mahasiswa dalam meningkatkan hasil belajar. Selain itu, hasil riset Yasri &

Mulyani (2016) mengungkapkan media film efektif untuk meningkatkan minat

dan hasil belajar siswa, dibuktikan dengan adanya perbedaan hasil belajar siswa

yang menggunakan media film dengan siswa yang tidak menggunakan media

film.

Berdasarkan beberapa hasil riset tentang penggunaan film sebagai media

penyampaian pesan pembelajaran dapat diketahui bahwa film dapat memberikan

pengaruh yang baik sebagai media pembelajaran karena merupakan media yang

menarik dan dapat merangsang imajinasi peserta didik, menyerderhanakan pesan

yang abstrak dan luas, serta menjadikan proses pembelajaran lebih

menyenangkan. Penggunaan film dalam pembelajaran pun harus dipilih oleh guru

berdasarkan kesesuaian film dengan tujuan dan materi pembelajaran, agar apa

yang diharapkan dari penggunaan film sebagai media pembelajaran dapat

terpenuhi.

3. Pencak Silat
23

Pencak Silat merupakan warisan nenek moyang sebagai budaya bangsa

Indonesia dan perlu dilestarikan, dimajukan dan dikembangkan. Pencak Silat

adalah produk akal dan budi manusia, lahir dari proses perenungan,

pembelajaran dan pengamatan. Indonesia menjadi pusat seni bela diri tradisional

pencak silat. Kamus Bahasa Indonesia mendefinisikan pencak silat sebagai

permainan bela diri (keterampilan) dengan kemampuan menyerang balik,

menyerang dan bertahan dengan atau tanpa senjata. Pencak silat juga merupakan

seni bela diri, ia memiliki unsur keindahan dan aksi.

Pencak silat merupakan salah satu hasil masyarakat Indonesia dan termasuk

budaya masyarakat rumpun Melayu. Masyarakat rumpun Melayu pada dasarnya

adalah masyarakat agraris dan masyarakat paguyuban, maka budaya yang

melandasi ataupun yang dihasilkan adalah budaya paguyuban. Budaya paguyuban

adalah budaya kegotongroyongan, kekeluargaan, kekerabatan, kebersamaan,

kesetiakawanan, kerukunan, dan toleransi sosial. Budaya gotong royong tentunya

dalam kebaikan dan perbaikan, setiap perguruan dalam pencak silat tidak ada

yang menyarankan gotong royong dalam keburukan. Sikap gotong royong adalah

bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-sama

menikmati hasil pekerjaan tersebut secara adil atau suatu usaha atau pekerjaan

yang dilakukan tanpa pamrih dan secara sukarela oleh semua warga menurut batas

kemampuannya masing-masing, melarang adanya diskriminasi terhadap

kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam

suatu masyarakat (Kriswanto, 2015).


24

Belajar pencak silat sesungguhnya adalah belajar tentang kehidupan. Belajar

bertanggungjawab terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, negara, dan Tuhan

Yang Maha Esa. Pencak silat merupakan salah satu materi dalam Mata Pelajaran

Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Tujuan pelajaran pendidikan

jasmani tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional, antara lain untuk

meningkatkan nilai kognitif, afektif, psikomotorik, dan nilai-nilai sosial peserta

didik. Materi pencak silat dalam mata pelajaran pendidikan jasmani dapat sangat

membantu dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional. Pengenalan dini tentang

pencak silat merupakan langkah awal yang perlu dilakukan untuk memungkinkan

pengembangan pencak silat di Indonesia. Tujuan yang paling tepat untuk dapat

memperkenalkan pencak silat adalah mengintegrasikan pencak silat ke dalam

materi pembelajaran.

B. Kerangka Pikir

Pengembangan media pembelajaran memberikan gambaran dan perspektif

bagi guru untuk lebih menggunakan media inovatif. Proses pembelajaran

dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti mata pelajaran, guru, media, ketersediaan

materi, fasilitas pendukung, dan lingkungan. Guru diharapkan dapat memilih

media pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran yang optimal sebagai penentu

utama pembelajaran. Selain guru sebagai sumber belajar, media pembelajaran

memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keberhasilan belajar. Baik guru

maupun media mendukung pembelajaran secara efektif dan efisien.

MTs Aisyiyah Sungguminasa menjadikan pencak silat sebagai salah satu

materi dalam Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kesehatan dan
25

juga sebagai salah satu ektrakulikuler sekolah sebagai upaya melestarikan

olahraga tradisional tersebut dan pencak silat menjadi bidang olahraga yang cukup

banyak diminati peserta didik. Namun dalam pembelajaran dan latihan pencak

silat di MTs Aisyiyah Sungguminasa terfokus kepada pembelajaran jurus-jurus

dalam olahraga bela diri pencak silat sedangkan pencak silat dijadikan

pembelajran ataupun ekstrakulikuler sebagai bagian dari kurikulum sekolah untuk

melestarikan budaya tradisional bangsa dan pelatihan moral dan mental, maka

perlunya materi atau informasi yang lebih bagi siswa.

Media sebagai sarana pendidikan berkembang pesat seiring dengan kemajuan

teknologi. Ragam media sangat banyak sehingga dapat digunakan sesuai dengan

kondisi, waktu, dana dan bahan yang akan disampaikan. Guru harus mampu

memilih dan menggunakan media dengan terampil. Oleh karena itu, guru

diharapkan memiliki kemampuan untuk menggunakan media inovatif yang

tersedia baik untuk guru sendiri maupun peserta didik. Penggunaan media

audiovisual merupakan cara yang menarik untuk menyampaikan materi, karena

dalam pemberian materi memperhitungkan bahwa siswa membutuhkan media

visual agar materi yang disajikan sebagai gambaran materi yang jelas.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka kemudian

muncul ide untuk mengembangkan film sebagai media pembelajaran. Lebih

jelasnya dalam memahami pembahasan dalam penelitian ini maka peneliti

menggambarkan melalui kerangka pikir sebagai berikut:


26

Pembelajaran yang berfokus


pada gerakan dan moral dan
mental

Pengembangan media dikemas


menjadi film pendek
pendidikan

Media yang valid dan praktis


yang mampu menyampaikan
pesan pembelajaran

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Research and Development

dengan desain penelitian yang diadaptasi dari model ADDIE oleh Lee, W.W.,

dan Owens, D.L dalam Rusdi (2018). Penelitian pengembangan menurut Seels &

Richey (Nusa, 2015) didefinisikan bahwa “Developmental research, as opposed

to simple instructional development, has been defined as the systematic study of

designing, developing and evaluating instructional programs, processes

andproducts that must meet the criteria of internal consistency and

effectiveness”.

Berdasarkan pernyataan tersebut, penelitian perkembangan didefinisikan

sebagai studi desain yang sistematis. Dalam hal ini bagaimana

mengembangkan dan mengevaluasi program, proses, dan produk pendidikan

yang harus memenuhi standar internal konsistensi dan efektivitas. Produk

yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini adalah media film

bertemakan pencak silat pada Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga

dan Kesehatan di Mts Aiysiyah Sungminasa.

Langkah-langkah pengembangan pada model ADDIE yang digunakan

melalui aspek Analyze, Design, Development, Implementation, dan

Evaluation. Alasan peneliti memilih model penelitian ini karena, model

penelitian ini memiliki prosedur yang mudah dipahami dan cocok digunakan

27
dalam pengembangan penelitian ini. Model penelitian ini memiliki dasar

yang kuat

28
29

untuk mengembangkan sebuah penelitian dengan berlandaskan pada

fenomena apa yang terjadi antara harapan dan kesenjangan yang terjadi

dengan penerapan identifikasi masalah secara mendasar untuk menentukan

langkah selanjutnya.

B. Prosedur Penelitian

Sesuai dengan model penelitian dan pengembangan media pembelajaran yang

merupakan jabaran dari model ADDIE, maka prosedur penelitian yang digunakan

dijabarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Tahap Pengembangan Model ADDIE yang


dikembangan oleh Lee, W.W., dan Owens, D.L

1. Tahapan Analisis (Analysis)

a. Studi pustaka dan studi lapangan

Tahap ini bertujuan untuk studi literatur dengan mencari referensi maupun

pustaka terkait Pencak Silat. Studi literatur dalam hal ini melakukan pemilihan

materi-materi yang akan dirancang menjadi sebuah film. Selanjutnya

digunakan sebagai media pembelajaran Mata Pelajaran Panjasorkes yang

disesuaikan dengan rencana pembelajaran semester, dan memperoleh


30

informasi mengenai bagaimana proses pembelajaran Penjasorkes yang biasa

berlangsung di MTs Aisyiyah Sungguminasa.

b. Analisis kebutuhan

Analisis kebutuhan yang dilakukan meliputi analisis kompetensi yang dituntut

untuk peserta didik, karakteristik pembelajaran penjasorkes, analisis

karakteristik peserta didik, kemampuan guru, kebutuhan media bagi guru.

Dengan memberikan angket kebutuhan siswa dan pedoman wawancara bagi

guru untuk memperoleh data awal kondisi pembelajaran, serta analisis

pemanfaatan perangkat untuk menggunakan media film yang akan

dikembangkan.

2. Tahapan Desain (Design)

Dalam tahap ini ada langkah langkah yang meliputi :

a. Merancang/menulis naskah film pembelajaran

Peneliti menuliskan naskah yang akan dijadikan sebagai produk film dan

naskah inilah yang menjadi acuan unuk melakukan suatu produksi dan

pengembangan media film tentang pencak silat.

b. Mendesain video pembelajaran

Peneliti mendesain sebuah produk yang valid dan efektif yaitu pembuatan

tampilan, musik, gambar, narasi, dan intrumen yang dapat mendukung

pengembangan media film dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan

motivasi atau minat belajar pada peserta didik.

c. Mengumpulkan sumber-sumber
31

Tahap ini mencakup semua bahan maupun informasi yang mendasar dan

dibutuhkan untuk membantu proses pengembangan. Terdapat dua jenis

sumber/bahan, yakni: 1) segala yang relevan dengan materi; dan 2) segala

yang relevan dengan penggunaan media film.

3. Tahapan Pengembangan (Development)

a. Produksi media

Pembuatan produk yaitu media video sesuai dengan naskah dan rancangan

desain yang akan dibuat tentang sejarah, teknik, dan nilai-nilai pendidikan

karakter dalam pencak silat.

b. Validasi produk

Tahapan validasi terdiri dari dua tahap validasi yaitu validasi materi dan

validasi media. Validasi materi dilakukan oleh ahli materi tujuannya untuk

mendapatkan penilaian dari ahli materi mengenai materi yang dipaparkan.

Sedangkan validasi media dilakukan oleh ahli media yang bertujuan untuk

mendapatkan penilaian dari ahli media terkait media video yang

dikembangkan.

c. Kepraktisan produk

Tahap kepraktisan dalam penelitian ini yaitu media pembelajaran yang telah

divalidasi oleh ahli media atau desain dan ahli materi atau isi

diimplementasikan dalam proses pembelajaran dengan melakukan uji coba

kelompok kecil dan uji coba kelompok besar, dan tanggapan guru mata

pelajaran.
32

C. Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini yaitu

pengembangan Media Film Pencak Silat pada Mata Pelajaran Penjasorkes yang

meliputi:

1. Media Film disusun sebagai media pembelajaran yang membantu pendidik

dalam menyampaikan pesan atau materi pembelajaran pada Mata Pelajaran

Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.

2. Konsep film menyampaikan tentang Sejarah, Teknik, dan Nilai-nilai

pendidikan karakter dalam olahraga bela diri Pencak Silat.

3. Film dikemas dengan menggunakan aplikasi editor film yaitu adobe priemer,

dan aplikasi audio pendukung pembuatan suara dengan kuliatas lebih baik.

D. Lokasi, Waktu Penelitian, Subjek Penelitian

Penelitian ini berlokasi di MTs Aisyiyah Sungguminasa berlokasi di kabupaten

Gowa, Sulawesi Selatan. Penelitian ini akan dilaksanankan pada semester ganjil

dan subjek utama dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IX dan Guru

Pengampu Mata Pelajaran Penjasorkes.

E. Definisi Operasional

Menghindari kesalahan penafsiran istilah dalam penelitian ini, maka penulis

mencantumkan definisi operasional sebagai berikut:

1. Media Film yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan film pendek

yang dikembangkan untuk media pembelajaran penjasorkes dengan materi

pencak silat.
33

2. Pencak Silat yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah olahraga

tradisional yang mempelajari tentang teknik-teknik bela diri, yang juga

diajarkan sebagai salah satu ekstrakulikuler di sekolah Mts Aisyiyah

Sungguminasa.

F. Jenis Data

Seluruh data yang diperoleh dalam penelitian ini dikelompokan menurut

sifatnya menjadi data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh melalui

angket tanggapan hasil review ahli media, hasil review ahli isi/materi, hasil

review guru pengampu Mata Pelajaran, dan tanggapan pengguna/siswa kelas,

berupa kritik dan saran pada perangkat pembelajaran yang dikembangkan.

Sedangkan pada data kuantitatif diperoleh dari data hasil akumulasi nilai yang

telah dikonversi dengan skala 5 dan tingkat pencapaian rerata presentasi dari

angket tanggapan hasil review ahli isi/materi, ahli media, guru pengampu Mata

Pelajaran dan tanggapan pengguna siswa.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Studi Literatur

Studi literatur pada Penelitian ini dilakukan dengan mencari konsep-konsep

serta landasan teoretis terkait pengembangan media film sebagai media

pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk memperdalam pengetahuan dan

pemahaman peneliti mengenai proses pengembangan media pemebelajaran pada

Mata pelajaran Penjasorkes.


34

2. Observasi

Peneliti secara langsung mengamati proses evaluasi di lapangan untuk

menganalisis kebutuhan yang akan dijadikan bahan awal untuk pengembangan

media film sebagai media pembelajaran. Selain itu, observasi juga berupa analisis

kebutuhan bagi siswa dan guru pengampu Mata Pelajaran.

Observasi dilaksanakan sebelum dan selama uji coba produk berlangsung.

Observasi yang dilaksanakan sebelum uji coba penelitian bertujuan untuk

memperoleh data awal berupa kondisi lingkungan sekolah, analisis kebutuhan,

karakteristik pengajar dalam hal ini guru, karakteristik peserta didik atau siswa,

serta perangkat pembelajaran yang terdapat di sekolah. Sedangkan, observasi

yang dilaksanakan selama uji coba berlangsung bertujuan untuk memperoleh data

berupa aktifitas guru dan siswa dalam kelas saat proses pembelajaran dengan

memanfaatkan produk pengembangan, aktivitas guru memanfaatkan perangkat

pembelajaran bahan ajar, aktifitas siswa yaitu mengikuti proses pembelajaran,

serta faktor pendukung dan penghambat yang ditemukan saat pembelajaran

berlangsung.

3. Angket/ Kuisioner

Teknik pengumpulan data berupa angket ini dilakukan pada saat identifikasi

masalah atau analisis kebutuhan, saat uji coba produk, hingga setelah demonstrasi

produk. Adapun jenis angket yang akan disebar sebagai berikut:

a. Angket validasi Media

Angket validasi media yang diberikan kepada seorang ahli media dan ahli

isi/materi yang akan dikembangan, untuk melihat kesesuaian materi serta


35

kesesuaian dengan kurikulum dan karakteristik siswa yang akan menerima

pesan.

b. Angket tanggapan guru

Angket tanggapan guru yang akan diberikan kepada guru pengampu Mata

Pelajaran Penjasorkes dimaksudkan untuk memberikan tanggapan dan

penilaian terhadap pengembangan media film sebagai media pembelajaran.

c. Angket respon peserta didik

Angket respon peserta didik akan dibagikan pada saat analisis kebutuhan

awal dan sesudah mengikuti uji coba produk pengembangan yang diberikan

kepada peserta didik yang merupakan subjek utama dalam penelitian ini.

d. Wawancara

Jenis wawancara yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

wawancara tak berstruktur yaitu wawancara dimana peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan

lengkap untuk pengumpulan data. Wawancara dilakukan pada saat observasi

awal terkait proses pembelajaran Penjasorkes dan pembelajaran tentang

Pencak Silat yang diajarkan di sekolah tersebut.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Intsrumen pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan angket.

Angket atau kuisioner yaitu teknik pengumpulan data yang berisi pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada ahli isi/materi, ahli media, guru,

dan siswa, untuk memperoleh jawaban, tanggapan, dan informasi yang

diperlukan oleh peneliti. Pengumpulan data juga dilakukan melalui Observasi


36

dengan membuat angket identifikasi kebutuhan bagi siswa dan guru pengampu

Mata Pelajaran.

Fungsi dari angket ini untuk mengetahui layak tidaknya perangkat

pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti. Angket yang dibuat berupa:

1. Angket kelayakan produk (angket ahli isi/materi dan ahli media)

2. Angket tanggapan/respon guru pengampu mata pelajaran terhadap produk

yang dikembangkan, dan

3. Angket tanggapan/respon siswa sebelum dan sesudah pembelajaran terhadap

produk yang dikembangkan.

I. Analisis Data

Langkah selanjutnya setelah data terkumpul yaitu menganalisis data yang

telah peneliti peroleh setelah penelitian. Analisis data dilakukan selama

pengumpulan data dan setelah pengumpulan data. Dalam hal ini peneliti

menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan

deskriptif mengenai subjek penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari

kelompok subjek yang diteliti. Penelitian pengembangan ini menggunakan dua

teknik analisis data, yaitu: Teknik deskriptif kualitatif dan analisis statik

deskriptif.

1. Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis deskriptif kualitatif ini digunakan untuk mengolah data hasil review

isi/materi dan media pada Mata Pelajaran Penjasorkes di Mts Aisyiyah

Sungguminasa. Teknik analisis data ini dilakukan dengan mengelompokan


37

informasi- informasi dari data kualitatif berupa masukan, tanggapan, kritik

dan saran perbaikan yang terdapat pada angket. Hasil analisis data ini

kemudian dicermati serta dipilih sebagai acuan perbaikan produk.

2. Analisis Statistik Deskriptif

Teknik analisis ini digunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui

angket dalam bentuk deskriptif dari angket kebutuhan identifikasi kebutuhan

materi dan media, prespon/tanggapan ahli isi/materi dan media,

respon/tanggapan siswa kelas IX dan dosen pengampu Mata Pelajaran yang

dimuat dalam bentuk skor. Langkah-langkah analisis data perangkat

pembelajaran yaitu:

a. Mengubah nilai kualitatif menjadi kuantitatif dengan menggunakan skala

likert (Arikunto, 2007) dengan ketentuan:

SB (Sangat Baik) =5

B (Baik) =4

C (Cukup) =3

K (Kurang) =2

SK (Sangat Kurang) = 1

b. Setelah data terkumpul, kemudian menghitung skor rata-rata dari pengisian

instrumen dengan menggunakan rumus: (Tegeh & Kirna, 2010)

∑( jawaban x bobot tiap pili h an)


Presentase x 100 %
N x Bobot tertinggi

Keterangan :
∑ = Jumlah
N = Jumlah seluruh item angket
38

c. Mengubah skor rata-rata yang berupa data kuantitatif menjadi nilai

kualitatif dengan klasifikasi skor yang digunakan untuk analisis angket

respon siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Klasifikasi Skor Tingkat Kebutuhan


Nilai Angka Nilai Huruf Kategori
80 ke atas A Sangat Dibutuhkan
66 – 79 B Dibutuhkan
56 – 65 C Cukup Dibutuhkan
46 – 55 D Kurang Dibutuhkan
45 ke bawah E Tidak Dibutuhkan

Tabel 3.2 Klasifikasi Skor Tingkat Validasi dan Kepraktisan


Nilai Angka Nilai Huruf Kategori
80 ke atas A Baik Sekali
66 – 79 B Baik
56 – 65 C Cukup
46 – 55 D Kurang
45 ke bawah E Gagal
Sumber: (Sudjino, 2011)
39

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2007). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi


VI. Jakarta: Rineka Apta.
Blasco, P. G., Moreto, G., Blasco, M. G., Levites, M. R., & Janaudis, M. A.
(2015). Education through Movies: Improving teaching skills and
fostering reflection among students and teacher. Journal for Learning
through the Arts.
Dwijayani, N. M. (2019). Development of Circle Learning Media to Improve
Student Learning Outcomes. Journal of Physics: Conference Series 1321
022099. doi:10.1088/1742-6596/1321/2/022099
Falahuddin, I. (2014). Pemanfaatan Media Dalam Pembelajaran. Jurnal Lingkar
Widyaiswara, 104-117.
Fikri, H., & Madona, A. S. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis
Multimedia Interaktif. Yogyakarta: Samudra Biru.
Firdausi, F. U., & Bashofi, F. (2020). Media Movie Dalam Pembelajaran Sejarah
Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Nasionalisme Mahasiswa IKIP
Budi Utomo Malang. |JURNAL AGASTYA, 128-144.
Gomez, A. M., & Garcia, P. V. (2020). Developing multiple intelligences using
films in primary education. Journal of Education and Practice, 9-18.
Hakim, A., Anwar, C. R., & Ekawardhani, W. (2020). FILM SEBAGAI
KOMUNIKASI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS SMAN 1
MAKASSAR. Jurnal VoxPop Ilmu Komunikasi UPN "Veteran" Jawa
Timur, 2(2 (2020)), 67-79.
Hartino, A. T., Adha, M. M., Ulpa, E. P., Rifai, A., Rosita, & Ramadhani, A. R.
(2021). Media Pendidikan Moral Warga Negara Muda Berbasis
Pengembangan Film Pendek Pada Era Society 5.0. Prosiding Seminar
Nasional Virtual Pendidikan Kewarganegaraan, (pp. 407-413). Lampung.
Hidayat, Y., Mathoriyah, L., & Ashoumi, H. (2022). Menyatukan Jarak, Bingkai
Toleransi dalam Film Pendek dan Efektivitasnya sebagai Media
Pembelajaran. Journal of Educatio and Management Studies, 5(2), 98-103.
Kriswanto, E. S. (2015). Pencak Silat. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Kustandi, C. dan Sucipto, Bambamg. (2016). Media Pembelajaran Manual dan
Digital. Bogor: Ghalia Indonesia.
40

Kusumawardani, A., Hinggardipta, R., & Herdi. (2022). Use of Film and
PowerPoint Media for Awareness of Sexual Violence in Adolescents
Through Group Guidance. KONSELI: Jurnal Bimbingan dan Konseling
(E-Journal), 85-94.
Larisu, Z., R. Irwansyah, S. R., & Djuhardi, L. (2022). The Role of Film as an
Alternative Media in the Learning Process. International Journal Demos,
415-427.
Nugrahensy, F. O., & Mariono, H. A. (2021). PENGEMBANGAN MEDIA FILM
PENDEK POKOK MATERI NAPZA PADA MATA PELAJARAN PJOK
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS XI DI SMK
NEGERI 1 JOMBANG. ejournal.unesa.ac.id diakses pada 9 November
2022
Nusa. (2015). Reserarch & Development (Penekitian Dan Pengembangan) Suatu
Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Perry, M. S. (2018). 21st Century Skills through Film Production in Tertiary
Education: A Transformative Assessment in a Literature and Media
Course. 3L: The Southeast Asian Journal of English Language Studies,
214 – 232.
Rusdi, M. (2018). Penelitian Desain dan Pengembangan Kependidikan (Konsep,
Prosedur dan Sintesis Pengetahuan Baru). Depok: PT Raja Grafindo
Persada.
Rusman. (2013). Metode-Metode Pembelajaran: Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sudjino, A. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Tegeh, I. M., & Kirna, I. M. (2010). Metode Penelitian Pengembangan
Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Trinova Zulvia, N. (2019). Pemamfaatan Film Sebagai Media Pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam Di MtsN Model Padang. Seminar Nasional
Sejarah, 508-526.
Triyanto. (2020). Peluang dan tantangan pendidikan karakter di era digital .
Media Kajian Kewarganegaraan, 175-184.
Yasri, H. L., & Mulyani, E. (2016). Efektifitas Penggunaan Media Film Untuk
Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X.
Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS, 138-149.
41

Zahwa, Feriska Achlikul & Syafi’i, Imam. 2022. Pemilihan Pengembangan


Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi. Jurnal Penelitian
Pendidikan dan Ekonomi, Vol.19, 01.
https://journal.uniku.ac.id/index.php/Equilibrium diakses pada 9
November 2022

Anda mungkin juga menyukai