Anda di halaman 1dari 111

GANGGUAN

PSIKOTIK

GANGGUAN MENTAL
ORGANIK

DELIRIUM

Delirium merupakan suatu gangguan kesadaran yang disebabkan


disfungsi
serebral,
dengan
manifestasi
klinik
abnormalitas
neuropsikiatri yang bermacam-macam.
Delirium bersifat sementara dan biasanya reversibel, dapat
menyerang semua usia, namun lebih sering menyerang orang tua
dan orang dengan compremised mental status.
PPDGJ III onset biasanya cepat, perjalanan penyakitnya hilang
timbul sepanjang hari, dan keadaan itu berlangsung kurang dari 6
bulan.

Klasifi kasi dan kriteria diagnosis delirium dapat berdasarkan DSM V


(Diagnosis and Statistical Manual of Mental Disorders, 5 th edition)
DSM V mengklasifi kasi delirium menurut etiologi sebagai berikut:
1. Delirium yang berhubungan dengan kondisi medik umum
2. Delirium intoksikasi substansi (penyalahgunaan obat)
3. Delirium penghentian substansi
4. Delirium diinduksi substansi (pengobatan atau toksin)
5. Delirium yang berhubungan dengan etiologi multipel
6. Delirium tidak terklasifi kasi.

Kriteria Diagnosis menurut DSM V


a.

Gangguan kesadaran

penurunan kejernihan kesadaran terhadap lingkungan & penurunan kemampuan


fokus
b. Gangguan berkembang
Terjadi dalam periode singkat (biasanya beberapa jam hingga hari) dan cenderung berfluktuasi
dalam perjalanannya.

c. Perubahan kognitif
defisit memori, disorientasi, gangguan bahasa, atau perkembangan gangguan persepsi yang
tidak dapat dimasukkan ke dalam kondisi demensia.

d. Gangguan pada kriteria (a) dan (c) tidak disebabkan oleh gangguan
neurokognitif lain yang telah ada
e. Temuan bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau laboratorium yang
mengindikasikan gangguan terjadi akibat intoksikasi atau penghentian substansi
(seperti penyalahgunaan obat atau pengobatan), pemaparan terhadap toksin, atau
karena etiologi multipel.

PATOFISIOLOGI
MULTIFAKTOR

Abnormalitas metabolisme oksidatif serebral &


Gangguan inhibisi-eksitasi neurotransmiter otak
Asetilkolin , Dopaminergik , Serotonin , GABA , Cortisol , Beta
endorphin .

Trauma kepala, stroke iskemik, infeksi, hipoxia


Reaksi inflamasi
(IL-1, IL- 6)

delirium

MULTIFAKTOR

Intoksikasi
Alkohol
NArkotika

Obat-obatan
Antikolinergik
Hipnotik Sedatif
Anti Parkinson (Levodopa)
Kortikosteroid

Metabolik

Hipoksia
Hipoglikemia
Elektrolit Imbalans
Gagal Hepar, Gagal ginjal
Hiper/hipotiroid

Infeksi

Lesi Struktural otak

Postoperative

Akibat polifarmasi, hipoksia,


hipotensi

DIAGNOSIS

PP

Untuk mencari penyebab


Hematologi Rutin
Urinalisis
Tes obat dalam darah dan urin
Elektrolit
Glukosa
Fungsi Hepar, Fungsi Ginjal, Fungsi Tiroid
Serum marker for delirium Calcium binding protein S-100 B
Brain Imaging

PENATALAKSANAAN
sesuai etiologi

Teknik Reorientasi contoh: menunjukkan foto keluarga


Medikamentosa:
Neuroleptik (Haloperidol, Risperidone) pada delirium dengan gejala
psikotik
Hipnotik Sedatif (benzodiazepin) pada delirium akibat intoksikasi
alkohol, kejang,
Tiamine pada intoksikasi alkohol

PPDGJ III
Pedoman diagnostik DELIRIUM (BUKAN AKIBAT ALKOHOL/PSIKOAKTIF).
Gangguan kesadaran dan perhatian
Dari taraf kesadaran berkabut sampai dengan koma
Menurunnya kemampuan untuk mengarahkan, memusatkan, mempertahankan,
dan mengalihkan perhatian.
Gangguan kognitif secara umum
Distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi; seringkali visual
Hendaya daya pikir dan pengertian abstrak, dengan atau tanpa waham yang
bersifat sementara, tetapi sangat khas terdapat inkoherensi yang ringan.
Hendaya daya ingat segera dan jangka pendek, namun daya ingat jangka
panjang relatif masih utuh
Disorentasi waktu, pada kasus yang berat, terdapat juga disorientasi tempat
dan orang.

Gangguan psikomotor
Hipo- atau hiper-aktivitas dan pengalihan aktivs yang tidak terduga dari
satu ke yang lain
Waktu bereaksi yang lebih panjang
Arus pembicaraan yang bertambah atau berkurang
Reaksi terperanjat meningkat

Gangguan siklus tidur-bangun


Insomnia atau tidak bisa tidur sama sekali
Terbaliknya siklus tidur bangun (mengantuk pada siang hari)
Gejala memburuk pada malam hari
Mimpi yang menganggu atau mimpi buruk, yang dapat berlanjut menjadi
halusinasi setelah bangun.

Gangguan emosional
Misalnya depresi, ansietas atau takut, lekas marah, euforia, apatis, atau
rasa kehilangan akal

DEMENSIA

DEFINISI
Suatu sindrom akibat penyakit/gangguan otak bersifat kronikprogresif.
Ditandai gangguan fungsi luhur kortikal multipel yaitu daya ingat,
daya pikir, orientasi, daya tangkap, berhitung, kemampuan belajar,
berbahasa, dan daya nilai (judgment).
Umumnya disertai dan ada kalanya diawali dengan kemerosotan
(deterioration) dalam pengendalian emosi, perilaku sosial atau
motivasi hidup.

PEDOMAN DIAGNOSTIK
-

Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir


mengganggu kegiatan harian seseorang (ADL) : mandi, berpakaian,
makan, kebersihan diri, BAK, BAB.

Tidak ada gangguan kesadaran.

Gejala dan disabilitas sudah nyata paling sedikit 6 bulan.

BERDASARKAN ETIOLOGI
Demensia pada penyakit alzheimer (50-60%)
Demensia vaskular (20-30%)
Demensia pada penyakit Pick
Demensia pada penyakit Creutfeld-Jacob
Demensia pada penyakit Huntington
Demensia pada penyakit parkinson
Demensia pada penyakit HIV/AIDS

DEMENSIA PADA ALZHEIMER


Terdapat gejala demensia.
Onset bertahap dengan detriorasi lambat.
Tidak adanya bukti klinis/temuan dari pemeriksaan khusus bahwa
kondisi tersebut disebabkan oleh penyakit lain yang dapat
menimbulkan demensia (hipotiroidisme, hiperkalsemia, defvit B12,
def niasin, neurosifilis, hidrosefalus, hematoma subdural).
Tidak adanya serangan apoplektik mendadak atau gejala neurologik
kerusakan otak fokal (hermiparesis, gangguan sensorik, defek lapang
pandang).

Onset Dini:
-

Usia <65 tahun

Perkembangan gejala cepat dan progresif

Riwayat keluarga penyakit alzheimer

Onset lambat:
-

Usia >65 tahun

Perjalan penyakit lambat

Biasanya dengan gangguan daya ingat sebagai gambaran


utama

DEMENSIA VASKULAR
Terdapat gejala demensia.
Hendaya fungsi kognitif tidak merata. Daya tilik diri (insight) dan daya
nilai (judgment) tetap baik.
Suatu onset yang mendadak atau deteriorasi bertahap, disertai gejala
neurologis fokal kemungkinan demensia vaskular.
Dapat dilakukan pemeriksaan CT-scan atau pemeriksaan
neuropatologis.

Demensia vaskular onset akut:


-

Terjadi secara cepat sesudah serangkaian stroke akibat


trombosis CVS, embolisme atau perdarahan.

Infark yang besar dapat sebagai penyebabnya (jarang).

Demensia multi infark:


-

Onset lambat

Setelah serangkaian episode iskemik minor yang


menimbulkan akumulasi dari infark pada parenkim otak.

Demenisa vaskular subkortikal:


-

Fokus kerusakan akibat iskemia pada substansia alba di


hemisphere serebri. (CT-scan).

Cortex cerebri biasanya tetap baik.

Demensia vaskular campuran

DEMENSIA PADA PENYAKIT PICK


Adanya gejala demensia progresif.
Gambaran neuropatologis: atrofi selektif lobus frontalis, euforia, emosi
tumpul, perilaku sosial yang kasar, disinhibisi, apatis, gelisah.
Gangguan perilaku mendahului gangguan daya ingat.

DEMENSIA PADA PENYAKIT


CREUTZFELDT-JACOB
TRIAS:
-

Demensia progresif yang merusak.

Penyakit piramidal dan ekstrapiramidal dengan mioklonus.

Gambaran EEG yang khas (Trifasik).

DEMENSIA PADA PENYAKIT


HUNTINGTON
Ada kaitan antara gangguan koreiform, demensia dan riwayat
keluarga penyakit Huntington.
Gerakan koreiform involunter (terutama wajah, tangan, bahu, cara
berjalan). Gejala ini biasanya mendahului demensia.
Gangguan lobus frontalis tahap dini dengan daya ingat relatif masih
terpelihara.

DEMENSIA PADA PARKINSON


Demensia yang berkembang pada seseorang dengan penyakit
parkinson.
Tidak ada gambaran khusus yang dapat ditampilkan.

DEMENSIA PADA HIV/AIDS


Demensia yang berkembang pada seseorang dengan penyakit HIV.
Tidak ditemukan penyakit/kondisi lain yang bersamaan selain infeksi
HIV tersebut.

PENATALAKSANAAN
Tujuan:
-

Mempertahankan kemampuan pasien yang masih tersisa.

Menghambat progresivitas kemunduran fungsi kognitif.

Mengelola gangguan psikologik dan perilaku yang timbul.

PENATALAKSANAAN
Psikoedukatif terhadap keluarga.
Menghambat kemunduran fungsi kognitif:
-

Latihan memori sederhana, latihan orientasi realitas, senam otak.

Pemberian obat anti demensia (donepezil rivastigmin).

Mengendalikan perilaku agresif antipsikotik


-

Haloperidol 0,5-1mg/hari

Risperidon 0,5-1mg/hari

Mengatasi depresi anti depresi


- Setralin 25mg/hari.

SINDROMA
AMNESTIK DAN
HALUSINOSIS
ORGANIK

Sindroma Amnestik
Kehilangan kemampuan mengingat kejadian yang baru berlangsung
beberapa menit yang lalu.
Terjadi kerusakan struktur bilateral/unilateral: hipotalamus, lobbus
temporalis (hipokampus, amigdala), lobus frontalis.

Penyebab :

- Defisiensi thiamin, hipoglikemia, hipoksia, ensefalitis,


intoksikasi karbon monoksida terutama pd lobus temporalis
hipokampus
- Tumor, penyakit cerebrovaskuler, tindakan bedah, multipel
sklerosis terutama pd diensefalon temporalis.
- Kerusakan umum otak, kejang, ECT, obat/zat (
benzodiazepin (tu triazolam), barbiturat.

alkohol,

Ggn daya ingat:

- informasi baru (anterograd), hal-hal sebelumnya (retrograd),


- Pada sosial pekerjaan,
- disorientasi waktu dan tempat sering tjd, orang jarang.

Onset gejala mendadak (trauma, serebrovaskuler, zat kimia,


neurotoksin), perlahan (defisiensi gizi, tumor)

Perjalanan:

- Singkat (short duration/ transien) </= 1 bln,


- Lama (long duration) > 1 bln

Gejala lain: perubahan kepribadian samar jelas, apatis


kurang inisiatif, agitasi, bersahabat mudah setuju, bingung,
konfusi, konfabulasi, tilikan kuarng.

DIAGNOSIS (PPDGJ III-DSM 5): F04


-

Adanya gangguan daya ingat, berupa berkurangnya daya ingat


jangka pendek (lemahnya kemampuan belajar materi baru),
amnesia antegrad dan retrograd, dan menurunnya kemampuan
untuk mengingat dan mengungkapkan pengalaman yang telah
lalu dalam urutan terbalik menurut kejadiannya.

Riwayat atau bukti nyata adanya cedera atau penyakit pada


otak (terutama bila mengenai struktur diensephalon dan
temporal medial secara bilateral.

- Tidak berkurangnya daya ingat segera (immediate recall),


misalnya diuji untuk mengingat deret angka, tidak ada gangguan
perhatian (attention) dan kesadaran (conciousness) dan tidak
ada gangguan intelektual secara umum.

Halusinosis Organik
Suatu gangguan halusinasi yang disebabkan oleh gangguan tertentu
pada otak, biasanya berupa visual/auditorik yang terjadi pada
kesadaran penuh.
Banyak ditemui pada pecandu alkohol.

F06 : Gangguan Mental Lainnya Akibat Kerusakan dan Disfungsi


Otak dan Penyakit Fisik.
-

Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak atau penyakit


fisik sistemik yang diketahui berhubungan dengan salah satu
sindrom mental yang tercantum.

Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau bulan)


antara perkembangan penyakit yang mendasari dengan
timbulnya sindrom mental

Kesembuhan dari gangguan mental setelah perbaikan atau


dihilangkannya penyebab yang mendasarinya.

Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab


alternatif dari sindrom mental ini (seperti pengaruh yang
kuat dari riwayat keluarga atau pengaruh stres sebagai
pencetus).

Diagnosis (PPDGJ III-DSM 5): F06.0


-

Kriteria umum tersebut (F06)

Adanya halusinasi dalam segala bentuk (biasanya visual


atau auditorik) yang menetap atau berulang.

Kesadaran yang jernih (tidak berkabut)

Tidak ada penurunan fungsi intelek yang bermakna

Tidak ada gangguan afektif yang menonjol

Tidak jelas adanya waham (sering kali insight masih


utuh)

GANGGUAN WAHAM
ORGANIK
(LIR-SKIZOFRENIA)

F.06
GANGGUAN MENTAL LAINNYA AKIBAT
KERUSAKAN dan DISFUNGSI OTAK dan
PENYAKIT FISIK
Pedoman Diagnostik:
Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, atau penyakit fisik sistemik
yang diketahui berhubungan dengan salah satu sindrom mental yang
tercantum;
Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau bulan) antara
perkembangan penyakit yang mendasari dengan timbulnya sindrom mental;
Kesembuhan dari gangguan mental setelah perbaikan atau dihilangkannya
penyebab yang mendasarinya;
Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari sindrom
mental ini (seperti pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga atau pengaruh
stress sebagai pencetus).

Pedoman Diagnostik
Kriteria umum tersebut diatas (F06)
Disertai:
Waham yang menetap atau berulang (waham kejar, tubuh yang
berubah, cemburu, penyakit, atau kematian dirinya atau orang lain);
Halusinasi, gangguan proses pikir, atau fenomena katatonik tersendiri,
mungkin ada;
Kesadaran dan daya ingat tidak terganggu;

Diagnosis Banding
Gangguan psikotik akut dan sementara (F23)
Gangguan psikotik akibat obat (F1x.5)
Gangguan waham yang menetap (F22.-)
Skizofrenia (F20.-)

Penatalaksanaan
Singkirkan pasien dari paparan zat yang menyebabkan gangguan.
Secara aktif diberikan terapi pada penyakit yang mendasarinya.
Intervensi psikofarmakologi untuk mengatasi gejala yang muncul:
Antipsikotik dengan efek samping ekstra piramidal minimal
(rissperidone, quetiapine).
Hindari pemberian antikolinergik menurunkan kognitif.
Bila kesulitan oral berikan haloperidol IM.
Psikoterapi: suportif dan psikoedukasi.

GANGGUAN KEPRIBADIAN
ORGANIK

Gangguan Kepribadian Organik


Pedoman diagnostik
Riwayat yang jelas atau hasil pemeriksaan yang mantap
menunjukan adanya penyakit, kerusakan, atau disfungsi
otak
Disertai dua atau lebih gambaran berikut
A. Penurunan yang konsisten dalam kemampuan untuk
mempertahankan aktivitas yang bertujuan (goal directed
activities) terutama yang memakan waktu lebih lama dan
penundaan kepuasan

B. Perubahan perilaku emosional, ditandai oleh labilitas emosional,


kegembiraan yang dangkal dan tak beralasan(euforia,
kejenakaan yang tidak sepadan), mudah berubah menjadi
iritabilitas atau cetusan amarah dan agresi yang sejenak; pada
beberapa keadaan, apati dapatmerupakan gambaran yang
menonjol
C. Pengungkapan
kebutuhan
dan
keinginan
tanpa
mempertimbangkan konsekuensi atau kelaziman sosial ( pasien
mungkin terlihat dalam tindakan dissosial, seperti mencuri,
bertindak melampaui batas kesopanan seksual, atau makan
secara lahap atau tidak sopan, kurang memperhatikan
kebersihan dirinya)

D. Gangguan proses pikir, dalam bentuk curiga atau pikiran


paranoid, dan/atau preokupasi berlebihan pada satu
tema yang biasanya abstrak ( seperti soal agama,
benar dan salah)
E. Kecepatan dan arus pembicaraan berubah dengan
nyata, dengan gambaran seperti berputar-putar
(circumstantialy), bicara banyak (over-inclusiveness), a
lot (viscosity), dan hipergrafia
F. Perilaku seksual yang berubah ( hiposeksualitas atau
perubahan selera seksual)

Diagnosis Banding
Perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami
katastrofa
Akibat penyakit psikiatrik
Sindrom pasca contusio
Sindrom pasca ensefalitis
Gangguan kepribadian khas

Sindrom pasca-ensefalitis
Sindrom ini mencakup perubahan perilaku sisa( residual)
setelah kesembuhan dari suatu ensefalitis virus atau
bakterial
Gejalanya tidak khas dan berbeda dari satu orang ke
orang lain, dari satu penyebab infeksi ke penyebab infeksi
lainnya, dan yang pasti berkaitan dengan usia pasien
pada saat kena infeksi

Sindrom pasca contusio


Sindrom ini terjadi sesudah trauma kepala ( biasanya
cukup hebat sampai berakibat hilangnya kesadaran) dan
termasuk beberapa gejala yang beragam seperti nyeri
kepala, pusing(tidak seperti gambaran vertigo yang asli),
kelelahan, iritabilitas, sulit berkonsentrasi dan melakukan
suatu tugas mental, hendaya daya ingat, insomnia,
menurunnya toleransi terhadap stres, gejolak emosional,
atau terlibat alkohol

Gangguan keprobadian dan perilaku organik


lain akibat penyakit, kerusakan, dan
disfungsi otak
Sindrom tertentu dan terduga daru perubahan kepribadian
dan perilaku akibat kerusakan, penyakit atau disfungsi
otak, diluar yang telah disebutkan di atas; dan kondisi
dengan taraf hendaya fungsi kognitif ringan yang belum
sampai demensia dengan gangguan mental progresif
seperti penyaki Alzheimer, Parkinson, dsb

GANGGUAN MENTAL DAN


PERILAKU AKIBAT
PENGGUNAAN ZAT
PSIKOAKTIF
F10-19

Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif


lainnya (NAPZA) adalah setiap bahan kimia/zat yang
bisa
masuk ke dalam tubuh
yang dapat
memengaruhi
susunan
saraf
pusat
dengan
manifestasinya berupa gejala fisik dan psikologis.
Pasien yang menggunakan NAPZA dapat mengalami
kondisi putus obat atau intoksikasi maupun
gangguan psikiatrik lainnya.

F10. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol


F11. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Opioida
F12. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Kanabionida
F13. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Sedativa atau
Hipnotika
F14. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Kokain
F15. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Stimulansia Lain
Termasuk Kafein
F16. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Halusinogenika
F17. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Tembakau
F18. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Pelarut yang
Mudah Menguap
F19. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multipel dan
Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya

F1x.0 Intoksikasi Akut


Suatu kondisi peralihan yang timbul akibat penggunaan
alkohol atau zat psikoaktif lain sehingga terjadi gangguan
kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, afek atau perilaku, atau
fungsi dan respons psikofisiologis lainnya.
Intensitas intoksikasi berkurang dengan berlalunya waktu
dan pada akhirnya efeknya menghilang bila tidak terjadi
penggunaan zat lagi. Dengan demikian, orang tersebut akan
kembali ke kondisi semula, kecuali jika ada jaringan yang
rusak atau terjadi komplikasi lainnya.

F1x.00 Tanpa komplikasi


F1x.01 Dengan trauma atau cedera tubuh lainnya
F1x.02 Dengan komplikasi medis lainnya
F1x.03 Dengan delirium
F1x.04 Dengan distorsi persepsi
F1x.05 Dengan koma
F1x.06 Dengan konvulsi
F1x.07 Intoksikasi patologis Hanya pada penggunaan
alkohol. (Onset mendadak, agresi, tindak kekerasan saat
bebas alkohol)

Intoksikasi Opioid F11.0


Konstriksi atau dilatasi pupil, dengan satu atau lebih gejala di bawah
ini:
Mengantuk / drowsiness
Bicara cadel
Gangguan perhatian atau daya ingat

Diagnosis Banding: Intoksikasi zat psikoaktif lain atau campuran

Komplikasi medis yang dapat terjadi:


Trauma
Konvulsi
Aspirasi
Delirium
Koma

Penatalaksanaan:
Penanganan kondisi gawat darurat
Pemberian antidotum Naloxon HCl (Narcan/Nokoba) atau
Naloxone 0.8 mg IV dan tunggu selama 15 menit. Jika tidak
ada respons, berikan Naloxone 1.6 mg IV dan tunggu 15
menit. Jika masih teteap tidak ada respons, berikan Naloxone
3.2 mg IV dan curigai penyebab lain. Jika pasien berespons
teruskan pemberian 0.4mg/jam IV.
Memantau dan Evaluasi tanda vital
Mengatasi penyulit
Bila intoksikasi berat rujuk ke ICU
Prognosis
Pemberian Naloxone pada waktu yang tepat dan cepat,
dapat mencapai perbaikan sempurna.

F1x.3 Keadaan Putus Zat


Merupakan
salah
ketergantungan.

satu

indikator

dari

sindrom

Gejala fisik bervariasi sesuai dengan zat yang digunakan.


Gangguan psikologis (anxietas, depresi, dan gangguan
tidur) merupakan gambaran umum.
Khas: pasien akan melaporkan bahwa gejala putus zat
akan mereda dengan meneruskan penggunaan zat.

Putus Zat Opioid F11.3


Terdapat 3 atau lebih gejala yang timbul akibat
penghentian atau pengurangan penggunaan opioida dalam
waktu beberapa menit sampai beberapa hari, yaitu:
Mood disforik
Mual dan muntah
Nyeri otot
Lakrimasi atau rinorea
Dilatasi pupil
Berkeringat
Diare
Insomnia

Terapi
Simptomatik sesuai gejala klinis
Substitusi golongan opioid: metadon, bufrenorfin yang
diberikan secara tappering of
Pemberian
sedatif-hipnotik,
antipsikotropika
dapat
diberikan sesuai indikasi.
Perawatan rumah sakit tidak menjadi keharusan. Bila
gejala sangat berat sebaiknya dirawat inap.
Prognosis
Gejala putus zat muncul dalam 6-12 jam setelah dosis akhir.
Untuk zat yang masa kerjanya panjang misalnya metadon,
dapat muncul setelah 2-4 hari. Puncak gejala zat yang waktu
paruhnya pendek, misalnya heroin, adalah 1-3 hari dan
secara berangsur mereda hingga 5-7 hari.

F1x.4 Keadaan Putus Zat dengan Delirium


Suatu keadaan putus zat disertai komplikasi delirium.
Termasuk: Delirium Tremens, merupakan akibat dari putus
alkohol pada pengguna yang ketergantungan berat dengan
riwayat penggunaan lama. Keadaan gaduh gelisah toksik
yang berlangsung singkat tapi dapat membahayakan jiwa,
disertai gangguan somatik.
Gejala prodormal khas: insomnia, gemetar dan ketakutan.
Dapat didahului oleh kejang setelah putus zat.

Trias yang klasik dari gejala:


Kesadaran berkabut dan kebingungan
Halusinasi dan ilusi
Tremor berat

F1x.5 Gangguan Psikotik


Gangguan psikotik yang terjadi selama atau segera
sesudah penggunaan zat psikoaktif (biasanya dalam
waktu 48 jam), bukan merupakan menifestasi dari
keadaan putus zat dengan delirium atau suatu onset
lambat.

F1x.6 Sindrom Amnesik


Harus memenuhi kriteria umum untuk sindrom amnesik
organik
Syarat utama untuk menentukan diagnosis:
Gangguan daya ingat jangka pendek, gangguan sensasi
waktu
Tidak ada gangguan daya ingat segera, gangguan
kesadaran, dan gangguan kognitif secara umum
Adanya riwayat atau bukti yang objektif dari penggunaaan
alkohol atau zat yang kronis (terutama dengan dosis
tinggi)

GANGGUAN PSIKOTIK
FUNGSIONAL

F20. SKIZOFRENIA

Definisi
Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum
diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronik atau
deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung
pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.

Ditandai dengan:
penyimpangan fundamental dan karakteristik dari pikiran dan
persepsi
afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted)
Kesadaran yang jernih (clear consciusness)
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun
kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.

Pedoman diagnostik
Min. 1 gejala yang jelas atau >2 bila kurang jelas:
a. - Thought echo
- Thought insertion or withdrawal
-Thought broadcasting
b. - delusion of control
- delusion of influence
-delusion of passivity
-delusion of perception

Pedoman diagnostik
c.

d.

Halusinasi auditorik
- suara halusinasi yang berkomentar terus menerus terhadap
perilaku pasien
- mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri
-jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian
tubuh
Waham-waham menetap jenis lainnya

Pedoman diagnostik
Atau min. 2 gejala yang harus selalu ada secara jelas:
e. halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, bila disertai
waham atau disertai ide berlebihan yang menetap, atau bila terjadi
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) yang berakibat inkoherensi atau neologisme
g. perilaku katatonik, seperti excitement, posturing, fleksibilitas
cerea, negativisme, mutisme, dan stupor
h. gejala negatif, seperti apatis, bicara jarang, penarikan diri; namun
jelas bukan karena depresi

Klasifikasi Perjalanan Gangguan


Skizofrenik
F20.x0 Berkelanjutan
F20.x1 Episodik dengan kemunduran progresif
F20.x2 Episodik dengan kemunduran stabil
F20.x3 Episodik berulang
F20.x4 Remisi tak sempurna
F20.x5 Remisi sempurna
F20.x8 Lainnya
F20.x9 Periode pengamatan kurang dari 1 tahun

F20.0 Skizofrenia Paranoid


Pedoman diagnostik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Tambahan:
Halusinasi dan/atau waham harus menonjol
a.
b.
c.

Suara halusinasi yang mengancam atau memberiperintah, halusinasi auditorik


tanpa bentuk verbal (bunyi peluit, mendengung, atau tawa)
Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atu lain-lain
perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada namun jarang menonjol
Waham dapat berupa hampir tiap jenis, yang paling khas: waham dikendalikan,
waham dipengaruhi, passivity, dikejar-kejar

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala


katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol

F20.1 Skizofrenia Hebefrenik


Pedoman Diagnostik
Memenuhi kriteria umum diagnostik skizofrenia
Onset 15-25 tahun
Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan senang menyendiri
Perlu pengamatan 2 artau 3 bulan untuk memastikan gambaran berikut bertahan:
Perilaku tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, mannerisme; ada
kecenderungan menyendiri, hampa tujuan dan hampa perasaan
Afek dangkal dan tidak wajar, diertai giggling, puas diri, senyum sendiri, tingggi
hati, menyeringai, mannerisme, pranks, hipokondriakal, ungkapan diulang-ulang
Gangguan afektif dan dorongqan kehendak serta gangguan proses berfikir
menonjol, halusinasi dan waham tidak menonjol

F20.2 Skizofrenia katatonik


Pedoman diagnostik:
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Min
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

1 perilaku berikut mendominasi:


Stupor atau mutisme
Gaduh gelisah
Menampilkan posisi tubuh tertentu
Negtivisme
Rigiditas
Fleksibilitas cerea / waxy flexibility
Gelaja lain seperti: command automatism dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat

Pasien yang tidak komunikatif dengan menifestasi perilaku gangguan katatonik, diagnosis
ditunda.

F20.3 Skizofrenia Tak terinci


(undiferentiated)
Pedoman diagnostik
Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia
Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid,
hebrefenik, atau katatonik
Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi
pasca-skizofrenia

F20.4 Depresi Pasca-skizofrenia


Pedoman diagnostik
Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau:
a. Pasien telah menderita skizofrenia selama 12 bulan terakhir
b. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetap tidak lagi
mendominasi gambaran klinisnya)
c. Gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu, depresif (F32.-)
dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu

Bila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi


Episode Depresif (F32.-). Bila gejala masih jelas dan menonjol,
diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai

F20.5 Skizofrenia Residual


Diagnosis harus memenuhi semua persyaratan berikut:
a.

Gejala negatif skizofrenia yang menonjol

b.

Ada riwayat 1 episode psikotik yang jelas di masa lampau yang


memenuhi kriteria skizofrenia

c.

Min. 1 tahun intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti


waham dan halusinasi telah berkurang dan timbul sindrom negatif
skizofrenia

d.

Tidak ada dementia atau penyakit otak organik lain, deprei kronik

F20.6 Skizofrenia Simpleks


Tergantung pemantapan perkembangaqn yang berjalan perlahan dan
progresif dari:
Gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa riwayat
haiusinasi, waham atau manifestasi lain episode psikotik
Disertai perubahan perilaku pribadi yang bermakna
Gangguan kurang jelas gejala psikotiknya dibanding sub tipe lainnya

SKIZOAFEKTIF

SKIZOAFEKTIF
Definisi :
Kelainan mental yang ditandai dengan adanya
gejala kombinasi yaitu antara gejala skizofrenia
dan gejala gangguan afektif

SKIZOAFEKTIF
Epidemiologi :
1. Prevalensi perempuan lebih banyak dibanding pria
2. Pada usia tua
3. Pada usia muda

skizoafektif tipe depresif


skizoafektif tipe bipolar

SKIZOAFEKTIF
Pedoman diagnostik :
Diagnosis dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya
skizofrenia dan gangguan afektif bersama-sama menonjol
pada saat yang bersamaan, dalam episode yang sama.

SKIZOAFEKTIF
Klasifikasi :
1. Skizoafektif tipe manik
a. gejala skizofrenia + manik (menonjol &
sama)

episode

b. gejala-gejala afektif
c. aktivitas yang berlebihan
d. waham kebesaran, waham kejar juga

mungkin ada

e. gejala skizofrenia
f. onset biasanya akut dan penyembuhannya dapat
sempurna

SKIZOAFEKTIF
2. Skizoafektif tipe depresif
a. gejala skizofrenia + depresif (menonjol &
episode sama)
b. gejala depresif : perilaku yang retardasi, putus
asa, insomnia, perubahan nafsu makan, dll
c. gejala skizofrenia : waham, halusinasi
d. episode berlangsung lebih lama daripada tipe
manik sebagian bisa sembuh sempurna,
sebagian lagi bisa menjadi defek skizofrenia

SKIZOAFEKTIF
Penanganan :
1. Perawatan rumah sakit
2. Medikasi
3. Terapi psikososial

SKIZOAFEKTIF
Farmakoterapi
a. gejala manik

anti manik

b. gejala depresif

anti depresif

c. gejala psikosis

anti psikosis

Bila gejala negatif > gejala positif = antipsikosis atipikal


Bila gejala positif > gejala negatif = antipsikosis tipikal

SKIZOAFEKTIF
Obat antipsikotik : APG 1 dan APG 2
APG 1 : trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol dan
pimozide
APG 2 : clozapine, olanzapine, quetiapine dan rispendon

SKIZOAFEKTIF
Terapi psikososial :
1. Psikoterapi individual
2. Terapi suportif
3. Social skill training
4. Terapi okupasi
5. Terapi kognitif dan perilaku (CBT)
6. Psikoterapi kelompok
7. Psikoterapi keluarga
8. Manajemen kasus
9. Assertive Community Treatment (ACT)

SKIZOAFEKTIF
Prognosis :
1. Prognosis bisa diperkirakan dengan melihat seberapa
jauh menonjolnya gejala skizofrenianya, atau gejala
gangguan afektifnya
2. Semakin menonjol dan persisten gejala skizofrenianya
maka prognosis buruk
3. Semakin persisten gejala-gejala gangguan afektifnya,
prognosis semakin baik

GANGGUAN
KEPRIBADIAN
PARANOID

Definisi
Ketidakpercayaan terhadap orang lain bahwa orang lain berniat buruk
kepadanya, berniat pervasive, awitan dewasa muda, nyata dalam
berbagai konteks.
Teori kognitif behavioral : selalu dalam keadaan waspada

Yang dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian ini :


Pola asuh orangtua yang salah
Pengalaman masa kecil yang buruk
Lingkungan

Epidemiologi
0,5% - 2,5% dari seluruh populasi
Insiden lebih tinggi, bila mempunyai saudara yang mengalami
skizofrenia
Pria > wanita

Etiologi
Faktor genetika
Faktor temperamental
Isolasi social
Faktor biologis

Gambaran Klinis
Terlihat mulai pada masa anak anak dan remaja, dengan sifat :
Menyendiri, hubungan antar masyarakat yang kurang, kecemasan
social, hasil yang kurang di sekolah, hipersensitivitas
Punya sifat curiga yang menonjol
Agresif
Pemberontak dan angkuh
Menolak untuk memaafkan, walaupun hanya kesalahan kecil

Pasien masih berhubungan dengan realitas tidak mempunyai


halusinasi atau delusi
Tidak bersahabat, sehingga senang menyendiri
Dapat bekerja dengan efisien tetapi tidak fleksible
Dapat memenuhi sendiri kebutuhannya
Melemparkan kesalahan dan tanggun jawab
Sulit bergaul
Sikap bermusuhan dan keras kepala (sarkastik)

Diagnosis
Pemeriksaan psikiatri
Lihat premorbid pasien dari mulai lahir hingga masa dewasa max
umur 18 tahun
Pasien cenderung bertindak formal dan membingungkan
Ketegangan otot, ketidakmampuan bersantai
Sikap pasien serius tanpa humor
Kemampuan bicara (arus piker) terarah dan logis
Isi pikiran adanya proyeksi, menuduh, ide ide referensi

Kriteria DSM VI
Sebuah ketidakpercayaan meluas dan kecurigaan orang lain sehingga
motif mereka ditafsirkan sebagai jahat, dimulai dengan awal masa
dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan
oleh empat (atau lebih) sebagai berikut :
Kecurigaan, tanpa dasar yang cukup, bawah orang lain
memanfaatkan, membahayakan, atau menipu dia
Sibuk dengan keraguan yang tidak tepat tentang loyalitas atau
kepercayaan dari teman teman atau reka
Enggan untuk menceritakan pada orang lain karena takut yang tidak
beralasan bahwa informasi tersebut akan digunakan jahat terhadap
dia

Membaca arti merendahkan yang tersembunyi atau mengancam dalam


komentar atau peristiwa
Terus menerus dendam, menolak memaafkan penghinaan atau
masalah kecil yang menyebabkan hatinya terluka
Merasakan serangan pada karakter atau reputasinya yang tidak jelas
dan cepat untuk bereaksi dengan marah atau membalas
Memiliki kecurigaan yang berulang, tanpa pembernaran, tentang
kesetiaan pasangan atau pasangan seksual

Tidak terjadi secara eksklusif selama skizofrenia, gangguan mood


dengan ciri psikotik, atau gangguan psikotik lain dan bukan karena efek
fisiologis langsung dari suatu kondisi medis umum

Kriteria PPDGJ III


Kepekaan berlebihan untuk tetap menyimpng terhadap kegagalan
dan penolakan
Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak
untuk memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil
Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk
mendistorsikan pengalaman dengan menyalahartikan tindakan orang
lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan
atau penghinaan
Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa
memperhatikan situasi yang ada (actual situation)

Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justification) tentang


kesetiaan seksual dari pasangannya
Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan, yang
bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri (self
referential attitude)
Preokupasi dengan penjelasan penjelasan yang bersekongkol dan
tidak substansif dari suatu peristiwa baik yang menyangkut diri pasien
sendiri maupun dunia pada umumnya

Terapi

Tujuan terapi :
Menghargai dan menerima perasaan mereka sendiri
Untuk lebih meningkatkan harga diri pasien
Mengembangkan pandangan untuk lebih percaya dengan orang lain

Psikoterapi
Para ahli terapi harus bersikap professional
Untuk tidak melakukan kontak fisik
Pasien paranoid tidak bekerja baik dalam psikoterapi kelompok

Farmakoterapi
Diazepam, dosis 10-30 mg/hari
Anti-psikoti

Prognosis
Pada beberapa orang gangguan kepribadian paranoid terjadi seumur
hidup
Seringkali menjadi tanda munculnya skizofrenia.

Anda mungkin juga menyukai