Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Infeksi Nifas

Dosen Pengampu: Dr. Atik Hodikoh, M.Kep. Sp. Mat

Dibuat Oleh :

Rismayani Lubis P17320319084

Shelma Novanda P17320319086

Tingkat 2B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat
iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan
untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Infeksi Nifas”.
Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk Ibu Dr.
Atik Hodikoh, M.Kep. Sp. Mat selaku dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas yang telah
menyerahkan kepercayaannya kepada kami guna menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para
pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Bogor, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................1
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................................2
BAB II..........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................................................3
A. Pengertian..........................................................................................................................................3
B. Perubahan Masa Nifas............................................................................................................3
C. Tahap Masa Nifas............................................................................................................................4
D. Tanda Bahaya Masa Nifas atau Komplikasi Masa Nifas.................................................................4
E. Infeksi Masa Nifas...........................................................................................................................6
F. Tanda dan Gejala Infeksi Nifas........................................................................................................7
G. Pencegahan terjadinya Infeksi Nifas................................................................................................8
H. Pengobatan Infeksi Nifas.................................................................................................................8
I. Macam-macam Infeksi Nifas...........................................................................................................8
BAB III ASUHAN KEPERAWTAN........................................................................................................11

Konsep Asuhan Keperawatan Infeksi Nifas/ Infeksi Post Partum………………………………………..11


ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................................................................17
BAB IV PENUTUP...................................................................................................................................27
A. Kesimpulan....................................................................................................................................27
B. Saran..............................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................28

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Infeksi post partum adalah infeksi bakteri pada traktus genetalia, terjadi sesudah
melahirkan ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari
dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama.

Kasus infeksi pada post partum sering terjadi. Pada dasarnya prognosisnya baik
bila diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Menurut derajatnya, septicemia merupakan
infeksi paling berat dengan mortalitas tinggi, diikuti peritonitis umum dan piemia. Infeksi
post partum bila tidak diatasi dengan baik dan professional sering mengalami morbiditas
dan mortalitas yang tinggi. Terutama bila sumber infeksi telah menjajar pada organ-organ
vital.

Infeksi nifas merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca bersalin. Derajat
komplikasi masa nifas bervariasi. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode masa
nifas karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas
terjadi dalam 24 jam pertama pasca persalinan (Saifuddin, 2006).

Penanganan umum selama masa nifas antara lain antisipasi setiap kondisi (faktor
predisposisi dan masalah dalam proses persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit
atau komplikasi dalam masa nifas, memberikan pengobatan yang rasional dan efektif
bagi ibu yang mengalami infeksi nifas, melanjutkan pengamatan dan pengobatan
terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan maupun persalinan,
jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampau, memberi catatan atau
intruksi untuk asuhan mandiri di rumah, gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus
mendapat pertolongan dengan segera serta memberikan hidrasi oral atau IV secukupnya
(Saifuddin, 2006).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Masa Nifas
2. Bagaimana perubahan masa nifas
3. Bagaimana tahap masa nifas
4. Bagaimana tanda bahaya masa nifas
5. Apa yang dimaksud dengan Infeksi Masa Nifas
6. Sebutkan tanda dan gejala Infeksi Nifas
7. Bagaimana pencegahan terjadinya infeksi nifas
8. Bagaimana pengobatan infeksi nifas
9. Sebutkan macam-macam infeksi nifas

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu masa nifas
2. Untuk mengetahui perubahan masa nifas
3. Untuk mengetahui tahap masa nifas
4. Untuk mengetahui tanda bahaya masa nifas
5. Untuk mengetahui apa itu infeksi masa nifas
6. Untuk mengetahui tanda dan gejala infeksi nifas
7. Untuk mengetahui pencegahan terjadinya infeksi nifas
8. Untuk mengetahui pengobatan infeksi nifas
9. Untuk mengetahui macam-macam infeksi nifas

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian
Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-
kira 6 minggu. Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu
setelah persalinan. Periode pasca partum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput
janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi
wanita pada kondisi tidak hamil. Periode ini juga disebut periode puerperium, dan wanita
yang mengalami puerperium disebut puerpera. Proses ini dimulai setelah selesainya
persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum
hamil / tidak hamil sebagai akibat adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses
persalinan (Saleha, 2009, Varney, 2008).
Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan
dan nifas (Saleha, 2009, Wiknjosastro, 2007).
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan.
(Saifuddin, 2006)

B. Perubahan Masa Nifas


Secara garis besar terdapat tiga proses penting di masa nifas, yaitu
sebagai berikut:
1) Pengecilan Rahim
Rahim merupakan organ tubuh yang spesifik dan unik karena dapat mengecil
serta membesar dengan menambah atau mengurangi jumlah selnya. Pada wanita yang
tidak hamil, berat rahim sekitar 30 gram. Selama kehamilan rahim makin lama makin
membesar. Setelah
bayi lahir umumnya berat rahim menjadi sekitar 1.000 gram dan dapat diraba kira-kira
setinggi 2 jari di bawah umbilikus. Setelah 1 minggu kemudian beratnya berkurang jadi
sekitar 500 gram. Sekitar 2 minggu beratnya sekitar 300 gram dan tidak dapat diraba lagi.
Jadi, secara alamiah rahim akan kembali mengecil perlahanlahan ke bentuknya
semula. Setelah 6 minggu beratnya sudah sekitar 40-60 gram. Pada saat ini masa nifas
dianggap sudah selesai namun sebenarnya rahim akan kembali ke posisinya yang normal
dengan berat 30 gram dalam waktu 3 bulan setelah masa nifas. Selama masa pemulihan 3
bulan ini bukan hanya rahim saja yang kembali normal tapi juga kondisi tubuh ibu secara
keseluruhan.

3
2) Kekentalan darah (hemokonsentrasi) kembali normal
Selama hamil, darah ibu relatif lebih encer, karena cairan darah ibu banyak,
sementara sel darahnya berkurang. Setelah melahirkan sistem sirkulasi darah ibu akan
kembali seperti semula. Darah mulai mengental, dimana kadar perbandingan sel darah
kembali normal. Umumnya hal ini terjadi pada hari ke-3 sampai ke-15 pascapersalinan.

3) Proses laktasi dan menyusui


Proses ini timbul setelah plasenta atau ari-ari lepas. Plasenta mengandung hormon
penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang menghambat pembentukan ASI. Setelah
plasenta lepas hormon plasenta itu tidak dihasilkan lagi, sehingga terjadi produksi ASI.
ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan (Saleha, 2009).

C. Tahap Masa Nifas


Tahapan masa nifas adalah sebagai berikut:
1) Puerperium Dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dalam agama Islam dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2) Puerperium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3) Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan
(Ambarwati, 2008).

D. Tanda Bahaya Masa Nifas atau Komplikasi Masa Nifas


Beberapa wanita setelah melahirkan secara fisik merasakan ketidaknyamanan
terutama pada 6 minggu pertama setelah melahirkan di antaranya mengalami beragam
rasa sakit, nyeri, dan gejala tidak menyenangkan lainnya adalah wajar dan jarang
merupakan tanda adanya sebuah masalah. Namun tetap saja, semua ibu yang baru
melahirkan perlu menyadari gejala-gejala yang mungkin merujuk pada komplikasi
pascapersalinan (Murkoff, 2007).

Gejala atau tanda bahaya yang harus diwaspadai diantaranya sebagai berikut:

1) Perdarahan postpartum

Dengan tanda dan gejala secara umum sebagai berikut:

Perdarahan yang membutuhkan lebih dari satu pembalut dalam waktu satu atau
dua jam, sejumlah besar perdarahan berwarna merah terang tiap saat setelah minggu
pertama pascapersalinan. Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-

4
600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir. Menurut waktu terjadinya dibagi atas
dua bagian yaitu: Perdarahan Postpartum Primer (early postpartum hemorrhage) yang
terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir dan perdarahan postpartum sekunder (late
postpartum hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam, biasanya antara hari ke-5 sampai
ke-15 postpartum (Mochtar, 2002).

Hal-hal yang menyebabkan perdarahan postpartum adalah atonia uteri, perlukaan


jalan lahir, terlepasnya sebagian plasenta dari uterus, tertinggalnya sebagian dari
plasenta seperti kotiledon atau plasenta suksenturiata, endometritis puerperalis,
penyakit darah (Mochtar, 2002, Wiknjosastro, 2007, Saleha, 2009).

Pencegahan perdarahan postpartum

Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah


dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan antenatal care yang baik. Ibu-ibu yang
mempunyai predisposisi atau riwayat perdarahan postpartum sangat dianjurkan untuk
bersalin di rumah sakit.

Tanda dan gejala Perdarahan postpartum:

a) Uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan segera setelah anak lahir (Atonia
uteri).

b) Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir, uterus berkontraksi dan keras,
plasenta lengkap (Robekan jalan lahir).

c) Plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, uterus berkontraksi dan keras
(Retensio plasenta)

d) Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap,


perdarahan segera (Sisa plasenta)

e) Sub-involusi uterus, nyeri tekan perut bawah dan pada uterus, perdarahan sekunder,
lokhia mukopurulen dan berbau (Endometritis atau sisa fragmen plasenta) (Saifuddin,
2007).

Penanganan Umum perdarahan postpartum:

a) Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal

b) Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman (termasuk upaya
pencegahan perdarahan postpartum)

c) Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pascapersalinan dan lanjutkan


pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya

5
d) Selalu siapkan keperluan tindakan darurat

e) Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan
masalah dan komplikasi

f) Atasi syok

g) Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukan pijatan uterus,
beri uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infus 20 IU dalam 500 cc NS/RL dengan tetesan
per menit).

h) Pastikan plasenta lahir dan lengkap, eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir.

i) Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.

j) Pasang kateter menetap dan pantau masuk keluar cairan.

k) Cari penyebab perdarahan dan lakukan tindakan spesifik (Saifuddin, 2007)

E. Infeksi Masa Nifas


Dengan tanda dan gejala secara umum sebagai berikut:

a) Setelah 24 jam pertama, suhu di atas 370C lebih dari 1 hari. Tetapi kenaikan suhu
tubuh temporal hingga 410C tepat seusai melahirkan (karena dehidrasi) atau demam
ringan tidak lebih dari 380C pada waktu air susu mulai keluar tidak perlu
dikhawatirkan.

b) Rasa sakit atau tidak nyaman, dengan atau tanpa pembengkakan, di area abdominal
bawah usai beberapa hari melahirkan.

c) Rasa sakit yang tak kunjung reda di daerah perineal, setelah beberapa hari pertama.

d) Bengkak di tempat tertentu dan/atau kemerahan, panas, dan keluar darah di tempat
insisi Caesar.

e) Rasa sakit di tempat tertentu, bengkak, kemerahan, panas, dan rasa lembek pada
payudara begitu produksi penuh air susu mulai berkurang yang bisa berarti tanda-tanda
mastitis.

Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan disebut infeksi nifas. Suhu
380C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur per oral
sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai morbiditas puerperalis. Kenaikan suhu pada masa
nifas dianggap sebagai infeksi nifas apabila tidak ditemukan sebab-sebab ekstragenital
(Saifuddin, 2007).

6
Infeksi peurperium adalah infeksi bakteri yang berasal dari saluran reproduksi selama
persalinan atau puerperium (Varney, 2008).

Penyebab predisposisi infeksi nifas:

a) Persalinan lama, khususnya dengan pecah ketuban

b) Pecah ketuban yang lama sebelum persalinan

c) Teknik aseptik tidak sempurna

d) Bermacam-macam pemeriksaan vagina selama persalinan, khususnya pecah ketuban

e) Tidak memperhatikan teknik mencuci tangan

f) Manipulasi intra uteri (misal: eksplorasi uteri, pengeluaran plasenta manual)

g) Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka, seperti laserasi yang tidak diperbaiki

h) Hematoma

i) Hemoragi, khususnya jika kehilangan darah lebih dari 1000 ml

j) Pelahiran operatif terutama pelahiran melalui seksio sesaria

k) Retensi sisa plasenta atau membran janin

l) Perawatan perineum tidak memadai

m) Infeksi vagina/serviks atau penyakit menular seksual yang tidak ditangani

Organisme infeksius pada infeksi puerperium berasal dari tiga sumber yaitu
organisme yang normalnya berada dalam saluran genetalia bawah atau dalam usus besar,
infeksi saluran genetalia bawah, dan bakteri dalam nasofaring atau pada tangan personel
yang menangani persalinan atau di udara dan debu lingkungan.

F. Tanda dan Gejala Infeksi Nifas


Tanda dan gejala infeksi umumnya termasuk peningkatan suhu tubuh, malaise
umum, nyeri, dan lokhia berbau tidak sedap. Peningkatan kecepatan nadi dapat terjadi,
terutama pada infeksi berat. Interpretasi kultur laboratorium dan sensitivitas, pemeriksaan
lebih lanjut, dan penanganan memerlukan diskusi dan kolaborasi dengan dokter (Varney,
2008).
Tanda dan gejala infeksi meliputi sebagai berikut: Nyeri lokal, disuria, suhu
derajat rendah jarang, di atas 38,30C, edema, sisi jahitan merah dan inflamasi,

7
mengeluarkan pus atau eksudat berwarna abu-abu kehijauan, pemisahan atau terlepasnya
lapisan luka operasi.
G. Pencegahan terjadinya Infeksi Nifas
a) Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat di jalan lahir. Pada hari-hari
pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari
luar. Oleh sebab itu, semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital
harus suci hama.
b) Pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin.
c) Setiap penderita dengan tanda-tanda infeksi jangan dirawat bersama dengan wanita-
wanita dalam masa nifas yang sehat (Winkjosastro, 2007).
H. Pengobatan Infeksi Nifas
Antibiotika mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi
nifas. Sudah barang tentu jenis antibiotika yang paling baik adalah yang mempunyai
khasiat yang nyata terhadap kuman-kuman yang menjadi penyebab infeksi nifas.
Sebelum terapi dimulai, dilakukan pembiakan getah vagina serta serviks dan kemudian
dilakukan tes-tes kepekaan untuk menentukan terhadap antibiotik mana kuman-kuman
yang bersangkutan peka. Karena pemeriksaan ini memerlukan waktu, maka pengobatan
perlu dimulai tanpa menunggu hasilnya. Dalam hal ini dapat diberikan penicilin dalam
dosis tinggi atau antibiotika dengan spektrum luas (broad spectrum antibiotics) seperti
ampicillin, dan lainlain. Setelah pembiakan serta tes-tes kepekaan diketahui, dapat
dilakukan pengobatan yang paling sesuai.
Di samping pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk
mempertinggi daya tahan tubuh tetap perlu dilakukan. Perawatan baik sangat penting,
makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan hendaknya diberikan dengan cara
yang cocok dengan keadaan penderita, dan bila perlu transfusi darah dilakukan
(Winkjosastro, 2007).
I. Macam-macam Infeksi Nifas
1. Vulvitis
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan sekitarnya
membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah terlepas, dan luka
yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan pus.
2. Vaginitis
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui
perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus, dan getah
mengandung nanah yang keluar dari ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada
umumnya infeksi tinggal terbatas.
3. Servisitis
Infeksi servik juga sering terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan banyak
gejala. Luka servik yang dalam, meluas, dan langsung ke dasar ligamentum latum
dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
4. Endometritis
8
Jenis infeksi yang paling sering adalah endometritis. Kumankuman memasuki
endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan dalam waktu singkat
mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak
seberapa patogen, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama
dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri
atas keping-keping nekrotis serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan
daerah sehat terdapat lapisan terdiri atas leukosit-leukosit. Pada infeksi yang lebih
berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
5. Septikemia dan piemia
Ini merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman-kuman yang sangat
patogen biasanya Streptococcus haemolilyticus golongan A. Infeksi ini sangat
berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian karena infeksi nifas. Adanya
septikemia dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah. Pada
piemia terdapat dahulu tromboflebitis pada vena-vena di uterus serta sinus-sinus pada
bekas implantasi plasenta.
Tromboflebitis ini menjalar ke vena uterina, vena hipogastrika dan/atau vena
ovarii. Dari tempat-tempat trombus itu embolus kecil yang mengandung kuman-
kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk ke dalam peredaran darah
umum dan dibawa oleh aliran darah ke tempat-tempat lain, diantaranya paru, ginjal,
otak, jantung, dan mengakibatkan terjadinya abses-abses di tempat-tempat tersebut.
Keadaan ini dinamakan piemia.
6. Peritonitis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di dalam uterus langsung
mencapai peritonium dan menyebabkan peritonitis, atau melalui jaringan di antara
kedua lembar ligamentum latum yang menyebabkan parametritis (selulitis pelvika).
7. Parametritis (selulitis pelvika)
Peritonitis dapat pula terjadi melalui salpingo-ooforitis atau selulitis pelvika.
Peritonitis mungkin terbatas pada rongga pelvis saja (pelvioperitonitis) atau menjadi
peritonitis umum. Peritonitis umum merupakan komplikasi yang berbahaya dan
merupakan sepertiga dari sebab kematian kasus infeksi.
8. Mastitis dan abses

Mastitis adalah infeksi payudara. Meskipun dapat terjadi pada setiap wanita,
mastitis semata-mata komplikasi pada wanita menyusui. Mastitis harus dibedakan dari
peningkatan suhu transien dan nyeri payudara akibat pembesaran awal karena air susu
masuk ke dalam payudara. Organisme yang biasa menginfeksi termasuk S. aureus,
streptococci dan H.parainfluenzae. Cedera payudara mungkin Karena memar karena
manipulasi yang kasar, pembesaran payudara, stasis air susu ibu dalam duktus, atau
pecahnya puting susu.

9
Bakteri berasal dari berbagai sumber diantaranya: tangan ibu, tangan orang yang
merawat ibu atau bayi, bayi, duktus laktiferus, darah sirkulasi. Sedangkan tanda dan
gejala mastitis diantaranya meliputi: peningkatan suhu yang cepat dari 39,50C sampai
400C, peningkatan kecepatan nadi, menggigil, malaise umum, sakit kepala, nyeri hebat,
bengkak, inflamasi, area payudara keras.

Penanganan terbaik mastitis adalah dengan pencegahan. Pencegahan dilakukan


dengan mencuci tangan menggunakan sabun antibakteri, pencegahan pembesaran dengan
menyusui sejak awal dan sering. Posisi bayi yang tepat pada payudara, penyangga
payudara yang baik tanpa konstriksi, membersihkan hanya dengan air tanpa agen
pengering, observasi bayi setiap hari terhadap adanya infeksi kulit atau tali pusat dan
menghindari kontak dekat dengan orang yang diketahui menderita infeksi atau lesi
stafilokokus.

Mastitis yang tidak ditangani memiliki hampir 10 % risiko terbentuknya abses.


Tanda dan gejala abses meliputi: Dischargeputing susu purulenta, demam remiten (suhu
naik turun) disertai menggigil, pembengkakan payudara dan sangat nyeri massa besar dan
keras dengan area kulit berwarna berfluktuasi kemerahan dan kebiruan mengindikasikan
lokasi abses berisi pus.

Jika diduga mastitis, intervensi dini dapat mencegah perburukan. Intervensi meliputi
beberapa tindakan higiene dan kenyamanan:

1) BH yang cukup menyangga tetapi tidak ketat


2) Perhatian yang cermat saat mencuci tangan dan perawatan
3) Payudara
4) Kompres hangat pada area yang terkena
5) Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu
6) Peningkatan asupan cairan
7) Istirahat
8) Membantu ibu menentukan prioritas untuk mengurangi stres dan
9) keletihan dalam kehidupannya
10) Suportif, pemeliharaan perawatan ibu (Winkjosastro, 2007, Varney, 2008).

10
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep Asuhan Keperawatan Infeksi Nifas/ Infeksi Post Partum


1. Pengkajian
a. anamnesa
1) Identitas Klien
2) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan klien pernah menderita infeksi tenggorokan
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh badan lemah, demam, nadi cepat, nafas
sesak, badan menggigil, gelisah, nyeri pada daerah luka operasi
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan salah satu anggota keluarga ada yang menderita infeksi
tenggorokan 
3) Pola Fungsi Kesehatan
a. Aktivitas / istirahat
Biasanya klien mengeluh malaise, letargi, kelelahan / keletihan yang
terus menerus (persalinan lama, stressor pasca partum multiple)
b. Sirkulasi
Biasanya tachikardi dari berat sampai bervariasi
c. Eliminasi
Biasanya BAB klien diare / konstipasi
d. Makanan / Cairan
Biasanya anoreksia, mual / muntah, haus, membran mukosa kering,
distensi abdomen, kekakuan, nyeri lepas
e. Neurosensori
Biasanya klien mengeluh sakit kepala
f. Pernafasan
Biasanya pernafasan cepat / dangkal
g. Nyeri / Ketidaknyamanan
Biasanya nyeri abdomen bawah / uteri, nyeri tekan / nyeri local,
disuria, ketidaknyamanan abdomen, sakit kepala
h. Integritas Ego
Biasanya klien ansietas, gelisah
i. Keamanan
Biasanya terjadi peningkatan suhu tubuh yang merupakan tanda
infeksi dan dapat pula terjadi menggigil berat atau berulang
j. Seksualitas

11
Biasanya pecah ketuban dini / lama, persalinan lama, subinvolusi
uterus mungkin ada, lochea bau busuk dan banyak / berlebihan, tepi
insisi kemerahan, edema, keras, nyeri tekan / memisah dengan
drainase purulen.
4) Kebiasaan Sehari – hari
1. Kebiasaan perorangan
Biasanya kebersihan perorangan tidak terjaga sehingga kuman –
kuman mudah masuk / pathogen ada dalam tubuh.
2. Makan / Minum
Biasanya klien mengeluh anoreksia, mual / muntah, sering
merasahaus.
3. Tidur
Biasanya tidur klien mengalami gangguan karena suhu badan
meningkat dan badan menggigil.
5) Data Sosial Ekonomi
Biasanya penyakit ini banyak ditemukan pada ekonomi rendah dengan
stressor bersamaan
6) Data Psikologi
Biasanya klien dengan penyakit ini gelisah karena terjadinya peningkatan
suhu tubuh dan nyeri tekan pada abdomen 
b. Pemeriksaan Fisik
a) Payudara dan putting susu
1. Simetris/tidak
2. Konsistensi ada pembengkakan/tidak
3. Puting menonjol/tidak, lecet/tidak
b) Abdomen
i. Uterus
Normal : kokoh, berkontraksi baik dan tidak berada diatas ketinggian
fundal saat masa nifas segera.
Abnormal : lembek, diatas ketinggian fundal saat masa nifas segera.
2. Kandung kemih : bisa buang air/tak bisa buang air
c) Keadaan genitalia
1. Lochea
Normal :
a. Merah hitam (lochea rubra)
b. Bau biasa
c. Tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku
b. Jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti
pembalut setiap 3-5 jam)
Abnormal :
a. Merah terang
12
b. Bau busuk
c. Mengeluarkan darah beku
d. Perdarahan hebat ?(memerlukan penggantian pembalut setiap 0-2 jam)
2. Perinium
Edema, inflamasi, hematoma, pus, bekas luka episiotomi/robek, jahitan,
memar, hemorrhoid (wasir/ambeien).
3. Keadaan anus : haemoroid
d) Ekstremitas : varises, betis apakah lemah dan panas, edema, reflek
e) Kulit : pasien biasanya dengan kulit kemerahan, bengkak

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
b. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
c. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan pemajanan terhadap
patogen
d. Ansietas berhubungan dengan infeksi
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kesalahan intepretasi informasi
f. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan poliuria
g. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan infeksi: lesi, abses, episiotomi
h. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan cedera

3. Perencanaan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
Tujuan : Rasa nyaman nyeri dapat teratasi
Kriteria :
1) Mampu mengontrol nyeri
2) Mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
3) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
            Intervensi :
1) Kaji lokasi dan sifat ketidaknyamanan / nyeri
2) Berikan instruksi mengenal nyeri (skala, intensitas, frekuensi)
3) Instruksikan klien dalam melakukan teknik relaksasi,
memberikan aktivitas pengalihan seperti : radio, televisi,
membaca
4) Kurangi faktor presipitasi nyeri
Kolaborasi : 
1) Berikan analgetik / antipiretik
2) Berikan kompres panas local
3) Jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
4) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
13
5) Tingkatkan istirahat
6) Monitor penerimaan pasien tetang manjemen nyeri
b. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
Tujuan : Suhu tubuh normal
Kriteria :
1) Tidak ada tanda – tanda peningkatan suhu tubuh
2) TTV dalam batas normal
Intervensi :
1) Monitor suhu sesering mungkin
2) Monitor warna dan suhu kulit
3) Monitor TTV
4) Monitor penurunan tingkat kesadaran
5) Monitor intake dan output
6) Kompres hangat
7) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik dan
antibiotic
8) Tingkatkan sirkulasi udara
9) Anjurkan untuk banyak minum air putih
c. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pemajaman
terhadap patogen
Tujuan : Klien akan mengambil tindakan untuk mencegah / menurunkan
resiko penyebaran infeksi
Kriteria :
1) Suhu tubuh dalam batas normal
2) Lekosit dalam batas normal
3) pengetahuan meningkat mengenai resiko infeksi dan
pencegahannya
Intervensi : 
1) Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi
2) Awasi suhu sesuai indikasi
3) Pertahankan kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk staf,
klien dan pengunjung
4) Anjurkan/ demonstrasikan pembersihan perineum yang benar
setelah berkemih, defekasi dan sering ganti balutan 
5) Demonstrasikan masase fundus yang tepat 
6) Monitor TTV 
7) Observasi tanda infeksi lain 
8) Kolaborasi : Pantau pemeriksaan laboraturium
d. Ansietas berhubungan dengan infeksi
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan
mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang
14
Kriteria :
1) Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik
untuk mengontrol cemas
2) Vital sign normal
3) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh menunjukkan
berkurangnya kecemasan
Intervensi :
1) Gunakan pendekatan yang menyenangkan
2) Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska
persalinan
3) Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
4) Perlakukan pasien secara lembut, empati, serta sikap mendukung
5) Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
6) Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
7) Kaji mekanisme koping yang digunakan klien
8) Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
takut
9) Dorong keluarga untuk menemani anak
10) Dengarkan dengan penuh perhatian
11) Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
12) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
13) Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
14) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat untuk
mengurangi kecemasan
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kesalahan intepretasi informasi
Tujuan : Pasien dan keluarga paham tentang penyakit, kondisi, prognosis
dan program pengobatan
Kriteria :
1) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
2) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainnya
Intervensi :
1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
proses penyakit yang spesifik
2) Jelaskan patofisiologi dari penyakit
3) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
4) Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
5) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi
15
6) Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien
7) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit
8) Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
f. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan poliuria
Tujuan : Klien mampu mempertahankan urine output
Kriteria :
1) TTV normal
2) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik,
membran mukosa lembab
Intervensi :
1) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2) Monitor status dehidrasi
3) Monitor vital sign
4) Monitor status nutrisi
5) Dorong masukan oral
6) Atur kemungkinan transfusi
7) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan IV
g. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan infeksi: lesi, abses, episiotomi
Tujuan : Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
Kriteria :
1) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperature, hidrasi, pigmentasi)
2) Tidak ada luka/lesi pada kulit
3) Perfusi jaringan baik
4) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit
dan perawatan alami
Intervensi :
1) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2) Hindari kerutan pada daerah yang lesi
3) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4) Monitor kulit akan adanya kemerahan
5) Monitor status nutrisi pasien
6) Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses
penyembuhan pada luka yang ditutup dengan jahitan
7) Monitor proses kesembuhan area insisi
8) Gunakan preparat antiseptic sesuai program
h. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan cedera
Tujuan : Klien memiliki body image positif
Kriteria :
16
1) Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
2) mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh
Intervensi :
1) Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya
2) Monitor frekuensi mengkritik dirinya
3) Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan
prognosis penyakit
4) Dorong klien mengungkapkan perasaannya
5) Berikan lingkungan yang tenang untuk pasien
6) Berikan motivasi untuk pasien
7) Berikan ketenangan untuk pasien tentang penyakitnya
8) Dorong keluarga untuk menerima kondisi pasien

B. Pengkajian
a. Identitas

Nama ibu : Ny. M Penanggung jawab : Tn. A

Umur : 27 Tahun Umur : 30 Tahun

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP

Agama : Islam Agama : Islam

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wirausaha

Status perkawinan : Menikah Hub. Dengan Klien : Suami

Alamat : Parakan salak Alamat : Parakan salak

Tanggal masuk rumah sakit : 25 September 2020

Tanggal pengkajian : 25 September 2020

Diagnosa medis : Mastitis

b. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan utama
Nyeri pada payudara

2. Riwayat kesehatan
17
 Perjalanan penyakit s/d masuk RS
Klien mempunyai riwayat post partum spontan anak pertama perempuan, hari ke 6.

 Keluhan saat dikaji


Klien mengatakan nyeri pada daerah payudara ketika di sentuh atau sedang menyusui,
nyerinya seperti di tusuk-tusuk dengan skala 4, nyeri hilang timbul, terasa panas dan
bengkak pada payudara. Klien mengatakan tidak bisa menyusui sudah selama 2 hari.

3. Riwayat Pengkajian Sekarang ( Kala I-IV termasuk keadan bayi)


 Jenis persalinan : Spontan
 Indikasi : Tidak ada
 Tanggal : 15 September 2020
 Pukul : 10.30 WIB
 Jenis Kelamin : Perempuan
 BB : 2300 gr
 PB : 50 cm
 Keadaan anak : Sehat
 Proses persalinan :
- Ketuban : Pecah spontan
- Warna : Putih Jernih
- Kala I : 6 jam 15 menit
- Kala II : - 10 jam
- Kala III : - jam 15 menit
- Kala IV : Perineum tidak rupture
- Jahitan : tidak ada
- Anastesi yang digunakan : tidak ada
- Jumlah pendarahan :
 Kala I : 50 cc
 Kala II : 125 cc
 Kala III : 100 cc
 Kala IV : 75 cc
 Total : 350 cc

4. Status Obtektri

Nifas hari ke : 6................P..1..............A...0.....................

ANA JENIS RIWAYAT PERSALINAN


K KE KELAMI
N USIA KEADAA PENOLON PENYAKI BBL KET
KEHAMILA 18
N BAYI G T NIFAS
N
1 Perempuan 36 minggu Sehat Bidan - 230 Norma
0 gr l
5. Kontrasepsi atau KB

 Riwayat KB : Klien mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi


sebelumnya

6. Riwayat penyakit keluarga


Klien mengatakan keluarganya tidak pernah menderita penyakit yang sama dengannya.
Klien mengatakan keluarganya juga tidak memiliki riwayat penyakit menurun seperti
diabetes mellitus, hipertensi, serta penyakit menular seperti TBC, hepatitis, dan HIV.
7. Pola kebiasaan sehari-hari

 Pola makan
- Sebelum sakit klien mengatakan makan 3x sehari dan minum 8 gelas sehari
- Saat dirumah sakit klien mengatakan makan 2x sehari pagi dan sore, klien
mengatakan tidak terlalu nafsu makan karena nyeri dan minum 8 gelas sehari
 Pola eleminasi
- Klien mengatakan BAB 1x/hari, konsistensi lembek, warna kuning. BAK 4x/hari,
jumlah 1000cc, warna kuning.
 Pola istirahat dan tidur
- Klien mengatakan sulit untuk tidur karena nyeri sehingga tidak nyaman
 Pola higiene
- Klien mengatakan mandi 1 kali sehari dan sikat gigi 2 kali sehari. Pakaian klien
selalu bersih
 Pola aktivitas
- Klien mengatakan aktivitasnya terganggu karena nyeri dan juga mengalami
demam.
8. Psikososial

 Sikap terhadap bayi : klien mengatakan cemas untuk menyusui anaknya


 Dukungan keluarga : suami klien dan keluarganya sangat mendukung dan
selalu memberi semangat
 Keadaan mental : klien mengatakan merasa sedikit cemas akan kondisinya
tapi lebih merasa bahagia karena anaknya lahir dengan selamat

c. Pemeriksaan Fisik

Tanda- tanda vital


 Tekanan darah : 110/70 mm/Hg

19
 Suhu : 38,5̊ C
 Nadi : 80 x/ menit
 Pernapasan : 20 x/ menit
Fokus pemeriksaan fisik
 Kondisi mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikteris, respon cahaya pupil
isokor +/+, dengan diameter 2 cm
 Mulut dan gigi : mulut mukosa bibir lembab, tidak terdapat stomatitis pada lidah
dan geraham berfungsi dengan baik
 Payudara :
 Inspeksi : terdapat pembengkakan, payudara membesar asimetris (kanan
lebih besar), kemerahan, papilla mamae inverted dan kotor
 Palpasi : terdapat nyeri tekan dan pembengkakan
 Pengeluaran : Kolostrum
 Abdomen :
 Inspeksi : bentuk abdomen flat, tidak ada benjolan/massa, tidak ada
spider nevi
 TFU : 2 jari dibawah pusat
 Kontraksi : kontraksi uterus baik
 Diastatis Rectus Abdominus : 2/5 jari
 Genetalia : genetalia bersih, ada luka jahitan episiotomi tetapi tidak nyeri,
tidak ada tanda-tanda infeksi
 Lochea : berwarna merah
 Perineum : perineum dijahit, tetapi tidak ada nyeri

 Ektremitas bawah :
 Varises : tidak ada varises
 Tanda Homan’s : Tidak terdapat tanda Homan’s

 Latihan yang telah dilakukan :-

d. Pemeriksaan Penunjang
-
e. Penatalaksanaan terapi
-

B. Analisa Data
DATA PENYEBAB MASALAH
DS : Agen cidera biologis MASTITIS Nyeri Akut
Klien mengatakan nyeri ↓
pada daerah payudara ketika Statis ASI

20
di sentuh atau sedang ↓
menyusui, nyerinya seperti Tekanan di dalam duktus (saluran
ditusuk-tusuk dengan skala ASI)
4, nyeri hilang timbul ↓
DO : Permeabilitas jaringan ikat
1. ↓
2. Protein kekebalan tubuh dan Na
3. dari plasma masuk ke ASI
4. ↓
5. Respon inflamasi
6. ↓
Kerusakan jaringan

Sel melepaskan mediator nyeri :
prostaglandin, sitokinin

Impuls ke pusat nyeri di otak

Somasensori korteks otak: nyeri
dipersepsikan

Nyeri Akut
DS : Penyakit MASTITIS Hipertermia
Klien mengatakan suhu ↓
badannya panas dan Statis ASI
bengkak pada payudara ↓
DO : Tekanan di dalam duktus (saluran
1. ASI)
2. ↓
3. Permeabilitas jaringan ikat
4. ↓
5. Protein kekebalan tubuh dan Na
(+) dari plasma masuk ke ASI
6. ↓
Respon inflamasi

Suhu tubuh

Hipertermia
DS : Nyeri ibu Ketidakefektifan Pemberian
Klien mengatakan sudah MASTITIS ASI

21
tidak bisa menyusui ↓
anaknya selama 2 hari Statis ASI
DO : ↓
1. Tekanan di dalam duktus (saluran
payudara (+) ASI)
2. ↓
3. Air susu terbendung
4. ↓
inverted dan kotor Laktasi terganggu
(+) ↓
5. Ketidakefektifan pemberian
ASI

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera biologis
2. Hipertermia berhubungan dengan
penyakit
3. Ketidakefektifan pemberian ASI
berhubungan dengan Nyeri ibu

D. Rencana Intervensi

KRITERIA
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONALISASI
HASIL
1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Nyeri 1. Ajarkan 1. Teknik
berhubungan tindakan mulai teknik relaksasi akan
dengan agen keperawatan berkuran relaksasi sangat
cidera selama 1x24 jam g/hilang 2. Kompres membantu
biologis nyeri akut dapat 2. Ibu dapat hangat pada mengurangi
berkurang menyusui area nyeri rasa nyeri
bayinya 3. Kolaborasi 2. Kompres
dengan pemberian hangat akan
nyaman obat membantu
3. Ibu dapat analgetik melancarkan
beraktifit peredaran
as dengan darah pada area
normal nyeri
4. Payudara 3. Pemberian obat

22
tidak analgetik
bengkak bekerja
mengurangi
rasa nyeri
2 Hipertermia Setelah dilakukan 1. Suhu 1. Beri 1. Agar pasien
berhubungan tindakan tubuh penjelasan dan keluarga
dengan keperawatan normal kepada pasien mengetahui
penyakit selama 1x24 jam 2. Tidak dan keluarga sebab
suhu tubuh terjadi terhadap peningkatan
normal dan tidak hiperterm peningkatan suhu tubuh dan
terjadi ia suhu tubuh dapat
peningkatan suhu kembali pasien mengurangi
2. Observasi kecemasan
TTV 2. TTV untuk
3. Beri mengetahui
kompres keadaan umum
hangat pasien
4. Kolaboras 3. Untuk
i dalam membantu
pemberian obat menurunkan
antibiotik dan suhu tubuh
obat antipiretik 4. Antibiotik
untuk
mengurangi
infeksi dan
antipiretik untuk
menurunkan
suhu tubuh
3 Ketidakefekti Setelah dilakukan 1. Ibu dapat 1. Anjurkan ibu 1. Mencegah
fan tindakan menyusui untuk iritasi lanjut
pemberian keperawatan bayinya mengoleskan pada puting
ASI selama 2x24 jam dengan baby oil pada 2. Meminimalkan
berhubungan pemberian ASI rileks puting luka pada
dengan Nyeri pada bayi efektif 2. Bayi mau sebelum dan puting susu ibu
ibu menyusu sesudah 3. Dengan
lagi menyusui perawatan yang
3. Tidak ada 2. Ajarkan cara tepat, dapat
lagi menyusui mengatasi
puting yang tepat masalah
susu luka agar tidak menyusui
atau lecet terjadi luka 4. Untuk

23
pada puting mencegah
3. Lakukan terjadinya
perawatan iritasi lanjut
payudara dan pada puting
anjurkan ibu
untuk
melakukan
perawatan
payudara
secara tepat
4. Anjurkan ibu
untuk
menyusui
dengan
menggunaka
n puting susu
secara
perlahan

E. Implementasi dan Rasionalisasi


NO.
DIAGNOS HARI/TANGGAL TINDAKAN EVALUASI
A
1 Minggu, 25 1. Ajarkan S:
September 2020 teknik relaksasi Pasien mengatakan payudaranya
2. Kompres masih nyeri dan bengkak.
hangat pada O:
area nyeri 1. Ekspresi waja
3. Kolaborasi 2. Skala nyeri 3
pemberian obat 3. Nyeri saat dis
analgetik 4. Terdapat beng
5. Kemerahan (+
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan

2 Minggu, 25 1. Beri penjelasan S :


September 2020 kepada pasien Pasien mengatakan suhu badannya
dan keluarga masih terasa panas dan bengkak

24
terhadap pada payudara
peningkatan O:
suhu tubuh 1. TD : 110/70 mmHg
pasien 2. Nadi : 80 x/menit
2. Observasi TTV 3. RR : 20x/menit
3. Beri kompres 4. Suhu : 38,5̊ C
hangat 5. Terdapat kemerahan (+)
4. Kolaborasi A:
dalam Masalah belum teratasi
pemberian obat P:
antibiotik dan Intervensi dilanjutkan
obat antipiretik
3 Minggu, 25 1. Anjurkan ibu S:
September 2020 untuk Klien mengatakan payudaranya
mengoleskan masih nyeri, sehingga ia tidak mau
baby oil pada menyusui anaknya
puting sebelum O:
dan sesudah 1.
menyusui 2.
2. Ajarkan cara 3.
menyusui yang 4.
tepat agar tidak A:
terjadi luka Masalah belum teratasi
pada puting P:
3. Lakukan Intervensi di lanjutkan
perawatan
payudara dan
anjurkan ibu
untuk
melakukan
perawatan
payudara
secara tepat
4. Anjurkan ibu
untuk
menyusui
dengan
menggunakan
puting susu
secara perlahan

25
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu. Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8
minggu setelah persalinan. Periode pasca partum adalah masa dari kelahiran plasenta
dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus

26
reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Periode ini juga disebut periode
puerperium, dan wanita yang mengalami puerperium disebut puerpera. Proses ini
dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi
kembali seperti keadaan sebelum hamil / tidak hamil sebagai akibat adanya
perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009, Varney,
2008)
Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada waktu
persalinan dan nifas (Saleha, 2009, Wiknjosastro, 2007)

B. Saran

Supaya tidak terjadi infeksi pada masa nifas, saat hamil cegah jangan sampai
terjadi anemia, malnutrisi, serta munculnya penyakit-penyakit yang di derita ibu.
Sebaliknya juga tidak maelakukan, mengurangi, atau melakukan dengan hati-hati
hubungan seksual saat hamil tua karena bisa menyebabkan pecahnya ketuban dan
menjadi jalan masuk kuman penyebab infeksi ke dalam jalan lahir.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/amp/s/sabrinatazha.wordpress.com/2017/10/31/makalah-dan-asuhan-
keperawatan-dengan-ibu-infeksi-pada-masa-nifas/amp/?espv=1 Di akses pada tanggal 04
Oktober 2020

http://elsaherlindanrs.blogspot.com/2015/11/askep-infeksi-nifas.html?m=1 Di akses pada tanggal


04 Oktober 2020

https://id.scribd.com/document/423326433/Askep-Infeksi-Post-Partum Di akses pada tanggal 05


Oktober 2020

27
INDRIANA W.S.2020. Pengkajian Postpartum: A. Data Umum Pasien. [Internet] dapat dilihat di
https://id.scribd.com/document/470254854/ASKEP-MASTITISINDRIANA-W-S-19020037

28

Anda mungkin juga menyukai