Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING KELOMPOK

”PERSIAPAN MELAKUKAN KELOMPOK KONSELING’

KELOMPOK V (LIMA)

1. SURIYANTI BUN (19145012)


2. AMELIA FEBRIYANI (19145020)
3. MUTIA UMAR (19145028)

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TERNATE

(IAIN) TAHUN 2021


KATA PENGANTAR

Tidak ada kata lain yang lebih utama untuk  kami ucapkan selain puji dan syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya. Sehingga,
kami mampu menyelesaikan makalah ini. Makalah  ini  disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah bimbingan konseling kelompok Semester V pada program studi Bimbingan
Konseling Pendidikan Islam.

Makalah ini dapat bermanfaat bagi kami serta bagi Mahasiswa khususnya prodi


Bimbingan Konseling Pendidikan Islam.Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
memiliki banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………….
C. Tujuan Pembahasan……………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………

A. Banyaknya Sesi Dalam Pertemuan Kelompok………………………………………….


B. Waktu Bertemu Kelompok……………………………………………………………...
C. Siapa Yang Harus Menjadi Anggota……………………………………………………
D. Cara Melakukan Penyaringan Anggota…………………………………………………

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………….

A. Kesimpulan………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan kelompok dapat diartikan sebagai bantuan terhadap individu yang
dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian
informasi ataupun aktifitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan,
pribadi, dan sosial.
Winkel menjelaskan konseling kelompok merupakan pelaksanaan proses konseling yang
dilakukan antara seorang konselor professional dan beberapa klien sekaligus dalam kelompok
kecil. Sementara menurut Gazda, konseling kelompok merupakan hubungan antara beberapa
konselor dan beberaa klien yang berfokus pada pemikiran dan tingkah laku yang disadari.
Layanan konseling kelompok dapat dimaknai sebagai suatu upaya pembimbing atau konselor
membantu memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota
kelompok melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal.
Sebagaimana kegiatan-kegiatan lain pada umumnya yang memiliki perencanaan sebelum
pelaksanaan dimana rencana tersebut dijadikan parameter atau tolok ukur tujuan yang ingin
dicapai hal tersebut juga berlaku untuk konseling kelompok. Corey (2012) dalam
bukunya Theory & Practice of Group Counseling” edisi kedelapan ia mengemukakan diperlukan
cukup waktu untuk membuat perencanaan agar kelompok menjadi sukses, seorang konselor
hendaknya mengawalinya dengan membuat rencana berupa rancangan tertulis yang memuat hal-
hal sebagai tujuan dasar dari kelompok, populasi yang akan dilayani, alasan-alasan dan kejelasan
yang spesifik tentang kelompok, pertimbangan akan kebutuhan dari keseluruhan anggota
kelompok, proses pemilihan anggota kelompok, ukuran dan durasi kelompok, frekuensi dan
waktu pertemuan, struktur dan format kelompok, metode mempersiapkan anggota kelompok
(apakah anggota kelompok akan terbuka atau tertutup, sukarela atau terpaksa, tindak lanjut dan
evaluasi.

B. Rumusan Masalah
1. Berapa banyak sesi dalam pertemuan kelompok?
2. Kapan waktu bertemu kelompok?
3. Siapa saja yang harus menjadi anggota?
4. Bagaimana cara melakukan penyaringan anggota?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui banyaknya sesi dalam pertemuan kelompok
2. Untuk mengetahui waktu bertemu kelompok
3. Untuk mengethaui siapa saja yang harus menjadi anggota
4. Untuk mengetahui cara melakukan penyaringan anggota
BAB II
PEMBAHASAN
A. Persiapan Melakukan Kelompok Konseling
Sebagaimana kegiatan-kegiatan lain pada umumnya yang memiliki perencanaan sebelum
pelaksanaan dimana rencana tersebut dijadikan parameter atau tolok ukur tujuan yang ingin
dicapai hal tersebut juga berlaku untuk konseling kelompok. Corey (2012) dalam
bukunya Theory & Practice of Group Counseling” edisi kedelapan ia mengemukakan diperlukan
cukup waktu untuk membuat perencanaan agar kelompok menjadi sukses, seorang konselor
hendaknya mengawalinya dengan membuat rencana berupa rancangan tertulis yang memuat hal-
hal berikut:

1. Tujuan dasar dari kelompok


2. Populasi yang akan dilayani
3. Alasan-alasan dan kejelasan yang spesifik tentang kelompok
4. Pertimbangan akan kebutuhan dari keseluruhan anggota kelompok
5. Proses pemilihan anggota kelompok
6. Ukuran dan durasi kelompok
7. Frekuensi dan waktu pertemuan
8. Struktur dan format kelompok
9. Metode mempersiapkan anggota kelompok (apakah anggota kelompok akan terbuka atau
tertutup, sukarela atau terpaksa
10. Tindak lanjut dan evaluasi.

Selanjutnya Gladding (Jacobs, 2012: 69) mengemukakan banyak kelompok yang tidak
berhasil dikarenakan kurangnya penekanan terhadap perencanaan, lebih lanjut Jacobs. et
al dalam bukunya “group counseling strategies and skills” perlunya pra-perencanaan yang
dilakukan sebelum kelompok mengadakan pertemuan dua aspek perencanaan tersebut yaitu pra
perencanaan pregroup planning dan perencanaan sesi keduanya merupakan hal yang sangat
penting, ia menyatakan beberapa hal yang harus diperhitungkan dalam mendirikan kelompok
yaitu: (1) pertimbangan ukuran kelompok; (2) apakah kelompok terbuka atau tertutup; (3) berapa
lama sesi harus berlangsung; dan (4) dimana kelompok harus bertemu. Keputusan tambahan
yang harus dibuat ketika membuat kelompok yaitu:

1. Banyaknya sesi dalam pertemun kelompok;


2. Waku bertemu kelompok;
3. Siapa yang harus menjadi anggota; dan
4. Cara melakukan penyaringan anggota.

1. Banyaknya sesi dalam pertemuan kelompok


Banyak kelompok yang harus berujung pada pertimbangan atau perpanjangan waktu
tertentu misalnya orangtua, melahirkan, mengikuti latihan-latihan, terapi-terapi tertentu dan
banyak kelompok pendidikan yang dijadwalkan untuk jumlah sesi tertentu misalnya sesi
kelompok konseling, sesi terapi, sesi pertumbuhan, sesi tugas, dukungan kelompok kadang-
kadang dimulai dengan tidak dilabelkannya jumlah sesi karena kerap kali yang terbaik adalah
menetapkan batasan waktu guna memberikan anggota gambaran tentang berapa lama harus
menyelesaikan pekerjaannya. Sesi kelompok juga ditentukan oleh pertimbangan lain seperti
jarak sekolah dan tempat tinggal, kesediaan pemimpin kelompok, kebutuhan anggota kelompok,
atau keterbatasan literature pendukung yang mesti dibahas dalam sesi kelompok.

2. Waktu bertemu kelompok


Dua faktor yang harus dipertimbangkan ialah waktu dan frekuensi pertemuan,
seyogyanya waktu pertemuan tidak saling tumpang tindih dengan kegiatan para anggota
kelompok, jika pengaturan kelompok adalah lembaga, sekolah, atau rumah sakit maka,
pertimbangan jam kerja dan penyesuaian kegiatan rutinitas sangat diperlukan hal tersebut untuk
menghindari terjadinya gangguan saat pertemuan kelompok, jika anggota kelompok pada saat
pertemuan memikirkan kegiatan rutinitasnya yang belum selesai dapat dipastikan efektifitas
kelompok menjadi terganggu, hal tersebut menyiratkan bahwa konseli tidak sepenuhnya
mengikuti prosesi kelompok, selanjutnya jika setting kelompok adalah peserta didik, mengingat
kompleksitas peserta didik dan kelas di sekolah maka, pilihan waktu pertemuan yang
dijadwalkan dengan mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan kelas kelompok, konselor
mungkin mempunyai banyak peluang untuk bisa selalu bertemu dengan peserta didik pada jam
istirahatnya, namun perlu disiasati bahwa peserta didik mungkin tidak ingin selalu memberikan
waktu istirahat mereka.
Jadwal anggota juga harus dipertimbangkan ketika dalam pengaturan waktu, jika anggota
adalah pekerja pilihlah waktu yang tepat untuknya apakah malam, pagi, atau siang disamping
mempertimbangkan waktu kerjanya kegiatan rutinitas sehari-harinya juga perlu
dipertimbangkan, untuk anggota kelompok yang tinggal di tengah-tengah perumahan maka boleh
jadi rumah bagaikan penjara untuknya,atau bagai lingkungan rumah sakit, bahkan sebagai pusat
penahanan mobilitas lingkungan yang padat juga menjadi faktor pendukung beban
psikologisnya, tidak menutup kemungkinan dalam kasus semacam ini kecermatannya dalam
melakukan kegiatan sehari-harinya merupakan hal yang sangat diperlukannya untuk saat
sekarang.
Seringkali pemimpin kelompok membuat kesalahan dalam perencanaan pertemuan
kelompok karena tidak bertolak pada pertimbangan secara komprehensif dan menyeluruh
terhadap jadwal-jadwal kegiatan para anggota, mempertimbangkan waktu pertemuan tidak hanya
mempertimbangkan jadwal kerja mereka namun keadaan lingkungan dan kegiatan rutinitas juga
merupakan hal yang harus diperhitungkan tidak terkecuali jadwal pertemuannya dengan
keluarga, kolega atau pertemuan-pertemuan lainnya, ketika para anggota tidak dihantui dengan
kegiatan rutinitasnya saat pertemuan tiba, merupakan nilai tambah keefektifan pertemuan
kelompok itu sendiri.
Jadwal pemimpin juga penting; seorang pemimpin harus selalu tersedia untuk memimpin
kelompok, Hari-hari pemimpin cenderung sangat sibuk dengan hal-hal seperti rapat staf,
pekerjaan tulis menulis, pengambilan waktunya harus dihindari. Dalam kasus kelompok terapi,
itu terlalu berat bagi pemimpin untuk memimpin satu kelompok lagi setelah memimpin sebuah
kelompok. Idealnya, setiap pemimpin kelompok terapi tidak memimpin kelompok lebih dari
satu kelompok dalma satu harinya; maksimalnya harus tiga.
Selain memutuskan waktu terbaik untuk pertemuan, pemimpin harus memutuskan
seberapa sering kelompok harus bertemu, beberapa kelompok ada yang melakukan pertemuan
setiap hari, dua kali seminggu, satu kali seminggu, dua minggu sekali atau satu kali sebulan.
Frekuensi pertemuan bergantung pada jenis kelompok, tujuan, dan ketersediaan waktu anggota
dan pemimpin. Tidak ada acuan baku seberapa sering kelompok harus bertemu, tetapi pemimpin
harus memastikan bahwa pertemuan mempunyai jarak waktu yang baik dan merupakan hal yang
penting bahwa kelompok tidak terlalu sering bertemu dengan tetap memperhatikan tujuan secara
keseluruhan.

3. Siapa yang harus menjadi anggota


Setiap kali kelompok sedang dibentuk, sejumlah pertimbangan timbul mengenai anggota
kelompok Corey (Jacobs et al, 2012: 71). Setelah populasi kelompok ditentukan (anak-anak
sekolah, pasien rumah sakit, tahanan atau narapidana, konseli dari pusat kesehatan mental, atau
orang yang tertarik dalam komunitas). Pemimpin harus memilih apakah keseluruhan anggota
dapat membentuk keanggotaanya dalam kelompok atau sebaliknya karena mereka merupakan
sukarelawan yang dipilih. Misalnya jika kelompok berorientasi di asrama mahasiswa di sebuah
universitas, apakah kelompok terdiri dari mahasiswa baru atau hanya sebagian, jika kelompok
berorientasi pada pasien unit rumah sakit psikiatri, apakah kelompok berlaku untuk semua pasien
atau hanya pasien yang dipilih. Tidak ada pedoman mutlak untuk membuat keputusan siapa saja
yang dapat bergabung dalam kelompok. Biasanya tujuan kelompok, pertimbangan waktu, setting
lingkungan membantu pimimpin memutuskan bagaimana membatasi keanggotaan.
Pertimbangan lainnya adalah apakah penempatan anggota berdasarkan perbedaan usia
dan latar belakang, tentunya masalah multikultur perlu dipertimbangkan ketika memilih anggota
kelompok, disetting sekolah konselor harus memutuskan apakah akan menyertakan siswa dari
kelas yang sama atau dari kelas yang berbeda, selain itu konselor sekolah juga harus
memutuskan apakah kelompok terdiri dari satu gender atau campuran gender, dalam setting
kelompok di rumah sakit, pasien di unit yang sama biasanya meliputi pasien muda, orantua,
pasien dengan variasi pendidikan, atau latar belakang sosial ekonomi dalam kasus ini kadang-
kadang mencampuri usia atau latar belakang memberikan keuntungan namun kadang-kadang
jutru merugikan.
Jika pemimpin merencanakan kelompok yang terdiri dari pengangguran, tidak ada
keuntungan menempatkan individu berpendidikan tinggi dan individu yang putus sekolah dalam
kelompok yang sama, karena kebutuhan mereka berbeda. Dalam setting kelompok masalah
perkawinan, pencampuran usia dan latar belakang akan mungkin terbukti bermanfaat karena
anggota dapat mendengarkan ide-ide, pandangan, dan perspektif yang berbeda karena mereka
terdiri dari variasi anggota. Kelompok tertentu tidak mesti memiliki keanggotaan tertentu pula
yang lebih penting adalah bagaimana pemimpin kelompok dapat mempertimbangkan variable-
variabel yang berbeda ketika memilih anggota kelompok.

4. Cara melakukan penyaringan anggota


Salah satu masalah besar yang dihadapi oleh konselor di lembaga atau instansi adalah
bahwa administrator tidak membiarkan mereka untuk memilih anggota, oleh karena itu
kelompok sering dilakukan dengan anggota yang tidak mesti berada dalam kelompok , jika
keuntungannya adalah untuk menguntungkan peserta maka, penyaringan menjadi sangat penting
karena tidak semua orang sesuai untuk setiap kelompok. Meskipun mereka melihat manfaat dari
sudut pandang mereka namun pengalaman konseling kelompok menunjukkan bahwa beberapa
anggota kelompok dapat merusak kelompok terlebih pemimpin kelompok kurang berpengalaman
untuk bertanggung jawab, hal tersebut dapat menyebabkan anggota lain berhenti datang ke
kelompok yang sebenarnya justru berpotensi menguntungkannya, untuk itu penting bagi seorang
pemimpin untuk tidak mengorbankan seluruh anggota kelompok hanya dikarenakan satu
individu.
Jacobs et al  (2012: 73) menyatakan metode yang terbaik dalam melakukan penyaringan
anggota kelompok adalah dengan wawancara pribadi, meskipun cara ini memerlukan waktu yang
cukup hal ini memungkinkan pemimpin kelompok dapat menilai kesesuaian anggota untuk
kelompok, dapat melakukan kontak dengan orang yang berpotensial, beberapa pertanyaan
penting dalam wawancara tersebut meliputi
1. Mengapa anda ingin berada di kelompok?
2. Apa harapan anda dari kelompok?
3. Apa anda pernah berada dalam kelompok sebelumnya? Jika ada apa yang anda rasakan?
4. Kepedulian apa yang anda inginkan dapat membantu?
5. Apakah ada seseorang yang tidak anda inginkan berada dalam kelompok?
6. Bagaimana anda berpikir bahwa anda dapat berkontribusi dalam kelompok?
7. Apakah anda memiliki pertanyaan tentang kelompok atau pemimpin?

Pertimbangan tambahan untuk perencanaan Pra-kelompok, pemimpin kelompok dapat


memastikan bentuk tambahan yang yang diperlukan oleh kelompok, setiap pemangku
kepentingan harus dapat dihubungi seperti bentuk izin yang harus ditandatangani. Kebijakan
sekolah seringkali mengharuskan konselor sekolah meminta izin yang harus ditanda tangani oleh
orang tua/ wali. Oleh karenanya bentuk sederhana yang menggambarkan tentang kelompok dan
tujuan kelompok dianggap sudah cukup mewakili.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembahasan dalam bab ini dapat disimpulkan perencanaan terdiri atas dua bagian yaitu
Pra-perencanaan dan sesi perencanaan; pra-perencanaan meliputi jenis kelompok; saat-saat
pertemuan; lama pertemuan; siapa yang harus menjadi anggota; screening atau penyaringan
anggota merupakan hal yang sangat penting, hal tersebut dapat dilakukan dengan cara seperti
wawancara pribadi, bentuk-bentuk tertulis, atau rujukan dari orang lain.
Seorang pemimpin harus merencanakan fase awal, tengah dan akhir dari setiap sesi
tertentu, perencanaan tidak hanya mencakup kegiatan dan topik, namun waktu yang dikhususkan
untuk masing-masingnya merupakan hal yang penting karena ada banyak hal yang berbeda untuk
dipertimbangkan ketika merencanakan setiap fase dari setiap sesi, kesalahan umum mengenai
perencanaan seperti contoh tidak adanya perencanaan yang konstruktif, perencanaan terlalu
banyak, tidak mempertimbangkan bagaimana waktu yang di alokasikan, perencanaan terlalu
banyak latihan dan tidak fleksibel.
Sebuah rencana untuk melakukan kegiatan konseling kelompok menjadi hal yang sangat
penting, kendatipun demikian pemimpin yang efektif tidak pernah menjadi budak rencana, jika
ditemukan topik baru yang sangat jelas berharga bagi anggota muncul ketika sesi berlangsung
maka pemimpin harus mengubah rencana tersebut sebaliknya jika sebuah rencana yang disusun
tidak bekerja dengan baik maka pemimpin harus meninggalkannya dan menggunakan rencana
cadangan, pemimpin yang efektif mempunyai inisiatif dan dapat menyesuaikan rencana selama
sesi berlangsung. Jacobs et.al (2012: 89)

Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/6832245/LAYANAN_BIMBINGAN_KELOMPOK_DAN_KONSELING_KELOMPO
K

http://hamdimuhamad.blogspot.com/2016/02/pertemuan-xiii-persiapan-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai