Anda di halaman 1dari 3

Contoh data soal kelurahan

Setelah data dimasukkan ke dalam tabulasi (MS EXCEL), maka narasikan


datanya seperti contoh ini, jangan dicopas mentah, tolong dipelajari
bagaimana. Data itu disajikan.

Kalau hanya data saja, bisa didapat di google dan BPS dengan mudah dan
lebih lengkap.

Ini contoh data Sumatera Utara dengan pembagian dan klasifikasi focus ke
TPS, topografi daerah, dan demografi pemilih.

Kota Bandung

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Bandung. Kota bandung memiliki 30
kecamatan dan terbagi lagi menjadi 153 kelurahan. Berdasarkan lokasi, Kecamatan
Sukasari dan Cidadap berda di paling utara kota bandung. Sementara di bagian
selatan adalah kecamatan rancasari, bandung kidu, dan gedebage. Di sebelah
barat, ada bandung kulon dan yang terakhir ada bagian yang paling timur adalah
kecamatan cibiru.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Kota Bandung
mencapai 2,5 juta jiwa pada 2018. Jumlah tersebut terdiri atas 1,26 juta jiwa laki-laki
dan 1,24 juta perempuan. Adapun jumlah penduduk kelompok usia belum produktif
(0-14 tahun) mencapai 562 ribu jiwa. Sementara itu, kelompok usia produktif (15-64
tahun) sebanyak 1,81 juta jiwa dan kelompok sudah tidak produktif (65+ tahun)
mencapai 132 ribu jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Bandung dalam masa
bonus demografi karena jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan
penduduk belum produktif ditambah penduduk yang sudah tidak produktif yang
berjumlah 694 ribu jiwa.

Seperti terlihat pada grafik, kelompok usia 20-24 tahun merupakan yang terbanyak,
yakni mencapai 258 ribu jiwa. Sementara kelompok usia muda (15-34 tahun)
mencapai 912 ribu jiwa atau sekitar 36% dari total total penduduk ibu kota Provinsi
Jawa Barat tersebut.beberapa kabupaten dan kota pemilih Muslim bisa menjadi
mayoritas,

Sementara, jumlah pemilih Muslim dan Kristen yang berimbang berada di Deli
Serdang, Pakpak Bharat, Simalungun dan Kota Pematang Siantar. Untuk wilayah-
wilayah ini, persentase pemilih Muslim ada di angka rata-rata 40% sampai 50%.

Data ini berdasar pada rilis Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara pada
2016 dan data dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Sumatera Utara yang
dikeluarkan pada tahun 2017. Pada tahun 2016 jumlah mesjid di Sumatera Utara
terdapat sebanyak 10.818 buah, langgar/musollah sebanyak 6.235 buah, Gereja
Protestan 12.401 buah, Gereja Katolik 2.138 buah, Kuil 82 buah, Wihara 353 buah
dan Klenteng 83 buah.
Sebagai dua kekuatan organisasi Islam yang besar, Nahdatul Ulama serta
Muhammadiyah memiliki sebaran yang lebih banyak. Tidak semua kabupaten yang
mayoritas Kristen tidak memiliki cabang atau sebaran pengaruh dari dua organisasi
ini.

Muhammadiyah, sejak tahun 1927 sudah hadir di Sumatera Utara yang dulu masih
disebut sebagai Sumatera Timur, hingga data terakhir yang kami miliki, di seluruh
wilayah Sumatera Utara, Muhammadiyah memiliki pengaruh, serta memiliki loyalitas 
di 19 daerah Kabupaten dan Kota, sebagaimana terjadinya persebaran lembaga-
lembaga pendidikan
Muhammadiyah di sana. Wilayahnya antara  lain ada di Langkat, Medan, Binjai, Deli
Serdang, Tebing Tinggi, Karo, Dairi, Pematang Siantar, Labuhan Batu,
Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Asahan, Sibolga, Tapanuli Tengah,
Nias, Simalungun, Tanjung Balai, Madina, dan Serdang Bedagai.

Sedangkan untuk Nahdlatul Ulama (NU), lebih menyebar di wilayah perkotaan dan
padat penduduk saja. Dari riset ilmiah terakhir, NU memiliki pengaruh yang kuat di 8
Kota di Sumatera Utara, dari Medan, Sibolga, Padang Sidempuan, Gunung Sitoli,
Tanjung Balai, Pematang Siantar, Tebing Tinggi dan Binjai.

Sementara, di kabupaten, NU, tidak terlalu mendominasi. Ia masih dibayang-bayangi


oleh pengaruh Muhammadiyah. Sehingga, jika dijadikan rujukan dan upaya untuk
merebut perhatian pemilih Muslim, organisasi NU di Kabupaten menjadi pilihan
kedua.

Sementara itu, untuk wilayah yang sangat potensial, didasari dari DPT Pilpres 2014
lalu. 10 Kabupaten dan Kota ini memiliki pemilih dan TPS terbanyak daripada 25
Kabupaten dan 8 Kota lainnya. Deli Serdang memiliki 3.300 lebih TPS, namun
pemilihnya hanya mencapai angka 1,3 juta pemilih. Sedangkan Medan yang hanya
memiliki 2.800 an TPS mempunyai 1,7 juta lebih pemilih. Lalu, secara berurutan
Asahan, Langkat, Simalungun, Serdang Bedagai, Nias Selatan, Batu Bara memiliki
1.000 lebih TPS, dan dua berikutnya Mandailing Natal dan Labuhanbatu hanya
memiliki 800-an TPS.

Dari 10 Kabupaten dan Kota itu, 50% diantaranya adalah kabupaten dan Kota
mayoritas Islam dan dipengaruhi Muhammadiyah dan NU. Pengaruh itu juga
membawa dampak terhadap kultur masyarakat, kebiasaan hingga beberapa perilaku
masyarakat. Di Wilayah perkotaan yang rata dipengaruhi NU, masyarakat
Muslimnya memiliki tradisi-tradisi yang terus dijaga. Sesuai dengan kultur NU yang
memelihara tradisi sebagai pola dakwahnya. Sementara di pedesaan dan
kabupaten-kabupaten yang ada dengan pengaruh Muhammadiyah yang kuat, para
masyarakatnya lebih moderat, dalam artian bukan kemodernan, tapi lebih kepada
tingginya  tingkat toleransi di masyarakat tersebut. Mereka lebih permisif terhadap
tradisi, tidak melulu mengedepakan identitas yang kuat. Namun lebih melahirkan
identitas yang plural.

Dengan kata lainnya, konflik antar ras, golongan dan agama lebih mudah pecah di
penduduk perkotaan, daripada penduduk Sumatera Utara di perdesaan.
Persinggungan ini dapat dibuktikan dengan interaksi teknologi manusia atau
penduduk yang ada di Kota dengan yang ada di pedesaan atau wilayah-wilayah di
kabupaten. Di daerah perkotaan atau ibukota kabupaten, informasi yang cepat
beredara karena akses terhadap teknologi yang mudah, membuat fitnah, hoax, dan
bahkan kampanye hitam cepat berkembang.

Sementara masyarakat yang hidup di wilayah kabupaten, atau yang hidup dengan
kultur pedesaan, lebih didominasi kultur efaliter. Sehingga, meskipun dengan tingkat
ekonomi yang lebih rendah menurut data yang ada, penduduk di Kabupaten tidak
memiliki ketimpangan index pembangunan manusia. Ini dibuktikan dengan tingkat
pendidikan para PNS di wilayah Kabupaten yang rata-rata lulusan Strata 1.

Rekomendasi kami, dari demografi kabupaten dan kota di Sumatera Utara.


Penggunaan kampanye di media sosial lebih baik digunakan bagi masyarakat
perkotaan dan ibukota kabupaten. Sementara di wilayah kabupaten, acara-acara
keagamaan, baik itu Muslim atau Kristen menjadi tolok ukur yang bisa jadi pilihan
untuk meraih simpatik dari masyarakat.

Kampanye di media sosial lebih diutamakan di Platform Facebook, hal ini berdasar
pada perilaku media sosial masyarakat di Sumatera Utara yang lebih dominan
menggunakan Facebook untuk wilayah Kabupaten, sementara masyarakat
perkotaan cenderung menggunakan platform media sosial yang beragam. Baik itu
Instagram, Twitter, Line dan WhatsApp.

Untuk kampanye luar ruang dan aktivasi bisa digunakan di kota dan kabupaten.
Namun, optimalisasi di Kabupaten lebih diutamakan aktivasi iven kultural seperti
pagelaran kebudayaan. Sedangkan aktivasi iven seperti konser atau hal serupa saat
kampanye, memiliki peluang lebih besar di daerah perkotaan.

------------------------------------

Anda mungkin juga menyukai