Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I
SEKILAS SEJARAH ORGANISASI
Lembaga Pengembangan Masyarakat Pedesaan (GAPEMASDA) adalah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) yang didirikan oleh para pegiat social pada tahun 1998 di Kabupaten
Sambas, Kalimantan Barat. GAPEMASDA didirikan sebagai respon terhadap proses
perubahan pasca reformasi yang masih mengabaikan dan meminggirkan masyarakat dalam
proses pembangunan. Termasuk di Kabupaten Sambas sebagai kabupaten perbatasan di
Kalimantan Barat yang menghadapi kompleksitas tantangan pembangunan dalam berbagai
isu, terutama di tingkat desa. Dan sesuai dengan gagasan pendiriannya, tujuan utama
berdirinya GAPEMASDA adalah untuk memperkuat masyarakat pedesaan dalam mencapai
mencapai keadilan social, keadilan gender dan keberlanjutan lingkungan. GAPEMASDA
memberikan perhatian dan focus terhadap upaya perubahan di Kabupaten Sambas terutama
terkait isu-isu masyarakat pedesaan seperti transparansi dan akuntabilitas pemerintahan desa,
eksploitasi dan kekerasan terhadap perempuan dan anak, pemenuhan hak-hak dasar, dan
kemandirian kelompok masyarakat.

Sebagai organisasi masyarakat sipil yang mempunyai komitmen untuk perubahan,


GAPEMASDA terus melakukan penataan dan peningkatan kapasitas kelembagaan. Dalam
upaya penguatan tata Kelola organisasi yang lebih baik, GAPEMASDA sebagai LSM
memilih bentuk badan hukum sebagai perkumpulan. Struktur dan tata kelola organisasi terdiri
dari Musyawarah Umum Anggota (MUA), Badan Pengawas dan Dewan Eksekutif.
Musyawarah Umum Anggota merupakan forum pengambil keputusan tertinggi dalam
organisasi yang diselenggarakan dalam lima (5) tahun sekali. Badan Pengawas merupakan
elemen organisasi yang menjalan fungsi pengawasan internal dan memberikan rekomendasi
kepada Dewan Eksekutif dalam menjalankan roda organisasi. Sementara Dewan Eksekutif
adalah penyelenggara mandat organisasi yang bertanggungjawab menjalankan agenda,
kegiatan dan program serta diberi kewenangan untuk melengkapi struktur dan sumberdaya
manusia pelaksana sesuai dengan kemampuan dan perkembangan organisasi.

GAPEMASDA berproses secara mandiri dengan latar belakang para pendiri dari berbagai
macam disiplin ilmu, di awali dari diskusi-diskusi terhadap permasalahan yang ada khususnya
di Kabupaten Sambas, sehingga disepakati pendirian wadah berupa Organisasi Masyarakat
Sipil sebagai wadah perjuangan dan pengabdian kepada daerah. GAPEMASDA memulai
aktivitasnya tanggal 12 Desember 1998 atas inisiastif tiga orang pegiat social di Kabupaten
Sambas, yaitu Syahriandi, SH., Su’aib, S.Pd., Syafrudin, S.Sos., yang didorong kepedulian
atas persoalan kemiskinan, perekonomian rakyat, sosial budaya serta penegakan hak-hak
masyarakat terutama masyarakat pedesaan di Kabupaten Sambas. Dalam menjalankan roda
organisasi para pengurus diawal-awal pendiriannya menghimpun dana pribadi untuk iuran

1
organisasi. Sampailah akhirnya GAPEMASDA mendapatkan kepercayaan untuk mengelola
program Pendidikan Politik Masyarakat pada tahun 1999 dari PKBI Kalbar, kemudian pada
periode 2007 sampai dengan 2009 bekerjasama dengan Save The Children dalam program
Enabling Communities to Combat Chaild Traffiking (ENABLE) sebagai upaya untuk
Memberdayakan Masyarakat dalam Memerangi Perdagangan Anak di Kabupaten Sambas.

Dalam sejarah perkembangan tata Kelola organisasi, GAPEMASDA awalnya terdaftar di


Kantor Notaris dengan Nomor pada tahun 2000 201/W/II/2000. Kemudian secara resmi
berbadan hukum Lembaga dengan Akta Nomor 01 pada tanggal 12 Oktober 2009 yang
terdaftar pada kantor Notaris Dewi Sarmini, SH. M.Kn. di Kabupaten Sambas. Selanjutnya
dalam perkembangan mengalami perubahan dengan Akta Perubahan Nomor 06/12-12-2009
yang terdaftar pada Kantor Notaris Dewi Sarmini, SH. M.Kn. Dan pada tahun 2020, dilakukan
kembali perubahan dengan Akta Perubahan Nomor: 07/23-09-2020 yang terdaftar pada
Kantor Notaris Hardiansyah, SH. M.Kn., yang dilengkapi dengan Surat Keterangan Terdaftar
pada di Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas)
Kabupaten Sambas No. 220/22/KPL-POL/2020.

2
BAB II
ANALISISI SITUASI/KONTEKS

Letak astronomis Kabupaten Sambas terletak di antara 2°08' Lintang Utara serta 0°33' Lintang
Utara dan 108°39' Bujur Timur serta 110°04' Bujur Timur. Panjang pantai ± 128,5 km dan
panjang perbatasan negara ± 97 km. Luas kawasan hutan 167.323 Ha serta memiiki 3 Daerah
Aliran Sungai (DAS) utama yaitu DAS Paloh, Sambas, dan Sebangkau. Luas Wilayah
Kabupaten Sambas secara keseluruhan 6395,70 Km2 atau sekitar 4,6 persen dari total luas
wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Sebelah Utara berbatasan dengan Serawak dan Laut
Natuna, Selatan dengan Kabupaten Singkawang dan Bengkayang, Barat dengan Laut Natuna
dan sebelah timur dengan Kabupaten Bengkayang dan Serawak. Sebelah Barat berhadapan
dengan Laut Natuna dan laut Cina Selatan

Secara administratif Kabupaten Sambas memiliki 19 Kecamatan yakni Kecamatan Paloh,


Tangaran, Teluk Keramat, Tekarang, Jawai, Jawai Selatan, Selakau, Selakau Timur, Salatiga,
Pemangkat, Semparuk, Tebas, Sebawi, Sambas, Sejangkung, Sajad, Subah, Sajingan Besar
dan Kecamatan Galing. Jumlah sebaran desa terdiri dari 193 Desa yang terbagi atas 588
dusun. Berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) Kabupaten Sambas tahun 2020 dari 193
desa, 38 mandiri, 73 maju, 81 berkembang dan 1 tertinggal, dengan jumlah penduduk
sebanyak 535.725 jiwa dibagi jumlah perempuan 273.429 jiwa dan laki-laki 262.296 jiwa.
Mayoritas suku di Kabupaten Sambas adalah melayu disusul oleh dayak kemudian tionghoa.
Dengan agama yang di anut islam, protestan, katolik, hindu, budha dan konghucu.

Pada tahun 2019 dari 259.273 orang yang bekerja, sebanyak 57,11 persen di antara penduduk
Kabupaten Sambas bekerja pada sektor pertanian, diikuti sektor manufaktur dan sektor jasa
masing-masing sebesar 14,44 persen dan 28,45 persen. Dari 57,11 persen penduduk
Kabupaten Sambas yang bekerja di sektor pertanian 47,99 persen diantaranya adalah
perempuan. Sedangkan pada sektor manufaktur dan jasa didominasi oleh laki-laki yaitu
masing-masing sebesar 76,23 persen dan 55,01 persen. Kondisi struktur perekonomian yang
masih tertumpu pada sektor pertanian mendorong penyerapan tenaga kerja terbesar di sektor
pertanian. Sedangkan sektor yang menyerap tenaga kerja terkecil adalah sektor industri
pengolahan. Menurut BPS Provinsi Kalimantan Barat per maret 2019 persentase penduduk
miskin Kabupaten Sambas sebesar 8,19 persen (43 ribu jiwa) yang menjadikan penduduk
miskin Kabupaten Sambas kedua terbanyak setelah Kabupaten Ketapang yang berjumlah 53
ribu jiwa.

3
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Sambas berada di urutan ke tujuh diantara 14
kabupaten/ kota di Provinsi Kalimantan Barat. Harapan Lama Sekolah (HLS) berada di urutan
keempat, Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) berada di urutan ketiga belas, Umur Harapan Hidup
Saat Lahir (UHH) berada di urutan ketiga belas. Berdasarkan data Susenas 2019, angka
harapan lama sekolah di Kabupaten Sambas mengalami sedikit peningkatan dibandingkan
dengan tahun 2018, yaitu dari 12,52 tahun pada tahun 2018 menjadi 12,60 tahun pada tahun
2019. Tingkat partisipasi pendidikan salah satunya didukung oleh ketersediaan sekolah yang
makin meningkat. Tahun 2019 terdapat 463 unit SD/MI, 158 unit SMP/MTS, dan 71 unit
SMA/ MA/SMK. Sedangkan fasilitas kesehatan Kabupaten Sambas memiliki 4 rumah sakit,
28 puskesmas, 196 polindes, dan 556 posyandu serta 5 klinik. Kabupaten Sambas merupakan
salah satu daerah Lokasi Khusus (LOKUS) di Kalimantan Barat untuk kasus stunting. Hal ini
disebabkan oleh masih lemahnya strategi pelayanan kesehatan terhadap ibu dan anak.
Posisi Kabupaten Sambas yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia memudahkan
warga terutama perempuan bahkan anak menjadi tenaga kerja (TKI), baik secara legal
maupun ilegal. Karena mudahnya akses perbatasan banyak TKI yang rentan terhadap
penipuan, kekerasan, eksploitasi bahkan penjualan manusia (human trafficking). Salah satu
faktor pendorong terjadinya eksploitasi terhadap anak juga terjadi di sector perkebunan kelapa
Sawit. Ketersedian lapangan kerja di perkebunan sawit membuka peluang baru bagi
masyarakat Kabupaten Sambas. Pada tahun 2017 sempat terjadi fenomena pekerja anak pada
perkebunan kelapa sawit di wilayah perbatasan di Kabupaten Sambas, sebagaimana pernah
diekspose dalam berbagai media massa. Dari catatan Komisi Perlindungan Perempuan dan
Anak Daerah (KPPAD) Kalimantan Barat Januari 2020, Kabupaten Sambas dan Pontianak
merupakan daerah kasus tertinggi kejahatan seksual terhadap anak. Data anak korban/ pelaku
pada tahun 2020 yang ditangani di Polres Sambas, anak sebagai korban sebanyak 30 anak,
anak sebagai pelaku sebanyak 31 anak. Dan dari data yang ditangani dinas P3AP2KB tahun
2019 sebanyak 49 anak dan tahun 2020 sebanyak 59 anak.
Kasus dan temuan kekerasan oleh dan terhadap anak ini merupakan fenomena gunung es di
Kalimantan Barat, khususnya di Kabupaten Sambas. Dari banyaknya kasus kekerasan
terhadap anak di Kabupaten Sambas, maka perlu adanya usaha-usaha untuk memberikan
perlindungan dan pemenuhan 10 hak-hak anak. Sebagaima konvensi hak-hak anak PBB
tanggal 20 November 1989 yang mendeklarasikan menghormati dan menjamin hak-hak setiap
anak tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun, tanpa dipandang ras, warna kulit, jenis
kelamin, bahasa, agama, keyakinan politik dan pendapat-pendapat lain, kebangsaan, asal etnik
atau sosial, kekayaan, ketidakmampuan, kelahiran atau kedudukan lain dari anak atau orang
tua anak atau pengasuhnya yang sah.
Selain terjadinya eksploitasi, pengembangan perkebunan sawit juga berdampak pada
pencemaran lingkungan terutama air di aliran DAS serta ekosistemnya. Pengelolaan limbah

4
masih cenderung tidak mengikuti tata kelola yang baik karena mengalirkan limbah melalui
kanal-kanal kecil yang bermuara ke sungai Sambas sehingga menyebabkan terjadinya
pencemaran. Hasil uji limbah PT. WHS melebihi mutu baku yang di syaratkan Peraturan
Menteri Lingkungan Nomor 5 Tahun 2014. Sungai Sambas sebagai mata pencaharian
masyarakatnya selama kehadiran perkebunan kelapa sawit mengalami kerusakan ekosistem
hayati dan penurunan kualitas air berakibat penurunan penghasilan tangkapan ikan dan
penghasilan ekonomi masyarakat sekitar. Hal ini diperparah dengan sistem tata kelola CSR
perusahaan yang tidak memihak ke masyarakat setempat. Tata Kelola Perkebunan Sawit yang
masih belum baik ini juga menyebabkan berbagai konflik antara masyarakat desa dengan
perusahaan yang beroperasi.
Lahirnya undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa, seharusnya menjadi harapan baru
bagi masyarakat khususnya masyarakat desa di Kabupaten Sambas. Tujuan utama lahirnya
Undang-Undang Desa ini adalah untuk mendorong kesejahtteraan dan kemandirian
masyarakat pedesaan. Dana desa sebagai sumberdaya baru seharusnya dapat mempercepat
pemerataan pembangunan dan peningkatan pelayanan publik yang didukung oleh keberadaan
pemerintahan desa yang profesional, efisien, efektif, transparan dan akuntabel serta
melibatkan peran aktif dan partisipatif masyarakatnya. Namun, kebijakan yang sudah
menjawab kebutuhan otonomi des aini belum dapat dipraktekkan secara optimal akibat
berbagai factor, mulai dari kapasitas pemerintahan desa, komitmen pemerintahan daerah,
peran serta masyarakat dan kerumitan administrasi dan manajemen pengelolaan keuangan
desa.
Musrenbang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Sambas Tahun 2021
yang mengusung tema “Pemantapan Kualitas Infrastruktur Dasar, Pelayanan Publik dan
Sumber Daya Manusia yang Berdaya Saing untuk mewujudkan Sambas yang Berakhlakul
Karimah, Unggul dan Sejahtera” melalui kanal resmi Bappeda Kabupaten Sambas
menegaskan Prioritas Pembangunan Kabupaten Sambas Tahun 2021 diarahkan pada 4
(empat) prioritas utama, yaitu: 1. Pemantapan Pembangunan Infrastruktur Dasar dan
Aksesibilitas Wilayah; 2. Pemantapan Kualitas Hidup Dan Kesejahteraan Masyarakat Melalui
Pembangunan SDM Yang Berdayasaing; 3. Pemantapan Daya Saing Daerah dan Peningkatan
Iklim Investasi; 4. Pemantapan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Jika diperhatikan secara
seksama penekanan pengelolaan Sumber Daya Alam yang berkelanjutan belum termaktub di
dalam prioritas RKPD Kabupaten Sambas Tahun 2021. Seharusnya Pemerintah Kabupaten
Sambas memasukkan isu tersebut ke dalam prioritas utama Pembangunan. Kekhawatiran yang
terjadi adalah pembangunan yang terjadi dapat menghilangkan sumber penghidupan
masyarakat, mengingat Sumber Daya Alam yang dikelola oleh masyarakat semakin hari
semakin menipis.

5
Posisi strategis, jumlah penduduk, melimpahnya SDA dan SDM, potensi kawasan ekonomi
perbatasan yang menjanjikan seharusnya menjadi modal pembangunan yang mampu
mempercepat terwujudnya kemajuan Kabupaten Sambas, baik dari tersedianya akses
pelayanan kesehatan, pendidikan yang merata, maupun peningkatan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakatnya. Peran serta organisasi masyarakat sipil masih sangat strategis di
Kabupaten Sambas untuk mendorong percepatan pembangunan yang berorientasi pada
kepentingan rakyat. Berdasarkan data Kesbangpolinmas Kabupaten Sambas terdapat 217
OMS yang terdata di Kabupaten Sambas. Secara umum Organisasi masyarakat sipil di
Kabupaten Sambas belum mandiri secara organisasi dan masih bergantung kepada pendanaan
oleh pemerintah. Akan tetapi dikarenakan keterbatasan kemampuan, bantuan yang dilakukan
oleh pemerintah biasanya dengan cara mendukungan dan membantu pelayanan atau
pemberdayaan kepada organisasi masyarakat sipil di Kabupaten Sambas. Selain pemerintah
biasanya pendanaannya berasal dari lembaga donor. Berdasarkan kondisi tersebut peluang
jaringan kerjasama masih terbuka lebar untuk sama-sama bergerak bagi organisasi masyarakat
sipil di Kabupaten Sambas juga bersama organisasi masyarakat sipil di tingkat provinsi untuk
terus berperan aktif, bergerak bersama untuk kemajuan Kabuapen Sambas dengan berbagai
focus isu masing-masing. Begitu juga dengan GAPEMASDA yang selalu berusaha andil dan
berkontribusi melalui pemberdayaan masyarakat pedesaan.

6
BAB III
VISI, MISI, DAN NILAI-NILAI DASAR

Visi
Visi GAPEMASDA adalah “Terwujudnya tatanan masyarakat yang sejahtera dan mandiri
berbasis keadilan social, keadilan gender dan keberlanjutan lingkungan ”.

Misi
a. Memperkuat kelompok masyarakat pedesaan dalam upaya meningkatkan ekonomi dan
pemenuhan hak-hak pendidikan dan kesehatan
b. Mendorong perubahan kebijakan lokal yang memberikan perlindungan kepada
perempuan dan anak serta kelompok rentan lainnya
c. Mengembangkan pengelolaan SDA berbasis masyarakat yang adil dan lestari
d. Memperluas kemitraan dan kerjasama dengan berbagai pihak baik tingkat lokal nasional
dan inernasional
e. Memperkuat kapasitas organisasi menuju kemandirian dan keberlanjutan.

Nilai Dasar dan Prinsip


Sebagai organisasi social, GAPEMASDA merumuskan nilai-nilai dasar sebagai landasan
organisasi dalam mencapai visi dan misinya, yakni:

1. Keberpihakan pada Masyarakat Marginal: suatu sikap dan tindakan secara kelembagaan
dan individual yang mengutamakan pembelaan dan perlindungan terhadap hak-hak
masyarakat yang mengalami marginalisasi baik secara ideologi, politik, sosial, ekonomi,
budaya, hukum, gender serta orientasi seksual
2. Kerelawanan: suatu sikap dan tindakan secara kelembagaan dan individu yang tidak
menjadikan imbalan atau kedudukan sebagai tujuan
3. Non-Partisan: suatu posisi secara kelembagaan dimana LSM tidak menjadi bagian atau
berafiliasi dengan partai politik dan tidak menjalankan politik praktis dalam arti mengejar
jabatan politik
4. Kesetaraan gender: mengedepankan dan mempromosikan perlakuan yang sama terhadap
perempuan dan laki-laki serta mengikutsertakan peran perempuan kelompok
difabel/rentan dan orang-orang muda minimal 30 % dalam setiap proses perencanaan dan
pengambilan kebijakan di organisasi.
7
5. Melakukan program peningkatan kapasitas kelompok rentan/difabel, perempuan dan
orang muda agar berdaya dan mampu melakukan advokasi kebijakan yang memberi
manfaat bagi mereka.
6. Anti kekerasan: menolak segala bentuk kekerasan.
7. Non-diskriminasi: tidak mengurangi atau menghapus sebagian atau seluruhnya hak
seseorang atas dasar suku, agama/kepercayaan, ras, umur, gender, orientasi seksual, status
perkawinan, status sosial ekonomi, jenis pekerjaan dan aliran politik.

Selain itu, GAPESMADA juga menetapkan prinsip-prinsip menjalankan mekanisme


organisasi, yakni:
a. Transparansi: terbuka, tidak manipulasi, bisa diperiksa setiap saat.
b. Non-komersial/nirlaba: tidak mengambil keuntungan finansial dalam melaksanakan
program- programnya.
c. Akuntabilitas (tanggunggugat): mempertanggungjawabkan program dan keuangan
kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholders).
d. Independen: dalam mengambil kebijakan tidak terpengaruh oleh pihak manapun.
e. Integritas: menjaga nama baik dalam segala tindak-tanduk, tidak melakukan korupsi,
tidak menerima dukungan dari pihak-pihak yang berlawanan dengan nilai-nilai
organisasi
f. Mengarustamakan isu anti korupsi dalam dokumen renstra
g. Pada program advokasi kebijakan, memasukkan agenda untuk terlibat aktif dalam
proses mendorong transparansi dan akutabilitas sebagai salah satu upaya pencegahjan
korupsi

8
9
BAB IV
ANALISIS PIHAK BERKEPENTINGAN (STAKEHOLDERS)

Sebagai organisasi social yang mempunyai komitmen terhadap masyarakat pedesaan dengan
berbagai isunye, GAPEMASDA berhubungan dan berjejaring dengan berbagai pihak yang
relevan. Para pihak yang berkepentingan terhadap isu-isu pedesaan diantaranya pemerintahan
daerah sampai pemerintahan desa, perusahaan yang beroperasi dalam wilayah desa, organisasi
sejenis (OMS), dan kelompok masyarakat pedesaan. Sampai saat ini, GAPEMASDA telah
bekerja langsung di 5 Kecamatan (dari 19 kecamatan) dan 18 Desa (Kecamatan Subah 7 Desa,
Kecamatan Sambas 2 Desa, Kecamatan Sejangkung 6 Desa, Kecamatan Sajad 4 Desa, dan
Kecamatan Galing 10 Desa). Analisis pihak berkepentingan dapat dilihat dalam table berikut:
Tabel Analisis Pihak Berkepentingan (Stakeholders)

Pihak Yang Apa Kepentingan Sejauh Mana Apa Yang Perlu


Berkepentingan Masing-Masing Kepentingan Tersebut Diperbaiki/
Terhadap Terhadap Organisasi? Telah Dapat Dipenuhi Ditingkatkan ke
Organisasi Organisasi? Depan

1. Eksternal Organisasi

BAPPEDA Menjadi mitra Sudah terpenuhi GAPEMASDA


pembangunan Lembaga dilibatkan dalam
GAPEMASDA setiap membuat
tahun diundang pada regulasi-regulasi
kegiatan strategis
MUSRENBANGDA
DINSOSPMD Menjadi mitra dalam Belum terpenuhi Adanya
pengembangan Belum ada koordinasi kerjasama dengan
masyarakat pedesaaa dan kerjasama dengan dengan
organisasi. DINSOSPMD
Baru sebatas koordinasi
pada program Madani
Perusahaan Kerjasama dan Belum terpenuhi Adanya
Perkebunan sawit kemitraan dalam Belum pernah kerjasama
pengelolaan CRS yang kerjasama dengan pengelolaan CSR
transparan dan perusahaan perkebunan maupun
akuntabel sawit komitmen
pengelolaan
lingkungan secara
10
adil dan lestari
DPRD Dukungan bagi Sudah terpenuhi Perlu adanya
legislatif untuk Sering diskusi dan kesepahaman
bersinergi dalam koordinasi baik baik tentang tatakelola
mendorong tatakelola berupa literasi maupun lingkungan dan
pemerintahan desa yang data dokumen kebijakan pemerintahan
baik dan akuntabel desa
Kelompok a. Keinginan Sudah terpenuhi Bersama
Masyarakat kelompok untuk GAPEMASDA pernah berkolaborasi
tingkat desa memperjuangkan terlibat dalam mendorong
akuntabilitas mendorong dan kebijakan
pelayanan publik fasilitasi kebijakan di tranparansi
b. Kemauan kelompok tingkat desa, fasilitasi pelayanan publik
untuk mendorong kebutuhan besiswa bagi di desa
pengelolaan anak tidak mampu di
lingkungan hidup APBDesa dan
secara adil dan pembentukan kelompok
lestari nelayan di tingkat desa
c. Kemauan kelompok
untuk berinergi
dengan pemerintah
dan CSO
Media: online, Sebagai literasi dan Sudah terpenuhi GAPEMASDA
Lokal, Nasional informasi Kegiatan organisasi mempu
sangat di dukung oleh memanfaatkan
media media dalam
pengembangan
dan
keberlangsungan
organisasi
Jejaring OMS Merupakan mitra dalam Sudah terpenuhi Adanya
dalam membangun, Dengan adanya kerjasa kerjasama dengan
mengembangkan dan beberapa vendor dan jejaring
keberlangsungan bertukar literasi dan internasional
organisasi informasi
2. Internal Organisasi
Badan Pengawas Menjadi organisasi Sudah mulai terpenuhi Kelengkapan
yang eksis, kuat dan dengan semakin prosedur dan
mandiri membaiknay tata kelola mekanisme
pengambilan
kebijakan
organisasi
Dewan Pengurus Menjadi organisasi Sudah mulai terpenuhi Kelengkapan
yang eksis, kuat dan dengan semakin prosedur dan

11
mandiri membaiknya tata Kelola mekanisme
organisasi pengambilan
kebijakan
organisasi
Divisi Menjadi organisasi Sudah mulai terpenuhi Memperkuat
yang eksis, kuat dan dengan semakin strategi masing-
mandiri serta membaiknya tata Kelola masing divisi
memberikan prioritas organisasi dalam
bagi masing-masing pengelolaan isu &
sumberdaya
Relawan Menjadi organisasi Sudah mulai terpenuhi Memperkuat
yang eksis, kuat dan dengan semakin system kaderisasi
mandiri membaiknya tata Kelola dan kerelawanan
organisasi

12
BAB V
ANALISIS EKSTERNAL
(Peluang dan Ancaman)

Situasi Peluang Ancaman


Kebijakan Pemerintah: 1. Memberikan peluang kepada 1) Belum tuntasnya batas
masyarakat maupun OMS wilayah 193 desa sebagai
1. Undang-Undang No untuk memperjuangakan satu kesatuan masyarakat
6 tahun 2014, tentang kedaulatan hak asasi hukum di Kabupaten
Desa manusia Sambas
2. Permendagri 45 2. Membangun komunikasi 2) Transparansi Dana Desa
Tahun 2016 tentang dengan pihak-pihak 3) Pengelolaan Dana Desa
Penetapan dan pemerintah dan stakeholder yang masih belum optimal
Penegasan batas Desa sesuai pemetaan stakeholder dan efektif untuk
3. PERPRES Nomor 18 3. Studi kebijakan-kebijakan kesejahteraan masyarakat
tahun 2014 tentang termasuk rancangan 4) Lemahnya perlindungan
Perlindungan dan kebijakan/UU terkait GESI perempuan dan anak
Pemberdayaan dan lingkungan 5) Kurangnya akses
Perempuan dan Anak kemudahan hak-hak anak
Dalam Konflik Sosial 6) Minimnya kepedulian dan
4. Konvensi hak-hak kesadaran masyarakat
anak PBB tanggal 20 tentang tatakelola
November 1989 lingkungan
5. Peraturan Menteri
Lingkungan Nomor 5
Tahun 2014 tentang
Baku Mutu Air
Limbah

Program Pembangunan: Isu-isu dalam program Sulitnya keterlibatan OMS


a. RPJMD pembangunan sinergi dengan dalam perencanaan Program
b. APBD isu strategis GAPEMASDA Pembangunan sampai level
c. JKN terutama tentang Desa pengambilan keputusan
d. SDGs
Pandangan/ sikap Terbuka untuk berdiskusi dan Memandang keberadaan CSO
masyarakat menerima pelatihan terkait sebagai lawan Pemerintah dan
pemberdayaan di masyarakat pemeras pejabat

Media lokal, Regional, Menjadi saluran komunikasi Ada media terus beroperasi
Nasional dan publikasi OMS mengatasnamakan LSM/ OMS,
menjadi pemeras masyarakat
13
dan pemerintah.
Jejaring OMS Dengan banyak-nya jaringan 1) Keberadaan OMS yang
OMS yang mendukung, maka masih berjalan masing-
kegiatan yang direncanakan, masing
akan cepat terealisasi 2) Kapasitas dan Sumber Daya
CSO/OMS yang berbeda
beda sehingga terkadang
mempengaruhi aktivitas
keberlanjutan organisasi

Komunitas Membantu keberlanjutan dan Belum memiliki


ketahanan organisasi komunitas

14
BAB VI
ANALISIS KONDISI INTERNAL
(KEKUATAN DAN KELEMAHAN ORGANISASI)

Faktor-faktor kekuatan organisasi yang merupakan potensi untuk pengembangan


GAPEMASDA antara lain:
1. Sudah memiliki Kantor Sendiri Untuk Aktifitas Lembaga
2. Memiliki Struktur Organisasi
3. Kepemimpinan Transformasional dan visioner
4. SDM mayoritas masih muda dan potensial
5. Unsur pimpinan memberikan akses komunikasi secara luas
6. Memiliki Pengalaman dalam Bekerjasama dengan NGO Internasional
7. Hubungan Baik dengan Pengambil Kebijakan di Lavel Daerah
8. Memiliki Legaltas Lembaga
9. Memiliki Pengalaman dalam Pendampingan Masyrakat dengan Jumlah Desa
Dampingan yang tersebar di berbagai kecamatan di Kabupaten Sambas
10. Hubungan Baik dengan Masyrakat dampingan

Sedangkan faktor-faktor kelemahan organiasi yang menjadi perhatian adalah sebagai


berikut:
1. Peran pemangku jabatan dalam melaksanakan Tupoksi masih kurang
2. Kurangnya tenaga pendukung baik kualitas maupun kuantitas (Tenaga Ahli)
3. Kredibilitas, akuntabilitas dan transfaransi masih perlu ditingkatkan
4. Pelatihan kepemimpinan masih kurang
5. SOP resmi masih belum ada
6. Keberlanjutan Program yang tidak tentu
7. Keluar Masuknya SDM
8. SDM yang kurang aktif
9. Sumber pembiayaaan masih berdasarkan program dengan pihak lain

Analisis kondisi internal kelembagaan dapat dilihat secara detail dalam table berikut:

15
Tabel Analisis Internal

Aspek Kekuatan Kelemahan


1. Rencana Strategis Sudah memiliki dokumen Proses masih belum optimal dan
rencana strategis organisasi belum melibatkan berbagai
untuk periode 5 tahunan pihak
2. Tata Kepengurusan & Kepengurusan solid saling Jabatan Struktur organisasi
Struktur Organisasi: mendukung satu dengan yang masih ada belum terisi semua.
lain sehingga dapat menutup Masih lemahnya kapasitas
a. Tata sedikitnya tim yang terlibat sumberdaya manusia pengelola
Kepengurusan dalam kegiatan organisasi terutama pengelola
b. Kepengurusan Tata kelola organisasi sudah program.
c. Keputusan jelas dengan elemen organisasi
Organisai yang berbeda yakni
Musyawarah Umum Anggota,
Badan Pengawas dan Dewan
Eksekutif.
3. Sistem dan Sudah memiliki SOP Keuangan SOP belum sepenuh-nya
Manajemen Keuangan Sudah ada sumberdaya manusia lengkap dan perlu ada
yang berkompeten dalam perbaikan-perbaikan
pengelolaan keuangan
4. Manajemen SDM Sudah ada dokumen ketenagaan Dokumen belum dapat
dan penilaian kinerja sebagai dipraktekkan
acuan Keterbatasan sumberdaya
manusia
Ketimpangan kapasitas dan
pengalaman sumberdaya
manusia antara yang lama dan
orang baru

5. Kapasitas SDM dan Memiliki sumberdaya manusia Ketimpangan kapasitas dan


Kepemimpinan dalam berbagai bidang ilmu dan pengalaman sumberdaya
pengalaman yang berbeda-beda manusia antara yang lama dan
orang baru

6. Sistem MEL Sudah ada Dokumen MEL Dokumen MEL belum dapat
yang dapat dijadikan acuan dipraktekkan
bagi pemantauan dan evaluasi. Kapasitas sumberdaya manusia
Sudah mulai melakukan yang masih terbatas untuk
praktek-praktek Diskusi dan pelaksanaan MEL
Evaluasi setiap selesai Kegiatan

16
dari Program tertentu untuk
melihat capaian kegiatan dan
mempersiapkan Strategi untuk
kegiatan selanjutanya (briefing
dan debriefing
7. Ketahanan dan Sudah ada Sekretariat/ kantor Masih bergantung pada donor
keberlanjutan Permanen dan Peluang Kerjasama dengan
keuangan organisasi Sudah ada Fasilitas Kantor Pemda.
yang memadai Belum ada sumber-sumber
Sudah ada Donor yang alternatif pendanaan organisasi
difasilitasi oleh Jaringan OMS
di tingkat Pusat dan Propinsi

17
BAB VII
ISU STRATEGIS, TUJUAN STRATEGIS, RENCANA TARGET CAPAIAN

Berdasarkan hasil analisis peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan
internal, GAPEMASDA menetapkan isu-isu strategis yang akan dijalankan selama 5 tahun
(2021 – 2025) beserta target-target capaian yang direncanakan. Isu strategis yang ditetapkan
meliputi isu-isu sosial kemasyarakatan (isu-isu strategis program) dan isu strategis organisasi/
kelembagaan untuk penguatan kapasitas GAPEMASDA sebagai berikut:

Isu Strategis Tujuan Target Capaian


1. Transparansi dan Mengembangkan sistem Berfungsinya sistem
akuntabilitas pelayanan perencanaan dan perencanaan dan
publik di tingkat desa pembangunan dengan pembangunan partisipatif
memaksimalkan partisipasi serta keterbukaan informasi
masyarakat serta melalui teknologi informasi
pemanfaatan Sitem Informasi
Desa berbasis Web.
2. Kampanye Publik Untuk Meningkatkan kepedulian Pemerintah daerah, aparat
Pencegahan Eksploitasi berbagai pihak untuk penegak hukum, dan
dan Kekerasan terhadap pencegahan kekerasan dan masyarakat memberikan
Perempuan dan Anak perdagangan orang. dukungan dan aktif
menyuarakan dan
melakukan pencegahan
kekerasan dan perdagangan
orang di Kabupaten
Sambas.

3. Advokasi Kebijakan Untuk Mendorong kebijakan daerah Terbitnya Peraturan Bupati


mengatur kemudahan Hak- yang mengatur kemudahan dan Desa yang pro terhadap
Hak Anak dalam akses penerimaan hak- penerimaan Hak-Hak Anak
hak anak
4. Pengelolaan SDA Berbasis Memfasilitasi inisiatif Adanya inisiatif
Masyarakat yang adil dan Pengelolaan SDA berbasis pengelolaan SDA berbasis
lestari Masyarakat yang adil dan kearifan local di tingkat

18
lestari desa, adanya komitmen
kerjasama di tingkat
pemerintah, swasta dan
masyarakat dalam
pengelolaan SDA yang adil
dan lestari

5. Penguatan Kapasitas Mengembangkan sistem Tersedia sisitem


organisasi untuk organisasi yang profesional manajemen, sisitem
Kemendarian dan untuk mencapai kemandirian pengelolaan SDM dan
Keberlanjutan dan keberlanjutan Sistem Keuangan yang
profesional

19
LAMPIRAN: KERANGKA LOGIS PROGRAM

TABEL KERANGKA LOGIS PROGRAM


Nama Organisasi : GAPEMASDA
Nama Program : Transparansi dan Akuntabilitas Pelayanan Publik di Tingkat Desa
Periode : 2021 S/D 2025

SUMBER
INDIKATOR TARGET PENANGGUN
DESKRIPSI PEMBUKTIA
(2021-2025) (2021-2025) G JAWAB
N
Tujuan: Mengembangkan sistem perencanaan dan pembangunan dengan memaksimalkan partisipasi masyrakat serta
pemanfaatan Sitem Informasi Desa berbasis Web
Outcome (Hasil Akhir Dukungan, dan 5 Dinas terkait dan Laporan Divisi
Program) tindakan Pemerintah pemerintah desa aktif kegiatan, Pengembangan
Berfungsinya sistem daerah, & melakukan kampanye notulensi Masyarakat
perencanaan dan pemerintah desa perencanaan dan rapat-rapat, Desa (Devisi
pembangunan partisipatif perencanaan dan pembangunan foto kegiatan PMD)
serta keterbukaan pembangunan partisipatif serta
informasi melalui partisipatif serta keterbukaan informasi
teknologi informasi. keterbukaan melalui teknologi
informasi melalui informasi Desa
teknologi informasi
Desa

20
Output (Keluaran Segera)
1. Rencana kerja tim 1. MOU 1. 4 MOU dengan Dokumen Manager
perencanaan dan penyusunan Pemda dan Desa MOU, Program (PM)
pembangunan rencana kerja , pembuatan web Desa Laporan
partisipatif serta pelaksanaan, di 4 desa/ 1 tahun kegiatan,
keterbukaan informasi dan pendanaan 2. Sekber tim kerja Arsip, web
melalui teknologi 2. Unsur Desa
informasi perwakilan tim
2. Dukungan pendanaan kerja beserta
dan infrastruktur tupoksinya.
untuk kerja tim
Kegiatan
1. Worshop penyusunan 1. Jumlah 1. 5 workshop Laporan Divisi PMD
rencana kerja tim workshop dan dengan peserta @ (15 kegiatan, PM
2. Pelatihan-pelatihan peserta Pr, 20 Lk) daftar hadir,
Sitem Informasi Desa 2. Jumlah 2. 20 pelatihan dengan notulensi
berbasis Web sesuai pelatihan dan peserta @ (15 Pr, 40 rapat, foto
rencana kerja peserta Lk) kegiatan dan
3. Seminar/Diskusi 3. Jumlah 3. 5 seminar/diskusi dokumen
publik dengan tema seminar, dengan peserta @ (20 laporan
Sitem Informasi Desa narasumber, dan Pr, 40Lk) tahunan
berbasis Web peserta 4. 15 rapat dan 5
4. Rapat-rapat regular 4. Jumlah rapat, laporan tahunan,
tim pemantauan/ peserta dan laporan peserta @(10 Pr, 5
monitoring yang dihasilkan
pelaksanaan kegiatan
dan laporan
21
Nama Organisasi : GAPEMASDA
Nama Program : Kampanye Publik untuk Pencegahan Eksploitasi dan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak
Periode : 2021 S/D 2025

SUMBER
INDIKATOR TARGET PENANGGUN
DESKRIPSI PEMBUKTIA
(2021-2025) (2021-2025) G JAWAB
N

Tujuan: Meningkatkan kepedulian berbagai pihak untuk pencegahan kekerasan dan perdagangan orang

Outcome (Hasil Akhr Kesepakatan 1. Ditetapkannya tim Laporan Divisi


Program) bersama dan jumlah pelayanan terpadu kegiatan, Perempuan,
Pemerintah daerah, aparat kegiatan yang yang terdiri dari notulensi rapat Anak dan
penegak hukum, dan dilakukan untuk kepolisian, Dinas dan foto-foto Kelompok
masyarakat memberikan penyadaran dan Sosial, Dinas kegiatan Rentan
dukungan dan aktif pencegahan. Kesehatan/RS/Puskes
menyuarakan dan mas, dan LSM
melakukan pencegahan 2. Protokol/SOP
kekerasan dan pelayanan: konseling,
perdagangan orang di penanganan kasus,
Kabupaten Sambas. kesehatan
3. Jumlah korban yang
dilayani
Output (Keluaran Segera)
1. Rencana kerja 1. MOU 1. MOU dengan Dokumen Manager
kesepakatan untuk penyusunan Dinsos, Kehakiman MOU, laporan Program (PM)
penyadaran dan rencana kerja , dan Kejaksaan, dan dan arsip,

22
pencegahan dan pelaksanaan, Kepolisian penanganan
perbaikannya secara dan pendanaan 2. Kantor sekber tim kerja kasus
periodik 2. Unsur
perwakilan tim
2. Dukungan pendanaan kerja beserta
dan infrastruktur tupoksinya.
(kantor dan perangkat
kesekretariatan) untuk
kerja tim pelayanan

Kegiatan
1. Worshop penyusunan 1. Jumlah 1. workshop dengan Laporan Divisi
rencana kerja tim workshop dan peserta @ (10 Pr, 5 Lk) kegiatan, Perempuan,
2. Pelatihan-pelatihan pesertanya 2. pelatihan dengan daftar hadir, Anak dan
penyadaran sesuai 2. Jumlah dan peserta @ (60 Pr, notulensi rapat, Kelompok
rencana kerja jenis pelatihan 20Lk) foto kegiatan Rentan
3. Seminar/Diskusi serta pesertanya 3. seminar/diskusi dengan dan dokumen PM
publik dengan tema 3. Jumlah peserta @ (60 Pr, 20Lk) laporan
pencegahan kekerasan seminar/diskusi 4. rapat dengan tahunan
dan perdagangan dan pesertanya peserta @(10 Pr, 5 Lk)
perempuan 4. Jumlah rapat
4. Rapat-rapat regular dan laporan
tim pemantauan/ serta
monitoring
pelaksanaan kegiatan
dan laporan

23
Nama Organisasi : GAPEMASDA
Nama Program : Advokasi Kebijakan untuk Mengatur Kemudahan Hak-Hak Anak
Periode : 2021 S/D 2025

SUMBER
INDIKATOR TARGET PENANGGUN
DESKRIPSI PEMBUKTIA
(2021-2025) (2021-2025) G JAWAB
N
Tujuan: Mendorong kebijakan daerah yang mengatur kemudahan dalam memfasilitasi hak-hak anak

Outcome (Hasil Akhr Peraturan BUPATI dan Peraturan Bupati dan Laporan Divisi
Terbitnya Peraturan Bupati PERATURAN DESA Peraturan Desa kegiatan, Perempuan,
dan Desa yang pro terhadap notulensi rapat Anak dan
penerimaan Hak-Hak Anak dan foto Kelompok
kegiatan Rentan
Output (Keluaran Segera)
1. Kesepakatan bersama 1. Jumlah dan unsur- 1. Peraturan Bupati Dokumen Manager
Pemerintah Daerah aparat unsur yang terlibat Sambas tentang Peraturan Program (PM)
penegak hukum, tokoh dalam kemudahan dan Bupati Sambas
masyarakat dan agama, serta penyiapan/penyusu akses penerimaan dan Peraturan
OMS untuk penyiapan nan Perbup dan hak-hak anak Desa, Laporan
Perbup. Perdes. dalam setahun Kegiatan, arsip
2. Draft Perbup yang 2. Surat Keputusan 2. Diterbitkannya
mengakomodasikan masukan Bupati dan Kepala Peraturan Desa
berbagai pihak (aparat Desa tentang tentang
penegak hukum, tokoh agama pemberlakukan kemudahan dan

24
dan tokoh masyarakat, serta Perbup dan Perdes akses penerimaan
OMS). hak-hak anak di 5
3. Kesepakatan desa dalam
Pemerintah Desa, setahun
aparat penegak
hukum, tokoh
masyarakat dan
agama, serta OMS
untuk penyiapan
Perbup.
4. Draft Perdesa yang
mengakomodasikan
masukan berbagai
pihak (aparat penegak
hukum, tokoh agama
dan tokoh masyarakat,
serta OMS).

25

Anda mungkin juga menyukai