BAB I
SEKILAS SEJARAH ORGANISASI
Lembaga Pengembangan Masyarakat Pedesaan (GAPEMASDA) adalah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) yang didirikan oleh para pegiat social pada tahun 1998 di Kabupaten
Sambas, Kalimantan Barat. GAPEMASDA didirikan sebagai respon terhadap proses
perubahan pasca reformasi yang masih mengabaikan dan meminggirkan masyarakat dalam
proses pembangunan. Termasuk di Kabupaten Sambas sebagai kabupaten perbatasan di
Kalimantan Barat yang menghadapi kompleksitas tantangan pembangunan dalam berbagai
isu, terutama di tingkat desa. Dan sesuai dengan gagasan pendiriannya, tujuan utama
berdirinya GAPEMASDA adalah untuk memperkuat masyarakat pedesaan dalam mencapai
mencapai keadilan social, keadilan gender dan keberlanjutan lingkungan. GAPEMASDA
memberikan perhatian dan focus terhadap upaya perubahan di Kabupaten Sambas terutama
terkait isu-isu masyarakat pedesaan seperti transparansi dan akuntabilitas pemerintahan desa,
eksploitasi dan kekerasan terhadap perempuan dan anak, pemenuhan hak-hak dasar, dan
kemandirian kelompok masyarakat.
GAPEMASDA berproses secara mandiri dengan latar belakang para pendiri dari berbagai
macam disiplin ilmu, di awali dari diskusi-diskusi terhadap permasalahan yang ada khususnya
di Kabupaten Sambas, sehingga disepakati pendirian wadah berupa Organisasi Masyarakat
Sipil sebagai wadah perjuangan dan pengabdian kepada daerah. GAPEMASDA memulai
aktivitasnya tanggal 12 Desember 1998 atas inisiastif tiga orang pegiat social di Kabupaten
Sambas, yaitu Syahriandi, SH., Su’aib, S.Pd., Syafrudin, S.Sos., yang didorong kepedulian
atas persoalan kemiskinan, perekonomian rakyat, sosial budaya serta penegakan hak-hak
masyarakat terutama masyarakat pedesaan di Kabupaten Sambas. Dalam menjalankan roda
organisasi para pengurus diawal-awal pendiriannya menghimpun dana pribadi untuk iuran
1
organisasi. Sampailah akhirnya GAPEMASDA mendapatkan kepercayaan untuk mengelola
program Pendidikan Politik Masyarakat pada tahun 1999 dari PKBI Kalbar, kemudian pada
periode 2007 sampai dengan 2009 bekerjasama dengan Save The Children dalam program
Enabling Communities to Combat Chaild Traffiking (ENABLE) sebagai upaya untuk
Memberdayakan Masyarakat dalam Memerangi Perdagangan Anak di Kabupaten Sambas.
2
BAB II
ANALISISI SITUASI/KONTEKS
Letak astronomis Kabupaten Sambas terletak di antara 2°08' Lintang Utara serta 0°33' Lintang
Utara dan 108°39' Bujur Timur serta 110°04' Bujur Timur. Panjang pantai ± 128,5 km dan
panjang perbatasan negara ± 97 km. Luas kawasan hutan 167.323 Ha serta memiiki 3 Daerah
Aliran Sungai (DAS) utama yaitu DAS Paloh, Sambas, dan Sebangkau. Luas Wilayah
Kabupaten Sambas secara keseluruhan 6395,70 Km2 atau sekitar 4,6 persen dari total luas
wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Sebelah Utara berbatasan dengan Serawak dan Laut
Natuna, Selatan dengan Kabupaten Singkawang dan Bengkayang, Barat dengan Laut Natuna
dan sebelah timur dengan Kabupaten Bengkayang dan Serawak. Sebelah Barat berhadapan
dengan Laut Natuna dan laut Cina Selatan
Pada tahun 2019 dari 259.273 orang yang bekerja, sebanyak 57,11 persen di antara penduduk
Kabupaten Sambas bekerja pada sektor pertanian, diikuti sektor manufaktur dan sektor jasa
masing-masing sebesar 14,44 persen dan 28,45 persen. Dari 57,11 persen penduduk
Kabupaten Sambas yang bekerja di sektor pertanian 47,99 persen diantaranya adalah
perempuan. Sedangkan pada sektor manufaktur dan jasa didominasi oleh laki-laki yaitu
masing-masing sebesar 76,23 persen dan 55,01 persen. Kondisi struktur perekonomian yang
masih tertumpu pada sektor pertanian mendorong penyerapan tenaga kerja terbesar di sektor
pertanian. Sedangkan sektor yang menyerap tenaga kerja terkecil adalah sektor industri
pengolahan. Menurut BPS Provinsi Kalimantan Barat per maret 2019 persentase penduduk
miskin Kabupaten Sambas sebesar 8,19 persen (43 ribu jiwa) yang menjadikan penduduk
miskin Kabupaten Sambas kedua terbanyak setelah Kabupaten Ketapang yang berjumlah 53
ribu jiwa.
3
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Sambas berada di urutan ke tujuh diantara 14
kabupaten/ kota di Provinsi Kalimantan Barat. Harapan Lama Sekolah (HLS) berada di urutan
keempat, Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) berada di urutan ketiga belas, Umur Harapan Hidup
Saat Lahir (UHH) berada di urutan ketiga belas. Berdasarkan data Susenas 2019, angka
harapan lama sekolah di Kabupaten Sambas mengalami sedikit peningkatan dibandingkan
dengan tahun 2018, yaitu dari 12,52 tahun pada tahun 2018 menjadi 12,60 tahun pada tahun
2019. Tingkat partisipasi pendidikan salah satunya didukung oleh ketersediaan sekolah yang
makin meningkat. Tahun 2019 terdapat 463 unit SD/MI, 158 unit SMP/MTS, dan 71 unit
SMA/ MA/SMK. Sedangkan fasilitas kesehatan Kabupaten Sambas memiliki 4 rumah sakit,
28 puskesmas, 196 polindes, dan 556 posyandu serta 5 klinik. Kabupaten Sambas merupakan
salah satu daerah Lokasi Khusus (LOKUS) di Kalimantan Barat untuk kasus stunting. Hal ini
disebabkan oleh masih lemahnya strategi pelayanan kesehatan terhadap ibu dan anak.
Posisi Kabupaten Sambas yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia memudahkan
warga terutama perempuan bahkan anak menjadi tenaga kerja (TKI), baik secara legal
maupun ilegal. Karena mudahnya akses perbatasan banyak TKI yang rentan terhadap
penipuan, kekerasan, eksploitasi bahkan penjualan manusia (human trafficking). Salah satu
faktor pendorong terjadinya eksploitasi terhadap anak juga terjadi di sector perkebunan kelapa
Sawit. Ketersedian lapangan kerja di perkebunan sawit membuka peluang baru bagi
masyarakat Kabupaten Sambas. Pada tahun 2017 sempat terjadi fenomena pekerja anak pada
perkebunan kelapa sawit di wilayah perbatasan di Kabupaten Sambas, sebagaimana pernah
diekspose dalam berbagai media massa. Dari catatan Komisi Perlindungan Perempuan dan
Anak Daerah (KPPAD) Kalimantan Barat Januari 2020, Kabupaten Sambas dan Pontianak
merupakan daerah kasus tertinggi kejahatan seksual terhadap anak. Data anak korban/ pelaku
pada tahun 2020 yang ditangani di Polres Sambas, anak sebagai korban sebanyak 30 anak,
anak sebagai pelaku sebanyak 31 anak. Dan dari data yang ditangani dinas P3AP2KB tahun
2019 sebanyak 49 anak dan tahun 2020 sebanyak 59 anak.
Kasus dan temuan kekerasan oleh dan terhadap anak ini merupakan fenomena gunung es di
Kalimantan Barat, khususnya di Kabupaten Sambas. Dari banyaknya kasus kekerasan
terhadap anak di Kabupaten Sambas, maka perlu adanya usaha-usaha untuk memberikan
perlindungan dan pemenuhan 10 hak-hak anak. Sebagaima konvensi hak-hak anak PBB
tanggal 20 November 1989 yang mendeklarasikan menghormati dan menjamin hak-hak setiap
anak tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun, tanpa dipandang ras, warna kulit, jenis
kelamin, bahasa, agama, keyakinan politik dan pendapat-pendapat lain, kebangsaan, asal etnik
atau sosial, kekayaan, ketidakmampuan, kelahiran atau kedudukan lain dari anak atau orang
tua anak atau pengasuhnya yang sah.
Selain terjadinya eksploitasi, pengembangan perkebunan sawit juga berdampak pada
pencemaran lingkungan terutama air di aliran DAS serta ekosistemnya. Pengelolaan limbah
4
masih cenderung tidak mengikuti tata kelola yang baik karena mengalirkan limbah melalui
kanal-kanal kecil yang bermuara ke sungai Sambas sehingga menyebabkan terjadinya
pencemaran. Hasil uji limbah PT. WHS melebihi mutu baku yang di syaratkan Peraturan
Menteri Lingkungan Nomor 5 Tahun 2014. Sungai Sambas sebagai mata pencaharian
masyarakatnya selama kehadiran perkebunan kelapa sawit mengalami kerusakan ekosistem
hayati dan penurunan kualitas air berakibat penurunan penghasilan tangkapan ikan dan
penghasilan ekonomi masyarakat sekitar. Hal ini diperparah dengan sistem tata kelola CSR
perusahaan yang tidak memihak ke masyarakat setempat. Tata Kelola Perkebunan Sawit yang
masih belum baik ini juga menyebabkan berbagai konflik antara masyarakat desa dengan
perusahaan yang beroperasi.
Lahirnya undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa, seharusnya menjadi harapan baru
bagi masyarakat khususnya masyarakat desa di Kabupaten Sambas. Tujuan utama lahirnya
Undang-Undang Desa ini adalah untuk mendorong kesejahtteraan dan kemandirian
masyarakat pedesaan. Dana desa sebagai sumberdaya baru seharusnya dapat mempercepat
pemerataan pembangunan dan peningkatan pelayanan publik yang didukung oleh keberadaan
pemerintahan desa yang profesional, efisien, efektif, transparan dan akuntabel serta
melibatkan peran aktif dan partisipatif masyarakatnya. Namun, kebijakan yang sudah
menjawab kebutuhan otonomi des aini belum dapat dipraktekkan secara optimal akibat
berbagai factor, mulai dari kapasitas pemerintahan desa, komitmen pemerintahan daerah,
peran serta masyarakat dan kerumitan administrasi dan manajemen pengelolaan keuangan
desa.
Musrenbang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Sambas Tahun 2021
yang mengusung tema “Pemantapan Kualitas Infrastruktur Dasar, Pelayanan Publik dan
Sumber Daya Manusia yang Berdaya Saing untuk mewujudkan Sambas yang Berakhlakul
Karimah, Unggul dan Sejahtera” melalui kanal resmi Bappeda Kabupaten Sambas
menegaskan Prioritas Pembangunan Kabupaten Sambas Tahun 2021 diarahkan pada 4
(empat) prioritas utama, yaitu: 1. Pemantapan Pembangunan Infrastruktur Dasar dan
Aksesibilitas Wilayah; 2. Pemantapan Kualitas Hidup Dan Kesejahteraan Masyarakat Melalui
Pembangunan SDM Yang Berdayasaing; 3. Pemantapan Daya Saing Daerah dan Peningkatan
Iklim Investasi; 4. Pemantapan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Jika diperhatikan secara
seksama penekanan pengelolaan Sumber Daya Alam yang berkelanjutan belum termaktub di
dalam prioritas RKPD Kabupaten Sambas Tahun 2021. Seharusnya Pemerintah Kabupaten
Sambas memasukkan isu tersebut ke dalam prioritas utama Pembangunan. Kekhawatiran yang
terjadi adalah pembangunan yang terjadi dapat menghilangkan sumber penghidupan
masyarakat, mengingat Sumber Daya Alam yang dikelola oleh masyarakat semakin hari
semakin menipis.
5
Posisi strategis, jumlah penduduk, melimpahnya SDA dan SDM, potensi kawasan ekonomi
perbatasan yang menjanjikan seharusnya menjadi modal pembangunan yang mampu
mempercepat terwujudnya kemajuan Kabupaten Sambas, baik dari tersedianya akses
pelayanan kesehatan, pendidikan yang merata, maupun peningkatan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakatnya. Peran serta organisasi masyarakat sipil masih sangat strategis di
Kabupaten Sambas untuk mendorong percepatan pembangunan yang berorientasi pada
kepentingan rakyat. Berdasarkan data Kesbangpolinmas Kabupaten Sambas terdapat 217
OMS yang terdata di Kabupaten Sambas. Secara umum Organisasi masyarakat sipil di
Kabupaten Sambas belum mandiri secara organisasi dan masih bergantung kepada pendanaan
oleh pemerintah. Akan tetapi dikarenakan keterbatasan kemampuan, bantuan yang dilakukan
oleh pemerintah biasanya dengan cara mendukungan dan membantu pelayanan atau
pemberdayaan kepada organisasi masyarakat sipil di Kabupaten Sambas. Selain pemerintah
biasanya pendanaannya berasal dari lembaga donor. Berdasarkan kondisi tersebut peluang
jaringan kerjasama masih terbuka lebar untuk sama-sama bergerak bagi organisasi masyarakat
sipil di Kabupaten Sambas juga bersama organisasi masyarakat sipil di tingkat provinsi untuk
terus berperan aktif, bergerak bersama untuk kemajuan Kabuapen Sambas dengan berbagai
focus isu masing-masing. Begitu juga dengan GAPEMASDA yang selalu berusaha andil dan
berkontribusi melalui pemberdayaan masyarakat pedesaan.
6
BAB III
VISI, MISI, DAN NILAI-NILAI DASAR
Visi
Visi GAPEMASDA adalah “Terwujudnya tatanan masyarakat yang sejahtera dan mandiri
berbasis keadilan social, keadilan gender dan keberlanjutan lingkungan ”.
Misi
a. Memperkuat kelompok masyarakat pedesaan dalam upaya meningkatkan ekonomi dan
pemenuhan hak-hak pendidikan dan kesehatan
b. Mendorong perubahan kebijakan lokal yang memberikan perlindungan kepada
perempuan dan anak serta kelompok rentan lainnya
c. Mengembangkan pengelolaan SDA berbasis masyarakat yang adil dan lestari
d. Memperluas kemitraan dan kerjasama dengan berbagai pihak baik tingkat lokal nasional
dan inernasional
e. Memperkuat kapasitas organisasi menuju kemandirian dan keberlanjutan.
1. Keberpihakan pada Masyarakat Marginal: suatu sikap dan tindakan secara kelembagaan
dan individual yang mengutamakan pembelaan dan perlindungan terhadap hak-hak
masyarakat yang mengalami marginalisasi baik secara ideologi, politik, sosial, ekonomi,
budaya, hukum, gender serta orientasi seksual
2. Kerelawanan: suatu sikap dan tindakan secara kelembagaan dan individu yang tidak
menjadikan imbalan atau kedudukan sebagai tujuan
3. Non-Partisan: suatu posisi secara kelembagaan dimana LSM tidak menjadi bagian atau
berafiliasi dengan partai politik dan tidak menjalankan politik praktis dalam arti mengejar
jabatan politik
4. Kesetaraan gender: mengedepankan dan mempromosikan perlakuan yang sama terhadap
perempuan dan laki-laki serta mengikutsertakan peran perempuan kelompok
difabel/rentan dan orang-orang muda minimal 30 % dalam setiap proses perencanaan dan
pengambilan kebijakan di organisasi.
7
5. Melakukan program peningkatan kapasitas kelompok rentan/difabel, perempuan dan
orang muda agar berdaya dan mampu melakukan advokasi kebijakan yang memberi
manfaat bagi mereka.
6. Anti kekerasan: menolak segala bentuk kekerasan.
7. Non-diskriminasi: tidak mengurangi atau menghapus sebagian atau seluruhnya hak
seseorang atas dasar suku, agama/kepercayaan, ras, umur, gender, orientasi seksual, status
perkawinan, status sosial ekonomi, jenis pekerjaan dan aliran politik.
8
9
BAB IV
ANALISIS PIHAK BERKEPENTINGAN (STAKEHOLDERS)
Sebagai organisasi social yang mempunyai komitmen terhadap masyarakat pedesaan dengan
berbagai isunye, GAPEMASDA berhubungan dan berjejaring dengan berbagai pihak yang
relevan. Para pihak yang berkepentingan terhadap isu-isu pedesaan diantaranya pemerintahan
daerah sampai pemerintahan desa, perusahaan yang beroperasi dalam wilayah desa, organisasi
sejenis (OMS), dan kelompok masyarakat pedesaan. Sampai saat ini, GAPEMASDA telah
bekerja langsung di 5 Kecamatan (dari 19 kecamatan) dan 18 Desa (Kecamatan Subah 7 Desa,
Kecamatan Sambas 2 Desa, Kecamatan Sejangkung 6 Desa, Kecamatan Sajad 4 Desa, dan
Kecamatan Galing 10 Desa). Analisis pihak berkepentingan dapat dilihat dalam table berikut:
Tabel Analisis Pihak Berkepentingan (Stakeholders)
1. Eksternal Organisasi
11
mandiri membaiknya tata Kelola mekanisme
organisasi pengambilan
kebijakan
organisasi
Divisi Menjadi organisasi Sudah mulai terpenuhi Memperkuat
yang eksis, kuat dan dengan semakin strategi masing-
mandiri serta membaiknya tata Kelola masing divisi
memberikan prioritas organisasi dalam
bagi masing-masing pengelolaan isu &
sumberdaya
Relawan Menjadi organisasi Sudah mulai terpenuhi Memperkuat
yang eksis, kuat dan dengan semakin system kaderisasi
mandiri membaiknya tata Kelola dan kerelawanan
organisasi
12
BAB V
ANALISIS EKSTERNAL
(Peluang dan Ancaman)
Media lokal, Regional, Menjadi saluran komunikasi Ada media terus beroperasi
Nasional dan publikasi OMS mengatasnamakan LSM/ OMS,
menjadi pemeras masyarakat
13
dan pemerintah.
Jejaring OMS Dengan banyak-nya jaringan 1) Keberadaan OMS yang
OMS yang mendukung, maka masih berjalan masing-
kegiatan yang direncanakan, masing
akan cepat terealisasi 2) Kapasitas dan Sumber Daya
CSO/OMS yang berbeda
beda sehingga terkadang
mempengaruhi aktivitas
keberlanjutan organisasi
14
BAB VI
ANALISIS KONDISI INTERNAL
(KEKUATAN DAN KELEMAHAN ORGANISASI)
Analisis kondisi internal kelembagaan dapat dilihat secara detail dalam table berikut:
15
Tabel Analisis Internal
6. Sistem MEL Sudah ada Dokumen MEL Dokumen MEL belum dapat
yang dapat dijadikan acuan dipraktekkan
bagi pemantauan dan evaluasi. Kapasitas sumberdaya manusia
Sudah mulai melakukan yang masih terbatas untuk
praktek-praktek Diskusi dan pelaksanaan MEL
Evaluasi setiap selesai Kegiatan
16
dari Program tertentu untuk
melihat capaian kegiatan dan
mempersiapkan Strategi untuk
kegiatan selanjutanya (briefing
dan debriefing
7. Ketahanan dan Sudah ada Sekretariat/ kantor Masih bergantung pada donor
keberlanjutan Permanen dan Peluang Kerjasama dengan
keuangan organisasi Sudah ada Fasilitas Kantor Pemda.
yang memadai Belum ada sumber-sumber
Sudah ada Donor yang alternatif pendanaan organisasi
difasilitasi oleh Jaringan OMS
di tingkat Pusat dan Propinsi
17
BAB VII
ISU STRATEGIS, TUJUAN STRATEGIS, RENCANA TARGET CAPAIAN
Berdasarkan hasil analisis peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan
internal, GAPEMASDA menetapkan isu-isu strategis yang akan dijalankan selama 5 tahun
(2021 – 2025) beserta target-target capaian yang direncanakan. Isu strategis yang ditetapkan
meliputi isu-isu sosial kemasyarakatan (isu-isu strategis program) dan isu strategis organisasi/
kelembagaan untuk penguatan kapasitas GAPEMASDA sebagai berikut:
18
lestari desa, adanya komitmen
kerjasama di tingkat
pemerintah, swasta dan
masyarakat dalam
pengelolaan SDA yang adil
dan lestari
19
LAMPIRAN: KERANGKA LOGIS PROGRAM
SUMBER
INDIKATOR TARGET PENANGGUN
DESKRIPSI PEMBUKTIA
(2021-2025) (2021-2025) G JAWAB
N
Tujuan: Mengembangkan sistem perencanaan dan pembangunan dengan memaksimalkan partisipasi masyrakat serta
pemanfaatan Sitem Informasi Desa berbasis Web
Outcome (Hasil Akhir Dukungan, dan 5 Dinas terkait dan Laporan Divisi
Program) tindakan Pemerintah pemerintah desa aktif kegiatan, Pengembangan
Berfungsinya sistem daerah, & melakukan kampanye notulensi Masyarakat
perencanaan dan pemerintah desa perencanaan dan rapat-rapat, Desa (Devisi
pembangunan partisipatif perencanaan dan pembangunan foto kegiatan PMD)
serta keterbukaan pembangunan partisipatif serta
informasi melalui partisipatif serta keterbukaan informasi
teknologi informasi. keterbukaan melalui teknologi
informasi melalui informasi Desa
teknologi informasi
Desa
20
Output (Keluaran Segera)
1. Rencana kerja tim 1. MOU 1. 4 MOU dengan Dokumen Manager
perencanaan dan penyusunan Pemda dan Desa MOU, Program (PM)
pembangunan rencana kerja , pembuatan web Desa Laporan
partisipatif serta pelaksanaan, di 4 desa/ 1 tahun kegiatan,
keterbukaan informasi dan pendanaan 2. Sekber tim kerja Arsip, web
melalui teknologi 2. Unsur Desa
informasi perwakilan tim
2. Dukungan pendanaan kerja beserta
dan infrastruktur tupoksinya.
untuk kerja tim
Kegiatan
1. Worshop penyusunan 1. Jumlah 1. 5 workshop Laporan Divisi PMD
rencana kerja tim workshop dan dengan peserta @ (15 kegiatan, PM
2. Pelatihan-pelatihan peserta Pr, 20 Lk) daftar hadir,
Sitem Informasi Desa 2. Jumlah 2. 20 pelatihan dengan notulensi
berbasis Web sesuai pelatihan dan peserta @ (15 Pr, 40 rapat, foto
rencana kerja peserta Lk) kegiatan dan
3. Seminar/Diskusi 3. Jumlah 3. 5 seminar/diskusi dokumen
publik dengan tema seminar, dengan peserta @ (20 laporan
Sitem Informasi Desa narasumber, dan Pr, 40Lk) tahunan
berbasis Web peserta 4. 15 rapat dan 5
4. Rapat-rapat regular 4. Jumlah rapat, laporan tahunan,
tim pemantauan/ peserta dan laporan peserta @(10 Pr, 5
monitoring yang dihasilkan
pelaksanaan kegiatan
dan laporan
21
Nama Organisasi : GAPEMASDA
Nama Program : Kampanye Publik untuk Pencegahan Eksploitasi dan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak
Periode : 2021 S/D 2025
SUMBER
INDIKATOR TARGET PENANGGUN
DESKRIPSI PEMBUKTIA
(2021-2025) (2021-2025) G JAWAB
N
Tujuan: Meningkatkan kepedulian berbagai pihak untuk pencegahan kekerasan dan perdagangan orang
22
pencegahan dan pelaksanaan, Kepolisian penanganan
perbaikannya secara dan pendanaan 2. Kantor sekber tim kerja kasus
periodik 2. Unsur
perwakilan tim
2. Dukungan pendanaan kerja beserta
dan infrastruktur tupoksinya.
(kantor dan perangkat
kesekretariatan) untuk
kerja tim pelayanan
Kegiatan
1. Worshop penyusunan 1. Jumlah 1. workshop dengan Laporan Divisi
rencana kerja tim workshop dan peserta @ (10 Pr, 5 Lk) kegiatan, Perempuan,
2. Pelatihan-pelatihan pesertanya 2. pelatihan dengan daftar hadir, Anak dan
penyadaran sesuai 2. Jumlah dan peserta @ (60 Pr, notulensi rapat, Kelompok
rencana kerja jenis pelatihan 20Lk) foto kegiatan Rentan
3. Seminar/Diskusi serta pesertanya 3. seminar/diskusi dengan dan dokumen PM
publik dengan tema 3. Jumlah peserta @ (60 Pr, 20Lk) laporan
pencegahan kekerasan seminar/diskusi 4. rapat dengan tahunan
dan perdagangan dan pesertanya peserta @(10 Pr, 5 Lk)
perempuan 4. Jumlah rapat
4. Rapat-rapat regular dan laporan
tim pemantauan/ serta
monitoring
pelaksanaan kegiatan
dan laporan
23
Nama Organisasi : GAPEMASDA
Nama Program : Advokasi Kebijakan untuk Mengatur Kemudahan Hak-Hak Anak
Periode : 2021 S/D 2025
SUMBER
INDIKATOR TARGET PENANGGUN
DESKRIPSI PEMBUKTIA
(2021-2025) (2021-2025) G JAWAB
N
Tujuan: Mendorong kebijakan daerah yang mengatur kemudahan dalam memfasilitasi hak-hak anak
Outcome (Hasil Akhr Peraturan BUPATI dan Peraturan Bupati dan Laporan Divisi
Terbitnya Peraturan Bupati PERATURAN DESA Peraturan Desa kegiatan, Perempuan,
dan Desa yang pro terhadap notulensi rapat Anak dan
penerimaan Hak-Hak Anak dan foto Kelompok
kegiatan Rentan
Output (Keluaran Segera)
1. Kesepakatan bersama 1. Jumlah dan unsur- 1. Peraturan Bupati Dokumen Manager
Pemerintah Daerah aparat unsur yang terlibat Sambas tentang Peraturan Program (PM)
penegak hukum, tokoh dalam kemudahan dan Bupati Sambas
masyarakat dan agama, serta penyiapan/penyusu akses penerimaan dan Peraturan
OMS untuk penyiapan nan Perbup dan hak-hak anak Desa, Laporan
Perbup. Perdes. dalam setahun Kegiatan, arsip
2. Draft Perbup yang 2. Surat Keputusan 2. Diterbitkannya
mengakomodasikan masukan Bupati dan Kepala Peraturan Desa
berbagai pihak (aparat Desa tentang tentang
penegak hukum, tokoh agama pemberlakukan kemudahan dan
24
dan tokoh masyarakat, serta Perbup dan Perdes akses penerimaan
OMS). hak-hak anak di 5
3. Kesepakatan desa dalam
Pemerintah Desa, setahun
aparat penegak
hukum, tokoh
masyarakat dan
agama, serta OMS
untuk penyiapan
Perbup.
4. Draft Perdesa yang
mengakomodasikan
masukan berbagai
pihak (aparat penegak
hukum, tokoh agama
dan tokoh masyarakat,
serta OMS).
25