Anda di halaman 1dari 5

PAJAK PENGHASILAN PASAL 25

Perhitungan PPh pasal 25 diatur dalam 255/PMK.03/2008 Tentang penghitungan besarnya


angsuran pajak penghasilan dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib
pajak baru, bank, sewa guna usaha dengan hak opsi, badan usaha milik negara, badan usaha
milik daerah, wajib pajak masuk bursa dan wajib pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan
diharuskan membuat laporan keuangan berkala termasuk wajib pajak orang pribadi pengusaha
tertentu kemudian pada tahun 2018 diperbarui dengan Peraturan Menteri Keuangan
nomor 215/PMK.03/2018 tentang

Pasal 25 Undang-Undang PPh mengasumsikan bahwa PPh terutang tahun sekarang sama dengan
tahun sebelumnya. Jika tahun sekarang ternyata lebih besar maka ada tambahan pajak sebelum
lapor SPT Tahunan yaitu PPh Pasal 29.
Namun jika ternyata tahun sekarang lebih kecil, maka SPT Tahunan akan menyatakan lebih
bayar (LB). Dan kelebihan bayar ini dapat dimintakan restitusi. Baik dengan pengembalian
pendahuluan, atau pemeriksaan.

A. Wajib Pajak Badan ( PT, CV, Koperasi, Yayasan dll )

( PPh yg harus disetor sendiri setiap bulan oleh perusahaan )

1. Perusahaan setiap akhir tahun menghitung PPh PPh Pasal 29 (PPh akhir tahun).
yang harus dibayar dan dilaporkan selambat-lambatnya tanggal 30 April
2. Setelah perusahaan menghitung PPh akhir tahun (PPh Pasal 29), maka perusahaan harus
langsung menghitung berapa PPh yang harus dibayar sendiri atau PPh Pasal 25 setiap bulan
tahun berikutnya
3. Cara menghitung PPh Pasal 25 Secara Umum sebagai berikut :

Perhitungan PPh Pasal 25 Wajib Pajak Badan (PT,CV dll)

Laba Bersih / Penghasilan Neto tahun lalu = xxx.xxx


PPh terutang = xx.xxx
Dikurangi PPh Pasal 22, 23, 24 tahun lalu = xxx
PPh yang harus dibayar sendiri setahun = x.xxx

PPh Pasal 25 = x.xxx dibagi 12 = xxx

Keterangan :
Mulai tahun 2014 yang dikenakan PPh Final 1% (pp No 46 tahun 2014) atau 0,5% (PP 23 tahun 2018)
Tidak menghitung PPh Pasal 25.
Contoh soal : 1
PT Infinity dalam tahun 2017 melakukan penjualan Rp 55.800.000.000.- Harga Pokok
Penjualan Rp 55.000.000.000.- Biaya usaha Rp 200.000.000.- (dalam jumlah penjualan Rp
55.800.000.000.- termasuk penjualan ke Instansi Pemerintah Rp 10.000.000.000.- dipotong PPh
Pasal 22 Rp 15.000.000.-), PPh Pasal 25 Rp 120.000.000.-
Hitung :
a. PPh akhir tahun (PPh Pasal 29) tahun 2017
b. PPh Pasal 25 tiap bulan tahun 2018

Jawab
a. Perhitungan PPh akhir tahun 2017
Penjualan : 55.800.000.000
Harga Pokok Penjualan : 55.000.000.000 -
Laba Bruto : 800.000.000
Biaya Usaha : 200.000.000 -
Laba Bersih : 600.000.000
PPh terutang : 25 % X 600.000.000 = 150.000.000
Kredit Pajak : PPh Pasal 22 = 15.000.000
PPh Pasal 23 = --
PPh Pasal 25 = 120.000.000 +
= 135.000.000 -
PPh akhir tahun 2017 ( PPh Pasal 29 ) = 15.000.000

b. PPh Pasal 25 tiap bulan tahun 2018


Laba Bersih / Penghasilan Neto tahun lalu = 600.000.000
PPh terutang = 150.000.000
Kredit Pajak : PPh Pasal 22 = 15.000.000
PPh Pasal 23 = .........-............+
Jumlah kredit pajak = 15.000.000,-
Pajak yang dibayar sendiri = 135.000.000
PPh Pasal 25 = 135.000.000 : 12 = 11.250.000

B. Wajib Pajak Orang Pribadi

1. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu ( OPPT) yaitu usaha grossir, dagang eceran
dan jasa, PPh pasal 25 berdasarkan penjualan tahun lalu.
a. Jika lebih dari 4.800.000.000 menyetor PPh Pasal 25 setiap bulan sebesar 0,75%
penjualan setiap bulan untuk setiap tempat usaha
b. Jika tidak lebih dari 4.800.000.000, menyetor PPh Final 0,5% X penjualan setiap bulan
dan disetorkan setiap bulan. ( Sesuai dengan undang-undang HPP tahun 2021 tarif 0,5%
dikenakan untuk omset setelah lebih dari 500.000.000)
2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan Pekerjaan Bebas, PPh 25 setiap bulan
berdasarkan PPh setahun tahun lalu yang dibayar sendiri dibagi 12 bulan
3. Wajib Pajak Orang Pribadi yang dikenakan PPh Final selain PPh Final 0,5%, tetap
dikenakan PPh Final menurut tarif PPh Final masing-masing sesuaI dengan jenis usaha yang
kena PPh Final

Contoh soal 2
Pak Joni Wajib Pajak OPPT tahun lalu penjualan lebih 4.800.000.000 dan dalam tahun 2021
melakukan penjualan tiap bulan sebagai berikut :
Jan : penjualan 500.000.000 PPh 25 = 0,75% X 500.000.000 = 3.750.000
Febr : penjualan 400.000.000 PPh 25 = 0,75% X 400.000.000 = 3.000.000
Mart : penjualan 600.000.000 PPh 25 = 0,75% X 600.000.000 = 4.500.000
Apr : penjualan 400.000.000 PPh 25 = 0,75% X 400.000.000 = 3.000.000
Mei : penjualan 600.000.000 PPh 25 = 0,75% X 600.000.000 = 4.500.000
Juni : penjualan 400.000.000 PPh 25 = 0,75% X 400.000.000 = 3.000.000
Juli : penjualan 500.000.000 PPh 25 = 0,75% X 500.000.000 = 3.750.000
Agst : penjualan 600.000.000 PPh 25 = 0,75% X 600.000.000 = 4.500.000
Sept : penjualan 500.000.000 PPh 25 = 0,75% X 500.000.000 = 3.750.000
Okt : penjualan 400.000.000 PPh 25 = 0,75% X 400.000.000 = 3.000.000
Nop : penjualan 600.000.000 PPh 25 = 0,75% X 600.000.000 = 4.500.000
Des : penjualan 500.000.000 PPh 25 = 0,75% X 500.000.000 = 3.750.000
Jumlah : 6.000.000.000 ; Jumlah PPh Psl 25 thn 2021 = 45.000.000

Perhitungan PPh akhir tahun :


Akhir tahun tahun 2021 harus menghitung pajak,
misal telah dihitung PPh terutang akhir tahun 2021 = Rp 112.400.000
Maka Kredit Pajak PPh Pasal 25 = Rp 45.000.000
PPh Akhir tahun kurang bayar = Rp 67.400.000

Contoh soal 3
Penjualan tahun lalu tidak lebih Rp 4.800.000.000 ( kena PPh Final 0,5%)
Pak Joni Wajib Pajak OPPT dalam tahun 2021 melakukan kegiatan usaha dengan penjualan
tiap bulan sebagai berikut :
Jan : penj 300.000.000 PPh Final 0,5% = 0,5 %X 300.000.000 = 1.500.000
Febr : penj 500.000.000 PPh Final 0,5% = 0,5% X 500.000.000 = 2.500.000
Mart : penj 400.000.000 PPh Final 0,5% = 0,5% X 400.000.000 = 2.000.000
Apr : penj 300.000.000 PPh Final 0,5% = 0,5% X 300.000.000 = 1.500.000
Mei : penj 500.000.000 PPh Final 0,5% = 0,5% X 500.000.000 = 2.500.000
Juni : penj 300.000.000 PPh Final 0,5% = 0,5% X 300.000.000 = 1.500.000
Juli : penj 500.000.000 PPh Final 0,5% = 0,5% X 500.000.000 = 2.500.000
Agst : penj 300.000.000 PPh Final 0,5% = 0,5% X 300.000.000 = 1.500.000
Sept : penj 400.000.000 PPh Final 0,5% = 0,5% X 400.000.000 = 2.000.000
Okt : penj 300.000.000 PPh Final 0,5% = 0,5% X 300.000.000 = 1.500.000
Nop : penj 300.000.000 PPh Final 0,5% = 0,5% X 300.000.000 = 1.500.000
Des : penj 400.000.000 PPh Final 0,5% = 0,5% X 400.000.000 = 2.000.000
Jumlah = 4.500.000.000 Jumlah PPh Final 0,5% Tahun 2021 = 22.500.000

Perbedaan PPh Final 0,5% dan PPh Pasal 25 sebesar 0,75% :


1. PPh Final 0,5% sebesar Rp 22.500.000 pajaknya selesai yang sudah disetor setiap bulan
dan akhir tahun tidak menghitung pajak lagi, hanya melaporkan jumlah PPh Final 0,5%
yang telah disetor Januari s/d Desember dalam SPT Tahunan PPh.
2. PPh Pasal 25 sebesar 0,75% = Rp 45.000.000 setiap bulan, pajaknya belum selesai, dan
akhir tahun masih menghitung pajak lagi dalam SPT Tahunan PPh.
PPh Pasal 25 sebesar 0,75% = Rp 45.000.000 sebagai kredit pajak akhir tahun.

C. Perusahaan Baru Berdiri

Wajib pajak badan (PT, CV dll) baru berdiri harus setor PPh Pasal 25, tidak boleh setor PPh
Final 0,5% (PMK 2555/2008). Setelah ada penjualan satu tahun penuh (penjualan 1 Januari s/d
31 Desember), penjualan 1 Januari s/d 31 Desember lebih apa tidak dari Rp 4.800.000.000
- Penjualan lebih dari 4.800.000.000 tetap dikenakan PPh Pasal 25
- Penjualan tidak lebih dari 4.800.000.000 dikenakan PPh Final 0,5%

Contoh soal 4

PT A buka usaha baru tahun 2017 dagang alat-alat listrik dan beroperasi secara komersial tgl 1
Januari 2017, PT A wajib menyetor PPh Pasal 25 setiap bulan.
Januari : Ada penjualan sebulan Rp 100.000.000 Misal telah dihitung perkiraan laba bersih
sebulan Rp 10.000.000. PPh 25 sebulan = 12,5% X 10.000.000 = 1.250.000
Perhitungan diatas terus dilakukan s/d bulan Desember 2020

Atas dasar penjualan 1 Januari s/d 31 Desember 2017, penjualan tersebut lebih apa tidak Rp
4.800.000.000 ?
Apabila lebih Rp 4.800.000.000 maka Januari 2018 tetap setor PPh Pasal 25 dan disetor setiap
bulan Januari s/d bulan Desember 2018
Apabila tidak lebih Rp 4.800.000.000 maka Januari 2018 setor PPh Final 1% setiap bulan dan
disetor setiap bulan Jan s/d bulan Desember 2018
Contoh soal 5
Misal PT A (seperti contoh soal 4) beroperasi secara komersial tanggal 15 Februari 2017,
maka bulan Februari s/d Desember 2017 ( tahun 2017 belum mempunyai penjualan 1 Januari
2017) tetap PPh Pasal 25

Angsuran PPh Pasal 25 Untuk Wajib Pajak Baru yaitu Peraturan Menteri Keuangan
nomor 215/PMK.03/2018 memberikan kelonggaran angsuran bagi Wajib Pajak baru terdaftar.
Kelonggaran dimaksud adalah dibebaskan dari pembayaran PPh Pasal 25. Hal ini diatur di Pasal
10. Misalkan PT A terdaftar tahun 2019, maka selama tahun 2019 angsuran PPh Pasal 25
ditetapkan NIHIL.

LATIHAN.
1. Jumlah Pajak Penghasilan Tuan Siregar yang terutang sesuai dengan SPT Tahunan PPh
2016 sebesar Rp50.000.000. Jumlah kredit pajak Tuan Siregar pada tahun 2016 adalah
Rp 14.000.000, dengan rincian sebagai berikut:
a) PPh Pasal 21 Rp 8.000.000
b) PPh Pasal 22 Rp 2.000.000
c) PPh Pasal 23 Rp 3.000.000
d) PPh Pasal 24 Rp 1.000.000
Berapa besarnya angsuran PPh Pasal 25 Tuan Siregar untuk tahun 2017 ?

2. PT Lolipop dalam tahun 2017 terdapat penjualan Rp 51.000.000.000.- Harga Pokok


Penjualan Rp 50.000.000.000.- Biaya usaha Rp 400.000.000.- jumlah PPh Pasal 22
dipotong Rp 27.000.000.-, PPh Pasal 25 untuk tahun 2017 senilai Rp 90.000.000.-
Hitung :
a) PPh akhir tahun (PPh Pasal 29) tahun 2017
b) PPh Pasal 25 tiap bulan tahun 2018

___Selamat Belajar___

Anda mungkin juga menyukai