Anda di halaman 1dari 25

PUSARAN RADIKALISME ISLAM TERHADAP KRITIS POLITIK

SEKULARISME DAN ARISTROKRASI DI TENGAH KEMAJEMUKAN


IDENTITAS DAN BUDAYA

Kode Jurnal : J

Diajukan Sebagai Syarat Mengikuti Latihan Kader II

HMI Cabang Gorontalo

Tahun 2022

Disusun Oleh :

Arga Nurmansyah Mokodompit

Disusun Oleh :

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)

CABANG GORONTALO

1444 H / 2022 M
KATA PENGATAR

Segala puji bagi Allah SWT dengan berkat nikmat-Nya


sempurnalah segala kebaikan dan tidaklah kita mendapat petunjuk agama
sekiranya Allah SWT tidak memberi petunjuk kepada kita dan segala pujian
yang banyak mengandung b e r k a h k e p a d a - N y a . P u j i a n y a n g m e m e n u h i
l a n g i t , m e m e n u h i b u m i , d a n memenuhi alam semesta serta memenuhi
segala sesuatu yang dikehendaki oleh Rabb kita.

Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada orang yang


diutus Allah SWT sebagai rahmat bagi alam semesta, pembimbing umat
manusia, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, sebagai
penyeruh kepada (agama)Allah SWT dengan izin-Nya serta untuk menjadi
cahaya yang menerangi, yaitu junjungan dan pemimpin kita Rasulullah
Muhammad Saw., beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya, serta semua
yang menyeru dengan seruannya dan orang- orang yang mengikuti sunnahnya
sampai hari kiamat.

Alhamdulillah, berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis akhirnya


dapat menyusun makalah yang berjudul “Kepemimpinan Profetik Dalam
Pusaran Radikalisme Islam : Tinjauan Kritis Politik Sekularisme Dan Aritrokrasi”
M a k a l a h y a n g d i s u s u n u n t u k m e m e n u h i persyaratan mengikuti
Intermediate Training (LK II) yang dilaksanakan oleh Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Palopo pada 04-13 Juli 2021 di Sekertariat HMI
Cabang Palopo dan Hotel Horas Palopo.

Terimah kasih penulis ucapannya kepada kanda-kanda dan yunda -yunda


HMI komisariat MIPA Cabang Gorontalo yang telah membimbing penulisan
dalam penyusunan makalah ini,sehingga dapat terselesaikan makalah ini dengan
lancar dan baik.

Penulisan menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


dalam makalah ini,oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
sehingga penulis dapat menambah pengetahuan dan kemampuan penulis.
Semoga makalah bermanfaat dalam menambah wawasan dan membuka
cakrawala pengetahuan.

Gorontalo, 24 Oktober 2022

Penulis

Arga Nurmansyah Mokodompit


I. PENDAHULUAN
Dalam hal ini realitas yang tejadi bahwa radikalisme dalam
peradaban ini.Radikalisme yaitu pergerakan yang mengarah pada suatu
perubahan suatu ideologi sampai akar-akarnya.Sementara jika radikalisme
dalam islam ini dituangkan dalam bentuk pergerakan moral yang bertujuan
agar ideologi atau ketatanaan sosial yang lalu berubah atau diganti dengan
ideologi atau tatanan sosial yang sesuai dengan misinya atau ajaran dalam
kubu kelompok islam. Sejarah perilaku kekerasan dalam islam, umumnya
terjadi berkaitan dengan persoalan politik, yang kemudian berdampak
kepada agama sebagai simbol.
Hal ini adalah fakta sejarah yang tidak terbantahkan. Walaupun
pembunuhan terhadap khalifah telah terjadi ketika khalifah umar
berkuasa Namun, gerakan radikalisme yang sistematis dan terorganisir
baru dimulai setelah terjadinya perang shiffin di masa kekuasaan ali bin
abi thalib. Hal ini ditandai dengan munculnya sebuah gerakan
teologis radikal yang disebut dengan “ khawarij ”. Secara etimologis, kata
khawarij berasal dari bahasa arab, yaitu “ kharaja ” yang berarti
keluar, muncul, timbul, atau memberontak. Dari pengertian ini, kata
tersebut dapat juga dimaknai sebagai golongan orang islam atau muslim
yang keuar dari kesatuan umat islam. Ada pula yang mengatakan
bahwa pemberian nama itu di dasarkan pada Q.s. an-nisa’ [4]: 100 surat
annisa ayat 100, yang menyakatan: “keluar dari rumah kepada allah dan
rasulnya”. Denga kata lain, "Khawarij" melihat dirinya sebagai seseorang
yang telah meninggalkan tanah air atau kampung halamannya untuk
"pendatang" dan mengabdikan dirinya kepada Allah dan Rasul-Nya.Dalam
konteks teologi Islam, Khawarij berpedoman pada kelompok kalam atau
mazhab yang berasal dari pemeluk Islam. Ali bin Abi Thalib kemudian
meninggalkan timnya karena tidak setuju dengan keputusan Ali untuk
menerima arbitrase (tahkim) atau kesepakatan damai yang dicapai dengan
organisasi pemberontak Mu'awiyah bin Abi Sufyan atas sengketa-sengketa
kekuasaan (khilafah). Menurut kelompok Khawarij, keputusan Ali salah
dan hanya akan menguntungkan pemberontak. Situasi inilah yang
mendorong beberapa tentara Ali untuk meninggalkan barisan mereka.
Radikalisme tidak lepas juga dari permainan politik.terutama
politik sekularisme dan aritokrasi,politik sekularisme adalah pergerakan
antara agama dengan pemerintahan,hal ini juga dapat menggantikan
hukum agama dengan hukum ketatanegaraan dan menghasilkan pembeda
yang tidak adil dengan dasar agama.Sekularisme juga di kait-kaitkan
dengan peran utama dalam peradaban barat.Di dalam system sekularisme
pemerintah tidak bisa ikut campur dalam urusan agama atau
sebalknya.Landasan hukum dari sekularisme adalah hak asasi manusia,
Sementara politik aristrokrasi adalah bentuk pemerintahan yang
dimana orang-orang di perintahkan oleh sekelompok kecil yang
istimewa,jadi politik aristokrasi berbeda dengan bentuk pemerintahan atau
demokrasi,jadi politik aritrokrasibisa digambarkan ciri-cirinya ialah
adanya juga gerakan religion yang bergerak kepada dasar-dasar kitab
suci.contohnya seperti HTI yang ingin bergerak agar ajaran islam bisa
diterapkan dan tidak menggunakan bent uk pemerintahan atau demokrasi.

A. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana arus islam pada radikalisme?


2. Bagaimana problematika radikalisme islam pada politik sekularisme dan
aritsokrasi?

B. TUJUAN

1. Mengetahui arus islam pada radikalisme


2. Mengetahui problematika radikalisme islam pada politik sekularisme dan
aristokrasi.

II. PEMBAHASAN
Sejarah kekerasan dan radikalisme sering kali membawa nama
agama. Hal ini dapat dipahami karena agama memiliki kekuatan yang
dahsyat, yang melebihi kekuatan politik, sosial, dan budaya. Agama
bahkan bisa diangkat sampai pada tingkat supranatural. Atas nama agama,
kemudian radikalisme diabsahkan dalam berbagai tindakan. Mulai dari
mengkafirkan orang-orang yang tak sepaham (takfir) sampai melakukan
pembunuhan terhadap musuh yang tidak seideologi dengannya.
Islam memiliki beberapa karateristik yaitu pertama, Islam sebagai
agama Rabbaniyah (bersumber dari Tuhan dan terjaga otentitasnya);
kedua, Insaniyah (sesuai dengan fitrah dan demi kepentingan manusia);
ketiga, Wasthiyyah (moderat-mengambil jalan tengah); keempat,
Waqiyyah (kontekstual) yaitu harmoni antara perubahan dan ketetapan.
Dalam berbagai hal seorang muslim juga dihadapkan pada pilihan-pilihan
paham yang dibawa dari luar kemudian diadopsi dengan dogma agama
yang statis, merasa paling benar diantara lainnya, sehingga memunculkan
banyak gerakan-gerakan yang dilakukan sekelompok golongan yang
menyebut kelompok yang bukan golongannya sebagai kafir yang
menjadikan asset negara sebagai hal yang dibenarkan untuk diperangi.
Beberapa peristiwa yang terjadi dengan penyebutan terhadap
golongan tertentu sebagai terorisme menandakan bahwa muslim menjadi
begitu dilemma dalam mengikuti perubahan terhadap pemahaman agama
Islam yang benar, ini menjadikan masyarakat terjebak dalam perilaku yang
tidak mengenal kompromi dan musyawarah karena telah membenarkan
dirinya sendiri terhadap oranglain yang tidak sama dengan pemikiran
agama yang diikuti. Sikap-sikap intoleran inilah yang kemudian banyak
memicu munculnya bentuk radikalisme pada muslim hari ini karena
kakunya paham yang diikuti sehingga menjadikan pergesekan pada
masyarakat dan menimbulkan perubahan social yang cukup sensitive
terhadap isu-isu yang terkait dengan masalah agama dan keyakinan.
Solusinya adalah bahwa kaum Muslimin harus kembali pada
pemikiran dan praktek-praktek keislaman murni, sebagaimana dipegangi
dan dijalankan oleh Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya (kaum
Salaf). Bentuk kedua adalah modernisasi kelembagaan Islam. Ini
dilakukan dengan mengadopsi bentuk-bentuk kelembagaan modern
tertentu lengkap dengan metode-metodenya dan cara kerjanya.
Modernisasi seperti ini dilandasi dengan pemikiran bahwa
kemunduran dan keterbelakangan kaum muslimin disebabkan kenyataan
bahwa lembaga-lembaga Islam, seperti dalam pendidikan, ekonomi, sosial,
politik dan hukum, sudah ketinggalan zaman sehingga tidak mampu lagi
merespon tantangan dan kebutuhan masyarakat. Atas dasar pemikian
inilah, maka pembaharu muslim dimasa modern mengambil inisiatif dan
melakukan upaya-upaya untuk membangun dan mengembangkan
kelembagaan modern Islam, khususnya dalam bidan pendidikan, politik,
budaya, hukum, dan sebagainya. Dengan memperhatikan proses-proses
yang terjadi dalam pembentukan dan pengembangan institusi-institusi
modern tersebut, maka apa yang sebenarnya terjadi adalah modernisasi
kelembagaan Islam.
Konflik dalam sejarah Islam telah nampak benih-benihnya pasca
wafatnya Nabi Muhammad saw.Para sahabat saling berbeda pendapat
tentang sosok yang pantas menggantikan posisi Nabi saw sebagai
pemimpin.Walau pada akhirnya Abu Bakar sendiri tidak sepi dari adanya
penolakan Sebagian kecil umat islam.
Pasca wafatnya Umar bin Khatab sebagai khalifah kedua,Utsman
bin Affan melanjutkan kendali kekhalifahan.Periode kepemimpinannya
tidaklah sepi dari konflik. Khalifa Utsaman bin Affan oleh Sebagian
kelompok umat islam dipandang terlalu lemah, sehingga ia sangat mudah
terpengaruh oleh berbagai kepentingan kekeluargaan (nepotime).Berlarut-
larut masalah demi masalah berbuntut pada konflik yang menyebabkan
terbunuh.Ali bin Abi Thalib yang dilantik menggantikan Utsman,juga
mendapat perlawanan dari beberapa sahabat diantaranya A’isyah,Talha,
Zubair dan Muawiyah.
Konflik antara Ali dan Muawiyah merupakan pintu bagi lahirnya
konflik yang lebih luas antar dua kubu politik ini. Ketika peperangan
antara keduanya hampir di menangkan pasukan Ali,Muawiyah bin Abu
Sufyan menawarkan arbitrase.Proses arbitrase sendiri pada akhirnya
sendiri dimenangkan oleh kubu Muaw iyah yang memiliki tingkatan
kecerdikan politik dibandingkan Ali. Dampa katas arbitrase memunculkan
kekecewaaan luar biasa dari penduduk Ali,hingga pada akhirnya
melahirkan kelompok Khawarij. Khwarij tumbuh sebagai golongan
radikal,baik pandangan politik maupun teologisnya. Bagi mereka Ali
maupun Muawiyah telah melakuka dosa besar,sehingga berhak dihikumi
kafir ataupun murtad dari islam. Sebagai konsekuesinya maka darh mereka
berdua halal untuk ditumpahkan.
Ia mengumpulkan pasukan dan menghadapi oposisi tersebut pada
musim panas 658 Masehi. Kelompok utama Khawarij berhasil di
hancurkan,tetapi gerakan tersebut terus berlanjut dalam bentuk klandestin
(sembunyi-sembunyi) dengan tujuan menurunkan Ali dan Mu’awiyah.
Usaha percobaan pembunuhan Mu’awiyah di Damaskus oleh khawrij
tetapi gagal.
Akan tetapi mereka berhasil membunuh Ali . Saat Ali sedang
Shalat Shubuh di masjid di khufa, seorang pembunuh menikamnya,
membuat kekuasaan yang bergolak itu berakhir dalam kekerasan. Tampuk
kekhalifaan jatuh pada satu-satunya orang di dunia islam yang mendapat
dukungan luas dan mampu menjadi pemimpin yang efektif Mu’awiyah.
Pada perkembengan,bukan hanya persoalan teologis yang menjadi
sasara kelompok khawarij,mereka juga menyasar tema-tema politik,yang
mana sikap politiknya sangat ekstrem dan radikal. Khawarij
berpandangan,setiap muslim yang tak sependapat dengan paham
mereka ,kedudukannya musyrik dan halal darahnya.
Paham radikal dikaembangkan Khawarij mendapat reaksi yang
tak kalah keras dari kelompok islam lainnya, mengingat paham Khawarij
sangat tidak ra mah terhadap perbedaan. Maka,muncul aliran teologi
(kalam) seperti Murji’ah, Syi’ah , Mu’tazilah ,Maturidiyah, Asya’ariah dan
lainnya.
Konflik yang terjadi,saling menyalahkan dan bahkan terus berdebat
hinga lahirlah konflik Mu’tazilah mewan Asy’ariah,antara kaum filosof
dengan kaum mutakallimin,antara ahli Syariah dengan ahli taswuf.
Dampak terbesar dari situasi ini adalah,umat persatuan,sehingga di
sinilalah islam masuk dalam kemunduran.
Khilafah Islamiyah menjadi isu yang telah menarik dalm
kemunculan radikalisme dan terorisme. Alasan yang ,mengemukakan
adalah,bahwa bentuk pemerintahan saat ini tidaklah sesuai ketentuan
syariat islam karena tidak dibentuk atas prinsip khilafa
Islamiyah,perundang-undanganan tidak berdasarkan pada Al-Qur’an dan
hadit.

Arus Islam Pada Radikalisme

Islam seringkali didefinisikan sebagai agama Allah yang di


perintahkan kepada nabi Muhammad SAW untuk mengajarjakan pokok-
pokok dan peraturannya serta menugaskan untuk menyampaikan agama
tersebut kepada seluruh umat manusia dan mengajak mereka untuk
memeluknya.Dari definisi ini islam merupakan nama bagi seluruh agama
yang dibwah oleh nabi Muhammad SAW.
Berkenaan dengan ini Nurcholis Majid sering menyatakan bahwa :
Islam itu muncul universal,Pertama-tama karena islam sebagai sikap
pasrah dan tunduk kepada Allah,Sang Maha pencipata, adalah pola wujud
(mode of existance) seluruh alam semesta. dalam bahasa yang lebih tegas,
seluruh jagad raya adalah satu wujud eksintensi ketundukan dan kepasraan
(ber-isalam) kepada tuhan yang baik ,terjadi secara dengan sendirinya
(keterpaksaan) ataaupun karena sukrela dan pilihan
Rasul-Nya.Kedua rujukan ini merupakn arah yang menguatkan
interaksi antara seorang muslim dengan Rabbnya dan kumpulan
masyarakat serta lingkungan alam sekitarnya.Pada keduanya terkadang
undang-undang syariaat yang mendalam.
Dalam hal konteks ini islam kian memburuk dari masa kemasa yang
di timbulkan oleh radikaalisme.Lagi dan lagi islam, turut dipersalahkan
oleh banyk sadar.
Dalam kisah peradaban islam,rahasia terbesar keungulan dan
keberhasilan adalah adanya ikatan erat dengan kitabullahh dan sunnah
pihak yang paling berdosa adalah media-media yang sengaja memungut
untuk,dari hujatan-hujatan terhadap islam pasca 11/9.Islam sengaja
diidentik dengan kekerasan,intimidasi,terror dan segalah hal lain yang
berbau tribalisme dehumanistrik.
Setiap masalah radikalismeke keagama ini berpotensi sangat
berbahaya.Radikalisme yang dilakukan oleh para Islamis terkadang
disebut juga dengan jihadis,tumpah ruah seperti laron-laron yang tebang
dan hinggap disebrang tempat.
Lebih dari sepuluh tahun kemudian, aksi-aksi radikalisme terorisme
tetap marak di Indonesia meskipun dalam skalah yang lebih
kecil.Misalnya, bom kecil yang meledak di Vihara Ekayana Graha,Kebon
Jeruk,Jakarta Barat pada 4 Agustus 2013.
Faktanya radikalisme masih saja bermunculan belakang ini
Beberapa media masa dan elektronik,kerapkali genap dengan pemberitaan
tentang terorisme.
Radikalisme ini perlu dibendung karena Gerakan induvidu dan
kelompok yang berorentasi yang beraktivitas radikal,seperti yang
mengarah pada kekerasan, peperangan dan teror, yang berbahaya bagi
umat manusia.
Radikalisme sebenarnya telah melekat pada kehidupan.manusia
pada abad ke 19 sejak manusia ada,Gerakan yang dimulai di Britania Raya
ini meminta reformasi system pemeliharaan secara radikal.Gerakan ini
awalnya menyatakan dirinya sebagai partai kiri jauh (salah satu aliran
dalam spektrum ideologi politik) yang menentang partai kanan jauh (salah
satu aliran atau Haluan dalam ideologi atau pemikiran politik yang istilah
lahir dari usaha mempertahankan diri kelompok-kelompok yang dapat
diartikan sebagai kelompok pengusaha dalam menghadapi perlawanan dan
persaingan dengan kelompok ideologi atau pemikiran politik dari spektrum
kelompook tengah, sayap kiri atau kiri jauh yang lebih terkenal sebagai
kelompok perlawanan ataupun pemberontakan).
Radikalisme Islam di periode ini kemudian mewujud dalam
Komando Jihad, Woyla, Teror Warman, gerakan Imran dan peristiwa
Lampung. Pada 1978, Warman mengangkat dirinya sendiri sebagai
pewaris semangat Kartosuwiryo. Didukung oleh pengikutnya yang benar-
benar radikal, gerakan Warman menyetujui diambilnya langkah-langkah
kekerasan. Pada 1981, Imran Muhammad Zein muncul mengobarkan
semangat revolusi Islam di Indonesia, seperti konfrontasi ϐisik dengan
jajaran militer setempat (Cicendo, Jawa Barat) dan pembajakan pesawat
penerbangan domestik (Garuda Wyola). Insiden kekerasan terus berlanjut
pada pertengahan 1980-an seperti pemboman Bank Central Asia (BCA) di
Jakarta dan pemboman Candi Borobudur di Magelang. Namun yang paling
menakjubkan adalah insiden berdarah Tanjung Priok pada 12 September
1984
Gerkan radikalisme lebih banyak di jumpai dalam gerakan dan
kelompok politik,selain kelompok sosial.Termasuk didalamnya radikal
ideologi yang sangat mengabsolutkan paham tertentu tidak kecuali paham
kebangsaan atau nasionalisme.
Radikalisme merupakan wacana yang sering dingungkan di
Indonesia akhir-akhir ini. Di Indonesia isu yang didengungkan adalah isu
radikal tentang agama.Adanya fenomena dalam masyarakat islam,yang
sejak jatuhnya rezim orde baru pada tahum 1998, yang mengalami
perubahan secara signifikansi dan menyita perhatian banyak kalangan
adalah maraknya berbagai kelompok keagamaan yang mengusung ideologi
radikal.Keberadaan ini tidak pernah statis, tetapi selalu mengalami
perkembangan sejalan dengan dinamika di dalam atau di luar negeri.
Sejumlah perubahan besar yang terjadi baik di dunia maupun
presepsi barat dunia islam.Perubahan nyata menjelma sebagai dampak
serangan teroris 11 september 2001. Pada saat Al-Qaedah semakin
dipandang sebagai ideologi ketimbang sebagai organisasi.Ideologi ataupun
pandangan dunia itu telah menyebar tentunya harus dapat juga
menjelaskan bagaimana kecenderungan dan ancamn teroris di masa depan.
Perubahan besar lainnya tidak didasari oleh masyrakat
internasional adalah Sebagian besar masyarakat muslim dunia saat ini
tidak lagi terkonsentrasi lagi di timur tengah Jumlah muslim sangat
bervariasi saat ini.
Akar radikalisme agama sebetulnya sudah sangat tua sebenarnya
termaksud di negeri ini.Selaim itu penyebab menculnya radikalisme juga
diterangai oleh kecenderungan umat islam sendiri,terutama yang terdidik
dan terpelajar berorentasi pada paham -paham tertentu proses modernisasi
juga kerapkali dijadikan alasn munclunya berbagai gerakan radikalisme
islam.
Dalam radikalisme di Indonesia berkembang sejumlah teori
tentang latar belakang munculnya dan berkembang paham radikal di
Indonesia diantaranya Azymurdi Azra berpendapat muncul dan
berkembangnya radikalisme di Indonesia disebabkan oleh factor internal
dan eksternal. Faktor internal yakni adanya penyimpan norma-norma
dalam pemahaman pesan dan kitab suci, factor eksternal karena dunia
semakin berkembang kea rah sekuler sehingga menjadi ancaman yang
serius bagi iman.
Kemunculan radikalisme merupakan respon dari kondisi yang
sedang berkembang di dunia, juga adanya keyakinan yang kuat akan
kebenaran program dan ideologi yang mereka anut.
Dari bebrapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa kemunculaan
radikalisme di Indonesia disebabkan oleh factor dari dalam dan faktror
dalam bentuk kekecewaan politik ketika melihat perubahan dan
perkembangan dunia yang semakin jauh dari nilai-nilai islam.
Tantangan itu seringkali berbentuk menguatnya paham
radikalisme dan kekerasan atas nama ajaran agama, yang sebagian
didukung oleh para penceramah dan mubalikh. Beberapa mubalikh
menyerang paham-paham keterbukaann tertentu Dengan membangun
sinonim yang negative seperti sepilis.
Selain itu terdapat dugaan kuat adanya proses infiltrasi paham
radikal dalam rumusan tersebut.Padahal dalam beberapa hal dasarwasa
terakhir bangsa Indonesia sedang mengggalakan kerukunan hidup antar
umat beragama.
Konflik Israel dan Palestina menjadi pusat perhatian dunia Islam,
termasuk lahirnya kelompok-kelompok radikal yang menghendaki jalan
kekerasan sebagai respon atas berbagai tindakan Israel terhadap warga
Palestina. Apa yang tersaji di berbagai berita tentang pembantaian warga
Gaza, penghancuran bangunan, sekolah dan rumah sakit, tentang anak-
anak yang terenggut nyawanya, kesemuanya membangkitkan rasa
solidaritas dari kalangan muslim dunia. Maka lahirlah gerakan-gerakan
radikal yang menjadikan kasus pembantaian di Palestina sebagai alasan
untuk melakukan kekerasan yang sama terhadap Barat dan sekutunya.
Pada aspek tataran global, akar radikalisme bisa ditelusuri melalui
nasib Palestina yang dizalimi Israel yang didukung penuh Amerika
Serikat. Sebagai penguasa tunggal dunia, Amerika Serikat sebenarnya
berperan strategis menyelamatkan peradaban umat manusia yang mulai
tersungkur oleh kebengisan akhlak dan moral, sehingga bisa
mengembangkan sebuah kultur kearifan global (a culture of global
wisdom).
Harapan itu tidak terjadi karena politik luar negeri Amerika Serikat
sangat pro-Israel. Ini mengakibatkan permasalahan kemanusiaan global
tidak dapat dipecahkan secara berkelanjutan.Dari sini kita bisa mengetahui
bagaimana kekejaman Amerika Serikat terhadap rakyat Irak dan
Afganistan. Mohammad Abu Kazleh (2003), penulis asal Yordania,
mengungkapkan rasa dukanya terhadap tragedi yang menimpa rakyat Irak
akibat diinvansi Amerika Serikat.
Radikalisme dalam isalam yang akhir-akhir ini menarik semua
pihak memiliki keterkaitan yang spesifik dengan gerakan fundamentalisme
di dunia islam.Fundamentalisme dalam islam merupakan gerakan yang
menentang “westernisasi” dan ditampilkan sebagai geralkan alternatif
system of life bagi masyarakat muslim Ekstreminatas kaum
fundamentalisme secara internal disebabkan oleh beberapa factor, antara
lain kecenderungan memahami nash secara literal,perhatian yang lebih
pada masalah furu’iyah minimnya wawasan tentang hakikat islam,dan
lemahnya wacana keilmuan sejarah dalam kehidupan sosial.
Salah satu arus radikalisme institusi yang didorong terlibat aktif
dalam membendung arus radikalisasi adalah pendidikan, tapi ada banyak
juga radikalisme yang muncul di kalangan mahasiswa. Kalau ternyata
faktanya menunjukkan bahwa gerakan radikal juga sudah marak dan subur
di kampus-kampus berbasis keagamaan, maka ini dapat membuktikan dua
hal. Pertama, telah terjadi perubahan di dalam perguruan tinggi berbasis
keagamaan itu sendiri. Kedua, telah terjadi metamorfosa bentuk dan
strategi gerakan di internal gerakan-gerakan radikal.
Transformasi individual dari radikal ke teroris merupakan bentuk
gerakan sosial dengan banyak cabang tanpa ada organisasi induk
(decentralized), terpecah-pecah dengan banyak cabang (segmentary) dan
terjalin dalam sebuah jaringan (reticulate) organisasi tanpa organisasi
induk dan cabang. Gerlach menyebut sebagai gerakan dengan organisasi
yaitu segmented (terpecah-pecah), polycentric (banyak pemimpin), dan
integrated network (jaringan yang menyatu).
Dalam organisasi seperti ini, sering terjadi overlapping antar
organisasi. Seseorang dapat menjadi anggota beberapa organisasi dalam
satu masa yang sama. Satu-dua orang anggota kelompok radikal dapat
memiliki banyak organisasi, bahkan ke dalam organisasi teroris. Syarif dan
Hayat dapat bergabung dalam gerakan Islam radikal yang mengagendakan
isu pemberantasan kemaksiatan, anti-Kristenisasi, pembubaran
Ahmadiyah, dan perjuangan syariat Islam Kaffah. Tetapi keduanya juga
bisa masuk ke dalam jaringan sel teroris secara individual. Kondisi ini
memungkinkan karena organisasi teroris telah terpecah-pecah dengan
banyak pemimpin, meski masih berjejaring seperti yang dianalisis Gerlach.
Namun dimasa transisi ini gerakan islam radikal menunjukan
kekuatannya sebagai daya tekan (oposisi) kepada rezim yang aspirasi
terhadap islam, Begitu pula,simpati masyarakat terhadap gerakan radikal
sudah semakin luas dengan corak pemikiran yang skripturalisme
radikal.Slogan-slogan yang paling keras berkembang misalnya, bahwa Al-
Qur’an adalah kalam illahi yang harus dipahami secara literal,bahwa Al-
Qur’an dan hadist sudah menyediakan seperangkat hukum dan doktrin.
Selain itu, beberapa intelektual islam di Indonesia juga
menggunakan istilah islam radikal Azyumardi Azra misalnya
menggunakan istilah kelompok islam garis keras atau radikal dengan
menyebutkan kelompok-kelompok Sarekat Islam (SI) local.
Dengan demikian, gerakan Islam radikal bukanlah sesuatu yang
unik, karena memiliki elemen-elemen umum sebagaimana gerakan sosial
pada umumnya, seperti struktur organisasi, collective identity, mobilisasi
sumber, jaringan sosial dan sebagainya. Yang spesifik dari gerakan Islam
radikal adalah konteks politik dimana mereka beroperasi setiap gerakannya
yang semakin meluas. Pandangan Islam dengan radikalisme semakin
meningkat dan juga membangkitkan kembali gelombang Islamofobia, baik
dalam hal agama, budaya, maupun politik, di kalangan masyarakat Dunia
yang menjadi tertuduh dalam berbagai aksi tersebut.

Problematika Radikalisme Islam Pada Politik Sekularisme Dan


Aristokrasi

Kata “politik” secara etimologi berasal dari bahsa Yunani,political


(polis) yang memiliki arti kekuasan masyarakat yang berdiri sendiri, yaitu
negara dan tcia yang berarti urusan.
Politik merupakan suatu rangkain asas prinsip kejadian jalan, cara
dan alat yang digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu yang kita kehendaki.
Politik secara umum menyangkutproses penentu tujuannegara dan cara me
laksanakannya,dimana pelaksanaannya membutuhkan kebijakan-kebijakan
umum (public policies).
Pola interaksi politik yang muncul sangat dipengaruh oleh system
(value system) yang berkembang dalam masyarakat.sistem nilai bukanlah
hal yang statis yang diwariskan turun-temurun dari nenemoyang.sistem
nilai selalu bergerak mengikuti perkembang zaman.
Perubahan mendasar dalam politik dunia terjadi ketika system dan
ideologi komunis jatuh ditandai dengan diruntuhkannya tembok berlin.
Sejauh ini citra islam dalam politik internasional tidak begitu baik karena
dinilai sebagai kelompok yang menyimpang selain memiliki banyak
persoalan, Realitasnya memang meunjukan bahwa masyarakat islam dii
era ini banyak yang belum bisa menyelesaikan permasalahan domestic.
Prinsip keadilan dalam politik islam mengandung suatu konsep
yang bernilai tinggi.Ia tidak identic dngan keadilan yang
diciptakan manusia. Keadilan buatan manusia dengan doktrin humanisme
telah menghasilkan nilai-nilai. Transendetal dan terlalu menggangu
manusia sebagai induvidu.
Sesungguhnya fundamentalisme tanpa radikalisme merupakan
gejalah kebakintan agama disunia barat yang sekuler. Orang modem
beranggapan bahwa sekularisme adalahsuatu keniscayaan dan bahwa
faktoor agama tidak lagi berperan penting dalam ragam peristiwa besar
dunia.
Adapun sebab munculnya sekularisme disebabkan oleh sumber,
etika, dan proses sejarah yang digunakan. Secara sederhana alur dari
tumbuhnya sekularisme berawal dari filsafat yang kemudian melahirkan
ilmu sekuler.
Kondisi tersebut mendorong mereka melakukan berbagai upaya
agar mereka menjadi orang-orang maju dan modern, mereka mendobrak
nilai-nilai sosial dan budaya yang telah baku dan eksis di masyarakat,
mereka berani mengkritik dan mendobrak apapun yang dianggap bisa
menghambatnya, tidak terkecuali agama.
Bahkan secara terbuka mereka mengkritik eksistensi agama, agama
dianggap sebagai penghalang kemajuan dan kebebasan, mereka
beranggapan bahwa semua aktivitas yang dilakukan oleh manusia hanya
ditentukan dan diatur oleh manusia itu sendiri, bukan berdasarkan
pengaruh agama, sehingga kemudian muncullah sebuah wacana yang
diistilahkan dengan sekularisme, yaitu pemisahan antara urusan dunia
(Negara) dengan agama.
Awal bergulirnya sekularisasi adalah akibat westernisasi
(pembaratan) ajaran Nabi Isa. Sebagaimana diketahui pada awalnya ajaran
Nabi Isa itu masih orisinil, yakni ajaran tauhid. Banyak orang tidak
menyenanginya sehingga pengikut Nabi Isa selalu dikejar-kejar dan hidup
tertekan mencapai rentang waktu sekitar 200 tahun lamanya. Dalam
rentang waktu yang demikian panjang itulah ajaran Nabi Isa mengalami
berbagai macam penyimpangan.
Sekularisme memerlukan komponen ini untuk menghapus
legitimasi sakral politik sebagai prasyarat untuk terjadinya perubahan
politik yang selanjutnya akan mendorong terjadinya perubahan sosial lalu
kemudian diakhiri dengan perubahan sejarah. Karena sejarah menurut
sekularisme adalah rekayasa dan perencanaan manusia tanpa adanya
campur tangan Tuhan di dalamnya. Maka tentu yang namnya rekayasa
perlu kepada skenario yang matang, dan desakralisasi politik ini adalah
salah satu dari skenario pembentukan sejarah versi manusia
Sebenarnya keterlibatan agama dalam politik tidak seperti yang
digambarkan oleh para sekuleris. Dengan keterlibatan agama dalam
politik, justru akan menjadi pembimbing kepada kebaikan, penunjuk
kepada jalan yang terang, penghalang dari kesesatan dan kekeliruan. Hal
ini karena agama tidak akan meridhai kezaliman, tidak akan membiarkan
kepalsuan, tidak akan menutupi kejahatan, tidak akan kompromi terhadap
penindasan, tidak akan menghukum pencuri kecil dan membiarkan pencuri
besar berkeliaran.
Al-Attas menyatakan bahwa kesalahan terbesar yang dilakukan
oleh sekulerisme adalah mengosongkan dunia dari unsur-unsur keagamaan
(disenchantment of nature). Karena dengan membuang unsur-unsur
transenden, sekulerisme telah mendewakan manusia. Dengan demikian,
maka pengosongan dunia dari unsur-unsur keagamaan bertentangan
dengan pandangan hidup Islam tentang alam. Dalam Islam, alam semesta
adalah ayat (kata, kalimat, tanda, simbol) manifestasi dari kewujudan
Tuhan.
Ketika sekularisme tercatat dalam sejarah Islam, Islam telah
mandek, dan gerbang Ittihad ditutup, ditandai Kegagalan hukum Islam di
Kontrol perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi yang sesuai.
Konfigurasi pengaruh sekularisme ini menuntutnya untuk memilih
menjadi negara sekular-demokratis. Seperti Indonesia, India yang lebih
dikenal sebagai negara plural, tidak dapat menegakkan demokrasi tanpa
sekularisme dalam konteks modernitas dan sekularisme juga tidak dapat
menciptakan stabilitas tanpa pemahaman terhadap pluralisme.
Di Turki, Pengaruh sekularisme terlihat jelas ketika runtuhnya
kekhilafahan usmani yang berada di turki dan digantikan oleh rezim
Mustafa kemal pasha Mustafa attaturk merubah total sistem pemerintahan
dan kehidupan di turki, yakni menggantikan kesatuan politik lama yang
berlandaskan pada agama dengan landasan nasionalisme sekular.
Sekularisme merupakan yang paling berpengaruh pada negara turki
baru. Turki mengalami perubahan total menjadi negara sekular dari
sebelumnya merupakan pusat pemerintahan Islam.Perubahan total tersebut
terlihat dari digantukannya azan dengan bahasa turki, jilbab dilarang, biro
syaikh al-Islam dihapuskan, kementerian syariah dihapuskan, hukum waris
dan pernikahan tidak lagi menggunakan syariah, bahasa dan tulisan arab
digantikan dengan bahasa turki dan tulisan latin dan perubahan-perubahan
lain yang menolak eksistensi agama dalam kehidupan.
Dalam transisi kali selepas rezim orde baru beberapa kelompok
agama yang berhaluan keras seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) juga
disebut sebagai gerakan islam internasional (GIT) karena memiliki
jejaringan yang melintasi batas-batas negara,kelompok-kelompok seperti
ini HTI hanyalah salah satu contoh kelompok keagamaan yang
berkembang pesat masih ada kelompok-kelompok yang ingin menjadikan
syariat islam sebagai dasar negara contohnya, Darul Islam (DI),Tentara
Islam Indonesia (TII) dan Front pembela islam(FPI).
Pemahaman seperti ini biasanya anti kritik, anti nalar dan anti
peubahan. Hal ini disebabkan ketidak sanggupan menghadapi modernisasi
dan proses sosial yang berlangsung cepat dan adanya sakralitas tradisi.
Dari kondisi ini muncullah fundamentalisme agama. Sebagaimana
diungkapkan John Naisbit dan Patricia Aburdence dalam Megatrend 2000
yang mnegungkapkan bahwa fundamentalisme adalah gerakan emosional
reaksioner yang berkembang dalam budaya-budaya yang sedang
mengalami krisis sosial dan bersifat tidak toleran, dan bersemangat
memaksa dalam menampilkan dirinya terhadap masyarakat lain.
Gerakan yang dirancang HT memiliki target melakukan
penyelamatan (salvation) dan pembebasan terhadap masyarakat darai
pandangan hidup yang tidak bermoral. Dalam analisis HT,pada saat ini
mesayrakat sudah begitu jauhh dikendalikan oleh ideologi sekulerisme.
HT merancang gerakan sosial transformative agar masyarakat bisa dirubah
secara menyeluruh. Dalam pandangan ini,perubahan pada level
masyarakat terlalu efektif jika ditimbang oleh perubahan pada ranah
system politik dan sosial. Ataas alasan ini, HT kemudian merancsng
gerakan sosial revolutif, denga satu target menegakan kembali daulah
khilafa islam sehinga syari’at islam bisa diterapkan secara total. Dengan
demikaian bisa disimpulkan, pola gerakan sosial yang dirancang oleh HT
merupkan gerakan sosial-trasformatif-revolusioner.
Dengan gerakkan yang dirancang HT terdapat aspek penting yang
patut diberi aspirasi,yaitu dimensi agama.
Pemahaman Islam literal dan gejala fundamentalime Islam
cenderung menafikan pluralisme pemahaman keagmaan dan pluralism
agama. Dan yang lebih parah lagi menolak hampir semua konsep Negara
modern seperti demokrasi, civil society, dan HAM. Penolakan-penolakan
ini pada akhirnya membangkitkan mitos sistem khilafah islmiyah dengan
salah satu konstitusinya mengacu pada piagam Madinah.
Salah datu gerakan islam konteporer di Indonesia. Aspek-aspek
penting yang digali di HTI,adalah menyangkut peham keagamaan,ideologi
gerakannya di hamparan dunia sosial. Melalui sudut pandang sosiologi,
Syamsul Arifin menerjemahkan bahwa HTI adalah bagian dari kelompok
keagamaan fundamentalis. Fundamentalis merupakan tipe ideal untuk
menjelaskan adanya gerakan religio-polituk kontoporer,yang berusaha
bergerak kembali kepada dasar-dasar kitab suci, yang disertai dengan visi
politik konteporer,yang utopis. Mimpi-mimpi mengenai terwujudnya
negara (Daulah Islamiyyah), kepemimpinan islam (Khilafah Islamiyyah),
dilaksanakanlah syariat islam dan terbebasnya kaum muslim dari segala
pengaruh dari peradaban Barat.Oleh karena itu , HT melarang kepada umat
islam mengambil sesuatu dari Barat seperti konsep demokrasi, pularisme
system ekonomi kapitalisme dan lain sebagainya.
Tetapi pada tanggal 19 juli 2017 HTI dibubarkan melalui Dirjen
Adminitrasi Hukum Umum kementrian Hukum dan HAM,dengan
beberapa alasan yang pertama,sebagai ormas beda hukum,HTI tidak
melakksanakann peran positif untuk mengambil bagian dalam proses
pembangunan guna mencapai tujuan nasional, kedua yaitu kegiatan yang
dilaksanakan HTI terindikasi kuat telah bertentangan dengan tujuan,asas
dan ciri yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
tahun 1945 sebagaimana di atur dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun
2013 tentang ormas, ketiga yaitu aktivitas yang dilakukan HTI dinilai telah
menimbulkan benturan dimasyarakat yang dapat mengancam dan
ketertiban masyarakat.
Ada beberapa argumen pro atas rencana pembubaran HTI kala itu.
Pertama, HTI dinilai (oleh kelompok pro ini) sebagai ormas yang anti
Pancasila karena sering menyatakan menolak terhadap Pancasila dengan
menyebut Pancasila sebagai thoghut (berhala, buatan manusia) yang tidak
layak dijadikan pedoman hidup. Kedua, HTI dengan membawa isu
Khilafah dinilai sebagai gerakan radikal dan dianggap merupakan gerakan
makar yang bisa membahayakan keutuhan NKRI.
Sementara itu ada beberapa argumen kontra atas rencana
pembubaran HTI dan juga terhadap terbitnya Perppu kala itu. Argumen itu
antara lain: pertama, bahwa rencana Pemerintah hendak membubarkan
HTI (kala itu, sebelum munculnya Perppu) dinilai sebagai tindakan yang
otoriter dan inkonstitusional karena bertentangan dengan ketentuan UU
Nomor 17/2013 tentang Ormas, yang esensinya pembubaran Ormas hanya
bisa dilakukan atas perintah hakim melalui pengadilan. Menkum-HAM
dengan mencabut status Badan Hukum HTI.
Pasca-pembubaran Polri tetap melakukan pemantauan pergerakan
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) pasca-pencabutan status badan hukumnya
oleh pemerintah. Hal itu dikarnakan mengantisipasi adanya kegiatan-
kegiatan HTI yang tidak diperbolehkan lagi secara hukum.
Kacaunya kurikulum berawal dari asasnya yang sekule,kemudian
mempengaruhi penyusunan struktur kurikulum yang tidak memberikan
ruang semestinya kepada proses penguasa islam dan pembentukan
kepribadian islam.
Pendapat dari Al-Banna bahwa islam memberikan solusi dalam
mengembangkan pola pikir dan pola sikap manusia. Solusi yang dimaksud
Al-Banna adalah aqidah islam. Dengan begitu,pola pikir seorang muslim
adalah pola islam yang didasarkan pada islam yaitu, menjadikan islam
sebagai salah tolak ukur umum terhadap seluruh pemikiran tentang
kehidupan. Selama seorang menjadiakn islam sebagai tolak ukur atas
seluruh pemikirannya secara praktis dan secara rill,berarti dia telah
memiliki aqliyah (pola pikir) islam memilii kecenderungan (muyul)
bertumpu pada asas islam yaitu menjadikan sebagai satu-satunya tolak
ukur semua aspek.

DILEMAH KEPEMIMPINAN PROFETIK : MENELISIK


HISTORIOGRAFI KEPEMIMPINAN KHALIFAH
Jika kita melihat secara histosis lebih jauh bahwa kepemimpinan
proetik pada kekhalifaan khulafa rasyidin itu banyak sekali kegaggal-
kegagalan yang banyak ditimbulkan. Dari kekhalifaan antara Utsman bin
Affan dan Ali bin Abu Thalib mulai terjadi kegaduahn dimana-mana.
Pada kekhalifaan Ali terdapat pemberontakan oleh pengikutnya
karena tidak sependapat dengan ali, memunculkan kekecewaaan luar biasa
dari penduduk Ali,hingga pada akhirnya melahirkan kelompok Khawarij.
Khwarij tumbuh sebagai golongan radikal,baik pandangan politik maupun
teologisnya.
Kekhalifaan khulafa rasyidin mencoba menyamaratakan antra
kedudukan merekan dengan kepemimpinan profetik itu sendiri.Tetapi
buktinya terjadi suatu kegagalan yang menimbulkan suatu radikalisme
pada kekhalifaan Ali bin Abu Thalib.
Disi penulis melihat secara historis bahwa kepemimpinan profetik
tidak bisa diterapkan pada kekhalifaan itu sendiri,mengapa demikian?
Karena kepemimpinan profetik itu hanya berada pada satu titik saja ialah
pada nabi dan rasuL tidak ada yang bisa menyamaratakan antra kedudukan
tersebut
PENUTUP

KESIMPULAN

Penulis dapat menyimpulkan bahwa gerkan radikalisme lebih


banyak di jumpai dalam gerakan, dan kelompok politik,selain kelompok
sosial Termasuk didalamnya. Radikal ideologi yang sangat
mengabsolutkan paham tertentu tidak terkecuali paham kebangsaan atau
nasionalisme.
Radikalisme juga sudah marak dan subur di kampus-kampus
berbasis keagamaan, maka ini dapat membuktikan dua hal. Pertama, telah
terjadi perubahan di dalam perguruan tinggi berbasis keagamaan itu
sendiri. Kedua, telah terjadi metamorfosa bentuk dan strategi gerakan di
internal gerakan-gerakan radikal.
Radikalisme islam juga berkaitan erat dengan kepemimpinan
profetik itu sendiri. Mereka yang masuk dalam kelompok-kelompok
radikalisme islam ingin menerapkan kepemimpinan kekhalifaan di era
sekarang yang notabennya sangat sulit untuk diterapkan karena alasan
yang mengemukakan adalah,bahwa bentuk pemerintahan saat ini tidaklah
sesuai ketentuan syariat islam karena tidak dibentuk atas prinsip khilafa
Islamiyah, dan perundang-undanganan yang tidak berdasarkan pada Al-
Qur’an dan hadits.
DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Azhari Akmal.(2007). Islam Mazhab HMI, Tafsir Tema


Beasr Perjuangan (NDP). Jakarta: Kultur (GP Pres Goup).
Baigir, Haidir (2017). Islam Tuhan Islam Manusia, Agama dan
Spiritual di Zaman Kacau. Bandung: Mizan.
Arifin, Syamsul.(2015). Studi Islam Kontemporer,Arus Radikalisme
dan Multikularisme di Indonesia. Malang,Jatim: (Kelompok Intras
Publishing).
Alkhateeb, Firas.(2016). Sejarah Islam Yang Hilang, Menulusuri
Kembali Kejayaan Muslim pada Masa Lalu. Yogyakarta: PT Banteng
Pustaka.
Fouda, Farag.(2009). Kebenaran yang Hilang, Sisi Kelam praktik
Politik dan Kekuasaan dalam Sejarah Kaum Muslim. Jakarta: Balai
Penelitian dan Pengmbangan Agama Jakarta.
Zada, Khamami(2002), Islam Radikal,Penggulat Ormas-Ormas
Islam Garis Keras di Indonesia. Jakarta Selatan: Teraju.
Saifuddin, Lukman Hakim.(2014). Radikalisme Agama dan
Tantangan Kebangsaan. Jakarta: Direktorat JendraL Bimas Islam RI
Rusfina,Yudi dan Nurdin, Ismail.(2017). Dinamika Politik
Kontemporer. Bandung: Alfabeta.
Wahid, Abdurrahman.(2009). Ilusi Negara Islam, Ekspansi
Gerakan Islam Transnasional di Indonesia. Jakarta: Gerakan Bhineka
Tunggal Ika, the Wahid Institute, dan Maarfin Institute.
Hefni, Harja.(2015). Komunikasi Islam. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Halim, Abd.(2014). Pidato Para Khalifa. Yogyakarta: Institute of
Nation Development (INDeS) Yogyakarta,Institute for Nusantara
Studies( INNUS) Surabaya.
Redjosari, Slamet Muliono(2020). Islam dan Stigma Radikalisme.
Surabaya: Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai