Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka Raya

http://prosiding.iahntp.ac.id

MODERASI BERAGAMA UNTUK INDONESIA YANG DAMAI :Perspektif Islam

Masykuri Abdillah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Abstrak
Agama merupakan hal sangat penting bagi kehidupan umat manusia, meski diakui pula
bahwa sebagian orang pada saat ini tidak lagi beragama atau ateis. Hal ini antara disebabkan
oleh adanya modernisasi dan industrialisasi, yang telah melahirkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dianggap bisa menyelesaikan semua persoalan kemanusiaan. Hal
ini telah mendorong munculnya kelompok agama yang menolak modernisasi ini dengan
munculnya fundamentalisme Kristen. Dalam kamus The Oxford English disebutkan bahwa
“fundamentalisme” adalah sebuah gerakan keagamaan yang pada mulanya menjadi aktif di
berbagai kalangan Lembaga Protestan di Amerika Serikat setelah perang tahun 1914-1918.
Gerakan mereka didasarkan pada ketaatan yang ketat kepada ajaran-ajaran tertentu yang
dipegangi menjadi dasar kepercayaan Kristen (misalnya pemahaman ke dalam kitab suci yang
literal). Gerakan ini berhadapan dengan liberalisme dan modernisme. Pada tahun 1919 William
B. Riley mendirikan Asosiasi Kristen Fundamentalis Dunia. Karena fundamentalisme ini
menimbulkan praktik keagamaan yang sangat fanatik, militan, intoleran, radikal, dan bahkan
ekstrim, maka muncul gagasan moderasi beragama (religious moderation). Konsep ini
dimaksudkan untuk mewujudkan praktik keagamaan yang menghargai kemajemukan dan
toleran sejalan dengan sistem demokrasi yang sudah terbangun.

Kata kunci : religious moderation, Fundamentalis

Moderasi Beragama Untuk Indonesia Maju, Palangka Raya, 25 September 2019 33


Prosiding Seminar Nasional Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka Raya
http://prosiding.iahntp.ac.id

Pendahuluan beberapa faktor atau disebut juga akar


Mereka yang menolak liberalisme penyebab (root causes), baik secara
dan modernisme itu dapat dikelompokkan teologis, sosiologis, maupun psikologis;
menjadi beberapa ideologi aksi, yakni baik faktor internasional maupun domestik
konservatifisme-fanatisme, radikalisme, (nasional). Secara teologis, radikalisme dan
ekstrimisme, maupun terorisme. ekstrimisme didasarkan pada sejumlah ayat
Konservatifisme adalah faham dan prilaku dan Hadist yang difahami secara tekstual
keagamaan yang berusaha dan parsial, tanpa melihat konteksnya atau
mempertahankan ajaran/tradisi masa lalu hubungan dengan ayat lain.
secara berlebihan; dan faham yang Di samping faktor teologis,
meyakini kebenaran fahamnya secara radikalisme dan ekstrimisme juga
berlebihan. Radikalisme adalah faham dan disebakan oleh faktor sosiologis, baik
prilaku keagamaan yang menginginkan karena terkait dengan politik maupun
perubahan sosial, politik, dan keagamaan ekonomi, yang bersifat nasional maupun
yang dianggap salah dengan cara yang internasional. Bahkan faktor teologis
revolusioner dan keras. Ekstrimisme adalah tersebut awalnya hanya merupakan
faham dan prilaku keagamaan yang legitimasi terhadap reaksi atas faktor-faktor
meyakini hanya fahamnya saja yang benar sosiologis ini, tetapi kemudian faktor
dan lainnya salah dan harus teologis ini menjadi sangat penting. Di
dilawan/diperangi sehingga penganutnya banyak negara, termasuk di negara-negara
mengekspresikan dengan kekerasan. Muslim kondisi sosial politik dan hukum
Terorisme (violent extremism) adalah yang dianggap tidak atau belum sesuai
faham dan prilaku esktrem yang dengan ajaran-ajaran agama, serta adanya
diwujudkan dalam prilaku keagamaan yg kebijakan pemerintah yang dianggap
menjadikan kekerasan/teror sebagai cara kurang adil dan kurang berfihak kepada
untuk melakukan perubahan atau mencapai rakyat kecil sehingga masih banyak rakyat
tujuan. yang miskin dan berpendidikan rendah.
Pada saat ini gerakan Dalam konteks internasional, sejak
fundamentalisme agama masih tetap beberapa dasawarwa lalu muncul era
muncul, baik di lingkungan Kristen, Islam, globalisasi, yang menghasilkan hegemoni
Hindu dan Buddha. Sebagian dari gerakan peradaban atau negara-negara Barat.
ini menyatu dengan gerakan populisme Hegemoni ini telah melahirkan
Kelompok Kanan. Radikalisme dan ketidakadilan dunia, termasuk dalam hal
ekstrimisme keagamaan disebabkan oleh peace building and conflict resolution,

Moderasi Beragama Untuk Indonesia Maju, Palangka Raya, 25 September 2019 34


Prosiding Seminar Nasional Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka Raya
http://prosiding.iahntp.ac.id

terutama konflik Israel-Palestina yang juga Dalam Islam konsep moderasi


menjadi salah satu faktor munculnya beragama itu dikembangkan dari kosep
radikalisme di kalangan masyarakat Islam. wasthiyyah, yang berarti jalan tengah, yang
Dalam masyarakat Islam, gerakan dise butkan secara eksplisit baik dalam al-
fundamentalisme agama ditandai dengan Quran maupun Hadits. Pemahaman hukum
munculnya organisasi Al-Ikhawan al- Islam yang demikian ini merupakan bentuk
Muslimun pada 1928 di Mesir, tetapi pemahaman Islam secara moderat
organisasi ini benar-benar menjadi (wasthiyyah), yang merupakan
“fundamentalis” dan radikal bahkan karakteristik umat Islam, sebagaimana
ekstrim di bawah pengaruh pemikiran terdapat dalam QS. Al-Baqarah: 143; “Dan
Sayyid Quthb. Gerakan ini kemudian demikian pula Kami telah menjadikan
mengilhami munculnya gerakan-gerakan kamu (umat Islam) sebagai “umat
serupa, yang menunjukkan praktik pertengahan” agar kamu menjadi saksi
keagamaan yang radikal, tidak toleran, dan atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
bahkan ekstrim. Dalam 30 tahun terakhir (Muhammad) menjadi saksi atas
ini, dunia disibukkan oleh prilaku sebagian (perbuatan) kamu.” Wasathiyyah
kelompok gerakan Islam yang mendukung (moderasi) ini merupakan karakteristik
dan mempraktikkan fanatisme dan umat Islam, sedangkan misi agama Islam
radikalisme dan ekstrimisme atas nama adalah kasih sayang yang berasal dari kata
agama. Karena radikalisme dan “rahmatan li al-‘âlimîn”, sebagaimana
ekstrimisme ini menimbulkan konflik dan terdapat dalam QS. Al-Anbiya': 107
bahkan imej negatif bahwa Islam adalah Secara bahasa wasathiyyah berarti
agama yang mendukung kekerasan dan jalan tengah di antara dua hal atau pihak
terorisme, maka para ulama, tokoh dan (kubu) yang berhadapan atau berlawanan.
intelektual Muslim mengajukan konsep Adapun pengertian dan rambu-rambu
perlunya pemahaman dan praktik moderasi ini cukup bervariasi, yang tidak
keagamaan secara moderat (tawassuth), terlepas dari pemahaman dan sikap
yang secara eksplisit disebutkan dalam al- keagamaan masing-masing ulama. Rambu-
Quran dan Hadits. rambu utamanya sebagaimana
dikemukakan oleh Yusuf al-Qaradhawi
Hasil dan Pembahasan adalah: (1) pemahaman Islam secara
Konsep Wastahiyyyah (Moderasi) dalam komprehensif, (2) keseimbangan antara
Islam ketetapan syari’ah dan realitas
perkembangan zaman, (3) keseimbangan

Moderasi Beragama Untuk Indonesia Maju, Palangka Raya, 25 September 2019 35


Prosiding Seminar Nasional Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka Raya
http://prosiding.iahntp.ac.id

antara orientasi Ketuhanan (theosentris) sistem demokrasi. Ketiga, dalam konteks


dan orientasi nilai-nilai kemanusiaan kehidupan dan perkembangan dunia, umat
(etnosentris), (4) keseimbangan antara Islam cukup akomodatif terhadap tradisi
orientasi spiritual (ruhaniyah) dan orientasi lokal dan dapat menerima modernisme
materiil (jamaniyah), (5) keseimbangan meski tetap memiliki orientasi keagamaan.
antara orientasi keagamaan dan Pemahaman semacam ini akan
kebangsaan, (6) keseimbangan antara mewujudkan missi Islam sebagai rahmat
solidaritas kelompok sendiri dengan bagi semesta alam (rahmatan li al-‘âlimîn),
pengakuan dan penghormatan terhadap sebagaimana terdapat dalam QS. Al-
kelompok lain, dan (7) keseimbangan Anbiya': 107. Oleh karena itu, saya
antara orientasi individual dan orientasi cenderung untuk memberikan karakter
kolektif. Islam dengan istilah “Islam Rahmah-
Dengan rambu-rambu ini, moderasi Wasathiyyah”.
Islam mengandung pengertian adanya Dalam konteks Indonesia, pada
fleksibiltas dalam pemahaman Islam serta sidang-sidang BPUPKI pada 1945,
dukungan kepada kehidupan yang damai, awalnya para tokoh Islam mendukung
harmonis dan toleran, termasuk pengakuan Islam sebagai dasar negara, sementara kubu
terhadap hak-hak minoritas. Faham nasionalis mendukung negara sekuler.
moderasi Islam ini sekarang menjadi Maka kedua kubu ini melakukan kompromi
konsep yang menarik di dunia Islam mengambil jalan tengah dengan
sebagai upaya untuk menanggulangi menjadikan Pancasila sebagai dasar negara,
radikalisme dan ekstrimisme di banyak yang berarti negara ini bukan negara agama
negara Muslim, yang telah menghancurkan dan bukan pula negara sekuler, melainkan
sendi-sendi agama dan kehidupan negara modern yang tetap menjunjung
berbangsa dan bernegara. Islam moderat ini tinggi eksistensi agama. Selain Pancasila,
sudah dipraktikkan di Indonesia, konsensus nasional lainnya adalah UUD
sebagaimana dapat dilihat dari tiga 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
perspektif. Pertama, dalam konteks Dalam kenyataannya, mayoritas umat
hubungan antara warga, umat Islam di Islam di Indonesia adalah moderat, yang
negara ini sangat toleran terhadap diwakili oleh Nahdlatul Ulama (NU) dan
kelompok lain. Muhammadiyah serta ditandai dengan
Kedua, dalam konteks hubungan dukungan kepada empat konsensus
antara Islam dan negara, umat Islam nasional tersebut. Dari segi visi
akomodatif terhadap ideologi negara dan keorganisasian, NU, misalnya, memiliki

Moderasi Beragama Untuk Indonesia Maju, Palangka Raya, 25 September 2019 36


Prosiding Seminar Nasional Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka Raya
http://prosiding.iahntp.ac.id

khittah yang meliputi moderasi kekarasan, sedangkan pendekatan


(tawassuth), keseimbangan (tawâzun), dan persuasif dilakukan melalui upaya-upaya
toleransi (tasâmuh). Dengan sikap sosialisasi faham Islam moderat dan
moderasi ini, umat Islam di Indonesia wawasan kebangsaan serta counter
menjadi model dalam hal kehidupan terhadap radikalisme. Para ulama dan
masyarakat dan negara yang damai serta tokoh Islam dengan dukungan Kementerian
hormoni antara Islam dan demokrasi. Agama dan lembaga-lembaga terkait perlu
Hanya saja, di negara ini kini juga melakukan hal ini, antara lain melalui
dihadapkan pada munculnya berbagai penyelenggaraan forum-forum sarasehan
aliran keagamaan yang dapat mengganggu bagi para tokoh agama dan kaderisasi
karakteristik moderasi ini. calon-calon ulama moderat. Para ulama
Sebagaimana terjadi di negara-negara serta tokoh dan aktivis Islam juga dituntut
mayoritas Muslim lainnya, kelompok- untuk menghindarkan sikap fanatisme dan
kelompok fanatik puritan, radikal atau absolutisme mazahab atau aliran
ekstrim ini juga muncul di Indonesia, keagamaan mereka, dengan mudah
terutama di era reformasi yang mendukung menuduh kelompok lain sebagai syirik
kebebasan ini. Hal ini mengakibatkan (tasyrîk), bid’ah (tabdî’) atau apalagi kafir
munculnya sejumlah kasus ketegangan, (takfîr). Hal ini karena sebagaimana uraian
intoleransi dan konflik horisontal dalam di atas, radikalisme dan ekstrimisme
masyarakat. Bahkan muncul juga konflik keagamaan itu berkembang dari sikap
vertikal antara kelompok ekstrimis atau fanatisme dan absolutisme sebagian
Jihadi dengan negara dalam bentuk penganut ideologi/aliran Ihkwan dan
terorisme. Pengaruh ideologi Jihadi ini Salafi-Wahabi.
awalnya terjadi ketika sejumlah mujahidin Agama dan Politik
dari Indonesia berinteraksi dengan Dengan moderasi beragama, maka
kelompok Jihadi di atas dalam perang pelibatan agama dalam politik oleh
Afghanistan pada 1980-an, meski secara penganutnya dimaksudkan untuk: (1)
historis sebagian pendirinya masih terkait mengawal agar politik sesuai dengan etika
dengan gerakan DI/TII Kartosuwiryo. dan ajaran agama, (2) melegitimasi aspirasi
Untuk menghadapi hal tersebut dan prilaku politik dengan ajaran agama,
diperlukan dua pendekatan, yakni dan (3) membangun identitas dan
pendekatan penegakan hukum dan solidaritas sosial. Karena di sebagian besar
pendekatan persuasif. Pendekatan hukum negara di dunia, agama tidak bisa
hanya dilakukan terhadap pelaku dipisahkan sepenuhnya dari negara, maka

Moderasi Beragama Untuk Indonesia Maju, Palangka Raya, 25 September 2019 37


Prosiding Seminar Nasional Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka Raya
http://prosiding.iahntp.ac.id

agama pun tidak bisa dipisahkan Katolik. Pada masa Orde Baru partai agama
sepenuhnya dari politik dan sebaliknya. memang tidak diperbolehkan, sejalan
Pelibatan agama dalam politik tidak dengan kebijakan pemerintah “de-
bertentangan dengan demokrasi, dan hal ini ideologisasi politik” dan “de-politisasi
pun terjadi di negara-negara Barat yang agama”. Namun demikian, agama tetap
notebene sekuler. dipergunakan untuk melegitimasi program-
Hampir semua negara mayoritas progran pembangunan yang digalakkan
berpenduduk Kristen terdapat partai-partai oleh pemerintah. Di era reformasi ini partai
Kristen, seperti di Argentina, Australia, politik berdasarkan agama diperbolehkan
Belgia, Belanda, Brazil, Inggris, Italia, kembali, sejalan dengan pembangunan
Jerman, Norwegia, dan sebagainya. Bahkan sistem demokrasi yang substantif dan
partai Kristen juga terdapat di Perancis dan perlindungan terhadap kebebasan
Amerika Serikat, meski di kedua negara ini berekspresi.
partai agama tidak berkembang, yakni Pelibatan agama dalam politik
Christian Democratic Party (Parti dimaksudkan agar politik sesuai dengan
chrétien-démocrate, PCD) yang didirikan etika dan ajaran agama, terutama ketika
pada 2001, dan American Solidarity kondisi etika-moral politik pada saat ini
Party (ASP) yang didirikan pada 2011. Di secara umum masih sangat lemah, baik
sejumlah negara berpenduduk mayoritas dalam persaingan untuk memperoleh
Islam juga terdapat partai-partai agama, kekuasaan maupun dalam penggunaan
seperti di Aljazair, Indonesia, Malaysia, kekuasaan. Problem etika moral ini
Mesir, Pakistan, Tunisia, dan sebagainya. misalnya dapat dilihat dari masih
Di negara-negara mayoritas Hindu juga banyaknya kebohongan publik, korupsi,
terdapat partai Hindu, dan di sebagian besar manipulasi, egoisme, kebencian,
negara mayoritas Buddha juga terdapat penyalahgunaan wewenang, dan
partai Buddha. sebagainya.
Dalam konteks Indonesia, pada masa Bagi warga yang memiliki orientasi
penjajahan, doktrin agama tentang jihad, keagamaan yang tinggi, segala prilaku,
misalnya, dipergunakan sebagai alat budaya, serta sistem hukum dan politik
legitimasi perjuangan melawan penjajah. sedapat mungkin sesuai dengan ajaran-
Demikian pula, di masa-masa awal ajaran agama. Dalam konteks ini agama
kemerdekaan, dibentuk partai politik yang menjadi alat legitimasi bagi prilaku dan
berdasarkan agama, yakni Partai Masyumi orientasi politik seseorang. Oleh karenanya,
(Islam), Partai Kristen Indonesia, dan Partai aspirasi politik mereka tidak hanya

Moderasi Beragama Untuk Indonesia Maju, Palangka Raya, 25 September 2019 38


Prosiding Seminar Nasional Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka Raya
http://prosiding.iahntp.ac.id

dadasarkan atas pemenuhan kebutuhan- sebagai alat legitimasi politik, tetapi bukan
kebutahan dasar manusia, tetapi juga dalam bentuk politisasi agama.
pemenuhan kebutuhan spiritual Politisasi agama dalam dua
(keagamaan). dasawarsa terakhir ini semakin kuat,
Hanya saja, dalam beberapa tahun sebagai cara cepat untuk mendapatkan
terakhir ini terjadi fenomena di dunia, dukungan lebih besar dari publik, baik
bahwa fungsi ketiga tersebut, yakni karena dalam kompetisi politik maupun
membangun identitas dan solidaritas sosial alasan legitimasi faham keagamaan suatu
secara sempit, sangat menonjol untuk kelompok. Partai Keadilan dan Kebebasan
mendapatkan kekuasaan, yang terintegrasi (Hizb al-‘Adâlah wa al-Hurriyah) dan
dengan politik identitas dan populisme. Hal Partai al-Nour (Hizb al-Nûr) di Mesir,
ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi misalnya, dapat memenangkan pemilihan
juga di luar Indonesia, termasuk negara- umum tahun 2013 di Mesir setelah terjadi
negara demokratis sekuler. Pelibatan agama Arab Spring pada 2012 terutama karena
dalam politik yang demikian ini kemudian faktor politisasi agama ini.
disebut sebagai politisasi agama yang Politisasi agama juga terjadi di
borkonatasi negatif dan dinilai tidak sejalan negara-negara Barat sekuler yang dalam
dengan etika demokrasi. banyak kasus terintegrasi dengan politik
Keterlibatan agama dalam politik identitas dan populisme, dan bahkan
dapat dibedaaan antara legitimasi Islamofobia. Di Amerika Serikat, agama
keagamaan dan politisisasi agama. juga dijadikan sebagai alat legitimasi dan
Legitimasi keagamaan adalah penggunaan bahkan politisasi dalam pemilu, terutama
agama sebagai alat untuk memperkuat untuk menarik dukungan dari kelompok-
pemikiran dan tindakan seseorang atau kelompok konservatif dan fundamentaslis.
suatu kelompok, baik dalam bentuk aspirasi Kemenangan Donald Trump dalam
politik, keputusan politik, atau gerakan pemilihan presiden Amerika Serikat pada
politik melawan kezaliman. Sedangkan 2016 lalu tidak terlepas dari politisasi
politisasi agama adalah penggunaan agama agama dalam kampanyenya, terutama
atau simbol-simbol agama sebagai alat politik anti-Islam (Islamofobia) dan anti-
untuk mendapatkan tujuan-tujuan politik imigran.
atau untuk memobilisasi massa dalam Demikian pula, penambahan suara
memenangkan calon tertentu dalam atau kemenangan pendukung partai-partai
pemilihan jabatan publik. Moderasi kanan di Eropa Barat dalam pemilihan
beragama mendukung menjadikan agama umum juga tidak terlepas dari politisasi

Moderasi Beragama Untuk Indonesia Maju, Palangka Raya, 25 September 2019 39


Prosiding Seminar Nasional Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka Raya
http://prosiding.iahntp.ac.id

agama. Partai-partai sayap kanan itu antara kepentingan politik praktis dan agama,
lain: National Front Party di Perancis sehingga pelibatan agama ini tidak
dengan tokohnya Marine Le Pen, The Party menimbulkan perpecahan, kebencian dan
for Freedom di Belanda dengan konflik SARA.
tokohnya Geert Wilders, Di samping itu, diperlukan pula kesadaran
dan Danish People's Party dengan semua pihak, terutama tokoh politik, tokoh
tokohnya Pia Kjarsgaard. Austria adalah organisasi keagamaan dan tokoh agama,
negara yang saat ini pemerintahannya akan pentingnya selalu menjaga persatuan
dikuasai oleh partai sayap kanan, yakni bangsa, dan bahwa politisasi agama akan
Austrian People's Party dengan tokohnya merendahkan posisi agama hanya sebagai
Sebastian Kurz. Penggunaan isu-isu agama alat memperoleh kekuasaan. Dalam
(politisasi agama) dalam pemilihan di konteks ini, ajaran Islam sebenarnya sudah
Indonesia juga terjadi di Indonesia, jelas menyatakan keharusan berbuat adil
terutama pada masa kampanye Pemilihan termasuk terhadap kelompok yang tidak
Presiden (Piplres) 2014 dan 2019 serta pada disukai (Q.S. al-Maidah: 8), larangan
Pilkada DKI 2016. komersialisasi atau manipulasi ayat al-
Untuk melakukan pencegahan Quran (Q.S. al-Baqarah: 41), larangan
politisasi agama diperlukan upaya-upaya fitnah dan adu domba (Q.S. al-Qalam: 10-
pelurusan pengertian dan batasan pelibatan 11 dan Q.S. al-Lumazah: 1), dan larangan
agama dalam politik serta pelurusan mengolok-olok atau membenci kelompok
pemahaman keagamaan yang dipergunakan lain (Q.S. al-Hujurat: 11 dan al-An’am:
untuk politisasi agama. Dalam hal ini, 108)
ungkapan bahwa agama harus lepas sama
sekali dengan politik tentu saja kurang
tepat, karena Indonesia adalah negara
Pancasila, yang sangat menghormati
kedudukan agama. Agama bahkan sering
dilibatkan dalam legitimasi politik untuk
menjalankan fungsi-fungsi tersebut di atas.
Namun, pelibatan agama dalam politik ini
perlu diekspresikan dengan santun dan
tidak mencampuradukkan antara

Moderasi Beragama Untuk Indonesia Maju, Palangka Raya, 25 September 2019 40

Anda mungkin juga menyukai