http://prosiding.iahntp.ac.id
Masykuri Abdillah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Abstrak
Agama merupakan hal sangat penting bagi kehidupan umat manusia, meski diakui pula
bahwa sebagian orang pada saat ini tidak lagi beragama atau ateis. Hal ini antara disebabkan
oleh adanya modernisasi dan industrialisasi, yang telah melahirkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dianggap bisa menyelesaikan semua persoalan kemanusiaan. Hal
ini telah mendorong munculnya kelompok agama yang menolak modernisasi ini dengan
munculnya fundamentalisme Kristen. Dalam kamus The Oxford English disebutkan bahwa
“fundamentalisme” adalah sebuah gerakan keagamaan yang pada mulanya menjadi aktif di
berbagai kalangan Lembaga Protestan di Amerika Serikat setelah perang tahun 1914-1918.
Gerakan mereka didasarkan pada ketaatan yang ketat kepada ajaran-ajaran tertentu yang
dipegangi menjadi dasar kepercayaan Kristen (misalnya pemahaman ke dalam kitab suci yang
literal). Gerakan ini berhadapan dengan liberalisme dan modernisme. Pada tahun 1919 William
B. Riley mendirikan Asosiasi Kristen Fundamentalis Dunia. Karena fundamentalisme ini
menimbulkan praktik keagamaan yang sangat fanatik, militan, intoleran, radikal, dan bahkan
ekstrim, maka muncul gagasan moderasi beragama (religious moderation). Konsep ini
dimaksudkan untuk mewujudkan praktik keagamaan yang menghargai kemajemukan dan
toleran sejalan dengan sistem demokrasi yang sudah terbangun.
agama pun tidak bisa dipisahkan Katolik. Pada masa Orde Baru partai agama
sepenuhnya dari politik dan sebaliknya. memang tidak diperbolehkan, sejalan
Pelibatan agama dalam politik tidak dengan kebijakan pemerintah “de-
bertentangan dengan demokrasi, dan hal ini ideologisasi politik” dan “de-politisasi
pun terjadi di negara-negara Barat yang agama”. Namun demikian, agama tetap
notebene sekuler. dipergunakan untuk melegitimasi program-
Hampir semua negara mayoritas progran pembangunan yang digalakkan
berpenduduk Kristen terdapat partai-partai oleh pemerintah. Di era reformasi ini partai
Kristen, seperti di Argentina, Australia, politik berdasarkan agama diperbolehkan
Belgia, Belanda, Brazil, Inggris, Italia, kembali, sejalan dengan pembangunan
Jerman, Norwegia, dan sebagainya. Bahkan sistem demokrasi yang substantif dan
partai Kristen juga terdapat di Perancis dan perlindungan terhadap kebebasan
Amerika Serikat, meski di kedua negara ini berekspresi.
partai agama tidak berkembang, yakni Pelibatan agama dalam politik
Christian Democratic Party (Parti dimaksudkan agar politik sesuai dengan
chrétien-démocrate, PCD) yang didirikan etika dan ajaran agama, terutama ketika
pada 2001, dan American Solidarity kondisi etika-moral politik pada saat ini
Party (ASP) yang didirikan pada 2011. Di secara umum masih sangat lemah, baik
sejumlah negara berpenduduk mayoritas dalam persaingan untuk memperoleh
Islam juga terdapat partai-partai agama, kekuasaan maupun dalam penggunaan
seperti di Aljazair, Indonesia, Malaysia, kekuasaan. Problem etika moral ini
Mesir, Pakistan, Tunisia, dan sebagainya. misalnya dapat dilihat dari masih
Di negara-negara mayoritas Hindu juga banyaknya kebohongan publik, korupsi,
terdapat partai Hindu, dan di sebagian besar manipulasi, egoisme, kebencian,
negara mayoritas Buddha juga terdapat penyalahgunaan wewenang, dan
partai Buddha. sebagainya.
Dalam konteks Indonesia, pada masa Bagi warga yang memiliki orientasi
penjajahan, doktrin agama tentang jihad, keagamaan yang tinggi, segala prilaku,
misalnya, dipergunakan sebagai alat budaya, serta sistem hukum dan politik
legitimasi perjuangan melawan penjajah. sedapat mungkin sesuai dengan ajaran-
Demikian pula, di masa-masa awal ajaran agama. Dalam konteks ini agama
kemerdekaan, dibentuk partai politik yang menjadi alat legitimasi bagi prilaku dan
berdasarkan agama, yakni Partai Masyumi orientasi politik seseorang. Oleh karenanya,
(Islam), Partai Kristen Indonesia, dan Partai aspirasi politik mereka tidak hanya
dadasarkan atas pemenuhan kebutuhan- sebagai alat legitimasi politik, tetapi bukan
kebutahan dasar manusia, tetapi juga dalam bentuk politisasi agama.
pemenuhan kebutuhan spiritual Politisasi agama dalam dua
(keagamaan). dasawarsa terakhir ini semakin kuat,
Hanya saja, dalam beberapa tahun sebagai cara cepat untuk mendapatkan
terakhir ini terjadi fenomena di dunia, dukungan lebih besar dari publik, baik
bahwa fungsi ketiga tersebut, yakni karena dalam kompetisi politik maupun
membangun identitas dan solidaritas sosial alasan legitimasi faham keagamaan suatu
secara sempit, sangat menonjol untuk kelompok. Partai Keadilan dan Kebebasan
mendapatkan kekuasaan, yang terintegrasi (Hizb al-‘Adâlah wa al-Hurriyah) dan
dengan politik identitas dan populisme. Hal Partai al-Nour (Hizb al-Nûr) di Mesir,
ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi misalnya, dapat memenangkan pemilihan
juga di luar Indonesia, termasuk negara- umum tahun 2013 di Mesir setelah terjadi
negara demokratis sekuler. Pelibatan agama Arab Spring pada 2012 terutama karena
dalam politik yang demikian ini kemudian faktor politisasi agama ini.
disebut sebagai politisasi agama yang Politisasi agama juga terjadi di
borkonatasi negatif dan dinilai tidak sejalan negara-negara Barat sekuler yang dalam
dengan etika demokrasi. banyak kasus terintegrasi dengan politik
Keterlibatan agama dalam politik identitas dan populisme, dan bahkan
dapat dibedaaan antara legitimasi Islamofobia. Di Amerika Serikat, agama
keagamaan dan politisisasi agama. juga dijadikan sebagai alat legitimasi dan
Legitimasi keagamaan adalah penggunaan bahkan politisasi dalam pemilu, terutama
agama sebagai alat untuk memperkuat untuk menarik dukungan dari kelompok-
pemikiran dan tindakan seseorang atau kelompok konservatif dan fundamentaslis.
suatu kelompok, baik dalam bentuk aspirasi Kemenangan Donald Trump dalam
politik, keputusan politik, atau gerakan pemilihan presiden Amerika Serikat pada
politik melawan kezaliman. Sedangkan 2016 lalu tidak terlepas dari politisasi
politisasi agama adalah penggunaan agama agama dalam kampanyenya, terutama
atau simbol-simbol agama sebagai alat politik anti-Islam (Islamofobia) dan anti-
untuk mendapatkan tujuan-tujuan politik imigran.
atau untuk memobilisasi massa dalam Demikian pula, penambahan suara
memenangkan calon tertentu dalam atau kemenangan pendukung partai-partai
pemilihan jabatan publik. Moderasi kanan di Eropa Barat dalam pemilihan
beragama mendukung menjadikan agama umum juga tidak terlepas dari politisasi
agama. Partai-partai sayap kanan itu antara kepentingan politik praktis dan agama,
lain: National Front Party di Perancis sehingga pelibatan agama ini tidak
dengan tokohnya Marine Le Pen, The Party menimbulkan perpecahan, kebencian dan
for Freedom di Belanda dengan konflik SARA.
tokohnya Geert Wilders, Di samping itu, diperlukan pula kesadaran
dan Danish People's Party dengan semua pihak, terutama tokoh politik, tokoh
tokohnya Pia Kjarsgaard. Austria adalah organisasi keagamaan dan tokoh agama,
negara yang saat ini pemerintahannya akan pentingnya selalu menjaga persatuan
dikuasai oleh partai sayap kanan, yakni bangsa, dan bahwa politisasi agama akan
Austrian People's Party dengan tokohnya merendahkan posisi agama hanya sebagai
Sebastian Kurz. Penggunaan isu-isu agama alat memperoleh kekuasaan. Dalam
(politisasi agama) dalam pemilihan di konteks ini, ajaran Islam sebenarnya sudah
Indonesia juga terjadi di Indonesia, jelas menyatakan keharusan berbuat adil
terutama pada masa kampanye Pemilihan termasuk terhadap kelompok yang tidak
Presiden (Piplres) 2014 dan 2019 serta pada disukai (Q.S. al-Maidah: 8), larangan
Pilkada DKI 2016. komersialisasi atau manipulasi ayat al-
Untuk melakukan pencegahan Quran (Q.S. al-Baqarah: 41), larangan
politisasi agama diperlukan upaya-upaya fitnah dan adu domba (Q.S. al-Qalam: 10-
pelurusan pengertian dan batasan pelibatan 11 dan Q.S. al-Lumazah: 1), dan larangan
agama dalam politik serta pelurusan mengolok-olok atau membenci kelompok
pemahaman keagamaan yang dipergunakan lain (Q.S. al-Hujurat: 11 dan al-An’am:
untuk politisasi agama. Dalam hal ini, 108)
ungkapan bahwa agama harus lepas sama
sekali dengan politik tentu saja kurang
tepat, karena Indonesia adalah negara
Pancasila, yang sangat menghormati
kedudukan agama. Agama bahkan sering
dilibatkan dalam legitimasi politik untuk
menjalankan fungsi-fungsi tersebut di atas.
Namun, pelibatan agama dalam politik ini
perlu diekspresikan dengan santun dan
tidak mencampuradukkan antara