Anda di halaman 1dari 11

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

Disusun Oleh :

Alga Vanaya Puspita 20180510066


Muhammad Adhi Darmala N 20180510069
Nabila Fauziah Rahmat 20180510281
Tariq Aditya Egitiawan 20180510301
Adelly Fasha Isradhianti 20180510384
Dosen Pengampu :
Dr. Ahmad Sahide, S.IP., M.Si.
Kelas:
Ekonomi Politik Internasional – F

HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


TAHUN 2019

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang MEA


Association of South East Asian Nations (ASEAN) merupakan persatuan atau
perkumpulan regional negara-negara Asia Tenggara yang dibentuk pada 18 Agustus
1967. ASEAN dibentuk untuk melakukan kerjasama di bidang ekonomi, sosial,
budaya, teknik, pendidikan dan bidang-bidang lain selain juga untuk menciptakan
keamanan dan kestabilan regional. Pada 1997, krisis ekonomi mengguncang ASEAN
yang menimbulkan pertanyaan besar terhadap ASEAN selaku lembaga yang
diharapkan mampu membantu guncangan kelangsungan ASEAN. Karena pada krisis
ini membuktikan bahwa masing-maising negara anggota ASEAN menjadi egois dan
hanya mementingkan kepentingannya sendiri sedangkan dalam lembaga negara-
negara tersebut tidak mampu menghadapi gelombang krisis yang semakin hebat.
Enam tahun kemudian setelah krisis mulai berlalu ASEAN tampil kembali
sebagai organisasi regional yang telah pulih dari krisis ekonomi. Pada tahun 2003,
ASEAN mengadakan pertemuan puncak ke 9 di Bali yang disebut juga sebagai “Bali
Concord II”. Pertemuan ini menjadi momentum penting dalam mendeklarasikan
kesungguhan ASEAN dalam mencapai tujuan-tujuan ekonomi, politik, maupun sosial
yang diharapkan dapat dicapai pada 2020. Tujuan-tujuan tersebut kemudian
dirangkum menjadi satu dan dikenal sebagai Masyarakat ASEAN dengan tiga pilar
utama. Pilar-pilar tersebut antara lain ASEAN Security Community (ASC), ASEAN
Economic Community (AEC), dan ASEAN Social and Cultural Community (ASCC).
ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA) merupakan wujud penyatuan ekonomi yang ditandai dengan perdagangan
bebas barang dan jasa serta penanaman modal, perkembangan ekonomi berkeadilan
dan pengurangan kemiskinan serta kesenjangan sosio-ekonomi. Pembentukan MEA
merupakan reaksi atas keagresifan China, India, Korea Selatan yang sangat efektif
dalam menarik investasi asing langsung atau Foreign Direct Investment (FDI).
Melalui MEA diselaraskan pula kepentingan dan upaya penyatuan ekonomi
berdasarkan prakarsa yang ada dan direncanakan mengacu patokan waktu yang jelas.
Dengan MEA hendak dibentuk pula pasar tunggal yang tidak ada batasan-batasan
wilayah dalam bidang perekonomian. Masyarakat ekonomi ASEAN yang bebas dari
berbagai hambatan, pengutamaan peningkatan konektivitas, pemanfaatan berbagai
skema kerja sama baik intra-ASEAN maupun antara ASEAN dengan negara mitra
khususnya mitra Free Trade Agreement (FTA), serta penguatan peran pengusaha
dalam proses integrasi internal ASEAN maupun dengan negara mitra. Selain itu,
pembentukan MEA juga menjadikan posisi ASEAN semakin kuat dalam menghadapi
negosiasi Internasional, baik dalam merespon meningkatnya kecenderungan kerja
sama regional, maupun dalam posisi tawar ASEAN dengan mitra dialog, seperti
China, Korea, Jepang, Australia-Selandia Baru, dan India.
B. Definisi dan Tujuan
Pada momentum penting dalam pertemuan puncak ke-9 ASEAN di bali tahun
2003, seluruh kepala negara anggota ASEAN mendeklarasikan kesepakatan mereka
untuk membentuk ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyrakat Ekonomi
ASEAN (MEA). MEA dibentuk dengan tujuan untuk menjadikan ASEAN sebagai
suatu wilayah yang stabil, sejahtera, dan kompetitif dengan perkembangan ekonomi
yang merata, kemiskinan yang berkurang, sosio ekonomi yang beragam namun
semuanya meningkat secara tandem berasama – sama dalam sebuah komunitas sosio
kultural dan politik yang aman.
Pada tahun 2007 sebuah cetak biru dari rencana utama MEA dirampungkan
sehingga dapat dilaksanakan pada awal tahun 2015. Cetak biru ini terdiri dari rencana
utama MEA yang ingin dicapai secara bersama sebagai sebuah komunitas kuat di
Asia Tenggara. Didalam cetak biru ini, tersirat empat pilar utama MEA, yaitu; Pasar
tunggal dan basis produksi, Kawasan ekonomi kompetitif, Pembangunan ekonomi
yang merata, dan Integrasi dengan ekonomi global.
Semua negara anggota ASEAN berupaya untuk mewujudkan pilar pertama
dalam cetak biru dengan mengadakan kesepakatan yang juga dikenal dengan istilah
ASEAN Trade In Goods yang mencakup beberapa kebijakan, yaitu
1. Bidang perdagangan barang,
2. Bidang perdagangan jasa,
3. Bidang investasi,
4. Bidang ketentuan asal barang,
5. Bidang prosedur kapabeanan,
6. Bidang standard dan kesesuaian,
7. Perpindahan pelaku usaha, tenaga ahli, profesional, tenaga terampil, dan orang
berbakat,
8. Peningkatan perdagangan dan penanaman modal,
9. Statistik perdagangan dan penanaman modal intra ASEAN, dan
10. Hak kekayaan intelektual, penggunaan tenaga kerja kontrak dan industri.

Tujuan akhir untuk Masyarakat Ekonomi ASEAN ditahun 2025 yang berdasar pada
cetak biru yang berisi 4 pilar utama MEA tersebut, yaitu :

1. Memiliki ekonomi yang sangat kohesif dan terintegrasi


2. Menjadi komunitas yang kompetitif, inofatif, dan dinamis
3. Memiliki kerjasam sektoral yang sangat berkaitan
4. Komunitas yang berpusat pada manusia yan bersifat tangguh, insklusif, dan
berorientasi SDM
5. Komunitas yang global.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Upaya Indonesia Dalam Meningkatkan Daya Saing Menghadapi MEA


1. Pembentukan Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi
ASEAN
Sebelum mengkakhiri jabatannya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menetapkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2014
yang mana keputusan tersebut tentang pembntukan 8 Komite Nasional
Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang dikenal dengan
sebagai Komite Nasional seperti tecantum dalam pasal 1 (satu). Tugas Komite
Nasional ini sebagimana yang diatur dalam pasal 2 (dua) adalah sebagai
berikut:
a. Mengoordinasi persiapan pelaksanaan MEA
b. Mengoordinasi perceptan dalam meningkatkan daya saing nasional dalam
rangka pelaksanaan MEA
c. Mengambil tindakan – tindakan penyelesaian hambatan dan juga
permasalahan dalam persiapan pelaksanaan MEA
d. Mengoordinasikan pelakasanaan sosialisasi kepada seluruh pemangku
kepentingan terhadap persiapan pelaksanaan MEA
2. Penguatan daya saing ekonomi
Penguatan daya saing ekonomi yang dilakukan indonesia diterapkan
dalam kebijakan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025 yang ditetapkan pada 2011 lalu sudah
menjadi salah satu priotitas di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. MP3EI sangatlah
penting bagi Indoneisa jika mengingat Indonesia adalah negara dengan luas
wilayah terbesar, memiliki penduduk terbanyak dan sumber daya alam terkaya
di Asia Tenggara. Hal tersebut menempatkan Indonesia sebagai kekuatan
pusat atau utama negara-negara di Asia Tenggara. Di sisi lain, konsekuensi
dari akan diimplementasikannya komunitas ekonomi ASEAN dan terdapatnya
Asean – China Free Trade Area (ACFTA) mengharuskan Indonesia
meningkatkan daya saingnya guna mendapatkan manfaat nyata dari adanya
integrasi ekonomi tersebut.
3. Penguatan daya Saing Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Usaha Kecil dan Menengah dapat memberikan sumbagan positif terhadap
pembagunan ekonomi Indonesia. Menyumbang disektor pendapatan bruto
daerah (PDB), dan mmbuka lapangan usaha serta dapat mungurangi
kesenjangan dalam hal pendapatan.Dalam hal ini pemerintah telah melakukan
upaya dalam meningkatkan daya saing UMKM.
a. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Sebagai Upaya membangun UMKM
Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program yang
termasuk dalam Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan
Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil. program ini
bertujuan untuk meningkatkan akses permodalan dan sumber daya
lainnya bagi usaha mikro dan kecil. Ada 3 (tiga) tujuan dari
pembentukan program KUR, yakni: pertama, Mempercepat
pengembangan Sektor Ril dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil,
Menengah, dan Koperasi (UMKMK). Kedua, Meningkatkan akses
pembiayaan dan mengembangkan UMKM & Koperasi kepada
Lembaga Keuangan. Ketiga, Sebagai upaya penanggulangan
pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja.
B. Studi kasus
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau pasar tunggal ASEAN adalah
peluang. Sebab, produk-produk Indonesia akan mendapat pasar di kawasan ASEAN,
yang total masyarakatnya diperkirakan sebanyak 633,1 juta jiwa tahun 2015 dan
mencapai 741,2 juta jiwa pada 2035. Kekuatan ekonomi ASEAN sampai tahun 2013
telah menghasilkan sebesar US$ 3,36 trilliun dengan laju pertumbuhan 5,6%.1
Dampak positif dari MEA adalah memacu pertumbuhan investasi dari dalam maupun
luar negeri. Pertumbuhan investasi akan berpotensi meningkatkan jumlah lapangan
kerja dalam negeri. Sehingga akan mengurangi jumlah pengangguran dan
meningkatkan kesejahteraan perkapita. Selain itu masyarakat Indonesia juga dapat
mencari pekerjaan di luar negeri dengan aturan yang lebih mudah.

Kompone Ekspor
Nilai (Migas-NonMigas) (Juta US$)
n Ekspor
Sebelum MEA Setelah MEA
Impor 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Migas 32.633.0 30.018.8 18.574.4 13.105.5 15.744.4 32.633.0
149.918. 145.961. 131.791. 132.028. 153.083.
Non Migas 149.918.8
8 2 9 5 8
182.551. 175.980. 150.366. 145.134. 168.828.
Jumlah 182.551.8
8 0 3 0 2
TOTAL 508.898.1 496.514.0
Studi kasus yang akan dibahas adalah tingkat keberhasilan MEA yang telah
dilakukan di Indonesia dari akhir tahun 2015 hingga saat ini berdasarkan jumlah
ekspor impor sebelum dan sesudah diberlakukan MEA. Data ekspor diambil dari
tahun 2013-2018 dari website resmi Badan Pusat Statistik (BPS). 2013-2015
merupakan 3 tahun sebelum diberlakukan MEA di Indonesia. Sedangkan 2016-2018
merupakan periode 3 tahun setelah diberlakukan MEA di Indonesia. Data yang
terdapat dalam tabel dibawah menggunakan satuan Juta US dolar.

Sumber: KEMENDAG

Periode sebelum MEA total ekspor di Indonesia tahun 2013 sebesar


182.551,8. Tahun 2014 menurun menjadi 175.980,0 dan tahun 2015 semakin turun di
angka 150.366,3. Kemudian setelah memasuki periode MEA yaitu di tahun 2016 total
ekspor masih mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 145.134.0.

1
Dwi Siswaningsih. 2016. Warta Ekspor: Ekspor Indonesia di Era MEA. (Jakarta: Penerbitan Kementerian Dalam
Negeri)
Nilai total ekspor beranjak naik pada angka 168.828,2 di tahun 2017. Terakhir tahun
2018 kemarin total ekspor tercatat naik menjadi 182.551.8. Dari data nilai ekspor
periode sebelum dan sesudah MEA yang ditunjukkan oleh tabel 1 dapat terlihat
bahwa nilai ekspor mengalami penurunan mulai dari tahun 2013 sampai 2016.
Kemudian mulai meningkat kembali pada tahun 2017 sampai dengan 2018. Walaupun
tingkat peningkatannya masih berada dibawah angka total ekspor pada saat periode
sebelum MEA.
Dapat disimpulkan dari data pada tabel 1 bahwa diberlakukan MEA di akhir tahun
2015 tidak memberikan dampak signifikan pada peningkatan ekspor yang ada di Indonesia.
Total ekspor sebelum MEA yang terjadi di Indonesia sebesar 508.898,1 sedangkan total
ekspor sesudah MEA yang terjadi di Indonesia sebesar 496.514,0. Total ekspor mengalami
penurunan sebesar 12.384,1 dari data sebelum adanya MEA dikurangi dengan data total
ekspor sesudah MEA. Maka dapat disimpulkan bahwa diberlakukannya MEA yang
diharapkan dapat meningkatkan total ekspor ternyata belum dapat memberikan peningkatan
total ekspor yang terjadi di Indonesia. Justru sebaliknya bahwa total ekspor yang terjadi di
Indonesia setelah diberlakukannya MEA mengalami penurunan.

Kompone Impor
Nilai (Migas-NonMigas) (Juta US$)
n Ekspor
Sebelum MEA Sesudah MEA
Impor 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Migas 45.266.4 43.459.9 24.613.2 18.739.8 24.316.2 29.868.8
141.362. 134.719. 118.081. 116.913. 132.669. 158.842.
Non Migas
3 4 6 0 3 5
186.628. 178.179. 142.694. 135.652. 156.985. 188.711.
Jumlah
7 3 8 8 5 3
TOTAL 507.502.8 481.349.6

Sumber: KEMENDAG

Tahun 2013 periode sebelum MEA total impor sebesar 186.628,7. Total impor
mengalami penurunan menjadi 178.179.3 pada tahun 2014. Periode sebelum MEA
terakhir yaitu tahun 2015 total impor menurun lagi menjadi 142.694,8. Beralih ke
periode sesudah MEA tahun pertama yaitu tahun 2016 total impor masih mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya yaitu menjadi 135.652,8. Namun pada tahun kedua
setelah MEA yaitu tahun 2017 total impor mengalami peningkatan menjadi
156.985,5. Disusul peningkatan terakhir di tahun 2018 total impor menjadi sebesar
188.711.3.
Tabel 2 menunjukkan bahwa total impor periode sebelum MEA yaitu tahun
2013 sampai dengan tahun pertama diadakan MEA yaitu 2016 mengalami penurunan
terus menerus setiap tahunnya. Total impor mengalami peningkatan mulai tahun 2017
sampai tahun 2018. Jumlah total impor di tahun tersebut melebihi jumlah total impor
yang ada pada tahun sebelum MEA. Data yang ditunjukkan oleh tabel 2 memberikan
informasi bahwa total impor yang terjadi pada periode sebelum MEA adalah sebesar
507.502.8. Sedangkan total impor pada periode sesudah MEA yaitu sebesar
481.349.6. Angka tersebut menunjukkan bahwa total impor pada periode sebelum
MEA mengalami penurunan sebesar 26.153,2 apabila dikurangkan dengan total impor
yang terjadi pada periode sesudah MEA. Hal ini sudah sesuai dengan harapan awal
diberlakukannya MEA yaitu untuk menekan total impor yang ada di Indonesia. Total
ekspor yang terjadi di Indonesia masih lebih besar dari total impornya. Hal ini
menunjukkan bahwa daya saing atau perekonomian di Indonesia cenderung baik
karena tidak bergantung kepada produk luar negeri. Penurunan total ekspornyapun
lebih kecil dibanding penurunan total impor yang terjadi. Dapat diartikan bahwa
walaupun total ekspor di Indonesia menurun, tetapi angka penurunannya masih lebih
sedikit apabila dibandingkan tingkat penurunan total impor. Total impor yang
mengalami penurunan lebih besar dapat dianggap angin segar oleh pemerintah.
Karena program diberlakukan MEA bisa dikatakan berhasil.
C. Manfaat MEA untuk Indonesia
Dengan diberlakukannya MEA maka akan memberikan banyak manfaat kepada
negara-negara ASEAN khususnya Indonesia. Manfaat MEA bagi Indonesia antara
lain.
 Ekonomi Negara Stabil
Selama ini ekonomi negara kita cenderung tidak stabil karena banyak
hambatan perdagangan yang ada. Dengan adanya MEA ini diharapkan
memberi manfaat pembangunan ekonomi negara menjadi stabil dan lancar
untuk kedepannya. MEA sangat mendukung sekali untuk tidak terjadinya
kesenjangan sosial bagi penduduk di suatu negara. Dan terasa manfaat
perhitungan pendapatan nasional yang dari tahun ke tahun makin stabil.
 Keuntungan Ekspor dan Impor
Perkembangan ekspor impor bagi negara sangat banyak. Ekspor atau
pengiriman produk Indonesia ke luar negeri menjadi lebih mudah dan tidak
tehambat di bea cukai sehingga produk – produk tersebut dapat sampai dengan
cepat dan aman. Dan untuk impor artinya produk negara lain juga memiliki
izin untuk beredar di Indonesia sebagaimana produk Indonesia yang boleh
beredar di negara kawasan Asia Tenggara.
Dengan begitu Indonesia sangat diuntungkan dalam bidang perkopian
dan juga ikan. Kita tahu di Kawasan Asia Tenggara, Indonesia lah yang
memiliki berbagai macam jenis kopi yang rasanya juga varian. Dengan adanya
MEA Indonesia akan lebih mudah untuk mengekspor kopi yang telah
dihasilkan. Lalu kita juga dapat mengirimkan ikan-ikan laut. Diantara negara
ASEAN lainnya, Indonesia lah negara kelautan yang terbesar. Dengan begitu
hasil tangkapan laut juga berlimpah, didukungnya juga Kementrian Kelautan
sekarang yang telah menenggelamkan kapal-kapal asing yang mencuri ikan-
ikan kita. Dengan begitu ikan-ikan yang didapatkan akan lebih banyak.
 Meningkatkan Investasi
Dengan adanya MEA investasi antar negara akan lebih mudah. Apa
lagi di Indonesia sedang ada Gerakan 1001 startup. Dengan begitu, startup-
startup ini akan lebih mudah mendapatkan investor dari luar. Tidak heran
kalau di Indonesia sudah mempunyai 4 startup unicorn dan juga paling banyak
di Asia Tenggara. Karena diantara 7 startup yang sudah menjadi unicorn, ada
4 startup yang dari Indonesia.
 Industri Kreatif
Dengan adanya perkembangan perdagangan internasional ini pada
pengusaha akan saling bersaing untuk melancarkan strategi kreatifnya. Mereka
akan memilih para pekerja yang handal dan profesional untuk sumber daya
manusia yang kompeten dibidangnya. Para pengusaha akan berlomba
mengaplikasikan ide – ide mereka untuk produk yang akan di kirim ke luar
negeri. Dengan begitu akan melahirkan industri kreatif, di Indonesia juga
sudah banyak wadah-wadah untuk mengembangkan industri ini. Bahkan, di
kepemerintahan ini ada lembaga yang menaunginya, yaitu BEKRAF singkatan
dari Badan Ekonomi Kreatif.
 Menambah Laba Negara
Dengan berjalannya sistem MEA ini maka ekspor produk ke negara
tetangga tidak lagi di kenai biaya, dan ini akan memberikan keuntungan bagi
produk yang akan di ekspor keluar negeri. Produk yang diekspor juga tidak
akan memiliki hambatan yang berarti karena MEA mendukung sistem ekspor
antar negara kawasan Asia Tenggara. Dengan begitu, kita tidak akan
mengeluarkan biaya lebih untuk melakukan ekspor dan kita dapat
mendapatkan margin yang besar.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah sebuah komunitas negara-negara
di kawasan Asean (Asia Tenggara) yang telah samasama menyepakati kerjasama di
bidang ekonomi, sosial, politik, keamanan dan lain-lain. Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA) merupakan wujud penyatuan ekonomi yang ditandai dengan perdagangan
bebas barang dan jasa serta penanaman modal, perkembangan ekonomi berkeadilan
dan pengurangan kemiskinan serta kesenjangan sosio-ekonomi. Masyarakat Ekonomi
Asean meniliki tujuan akhir yang secara garis besar menyangkut ekonomi, kerjasama
antar anggota, dan juga Bersama sama meningkatkan kualitas SDM negara anggota.
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang saat ini telah dilaksanakan, menjadi
ajang bagi Indonesia untuk menunjukan taringnya di kancah ASEAN. Mengingat
Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang kreatif khususnya dalam industri lokal yang begitu banyak tersebar di
masyarakat, serta beragamnya budaya, sehingga perlu didukung terutama oleh pihak
pemerintah. Dipersiapkannya rangcangan khusus dalam menghadapi Masyarakat
Ekonomi Asean bahkan sejak kepemimpinan presiden sebelumya menunjukan
keseriusan Indonesia terhadap Masyarakat Ekonomi Asean.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Hardiyanto, Edi.dkk. 2015. Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Jakarta:


Kemendikbud

Mantra, Dodi. 2011. Hegemoni dan Diskursus Neoliberalisme. Bekasi: Mantrapress

Siswaningsih, Dwi. 2016. Warta Ekspor: Ekspor Indonesia di Era MEA. Jakarta: Kemendag

JURNAL

Apresian, Stanislaus Risadi. 2016. Arus Bebas Tenaga Kerja dalam Era Masyarakat
Ekonomi Asean: Ancaman bagi Indonesia?. Diakses pada tanggal 27 November 2019
Pukul 20.31 WIB dari jurnal UNDIP:
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/ip/article/download/14285/10875

Sapriansyah. 2016. Upaya Indonesia Meningkatkan Daya Saing Menghadapi Masyarakat


Ekonomi ASEAN di Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Diakses pada
tanggal 27 November 2019 Pukul 19.00 dari jurnal UMY:
http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/5440

Sudomo, Asmara. Gaung Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di Lingkungan Profesi


Sekretaris. Diakses pada tanggal 24 November 2019 Pukul 20.13 WIB dari jurnal:
http://journal.wima.ac.id/index.php/VOCATIO/article/view/1637/1500

Anda mungkin juga menyukai