Disusun Oleh :
HUBUNGAN INTERNASIONAL
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan akhir untuk Masyarakat Ekonomi ASEAN ditahun 2025 yang berdasar pada
cetak biru yang berisi 4 pilar utama MEA tersebut, yaitu :
BAB II
PEMBAHASAN
Secara umum, kinerja daya saing Indonesia tidak berubah alias stagnan.
Laporan menyebutkan jika kekuatan utama Indonesia adalah ukuran pasar yang besar
(82,4) dan stabilitas kondisi ekonomi makro (90). Kemudian kondisi budaya bisnis
yang dinamis (69,6), sistem keuangan yang stabil (64).3 WEF juga menilai, tingkat
adopsi teknologi Indonesia juga tinggi. Namun kualitas akses tetap relatif rendah. Hal
yang menjadi catatan adalah kapasitas inovasi (37,7) yang masih terbatas walaupun
ada peningkatan. Indeks GCI ini memetakan lanskap daya saing berdasarkan 141
komponen ekonomi melalui 103 indikator yang terbagi ke dalam 12 tema. Setiap
indikator, menggunakan skala dari 0 hingga 100, yang menunjukkan seberapa dekat
ekonomi dengan keadaan ideal atau batas daya saing. Pilar yang mencakup unsur
sosial-ekonomi adalah: institusi, infrastruktur, adopsi TIK, stabilitas makroekonomi,
kesehatan, keterampilan, pasar produk, pasar tenaga kerja, sistem keuangan, ukuran
pasar, dinamika bisnis, dan kemampuan inovasi.
C. Studi kasus
3
Klaus Scwahb. The Global Competitiveness Report 2019. (Switzerland: World Economic Forum, 2019)
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau pasar tunggal ASEAN adalah
peluang. Sebab, produk-produk Indonesia akan mendapat pasar di kawasan ASEAN,
yang total masyarakatnya diperkirakan sebanyak 633,1 juta jiwa tahun 2015 dan
mencapai 741,2 juta jiwa pada 2035. Kekuatan ekonomi ASEAN sampai tahun 2013
telah menghasilkan sebesar US$ 3,36 trilliun dengan laju pertumbuhan 5,6%.4
Dampak positif dari MEA adalah memacu pertumbuhan investasi dari dalam maupun
luar negeri. Pertumbuhan investasi akan berpotensi meningkatkan jumlah lapangan
kerja dalam negeri. Sehingga akan mengurangi jumlah pengangguran dan
meningkatkan kesejahteraan perkapita. Selain itu masyarakat Indonesia juga dapat
mencari pekerjaan di luar negeri dengan aturan yang lebih mudah.
Kompone Ekspor
Nilai (Migas-NonMigas) (Juta US$)
n Ekspor
Sebelum MEA Setelah MEA
Impor 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Migas 32.633.0 30.018.8 18.574.4 13.105.5 15.744.4 32.633.0
149.918. 145.961. 131.791. 132.028. 153.083.
Non Migas 149.918.8
8 2 9 5 8
182.551. 175.980. 150.366. 145.134. 168.828.
Jumlah 182.551.8
8 0 3 0 2
TOTAL 508.898.1 496.514.0
Studi kasus yang akan dibahas adalah tingkat keberhasilan MEA yang telah
dilakukan di Indonesia dari akhir tahun 2015 hingga saat ini berdasarkan jumlah
ekspor impor sebelum dan sesudah diberlakukan MEA. Data ekspor diambil dari
tahun 2013-2018 dari website resmi Badan Pusat Statistik (BPS). 2013-2015
merupakan 3 tahun sebelum diberlakukan MEA di Indonesia. Sedangkan 2016-2018
merupakan periode 3 tahun setelah diberlakukan MEA di Indonesia. Data yang
terdapat dalam tabel dibawah menggunakan satuan Juta US dolar.
Sumber: KEMENDAG
4
Dwi Siswaningsih. 2016. Warta Ekspor: Ekspor Indonesia di Era MEA. (Jakarta: Penerbitan Kementerian Dalam
Negeri)
2018 kemarin total ekspor tercatat naik menjadi 182.551.8. Dari data nilai ekspor
periode sebelum dan sesudah MEA yang ditunjukkan oleh tabel 1 dapat terlihat
bahwa nilai ekspor mengalami penurunan mulai dari tahun 2013 sampai 2016.
Kemudian mulai meningkat kembali pada tahun 2017 sampai dengan 2018. Walaupun
tingkat peningkatannya masih berada dibawah angka total ekspor pada saat periode
sebelum MEA.
Dapat disimpulkan dari data pada tabel 1 bahwa diberlakukan MEA di akhir tahun
2015 tidak memberikan dampak signifikan pada peningkatan ekspor yang ada di Indonesia.
Total ekspor sebelum MEA yang terjadi di Indonesia sebesar 508.898,1 sedangkan total
ekspor sesudah MEA yang terjadi di Indonesia sebesar 496.514,0. Total ekspor mengalami
penurunan sebesar 12.384,1 dari data sebelum adanya MEA dikurangi dengan data total
ekspor sesudah MEA. Maka dapat disimpulkan bahwa diberlakukannya MEA yang
diharapkan dapat meningkatkan total ekspor ternyata belum dapat memberikan peningkatan
total ekspor yang terjadi di Indonesia. Justru sebaliknya bahwa total ekspor yang terjadi di
Indonesia setelah diberlakukannya MEA mengalami penurunan.
Kompone Impor
Nilai (Migas-NonMigas) (Juta US$)
n Ekspor
Sebelum MEA Sesudah MEA
Impor 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Migas 45.266.4 43.459.9 24.613.2 18.739.8 24.316.2 29.868.8
141.362. 134.719. 118.081. 116.913. 132.669. 158.842.
Non Migas
3 4 6 0 3 5
186.628. 178.179. 142.694. 135.652. 156.985. 188.711.
Jumlah
7 3 8 8 5 3
TOTAL 507.502.8 481.349.6
Sumber: KEMENDAG
Tahun 2013 periode sebelum MEA total impor sebesar 186.628,7. Total impor
mengalami penurunan menjadi 178.179.3 pada tahun 2014. Periode sebelum MEA
terakhir yaitu tahun 2015 total impor menurun lagi menjadi 142.694,8. Beralih ke
periode sesudah MEA tahun pertama yaitu tahun 2016 total impor masih mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya yaitu menjadi 135.652,8. Namun pada tahun kedua
setelah MEA yaitu tahun 2017 total impor mengalami peningkatan menjadi
156.985,5. Disusul peningkatan terakhir di tahun 2018 total impor menjadi sebesar
188.711.3.
Tabel 2 menunjukkan bahwa total impor periode sebelum MEA yaitu tahun
2013 sampai dengan tahun pertama diadakan MEA yaitu 2016 mengalami penurunan
terus menerus setiap tahunnya. Total impor mengalami peningkatan mulai tahun 2017
sampai tahun 2018. Jumlah total impor di tahun tersebut melebihi jumlah total impor
yang ada pada tahun sebelum MEA. Data yang ditunjukkan oleh tabel 2 memberikan
informasi bahwa total impor yang terjadi pada periode sebelum MEA adalah sebesar
507.502.8. Sedangkan total impor pada periode sesudah MEA yaitu sebesar
481.349.6. Angka tersebut menunjukkan bahwa total impor pada periode sebelum
MEA mengalami penurunan sebesar 26.153,2 apabila dikurangkan dengan total impor
yang terjadi pada periode sesudah MEA. Hal ini sudah sesuai dengan harapan awal
diberlakukannya MEA yaitu untuk menekan total impor yang ada di Indonesia. Total
ekspor yang terjadi di Indonesia masih lebih besar dari total impornya. Hal ini
menunjukkan bahwa daya saing atau perekonomian di Indonesia cenderung baik
karena tidak bergantung kepada produk luar negeri. Penurunan total ekspornyapun
lebih kecil dibanding penurunan total impor yang terjadi. Dapat diartikan bahwa
walaupun total ekspor di Indonesia menurun, tetapi angka penurunannya masih lebih
sedikit apabila dibandingkan tingkat penurunan total impor. Total impor yang
mengalami penurunan lebih besar dapat dianggap angin segar oleh pemerintah.
Karena program diberlakukan MEA bisa dikatakan berhasil.
D. Manfaat MEA untuk Indonesia
Dengan diberlakukannya MEA maka akan memberikan banyak manfaat kepada
negara-negara ASEAN khususnya Indonesia. Manfaat MEA bagi Indonesia antara
lain.
Ekonomi Negara Stabil
Selama ini ekonomi negara kita cenderung tidak stabil karena banyak
hambatan perdagangan yang ada. Dengan adanya MEA ini diharapkan
memberi manfaat pembangunan ekonomi negara menjadi stabil dan lancar
untuk kedepannya. MEA sangat mendukung sekali untuk tidak terjadinya
kesenjangan sosial bagi penduduk di suatu negara. Dan terasa manfaat
perhitungan pendapatan nasional yang dari tahun ke tahun makin stabil.
Keuntungan Ekspor dan Impor
Perkembangan ekspor impor bagi negara sangat banyak. Ekspor atau
pengiriman produk Indonesia ke luar negeri menjadi lebih mudah dan tidak
tehambat di bea cukai sehingga produk – produk tersebut dapat sampai dengan
cepat dan aman. Dan untuk impor artinya produk negara lain juga memiliki
izin untuk beredar di Indonesia sebagaimana produk Indonesia yang boleh
beredar di negara kawasan Asia Tenggara.
Dengan begitu Indonesia sangat diuntungkan dalam bidang perkopian
dan juga ikan. Kita tahu di Kawasan Asia Tenggara, Indonesia lah yang
memiliki berbagai macam jenis kopi yang rasanya juga varian. Dengan adanya
MEA Indonesia akan lebih mudah untuk mengekspor kopi yang telah
dihasilkan. Lalu kita juga dapat mengirimkan ikan-ikan laut. Diantara negara
ASEAN lainnya, Indonesia lah negara kelautan yang terbesar. Dengan begitu
hasil tangkapan laut juga berlimpah, didukungnya juga Kementrian Kelautan
sekarang yang telah menenggelamkan kapal-kapal asing yang mencuri ikan-
ikan kita. Dengan begitu ikan-ikan yang didapatkan akan lebih banyak.
Meningkatkan Investasi
Dengan adanya MEA investasi antar negara akan lebih mudah. Apa
lagi di Indonesia sedang ada Gerakan 1001 startup. Dengan begitu, startup-
startup ini akan lebih mudah mendapatkan investor dari luar. Tidak heran
kalau di Indonesia sudah mempunyai 4 startup unicorn dan juga paling banyak
di Asia Tenggara. Karena diantara 7 startup yang sudah menjadi unicorn, ada
4 startup yang dari Indonesia.
Industri Kreatif
Dengan adanya perkembangan perdagangan internasional ini pada
pengusaha akan saling bersaing untuk melancarkan strategi kreatifnya. Mereka
akan memilih para pekerja yang handal dan profesional untuk sumber daya
manusia yang kompeten dibidangnya. Para pengusaha akan berlomba
mengaplikasikan ide – ide mereka untuk produk yang akan di kirim ke luar
negeri. Dengan begitu akan melahirkan industri kreatif, di Indonesia juga
sudah banyak wadah-wadah untuk mengembangkan industri ini. Bahkan, di
kepemerintahan ini ada lembaga yang menaunginya, yaitu BEKRAF singkatan
dari Badan Ekonomi Kreatif.
Menambah Laba Negara
Dengan berjalannya sistem MEA ini maka ekspor produk ke negara
tetangga tidak lagi di kenai biaya, dan ini akan memberikan keuntungan bagi
produk yang akan di ekspor keluar negeri. Produk yang diekspor juga tidak
akan memiliki hambatan yang berarti karena MEA mendukung sistem ekspor
antar negara kawasan Asia Tenggara. Dengan begitu, kita tidak akan
mengeluarkan biaya lebih untuk melakukan ekspor dan kita dapat
mendapatkan margin yang besar.
E. Tantangan atau Hambatan MEA bagi Indonesia
Selain memiliki manfaat bagi Indonesia, MEA juga memiliki tantangan atau
hambatan yang dihadapi oleh Indonesia.
Mutu pendidikan tenaga kerja masih rendah, di mana hingga Febuari 2014
jumlah pekerja berpendidikan SMP atau dibawahnya tercatat sebanyak 76,4
juta orang atau sekitar 64 persen dari total 118 juta pekerja di Indonesia.
Ketersediaan dan kualitas infrastuktur masih kurang sehingga mempengaruhi
kelancaran arus barang dan jasa. Menurut Global Competitiveness Index
(GCI) 2014, kualitas infrastruktur kita masih tertinggal dibandingkan negara
Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Thailand.
Sektor industri yang rapuh karena ketergantungan impor bahan baku dan
setengah jadi.
Keterbatasan pasokan energi.
Lemahnya Indonesia menghadapi serbuan impor, dan sekarang produk impor
Tiongkok sudah membanjiri Indonesia. Apabila hambatanhambatan tadi tidak
diatasi maka dikhawatirkan MEA justru akan menjadi ancaman bagi
Indonesia.
Laju Peningkatan Ekspor dan Impor. Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia
memasuki integrasi ekonomi ASEAN tidak hanya yang bersifat internal di
dalam negeri tetapiterlebih lagi persaingan dengan negara sesama ASEAN dan
negara lain di luar ASEAN seperti China dan India.
Kesamaan Produk, Kesamaan jenis produk ekspor unggulan ( sektor pertanian,
perikanan, produk karet, produk berbasis kayu, dan elektronik ) merupakan
salah satu penyebab pangsa perdaganagn intra-ASEAN yang hanya berkias
20-25 persen dari total perdagangan ASEAN. Indonesia perlu melakukan
strategi peningkatan nilai tambah bagi produk ekspornya sehingga mempunyai
karakteristik tersendiri dengan produk dari negara-negara ASEAN.5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah sebuah komunitas negara-negara
di kawasan Asean (Asia Tenggara) yang telah samasama menyepakati kerjasama di
bidang ekonomi, sosial, politik, keamanan dan lain-lain. Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA) merupakan wujud penyatuan ekonomi yang ditandai dengan perdagangan
bebas barang dan jasa serta penanaman modal, perkembangan ekonomi berkeadilan
dan pengurangan kemiskinan serta kesenjangan sosio-ekonomi. Masyarakat Ekonomi
Asean meniliki tujuan akhir yang secara garis besar menyangkut ekonomi, kerjasama
antar anggota, dan juga Bersama sama meningkatkan kualitas SDM negara anggota.
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang saat ini telah dilaksanakan, menjadi
ajang bagi Indonesia untuk menunjukan taringnya di kancah ASEAN. Mengingat
Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang kreatif khususnya dalam industri lokal yang begitu banyak tersebar di
masyarakat, serta beragamnya budaya, sehingga perlu didukung terutama oleh pihak
pemerintah. Dipersiapkannya rangcangan khusus dalam menghadapi Masyarakat
Ekonomi Asean bahkan sejak kepemimpinan presiden sebelumya menunjukan
keseriusan Indonesia terhadap Masyarakat Ekonomi Asean.
5
Umar Congge. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Harapan dan Tantangan dalam Perekonomian Bangsa.
Jurnal Universitas Negeri Makassar. 2015. Hal 102
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Siswaningsih, Dwi. 2016. Warta Ekspor: Ekspor Indonesia di Era MEA. Jakarta: Kemendag
JURNAL
Apresian, Stanislaus Risadi. 2016. Arus Bebas Tenaga Kerja dalam Era Masyarakat
Ekonomi Asean: Ancaman bagi Indonesia?. Diakses pada tanggal 27 November 2019
Pukul 20.31 WIB dari jurnal UNDIP:
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/ip/article/download/14285/10875
Congge, Umar. 2015. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Harapan dan Tantangan dalam
Perekonomian Bangsa. Diakses pada tanggal 24 Desember 2019 Pukul 21.08 WIB dari
Jurnal Universitas Negeri Makassar: https://ojs.unm.ac.id/PSN-
HSIS/article/viewFile/2188/1114