Anda di halaman 1dari 2

FRUSTRATION-AGGRESSION THEORY

Teori Frustasi-agresi tergolong cukup tua, yang mana dicetuskan oleh McDougall, Freud,
dan yang lainnya. ungkapan ilmiah modernnya ada di dalam karya john dollard dan rekan
rekannya di Universitas Yale, yang memulai dengan asumsi bahwa agresi selalu merupakan
akibat dari frustrasi dan frustrasi itu selalu mengarah pada suatu bentuk agresi. Mereka
mendefinisikan frustasi sebagai sebuah hambatan terhadap tercapainya suatu tujuan. Menurut
Dollard, agresi tidak akan terjadi jika deprivasi tidak dirasakan. Tidak semua bentuk frustasi
akan menghasilkan agresi terbuka. Agresi akan terhambat jika diperkirakan akan berujung pada
hukuman.

Layaknya kebanyakan teori lainnya, teori ini telah dikritik dan mengalami perubahan
sejak pertama kali dikemukakan di awal tahun 1940. Sekarang banyak psikolog setuju bahwa
frustasi bisa berujung dengan beberapa respon, yang mana salah satunya adalah agresi, dan
frustasi bukanlah satu satunya penyebab agresi. Bebrapa berargumen bahwa frustasi tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya agresi. Masih belum ada persetujuan
mengenai apakah hubungan frustasi agresi adalah sebuah respons stimulus yang sederhana dan
praktis secara otomatis atau merupakaan keadaan emosi seperti kemarahan dan ketakutan yang
menjadi perantara. Sama halnya dengan adanya ketidaksepakatan tentang apakah isyarat
tambahan atau rangsangan pemicu lainnya harus ada agar agresi dapat terjadi.

Teori frustrasi-agresi menarik bagi kebanyakan orang. Orang-orang yang menyadari dari
pengalaman pribadi bahwa mereka kadang merasa terdesak untuk melakukan agresi setelah
merasakan frustrasi. Mungkin ada sedikit keraguan tentang kegunaannya saat diterapkan pada
aspek tertentu yang terbatas dan lebih sederhana dari individu dan perilaku kelompok kecil.
Namun, penggunaannya tidak sesuai untuk meramalkan respon stimulus yang relatif sederhana
untuk menjelaskan cara bertindak manusia yang lebih kompleks.

walau mungkin cukup mudah untuk melihat hipotesis frustrasi-agresi divalidasi dalam
percobaan dengan individu, lebih sulit untuk membenarkan hipotesis jika digunakan meneliti
perilaku kelompok besar. Faktor waktu sangat berbeda. Individu bereaksi cepat terhadap
frustrasi. Fenomena sosial-psikologis, terlepas dari perilaku Kelompok besar yang sengaja
dihasut untuk melakukan kekerasan, biasanya beraksi lebih lambat. Karena itu, dimungkinkan
untuk memverifikasi hipotesis frustrasi-agresi dalam perilaku kelompok-kelompok yang lebih
kecil dan tidak terstruktur (misalnya seperti kerusuhan massa yang tidak terorganisir), tetapi jauh
lebih sulit, dan hampir tidak mungkin, untuk menerapkan teori dengan cara yang tepat untuk
perilaku entitas sosial yang lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai