Anda di halaman 1dari 27

POLA PERUBAHAN SOSIAL

Pada dasarnya, jika di amati dengan seksama, setiap perubahan sosial itu di sebabkan
karena adanya perkembangan ilmu pengetahuan ( di mulai pada abad ke XVII ) yang
menghasilkan berbagai mesin termasuk mesin industri yang di mulai pada mesin untuk
industri di rumah sampai pada mesin industri perkotaaan.

Akibat adanya berbagai kemajuan di bidang pengetahuan dan teknologi ini telah
menghasilkan perubahan pada cara berpikir dan cara bekerja individu termasuk perubahan
pada cara hidup sehari-hari, dan khusus di kalangan para antropolog, dalam setiap
perubahan sosial terdapat 3 ( tiga ) pola yang di anggap sangat penting yaitu evolusi,
diffusi dan akulturasi .

Landasan dari ketiga pola tersebut adalah adanya penemuan atau inovasi yang
merupakan faktor paling menentukan dalam suatu pertumbuhan kebudayaan dalam arti
bahwa penemuan atau inovasi tersebut dapat berupa penemuan sesuatu yang baru
atau secara atimologis berarti menerima sesuatu yang baru.

Menurut Kroeber, kebutuhan dan faktor kebetulan sangat kecil sekali peranannya dalam
menghasilkan suatu penemuan atau inovasi, karena sumber terbesar dari adanya
penemuan atau inovasi ini adalah karena faktor permai nan dorongan hati
( impulse ) , seperti contoh, penemuan di bidang ilmu dan kesenian adalah hasil
peningkatan penelitian pancaindera dan aktivitas rasa keindahan seseorang ( yang dewasa )
yang menyerupai permainan dalam kehidupan anak kecil atau binatang mamalia.

Barnett sendiri mengatakan bahwa suatu penemuan atau inovasi adalah suatu
yang biasa di kalangan manusia, karena setiap individu pada dasarnya adalah penemu,
meskipun kecenderungan dan kemampuan individu untuk menyimpang dari batas-batas
normal penyimpangan yang dapat di terima sangat berbeda.

Bahan yang di gunakan oleh seorang penemu atau pencipta berasal dari 2 ( dua ) sumber
yaitu kebudayaannya sendiri dan aspek-aspek pengalamannya sendiri yang tidak di buat-
buat seperti sifat dan ciri-ciri phisik dan mentalnya sendiri, jadi dalam hal ini faktor
internal maupun eksternal sangat membantu untuk menerangkan perbedaan di
kalangan individu berkenaan dengan aktivitas penemuan ini, secara khusus, Barnett
memberikan penekanan khusus pada aspek psikologis dari penemuan dan memperlakukan
suasana kebudayaan sebagai kerangka tempat berlakunya faktor psikologis, dan juga di
tekankan pula bahwa suatu penemuan adalah dasar bagi perubahan sosial, dan dalam hal
penekanan pada penemuan atau inovasi ini, kita dapat melihat bagaimana
perbedaan pandangan antara seorang antropolog dengan sosiolog.
2

Seorang antropol og sering menggunakan pendekatan mikro, mengidentifikasi unsur-


unsur atau ciri-ciri penemuan yang telah menyatu ke dalam suatu kebudayaan, dan karena
itu, yang telah mengubah kebudayaan tersebut, sedangkan seorang sosiolog biasanya
menerangkan pengaruh penemuan atau inovasi terutama penemuan di bidang teknologi
sambil menekankan pada implikasinya terhadap hubungan antar kelompok dan antar
individu di banding dampaknya terhadap pola kebudayaan.

Selain itu, seorang sosiolog lebih menekankan pada pendekatan makro dengan mempelajari
berbagai fenomena yang terjadi seperti perubahan institusional sepanjang waktu, dan
seorang sosiolog cenderung memusatkan perhatian pada konflik antar kelompok sebagai
faktor penyebab suatu perubahan.

Adanya penemuan atau inovasi ini dapat mengakibatkan adanya konflik, tetapi juga
dapat menimbulkan proses kumulatif dengan menambahkan dan menyatukan unsur-
unsur temuan baru itu ke dalam pola kebudayaan lama, dan menurut pandangan seorang
sosiolog, tidak semua inovasi dapat menimbulkan perubahan, seperti contoh pada
penemuan baru alat-alat permainan untuk anak-anak atau model suatu mobil, yang mungkin
saja berarti perubahan pada pola kebudayaan, namun temuan atau inovasi tersebut sangat
kecil pengaruhnya atau mungkin juga tidak berpengaruh sama sekali terhadap pola interaksi
atau bagi struktur antar hubungan manusia.

Walaupun demikian, pendekatan antropologi dan pendekatan sosiologi


cenderung saling bercamupur aduk, karena kedua pendekatan ini seringkali sama-sama
menggunakan konsep-konsep seperti evolusi, diffusi, inovasi dan struktur
sosial .

A. E v o l u s i .

Seperti pemahaman dalam sosiologi sebagaimana sudah di uraikan di atas, pemikiran


tentang evolusi dalam antropol ogi adalah hasil pemikiran yang berubah-ubah,
para antropolog pada jaman dulu sangat menyukai ide evolusi ini sedangkan generasi
antropolog berikutnya sebaliknya tidak sependapat dengan teori ini.

Pada akhir abad XIX para antropolog sosial mengidentifikasikan evolusi ini
menurut pola perkembangan kehidupan kebudayaan mulai dari bentuk yang paling
rendah sampai kebentuk yang lebih tinggi, pola ini di tandai oleh sederetan tingkatan
yang beruntun, dan tugas antropol og adalah mengidentifikasi tingkatan tersebut,
oleh karena itu nntropolog Lewis H. Morgan adalah orang pertama yang
menerapkan ide evolusi pada perkembangan sosial setelah menelusuri evolusi

Pola Perubahan Sosial


3

kebudayaan manusia secara berurutan mulai dari tingkat kekejaman, kebiadaban


hingga ke tingkat peradaban.

Dan perhatian Morgan di tujukan untuk dapat membuat suatu kategori tentang
masyarakat menurut perbedaan ciri-ciri sosial yang di miliki bersama oleh para
anggotanya pada tingkat organisasi sosial tertentu dan untuk memperhatikan urutan
perkembangan dari setiap tipe organisasi itu, dan berbeda dengan para antropolog
lain, Morgan menyadari bahwa penyebaran ( diffusi ) unsur-unsur dari
kebudayaan lain dapat mengganggu urutan perkembangan dan mengubah kebudayaan
tertentu.

Secara ringkas Morgan menyatakan bahwa kemajuan kebudayaan sejalan dengan


perkembangan teknologi, semakin meningkat kontrol manusia atas kehidupannya
melalui suatu teknologi yang baru maka akan semakin berkembang kebudayaan
masyarakat tersebut.

Melalui mekanisme komunikasi, dan dengan adanya penemuan yang makin maju di
berbagai bidang jenis peralatan dan persenjataan, maka terjadilah kemajuan
kebudayaan dari tahap kekejaman menuju ketahap peradaban.

Inti teori evolusi kuno menyatakan bahwa bentuk organisasi sosial yang paling
primitif adalah kekeluargaan matrilinial, bentuk kekeluargaan matrilinial ini
menghasilkan bentuk kekeluargaan patrilinial dan patriarkhat yang di sebabkan
karena laki-laki menjadi dominan, akhirnya garis keturunan bilateral dan keluarga
batih muncul kepuncak evolusi, dan aspek evolusi kebudayaan ini nampak
sedemikian logis dan sangat sesuai dengan seluruh fakta yang di ketahui dan benar-
benar dapat di terima oleh seluruh ahli ilmu sosial hingga akhir abad ke XIX.

Edward Taylor menelusuri evolusi ke agamaan mulai dari tahap animisme


melalui politeisme hingga ke monoteisme, sedangkan A.C. Haddon berbicara
mengenai evolusi kesenian yang pada tingkat awalnya di tandai oleh gambaran
geometris, sampai simbolis atau abstrak, di mana aspek kebudayaan agama, kesenian,
bahasa, teknologi dan aspek lainnya kemudian berkembang melalui urutan dan tingkat
yang semakin tinggi.

Pemikiran evolusi kuno menurut garis lurus ini mengalami kemunduran di awal
abad XX, dan pemikiran ini mendapat tanggapan hampir dari semua aspek, dan
sebagian besar kritikan itu menyangkut perbedaan antara teori dan pengetahuan yang
terhimpun mengenai masyarakat primitif.

Pemikiran evolusi baru yang muncul setelah teori evolusi kuno hancur
karena banyak kritikan mengurangi mitos bahwa perkembangan kebudayaan itu
berdasarkan suatu garis lurus, sedangkan pemikiran evolusi yang baru merupakan
Pola Perubahan Sosial
4

suatu upaya untuk mensintesiskan pemikiran ahli evolusi kuno dengan pemikiran
ahli diffusi dan fungsional yang muncul kemudian.

Para ahli diffusi menekankan pada sifat mobilitas berbagai unsur kebudayaan dan
mencoba mengetahui bagaimana caranya berbagai unsur yang membentuk suatu
kebudayaan tertentu dapat menjadi satu, sedangkan pemikiran ahli fungsional
menekankan pada adanya saling ketergantungan antara unsur-unsur kebudayaan dan
hubungan dari masing-masing unsur sehingga menjadi suatu keseluruhan yang berarti,
pemikiran fungsional ini sama seperti pandangan fungsionalisme sosiologis yang
tidak mampu untuk menerangkan dengan tepat masalah perubahan secara memadai.

Pemikiran evolusionisme baru mencakup berbagai ide, seperti pendapat


beberapa antropolog kontemporer yang mengidentikan evolusi itu dengan perubahan,
sedangkan yang lain mengatakan bahwa evolusi itu seperti suatu pertumbuhan,
perkembangan atau kemajuan.

Wolf membayangkan evolusi dalam arti suatu perkembangan yang kumulatif


baik kuantitatif maupun kwalitatif, yang maksudnya bahwa aspek kuantitatif secara
tersirat menyatakan tingkatan dari evolusi menurut skala numerik, sehingga dengan
demikian kebudayaan dapat di bedakan tingkatannya, seperti umpamanya jumlah
energi yang di gunakan atau menurut ciri-ciri demografis atau menurut intensitas
suatu komunikasi.

Aspek kwalitatif berarti munculnya komponen-komponen kebudayaan baru


yang memasukkan dan menyatukan komponen yang ada menurut cara yang baru,
sebagian besar penemuan merupakan penyatuan bagian-bagian yang telah ada
sebelumnya menurut cara yang baru, seperti contoh n e g a r a adalah suatu
penemuan sosial yang menghasilkan perubahan kwalitatif dalam organisasi
kebudayaan.

Perubahan kwalitatif yang utama adalah dengan terjadinya perubahan dari bagian-
bagian yang sebelumnya tidak terspesialisasikan menjadi suatu kebudayaan yang
berfungsi atas dasar bagian-bagian yang terspesialisasi, artinya adanya perubahan dari
masyarakat yang bercirikan berburu dan pengumpul makanan menjadi bentuk
masyarakat baru yang lebih kompleks cirinya.

Leslie White yang memusatkan perhatian pada kebudayaan sebagai suatu


keseluruhan di bandingkan dengan kebudayaan-kebudayaan khusus, mengatakan
bahwa perilaku manusia harus di pahami menurut kebudayaan, jika manusia itu bersa-
ing misalnya maka hal tersebut di sebabkan bukan karena sifatnya demikian tetapi di
sebabkan karena ia hidup dalam kebudayaan yang sifatnya selalu bersaing, dan
menurut White , kebudayaan harus di pahami menurut tiga lapisan yaitu :

1. Lapisan teknologi ( lapisan terendah ),


2. Lapisan sosiologis ( lapisan menengah ) dan,
Pola Perubahan Sosial
5

3. Lapisan filosofis yang merupakan lapisan tertinggi.

Artinya teknologi adalah bidang paling mendasar dan merupakan pendorong


utama dari proses kebudayaan, karena teknologi dan perkembangannya akan
membentuk suatu sistem sosial, dan falsafah mencerminkan baik sistem sosial
maupun teknologi yang melandasinya, karena itu teknologi menentukan jenis sistem
sosial yang ada dan teknologi bersama-sama masyarakat akan menentukan sifat
falsafah.

Ke tiga lapisan kebudayaan di atas mempunyai pengaruh timbal-balik namun arah


hubungan kausal antara ketiga unsur lapisan tersebut di mulai dari teknologi ke
masyarakat dan kemudian ke falsafah.

Kebudayaan merupakan suatu proses yang bersifat simbolis, berkelanjutan,


kumulatif dan maju atau progresif, dan kebudayaan adalah suatu proses yang
bersifat simbolis, dalam arti bahwa manusia adalah suatu simbol binatang ( terutama
binatang yang menggunakan bahasa ).

Proses ini bisa berlanjut karena sifat simbolis kebudayaan memungkinkannya dapat
dengan mudah di teruskan dari individu yang satu ke lainnya dan dari satu generasi ke
generasi lain yang selanjutnya, dan akumulatif berarti bahwa unsur-unsur baru
akan secara terus menerus di tambahkan pada kebudayaan yang ada.

White mengatakan bahwa kebudayaan :

“ merupakan suatu hal yang bersifat progresif, maksudnya untuk


mencapai kontrol yang semakin meningkat terhadap alam dan
semakin menjamin kehidupan yang makin baik bagi manusia, atau
dengan kata lain kebudayaan adalah fenomena yang menghasilkan
sendiri, mencakup kehidupan individu dan karena itu dapat
menjelaskan seluruh perilaku manusia. “

Pendapat dari White di atas akan lebih jelas lagi dapat di pahami dengan melihat
bahasannya mengenai penemuan atau inovasi yang di jelaskan bahwa :

“ suatu penemuan atau inovasi tidak akan muncul kecuali jika


perkembangan kebudayaan dalam masyarakat itu sudah mencapai
satu titik yang dapat memungkinkan di tambahkannya unsur baru. “

Inovasi adalah ide yang baru , jadi suatu inovasi kemungkinan dapat berupa
sejenis mode, gerakan sosial, bentuk-bentuk tarian, peralatan baru atau juga dapat
berupa hasil dari suatu perkembangan teknologi.

Menurut Roger, ada 4 ( empat ) unsur penting di dalam proses penyebaran


dan peneri maan inovasi , yaitu :
Pola Perubahan Sosial
6

1. Inovasi itu sendiri.


2. Komunikasi inovasi.
3. Sistem sosial tempat terjadinya proses penyebaran dan
peneri maannya.
4. Aspek waktu.

Tiap inovasi adalah suatu ide atau konstelasi ide , yang menurut kodratnya
hanya dalam organisasi sentral, dalam tata pikir yang bersifat rohaniah, dan akhirnya,
inovasi ini akan tampak dengan nyata jika telah menjadi bentuk tindakan atau suatu
barang yang merupakan konsekuensinya.

Di samping itu ada juga inovasi yang tidak berwujud, hanya berupa ide saja, seperti
ideologi, dan setiap inovasi akan selalu berubah ( berkembang ) sesuai dengan
perkembangan jaman.

Suatu inovasi sangat di perlukan bagi manusia, terutama bagi masyarakat yang
berada di negara berkembang, karena penemuan-penemuan baru yang lebih baik lagi
kwalitasnya akan memberikan peningkatan mutu hidup dan kesejahteraan umat
manusia.

Lebih penting lagi bila perkembangan kebudayaan telah mencapai titik tersebut maka
unsur kebudayaan baru itu akan muncul terlepas dari keinginan manusia, atau dengan
kata lain dapat di katakan bahwa perkembangan kebudayaan merupakan suatu proses
yang berlangsung dengan sendirinya dalam arti terlepas dari individu tertentu
termasuk individu yang kita anggap kreatif, karena itu munculnya suatu penemuan
tidak tergantung pada seorang individu secara khusus.

Meskipun manusia pada dasarnya sama di lihat dari sudut intelejensia dan susunan
biologisnya, namun kebudayaan telah tumbuh menurut deret hitung dan pertumbuhan
ini harus di pahami menurut sifat kebudayaan itu sendiri bukan menurut aktifitas
manusia tertentu.

Pendekatan evolusi lain di kemukakan oleh Julian Steward yang menciptakan


gagasannya mengenai evolusi menurut garis lurus banyak ( multilinear ), dan
menurut Julian Steward, --- ada tiga pendekatan utama --- untuk dapat
memahami perkembangan kebudayaan yaitu :

• pendekatan teoritisi evolusi kuno dan teori yang menganggap perkembangan


evolusi menurut garis lurus.
• pendekatan teoritisi relativitas kebudayaan yang melihat perkembangan
kebudayaan pada dasarnya berbeda-beda dan yang mencoba mengidentifi-
kasikan ciri-ciri kebudayaan dengan membedakan antara satu masyarakat dan
masyarakat lain.

Pola Perubahan Sosial


7

• pendekatan evolusi multilinear yang merupakan suatu penegasan bahwa ada


keteraturan persilangan kebudayaan yang berarti tetapi keteraturan itu harus
menyinggung seluruh masyarakat manusia.

Kebudayaan berkembang menurut sejumlah garis yang berbeda ,


kita dapat menggambarkan perkembangannya itu seperti sebatang pohon yang
bercabang banyak, sementara itu pada waktu yang bersamaan terdapat keteraturan
persilangan kebudayaan atau kesejajaran sejarahnya, dan kesejajaran ini muncul dari
kenyataan bahwa perubahan kebudayaan di hasilkan dari adaptasi terhadap
lingkungan.

Proses adaptasi serupa dalam lingkungan serupa akan menghasilkan keteraturan


persilangan kebudayaan, Steward menyebut proses adaptasi itu dengan istilah
ekologi kebudayaan , dan masalah yang di hadapkan pada kita oleh ekologi
kebudayaan ini adalah manentukan apakah penyesuaian diri anggota masyarakat
terhadap lingkungan mereka memerlukan cara-cara perilaku khusus atau apakah
penyesuaian diri itu memberikan ruang gerak bagi pola perilaku tertentu atau tidak.

Metode mengenai ekologi kebudayaan ini meliputi :

• analisis antar-hubungan antara teknologi dan lingkungan.


• analisis pola perilaku yang timbul dalam mengolah kawasan tertentu dengan alat
teknologi tertentu.
• menentukan seberapa jauh pola perilaku mempengaruhi berbagai bidang lain dari
kebudayaan.

Sahlin dan Service mengatakan bahwa pola-pola dasar evolusi


sebagai kebalikan dari suatu evolusi inorganik ( peningkatan
kekacauan yang berakhir dengan homogenitas ), di samping itu mereka mengatakan
evolusi kebudayaan di tandai oleh suatu peningkatan organisasi, konsentrasi
energi yang semakin tinggi, dan peningkatan heterogenitas.

Selanjutnya evolusi yang terjadi akan menyangkut pada tahap-tahap peningkatan


dan perbedaan maupun kemajuan dan variasi, dan kedua bidang ini di sebut dengan
istilah evolusi umum dan evolusi khusus , dengan kata lain menurut
pendapat mereka evolusi adalah kemajuan yang di tandai gerakan serentak ke dua
arah.

Yang di maksud dengan suatu evolusi kebudayaan umum adalah suatu


bentuk perubahan yang berlangsung dari transformasi energi yang sedikit ke bentuk
yang lebih besar, dari tingkat integrasi yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi
dan dari kemampuan adaptasi yang kecil ke tingkat yang lebih besar.

Pola Perubahan Sosial


8

Evolusi kebudayaan khusus adalah perubahan kemampuan adaptasi kebu-


dayaan-kebudayaan khusus, perjalanan sejarah dari suatu kebudayaan menurut
berbagai cabangnya, di satu sisi, terciptanya ke anekaragaman melalui perubahan
akan meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri, bentuk-bentuk yang baru di
bedakan dari bentuk yang lama, di sisi lain evolusi ini menimbulkan kemajuan,
bentuk-bentuk yang lebih tinggi muncul dari dan melampaui yang lebih rendah.

Meskipun ke dua proses itu terjadi secara serentak namun perlu di sadari bahwa
perubahan kebudayaan harus di lihat dari salah satu di antara ke dua sudut pandangan
tersebut, dan kita dapat menganalisa suatu perubahan menurut kemampuan
menyesuaikan diri ( adaptasi ) atau menurut kemajuan umum, seperti contoh
analisa evolusi umum yang di kemukakan oleh Sahlin dan Service ialah tentang
peperangan .

Menurut kita dapat melihat uraian tentang peperangan yang berbeda antara kelompok
yang berbeda, seperti perbedaan antara Indian di dataran rendah dan Indian Iroquois
di utara negara bagian New York, dan dari penelitian di temukan bahwa tipe
peperangannya adalah bentuk penyesuaian diri dengan keadaan khusus, dan di lihat
dari sudut pandangan evolusi umum, kita akan menemukan tingkat-tingkat perkem-
bangan menyeluruh dari tipe peperangan.

Bentuk kebudayaan maju biasanya tidak menimbulkan tingkat kemajuan berikutnya,


kemampuan adaptasi pada satu tingkat cenderung berarti ketidak-mampuan untuk
beradaptasi pada tingkat yang lebih tinggi.

Dari uraian di atas dapat di katakan bahwa sebenarnya di dalam istilah evolusi
mengandung juga pengertian nilai, dan istilah evolusi ini tidak hanya di maksudkan
sebagai suatu perubahan ke arah tujuan tertentu, tetapi sekaligus tujuan itu di anggap
sebagai lebih tinggi dan lebih utama.

Talcott Parsons dan Robert Bellah mengemukakan tentang diferensiasi


sebagai ukuran yang esensial bagi evolusi dan di rumuskan sebagai :

Suatu proses meningkatnya diferensiasi dan kompleksitas organisasi


yang mendorong organisme, sistem sosial atau unit untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Dalam beberapa hal bentuk di atas menjadi lebih otonom kepada lingkungannya di
bandingkan dengan kemampuan adaptasi yang kurang kompleks dari pendahulu-
pendahulunya, dan hal ini bukan berarti bahwa evolusi merupakan suatu hal yang
tidak bisa di hindari atau merupakan bentuk-bentuk yang lebih sederhana, yang mau
tidak mau harus punah.

Pola Perubahan Sosial


9

Yang di maksud dengan e v o l u s i berdasarkan uraian-uraian di atas dapat di


katakan sebagai suatu perubahan yang terjadi dalam waktu yang sangat lama, yang
tidak atau sangat sulit di amati secara langsung oleh manusia.

Teori evolusi sosial dan kebudayaan ini mempunyai empat anggapan


dasar yaitu :

• Umat manusia adalah bagian dari alam dan bekerja sesuai dengan hukum alam
pula.
• Hukum alam yang menguasai semua perkembangan dan tidak akan mengalami
perubahan sepanjang jaman.
• Proses alamiah itu bergerak secara progresif dari yang sederhana menuju ke
arah yang lebih kompleks yaitu dari yang tidak terorganisir menuju ke arah
terorganisir dengan baik.
• Manusia di seluruh dunia mempunyai potensi yang sama, akan tetapi berbeda
secara fundamental dalam perkembangan kuantitatif mengenai intelegensia dan
pengalamannya.

Di lihat dari sudut pandangan teori evolusi ini bahwa manusia yang masih
sederhana kebudayaannya dan manusia yang sudah berkebudayaan kompleks tidak
berbeda secara kualitatif, hanya berbeda secara gradual, terutama dalam alam
pikirannya, dan perbedaan yang terjadi tersebut di sebabkan oleh pengembangan yang
lebih intensif dari potensi mental dan intelegensi, dan berdasarkan pada empat
anggapan dasar di atas maka kaum evolusi kebudayaan akan dapat melihat
perkembangan evolusi bergerak dalam setiap aspek kebudayaan.

Dari keseluruhan uraian di atas, maka teori evolusi masyarakat dapat di


golongkan dalam beberapa bentuk atau kategori-kategori sebagai berikut :

- Unlinear Theories of Evolution yaitu teori yang di


kembangkan oleh August Comte dan Herbert Spencer yang mengatakan
bahwa setiap manusia dan masyarakat ( termasuk kebudayaannya ) akan
mengalami suatu perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu,
perkembangan itu di mulai dari bentuk yang sederhana, kemudian dalam bentuk
yang kompleks dan akhirnya menjadi bentuk yang sempurna.

Termasuk dalam pengembangan dari teori ini adalah pendapat dari Vilfredo
Pareto mengenai Cyclical Theories yang maksudnya bahwa :

masyarakat dan kebudayaan mempunyai tahap-tahap


perkembangan berupa suatu lingkaran di mana suatu tahap
perkembangan tertentu dapat di lalui berulang kali.

Pola Perubahan Sosial


10

Di samping itu Pitirim Sorokin juga mendukung teori ini yang mengemukakan
teori dinamika sosial dan kebudayaan, maksudnya adalah bahwa :

Masyarakat berkembang melalui tahap-tahap yang masing-


masing di dasarkan pada suatu sistem kebenaran yang melalui
beberapa tahapan, di mana tahap pertama yaitu berdasarkan
pada kepercayaan, tahap kedua berdasarkan indera manusia dan
tahap terakhir berdasarkan pada kebenaran.

Teori tentang dinamika sosial dan kebudayaan ini


tegasnya mengatakan bahwa pada tahap pertama perkembangan
masyarakat di gerakan oleh dewa.

Berkaitan dengan mentalitas budaya , Pitirim Sorokin mengemukakan


pendapatnya sebagai berikut :

1. Kebudayaan Ideasional.

Tipe ini mempunyai d a s a r b e r p i k i r ( p r e m i s ) bahwa kenyataan


akhir itu bersifat non-materiil, transenden dan tidak dapat di tangkap dengan
indera manusia.

Dunia ini di lihat sebagai suatu ilusi, sementara, dan tergantung pada dunia
transenden, atau sebagai aspek kenyataan yang tidak sempurna dan tidak
lengkap, kenyataan akhir merupakan dunia Allah atau nirwana, atau suatu
konsepsi lainnya mengenai ada yang kekal dan tidak materill.

Pada tingkatan ini masih di perinci menjadi :

- K e b u d a y a a n I d e a s i o n a l A s k e t i k , yaitu suatu mentalitas yang


memperlihatkan suatu ikatan tanggung jawab untuk mengurangi
sebanyak mungkin kebutuhan materiil manusia supaya mudah di serap
kedalam dunia transenden.
- K e b u d a y a a n I d e a s i o n a l A k t i f , yang maksudnya, selain untuk
mengurangi kebutuhan inderawi, tipe ini berusaha mengubah dunia
materiil supaya selaras dengan dunia transenden.

2. Kebudayaan Inderawi ( Sensate Culture ).

Tipe ini di dasarkan pada pemikiran pokok bahwa dunia materiil yang kita
alami melalui indera kita merupakan satu-satunya kenyataan yang ada.

Pola Perubahan Sosial


11

Eksistensi kenyataan adi-inderawi atau transenden di sangkal, dan mentalitas


bentuk ini dapat di rinci sebagai berikut :

- K e b u d a y a a n I n d e r a w i A k t i f , yaitu suatu mentalitas


kebudayaan untuk mendorong usaha aktif dan giat untuk meningkatkan
sebanyak mungkin pemenuhan kebutuhan materiil dengan mengubah
dunia fisik ini sedemikian rupa, sehingga dapat menghasilkan sumber-
sumber kepuasan dan kesenangan manusia, mentalitas ini mendasari
pertumbuhan teknologi dan kemajuan-kemajuan ilmiah serta ilmu
kedokteran.

- K e b u d a y a a n I n d e r a w i P a s i f , yaitu mentalitas yang meliputi


hasrat untuk mengalami kesenangan-kesenangan hidup inderawi
setinggi-tingginya.

Pitirim Sorokin menggambarkan pendekatan ini sebagai suatu


eksploitasi parasit dengan motto makan, minum, dan
kawinlah, karena besok kita akan mati, mengejar kenikmatan tidak di
pengaruhi oleh suatu tujuan jangka panjang apapun.

- K e b u d a y a a n I n d e r a w i S i n i s , yang maksudnya adalah,


dalam hal tujuan-tujuan utama, mentalitas ini serupa dengan
kebudayaan inderawi pasif, kecuali bahwa untuk mengejar tujuan-
tujuan inderawi / jasmaniah di benarkan oleh rasionalisasi ideasional,
dengan kata lain, bahwa mentalitas ini memperlihatkan secara
mendasar usaha yang bersifat m u n a f i k ( h i p o k r i t ) untuk
membenarkan pencpaaian tujuan materialistis atau inderawi dengan
menunjukkan sistem nilai transenden yang ada pada dasarnya tidak di
terimanya.

3. Kebudayaan Campuran.

Kategori ini mengandung penegasan terhadap dasar berpikir ( premis )


mentalitas ideasional dan inderawi, ada dua tipe dasar yang terdapat
dalam mentalitas kebudayaan campur ini yaitu :

- K e b u d a y a a n I d e a l i s t i s , yaitu suatu kebudayaan yang terdiri


dari campuran organis dari mentalitas ideasional dan inderawi,
sedemikian rupa sehingga keduanya dapat di lihat sebagai pengertian-
pengertian yang sahih mengenai aspek-aspek tertentu dari kenyataan
akhir, dengan kata lain, dasar berpikir kedua tipe mentalitas itu secara
sistematis dan logis saling berhubungan.

Pola Perubahan Sosial


12

- Kebudayaan Ideasional Tiruan ( PseudoIdeati-


o n a l C u l t u r e ) , yaitu tipe mentalitas yang di dominasi oleh
pendekatan inderawi, tetapi unsur-unsur ideasional hidup secara
berdampingan dengan yang inderawi, sebagai suatu perspektif yang
saling berlawanan, tidak seperti tipe Kebudayaan Idealistis di atas,
kedua perspektif yang saling berlawanan ini tidak terintegrasi secara
sistematis, kecuali sekedar hidup berdapingan sejajar satu dengan
yang lainnya.

T a h a p p e r k e m b a n g a n m a s y a r a k a t y a n g k e d u a di
gerakan oleh indera manusia dan selanjutnya t a h a p
p e r k e m b a n g a n m a s y a r a k a t y a n g k e t i g a di sebabkan
pada kebenaran dengan cara memalui observasi, penelitian dan
eksperimen, dan dapat di katakan bahwa pada tahap pertama itu
manusia berangan-angan ( t a h a p n o s t a l g i a ), sedangkan tahap
kedua manusia melakukan abstraksi ( t a h a p m e t a f i s i s ) yang
kemudian di lanjukan dengan tahap ketiga yaitu tahap di mana
manusia menundukkan diri pada kenyataan yang obyektif positif
( p o s i t i f - i l m i a h ).

Pada dasarnya, u n l i n e a r t h e o r i e s o f e v o l u t i o n ini mengatakan


bahwa masyarakat dan kebudayaan berkekmbang mulai dari tahap permulaan
sampai ke tahap sempurna, dan kedalam teori ini juga di masukkan teori yang
mengatakan bahwa perkembangan masyarakat bagaikan suatu lingkaran, dan
sebagai suatu bentuk lingkaran, maka ada t a h a p a n p e r u b a h a n y a n g
dapat terjadi secara berulang kali ( cyclical theories ).

- Universal Theory of Evolution yang mengatakan bahwa


perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap yang tetap, di
kemukakan oleh penganut teori ini bahwa kebudayaan manusia telah mengikuti
suatu garis evolusi tertentu.

Perkembangan masyarakat menurut teori ini secara singkat mengatakan bahwa


perkembangan manusia berasal dari kelompok yang homogen menuju ke
kelompok heterogen.

- Multilineal Theories of Evolution yang menekankan pada


pene-litian-penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan yang tertentu dalam
evolusi masyarakat seperti misalnya mengadakan penelitian mengenai pengaruh
perubahan sistem berburu ke sistem pertanian terhadap sistem kekeluargaan
dalam masyarakat yang bersangkutan.

Pola Perubahan Sosial


13

Dewasa ini agak sulit untuk dapat menentukan apakah suatu masyarakat akan
berkembang melalui tahap-tahap tertentu, dan juga agak sukar untuk dapat
memastikan bahwa dalam perkembangannya suatu masyarakat sudah memasuki tahap
yang mana, di samping itu agak sukar juga untuk dapat menentukan ke arah mana
suatu masyarakat akan berkembang, oleh karena kesulitan seperti itulah maka para
sosiolog sudah meninggalkan teori evolusi ini dan kemudian mereka menciptakan
teori neo-evolusionerisme seperti di uraikan di atas.

Perubahan yang terjadi biasanya dapat diketahui karena adanya perbandingan antara
keadaan dan pola masyarakat yang dulu dengan yang sekarang, dan contoh yang jelas
misalnya pola pemukiman penduduk, karena dulu manusia hidup secara nomaden
( pindah dari satu tempat ke tempat lainnya tanpa tempat tinggal yang menetap ) , dan
sekarang menetap, perubahan ini terjadi dalam jangka waktu yang lama sekali, dan
perubahan ini akan mempengaruhi sistem sosial dalam suatu masyarakat tertentu.

B. D i f u s i .

Secara umum pengertian d i f u s i adalah suatu proses yang menyebarkan inovasi


atau penemuan ke seluruh lapisan masyarakat atau ke dalam satu bagian atau satu
masyarakat pada masyarakat lainnya.

Menurut p e n d e k a t a n a n t r o p o l o g i s , d i f u s i mengacu pada penyebaran


unsur-unsur atau ciri-ciri dari satu kebudayaan ke kebudayaan lainnya, namun ada
antropolog yang membantah pendekatan ini, seperti pendapat Malinowski yang
mengatakan bahwa d i f u s i tidak akan dapat di pelajari kecuali jika kita mengambil
sistem organisasi atau institusi sebagai unit-unit yang di sebarkan di bandingkan ciri-
ciri atau kompleks ciri-ciri kebudayaan.

Pendapat lain yang lebih umum lagi mengatakan bahwa difusi adalah
penyebaran dari suatu aspek tertentu dari satu kebudayaan ke kebudayaan lainnya.

Para teoritisi difusi kuno telah membuat pernyataan yang sama yaitu terlalu berlebihan
dengan yang di buat oleh para teoritisi evolusi kuno, dan t e o r i d i f u s i ini muncul
sebagai alternatif bagi teori evolusi, sedangkan G. Elliot Smith dan W.J. Perry
berpendapat bahwa seluruh peradaban kuno lahir sebagai akibat difusi dari ke
budayaan Mesir Kuno, dan pertumbuhan kebudayaan yang tumbuh di Mesir pada saat
itu telah mengakibatkan adanya beberapa perkembangan di bidang pertanian,
matematika, teknologi dan pemerintahan, dan inovasi yang ada di Mesir ini kemudian
berkembang ke seluruh kawasan Laut Tengah dan akhirnya menyebar lebih luas lagi
hingga ke seluruh dunia.

Pola Perubahan Sosial


14

Teori yang mereka kemukakan di dukung oleh adanya bukti-bukti seperti kesamaan
kebudayaan antara masyarakat Mesir Kuno dengan masyarakat yang ada di belahan
bumi bagian barat, bahkan t o t e m i s m e masyarakat Aborijin Australia di katakan
sebagai bentuk kemunduran kebudayaan yang berasal dari Mesir.

Atau dengan kata lain para t e o r i t i s i d i f u s i ini mampu memberikan jawaban dan
dukungan fakta atas teori mereka yang mengatakan bahwa k e b u d a y a a n y a n g
menyebar akan mengalami perubahan selama dalam
penyebarannya.

Teori yang di kemukakan di atas selanjutnya tidak dapat berkembang karena mendapat
koreksi dan tanggapan bahwa dari kenyataan maka fakta yang di kemukakan tidak
dapat di terima, namun demikian t e o r i d i f u s i t e l a h m e m b e r i k a n k o r e k -
si yang tepat bagi para teoritisi evolusi .

Pola perkembangan kebudayaan tidak akan dapat di pahami sebagai suatu deretan
tingkat yang di lalui oleh setiap kebudayaan meskipun kebudayaan itu berada dalam
keterasingan, karena suatu kebudayaan akan berinteraksi dan dengan interaksi itu maka
hal ini akan berperan dalam proses terjadinya perubahan.

Dalam perkembangannya, para antropolog dari generasi baru sangat menekankan pada
pentingnya peranan difusi sebagai pola perubahan masyarakat seperti yang di
kemukakan oleh Kroeber yang mengemukakan bahwa usaha d i f u s i selalu
menimbulkan perubahan bagi kebudayaan yang menerima unsur kebudayaan lain
yang menyebar itu.

Dari pernyataan Kroeber ini terlihat jelas sifat keterbelakangan


k e b u d a y a a n m a r j i n a l yang maksudnya adalah suatu kebudayaan yang berada
jauh dari pusat kebudayaan yang lebih tinggi sehingga akhirnya kurang mendapat
keuntungan dari difusi yang mengakibatkan perkembangannya sangat ketinggalan,
dan di jelaskannya bahwa suatu masyarakat yang relatif terisolasi tidak akan pernah
sekaya dan sekompleks masyarakat yang berinteraksi dengan masyarakat lain.

Beberapa antropolog mengemukakan bahwa dari hasil penelitian ternyata 90 % dari


seluruh kebudayaan yang mereka ketahui merupakan suatu hasil difusi, dan pendapat
ini mendekati kebenarannya kalau kita melihat pada masyarakat yang moderen
sekarang ini.

Ralph Linton menyatakan bahwa tidak terhitung jumlah aspek kehidupan dari orang
Amerika yang berasal dari luar negeri seperti pola tempat tidur, piyama, sabun,
payung, mata uang dan lain sebagainya.

Pola Perubahan Sosial


15

P r o s e s d i f u s i dengan jelas sudah mempengaruhi masyarakat yang primitif,


seperti yang di kemukakan oleh Kroeber dengan contoh pipa rokok, seperti kebiasaan
merokok berasal dari Amerika tropis di mana bahan baku tembakau mereka peroleh
dari masyarakat pribumi Amerika yaitu suku Indian, dan dalam perkembangannya
tanaman tembakau ini tersebar ke seluruh Amerika Tengah dan Utara melalui kebia-
saan merokok sigaret maupun pipa rokok di berbagai kalangan penduduk.

Penduduk Eskimo pada akhir abad XIX akhirnya dapat mengenal rokok yang berasal
dari para pedagang yang sering melintasi selat Bering, sedangkan para pedagang
mengenal rokok karena mereka dalam perjalannya sering melintasi benua Eropa dan
Asia dan sumber penyebarannya adalah orang-orang Spanyol yang mereka terima
sebagai hasil kontak penjelajah Spanyol dengan orang Indian Amerika Tropis, jadi
kebudayaan merokok baik yang menggunakan pipa maupun dalam bentuk sigaret
dapat mencapai masyarakat Eskimo setelah melalui proses difusi ke seluruh dunia.

Dengan ungkapan di atas, jelas terlihat bahwa p r o s e s d i f u s i merupakan suatu


pola perubahan yang penting, namun masalahnya sekarang adalah bagaimana caranya
menggunakan konsep difusi selaku peralatan analisis yang artinya masalah teori dan
metode apa yang tercakup dalam studi difusi kebudayaan tersebut.

Masalah utamanya adalah bagaimana caranya untuk menentukan apakah aspek


kebudayaan tertentu merupakan hasil difusi atau hasil inovasi di dalam kebudayaan
tertentu, dan persoalan ini akan menjadi makin rumit berdasarkan kenyataan bahwa
difusi sangat sering menyangkut modifikasi dan perpindahan.

Seperti contoh adalah masyarakat Jepang yang terkenal dengan keinginan mereka
untuk meminjam secara bebas kebudayaan dari luar dan juga mereka cenderung
memberikan corak berdasarkan identitas mereka sendiri pada kebudayaan yang mereka
pinjam itu.

Sejumlah contoh modifikasi di kemukakan oleh Malinowski yang mencatat bahwa


bentrokan dan saling mempengaruhi antara dua kebudayaan
akan menghasilkan kebudayaan baru, dan bahkan benda-benda kebudayaan seperti
perkakas atau peralatan seperti uang akan mengalami perubahan dalam proses
pertemuan antara dua kebudayaan, seperti halnya unsur k e b u d a y a a n m a t e r i i l ,
maka unsur k e b u d a y a a n n o n - m a t e r i i l juga dapat di modifikasi.

Contohnya seperti yang di kemukakan oleh Herskovits dalam uraiannya tentang


sintesis agama Afrika dan Kristen di Brasilia, dimana orang Afrika yang bermigrasi ke
Brasilia membawa serta agama asli mereka, dan keturunan mereka masuk ke agama
Kristen dan mengaku sebagai penganut Katholik.

Masuknya mereka ke agama Kristen tidak menyebabkan mereka menolak agama asli
secara total karena masyarakat negro ini menyamakannya berbagai dewa agama asli
Pola Perubahan Sosial
16

Afrika mereka dengan orang suci Kristen, di samping itu juga di temukan suatu
campuran kepercayaan yang aneh di kalangan orang Brasilia ini.

Karena begitu anehnya sehingga gendang yang terbuat dari kayu yang berlobang saja
harus di baptis, mereka percaya bahwa dengan baptisan itu akan memberikan suatu
kekuatan spiritual kepada gendang mereka sebagaimana gendang ini memberikan
semangat berperang kepada para tentara yang sedang bertempur.

Masalah difusi lain termasuk masalah laju difusi dan faktor-faktor yang berkaitan
dengan variabel sosiokultural yang merintangi atau mempermudah proses difusi,
persoalan ini telah menarik perhatian sosiolog maupun antropolog sehingga kedua
cabang ilmu sosial ini memberikan sumbangan yang berarti kepada pemahaman kita
mengenai d i f u s i ( p e n y e b a r a n ) penemuan baru dan berbagai aspek
kebudayaan lainnya.

Berbeda dengan para teoritisi difusi, maka para teoritisi kuno dari Amerika kurang
membuat pernyataan yang berlebihan mengenai difusi, Sapir dan Wissler contohnya
yang di anggap telah memberikan dasar untuk menentukan status berbagai ciri
kebudayaan secara kronologis, mencoba untuk memusatkan perhatian pada masalah
identifikasi dan menurut penyebaran dari beberapa aspek kebudayaan dalam teori
mereka, seperti contoh, di nyatakan bahwa bahwa c i r i - c i r i k e b u d a y a a n akan
cenderung menjadi semakin kompleks sepanjang waktu.

Karena itu umumnya jika suatu kebudayaan makin tua maka ciri-ciri kebudayaannya
akan cenderung menjadi makin sederhana, meskipun pendekatan di atas bisa di terima
secara logika, namun untuk pembuktiannya sangat terbatas.

D i f u s i dari pusat menuju ke kawasan pinggiran secara tersirat menyatakan bahwa


route perjalanan yang di tempuhnya adalah secara langsung, pernyataan ini berbeda
dengan pendapat Kroeber yang di misalkan dengan penyebaran pipa rokok di mana
aspek-aspek kebudayaan kadang-kadang mengambil route penyebaran yang melingkar
dan tidak langsung, namun teori yang menyatakan bahwa rangkaian perkembangan
kebudayaan dari bentuk sederhana ke bentuk yang kompleks ini tidak selalu dapat di
pertahankan.

Namun demikian pendapat Sapir dan Wissler ini telah memberikan petunjuk yang
lebih berguna di bandingkan dengan teori yang di kemukakan oleh Smith dan Perry
di atas, dan masalah penting terakhir yang perlu di perhatikan adalah bahwa
proses difusi ini sering merupakan suatu kejadian yang
timbal-balik.

Seperti telah di nyatakan di atas, bahwa banyak di antara aspek kebudayaan Amerika
yang merupakan hasil d i f u s i dari kebudayaan lain, dan agaknya hanya sedikit orang
yang menyadari seberapa jauh kebudayaan Amerika dan kebudayaan lain telah di
Pola Perubahan Sosial
17

pengaruhi oleh kebudayaan kaum pribumi ( penduduk asli Amerika adalah suku
Indian ), sedangkan kebudayaan Indian sendiri secara jelas juga telah di pengaruhi oleh
kebudayaan Eropa.

Beals menerangkan bahwa :

" ... tanaman yang di budidayakan oleh orang-orang Indian telah


merupakan penyediaan bagi hampir saparuh pemasukan bagi
makanan dunia, di antaranya kentang, jagung, buncis, labu, dan di
antara obat-obatan dan perangsang, tembakau adalah bahan baku
yang paling banyak tersebar semula berasal dari Amerika, di samping
itu kain katun yang di gunakan sekarang pada dasarnya berasal dari
species yang di budidayakan oleh suku Indian Amerika ... ", di samping
itu, suku Indian Amerika ini juga mempengaruhi kandungan literatur
Amerika seperti tercermin dalam karya klasik Hiawatha dan sebagai-
nya.

D i f u s i jarang merupakan proses satu arah, bahkan ketika dua kebudayaan yang
bersangkutan berada pada tingkat perkembangan ekonomi yang berbeda dan ketika
satu masyarakat berada dalam keadaan yang relatif lebih lemah terhadap masyarakat
lain.

Unsur-unsur difusi ( penyebaran ) ide-ide baru ialah :

- inovasi yang
- di komunikasikan melalui saluran tertentu
- dalam jangka waktu yang tertentu pula, kepada ;
- anggota dari suatu sistem sosial.

Unsur waktu merupakan suatu unsur yang membedakan difusi dan tipe riset
komunikasi lainnya, seperti yang telah di kemukakan di atas bahwa riset difusi hanya
berkenaan dengan pesan-pesan yang berupa ide baru, karena pada dasarnya difusi ialah
suatu bentuk khusus dari komunikasi yang merupakan suatu proses di mana inovasi
tersebar kepada anggota dari suatu sistem sosial.

P e n g k a j i a n d i f u s i adalah suatu t e l a a h t e n t a n g p e s a n - p e s a n y a n g
b e r u p a g a g a s a n b a r u , sedangkan p e n g k a j i a n k o m u n i k a s i meliputi
t e l a a h t e r h a d a p s e m u a b e n t u k p e s a n , dan di dalam difusi ini, karena
pesan-pesan yang di sampaikan itu merupakan suatu hal yang baru maka hal ini akan
menimbulkan suatu resiko ( dampak ) bagi penerima pesan.

Hal ini akan berarti bahwa ada perbedaan tingkah laku dalam kasus penerimaan
inovasi jika di bandingkan dengan si penerima menerima suatu pesan yang biasa.
Pola Perubahan Sosial
18

Sering di bedakan antara sifat riset difusi dengan riet-riset komunikasi lainnya, karena
dalam riset komunikasi kita sering mengarahkan perhatian pada usaha-usaha untuk
merubah pengetahuan atau sikap dengan merubah bentuk sumber, pesan, saluran atau
penerimaan dalam proses komunikasi, tetapi dalam riset difusi kita biasanya lebih
memusatkan perhatian pada terjadinya perubahan tingkah laku yang kelihatan yaitu
menerima atau menolak ide-ide baru daripada hanya sekedar perubahan dalam
pengetahuan dan sikap saja.

Pengetahuan dan sikap sebagai hasil kampanye difusi hanya di anggap sebagai langkah
perantara dalam proses pengambilan keputusan oleh seseorang yang akhirnya akan
mengakibatkan perubahan pada tingkah laku.

Pada hakekatnya ke empat unsur difusi itu sama dengan unsur pokok dalam model
komunikasi pada umumnya, hal ini di buktikan dengan para penerima atau anggota
suatu sistem sosial.

Saluran yaitu alat atau media di mana inovasi itu akan di sebarkan, pesan-pesan yang
berupa inovasi atau ide baru, sumber-sumber yang maksudnya adalah sumber inovasi
yaitu para penemu ( ilmuwan, agan pembaharu, dan lain sebagainya ), dan akibat yang
berupa perubahan baik yang terjadi dalam bidang pengetahuan, sikap maupun tingkah
laku yang kelihatan ( yaitu menerima atau menolak ) inovasi tersebut.

Penyebaran dan penerimaan suatu inovasi jelas terjadi sepanjang waktu, karena itu,
jika seorang individu mengkomunikasikan sebuah ide baru kepada orang lain dalam
suasana sistem sosial tertentu, maka disitu akan terjadi penerimaan atau penolakan
oleh individu yang menjadi obyek.

Jika seseorang menerima suatu i n o v a s i , menurut Roger, biasanya ia akan melewati


beberapa tahap yaitu :

-Menyadari.
-Tertarik.
-Menilai.
-Mencoba, dan
-Menerima.

Pola Perubahan Sosial


19

C. T e ori Rost ow.

Berdasarkan penganalisaan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat, maka


Rostow menentukan tingkat tahap perkembangan suatu negara, yang menurutnya,
t a h a p p e r k e m b a n g a n e k o n o m i s u a t u m a s y a r a k a t dapat di bagai
dalam 5 ( lima ) tahap, yaitu :

- Tahap Masyarakat Tradisional ( the traditional


society ).

Pada tahap ini tingkat perekonomian masih tergantung pada pertanian, dan
harapan masa depan sangat suram, tidak ada pikiran atau kegiatan untuk
kemajuan, pengetahuan teknik rendah, tiada pembagian kerja, produktivitas
rendah, tidak ada usaha pemikiran menaklukan kekuatan alam, selain itu,
kondisi sosial yang ada pada saat itu juga terjadi secara turun temurun ( gerak
vertikal tidak mungkin ).

- Tahap Peralihan Masyarakat ( the preconditions


for take off ).

Pada tahap ini masyarakat mulai menggunakan manfaat ilmu pengetahuan dan
teknologi di sektor agraris, dan industri.

Fungsi pendidikan sudah mulai mendapat penghargaan dan juga mulai di


bentuk lembaga-lembaga perekonomian di samping perubahan dalam cara
berproduksi yang menjadi lebih teknis, pembagian kerja yang rasional,
peningkatan produktivitas dan usaha menabung untuk tujuan investasi sudah
mulai di kenal.

Kelas-kelas sosial baru mulai timbul memimpin yang pada umumnya berasal
dari golongan yang memiliki kekayaan dan kesempatan memperoleh
pendidikan yang relatif lebih baik.

Kebijaksanaan pembangunan mulai terorganisir dengan menggunakan sistem


sentralisasi, dan tahap ini di Eropa mulai pada akhir abad XVII - XVIII yang di
tandai pula oleh sikap nasionalisme yang mulai mengendap.

Pola Perubahan Sosial


20

- Tahap Masyarakat Take-Off.

Seperti halnya p e r i s t i w a t a k e - o f f y a n g t e r j a d i p a d a p e s a w a t
t e r b a n g , maka terdapat beberapa hal yang kritis dan sangat menentukan,
demikian pula halnya yang terjadi dalam masyarakat yang pada tahap ini
mengalami saat kritis dan sangat menentukan apakah mereka berhasil dalam
mencapai usaha peningkatan ekonomi yang mandiri, di samping itu perlu di
sadari bahwa proses ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama.

Dalam tahap ini, masyarakat mulai moderen, akumulasi dari social overland
capital mulai meningkat antara lain yang berbentuk jalan raya, rumah sakit,
sistem pengairan, dan pengembangan teknologi pertanian, pada tingkat ini
posisi investasi berada di sekitar 10 % dari nasional / regional income, dan
pekerjaan profesional, industri baru mulai berkembang dengan cepat.

Pada tahap ini pendapatan perkapita berkembang dengan mantap tanpa adanya
gangguan inflasi dan devaluasi yang berarti serta tingkat pengangguran mulai
menurun.

S y a r a t u t a m a u n t u k d a p a t t a k e - o f f adalah :

- peningkatan netto investasi dari 5 % - 10 %.


- adanya prasarana yang baik dalam politik, sosial dan ekonomi.

D a l a m t a h a p t a k e - o f f ini, masalah teknis bukan merupakan suatu


kendala utama, sebab meskipun investasi sudah cukup meningkat dan terdapat
beberapa proyek industri, hal tersebut belumlah menjamin s u k s e s n y a
p r o s e s t a k e - o f f , dan yang harus juga di pertimbangkan antara lain jumlah
dan susunan penduduk, mental perkembangan, agama, adat istiadat, serta faktor
struktur sosial ekonomi.

Proses take-off dalam arti luas berarti masalah sosial-ekonomi, sehingga dalam
keadaan ini sangat di perlukan kehadiran prasarana untuk menciptakan serta
melanjutkan ekonomi yang dapat berdiri sendiri.

- Tahap Masyarakat Berdiri Sendiri ( the drive to


matu-rity ).

Pada tahap ini, perkembangan sudah mencapai suatu tingkat di mana seluruh
sektor produksi di gunakan secara penuh, dan investasi sudah berkisar antara 15
% - 20 % dari pendapatan nasional.

Pola Perubahan Sosial


21

Semua sektor sudah menggunakan metode yang cukup moderen, pendapatan


perkapita melaju cukup tinggi, industri dasar mulai berkembang kearah
pertambangan batu bara, produksi besi baja, industri mesin dan di bidang teknik
terjadi peningkatan mutu, dan proses yang terjadi dalam tahap ini dapat terjadi
dalam kurun waktu sekitar 40 tahun sebelum meningkat ketahap berikutnya.

- Tahap Konsumsi Massa Tingkat Tinggi ( the high


mass con-sumption ).

Dalam tahap ini terdapat perubahan struktur ekonomi dan industri barang ke
industri yang lebih bersifat jasa.

Regional income per kapita mencapai titik di mana setiap konsumen mencapai
kepuasan, kebutuhan masyarakat terpenuhi dan saat ini tercipta suatu keadaan di
mana barang mencari konsumen ( t h e c o n s u m e r s a r e t h e k i n g s ),
di samping itu, terdapat dua pandangan sosiologik untuk perkembangan
masyarakat yang kiranya perlu di perhatikan yaitu :

- t e o r i j u r a n g b u d a y a ( social lag theory ), yang membicarakan


tentang makin besarnya jurang antara kemajuan budaya dan kemajuan
teknik.
- t e o r i o r g a n i c c y c l i s , yaitu perkembangan gejala sosial yang terjadi
secara berulang kali.

D. I n o v a s i .

Suatu kebudayaan atau masyarakat berkembang di mulai dengan p r o s e s i n o v a s i


yaitu suatu pembantukan kebiasaan baru yang di lakukan secara individual dan
kemudian di kembangkan pada anggota masyarakat yang lainnya.

I n o v a s i merupakan suatu mekanisme dari proses belajar dan mempunyai bentuk-


bentuk seperti :

- V a r i a n d i s c o v e r y v a r i a s i , yaitu suatu variasi yang menggambarkan


perubahan sederhana dari masa lalu di bawah pengaruh ( tekanan ) lingkungan
yang berubah secara gradual.

I n v e n t i o n , yaitu suatu inovasi yang terjadi jika melibatkan pemindahan


elemen tingkah laku kebiasaan dari konteks situasi tertentu ke siatuasi yang lain
atau kombinasi elemen yang menuju ke arah sintensa.

Pola Perubahan Sosial


22

Oleh sebab itu, i n o v a s i selalu berkaitan dengan kebudayaan yang telah ada
sebelumnya, karena invention ini selalu berkaitan pada suatu sintesa baru dari
kebiasaan yang lama, dan suatu sintesa tidak akan mungkin terjadi bila unsur
yang tergabung di dalamnya tidak ada dalam perbendaharaan kebudayaan
tersebut, sehingga kita tidak akan menemukan invention yang paralel, hal itu
akan di temukan dalam lingkungan kebudayaan lain.

- T e n t a t i o n , yang hanya mempunyai hubungan kontinuitas dengan unsur-


unsur waktu lampau dan berbeda dengan invention yang semata-mata
mengkombinasikan kembali unsur kebiasaan yang telah ada, dan tentation ini
merupakan hasil mekanisme dari proses perbaikan terhadap suatu uji coba.

T e n t a t i o n ini dapat timbul dalam setiap situasi dan kebiasaan yang tidak lagi
efektif, sehingga mengakibatkan seorang individu akan terdorong untuk
mencoba melakukan bentuk tingkah laku yang lain dalam memecahkan suatu
permasalahan.

- D i f f u s i , yaitu proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu individu


kepada individu lainnya, karena suatu kebudayaan akan senantiasa memperkaya
dirinya dengan berusaha meminjam unsur kebudayaan lain, dan adakalanya
peminjaman ini bersifat vertikal tapi juga dapat bersifat horisontal, dan
seringkali terjadi dalam p r o s e s d i f f u s i ini seluruh masyarakat akan
menerima secara utuh kebudayaan yang baru tetapi juga dapat terjadi hanya
sebagian saja yang menerima dan yang lainnya menolak.

D i f f u s i ini merupakan suatu kelanjutan dari proses sosialisasi yang


menghasilkan tiruan yang adakalanya lebih sempurna dari aslinya.

Yang di maksud dengan i n o v a s i ini adalah suatu gagasan atau suatu barang yang
di anggap baru, dan hal ini juga dapat berarti masalah yang menyangkut tingkah laku
manusia.

Seperti penjelasan tersebut di atas, bahwa menurut pendapat Ogburn, suatu


p e n e m u a n adalah :

“ tidak lain daripada suatu kombinasi baru dari unsur-unsur yang


ada dan sudah di kenal dari kebudayaan material dan non material,
dan suatu penemuan dapat terjadi karena bekerjanya tiga faktor
yaitu kemampuan mental, permintaan akan kombinasi-kombinasi baru
dan adanya unsur-unsur kultural atau landasan kultural “

Pola Perubahan Sosial


23

Penilaian baru atau tidaknya suatu inovasi itu di ukur berdasarkan cara subyektif
menurut pandangan individu yang menerimanya, jika memang ide yang di terimanya
itu di anggap sebagai suatu hal yang baru maka hal itu merupakan inovasi bagi
dirinya, dan pengertian baru dalam ide yang inovatif ini tidaklah berarti harus
merupakan sesuatu yang sama sekali baru, karena suatu inovatif mungkin telah lama
di ketahui oleh seseorang beberapa waktu yang lalu tetapi pada saat itu ia belum
memberikan pendapat yang pasti mengenai hal inovatif itu apakah di sukai atau tidak,
atau apakah bisa di terima atau tidak.

Setiap ide / gagasan pernah menjadi inovasi, dan setiap inovasi itu pasti akan berubah
sejalan dengan perkembangan waktu yang terus berlalu seperti contohnya omputer,
pil KB, sinar laser dan lain sebagainya kemungkinan masih di anggap sebagai inovasi
di beberapa negara, tetapi untuk masyarakat di negara maju sudah merupakan suatu
hal yang biasa dan berlaku juga dalam hal-hal yang berkenaan dengan produk-produk
material, gerakan sosial, ideologi dan lain sebagainya yang di kwalifikasikan sebagai
inovasi, hal tersebut di atas berarti bahwa semua bentuk inovasi tidaklah perlu harus
selalu di sebarkan dan di adopsi.

I n o v a s i yang tidak cocok bagi seseorang atau suatu masyarakat tertentu justru akan
dapat mendatangkan bahaya dan juga mungkin tidak bersifat ekonomis, seperti
contohnya untuk bangsa Indonesia, masuknya i d e o l o g i a s i n g yang berbentuk
Marxisme atau Leninisme akan dapat membahayakan persatuan dan kesatuan
bangsa, selain itu, masuknya teknologi canggih di bidang pertanian harus di sesuaikan
dengan pola penerapan teknologi tepat guna yang di kaitkan dengan masalah lapangan
kerja manusia di daerah pedesaan.

Setiap bentuk inovasi pasti mempunyai komponen ide, tetapi banyak inovasi yang
tidak punya bentuk fisik seperti contoh ideologi, sedangkan bentuk inovasi yang
mempunyai komponen ide dan komponen obyek / phisik misalnya traktor,
insektisida baygon dan sebagainya.

Inovasi yang mempunyai komponen ide saja tidak dapat di adopsi secara phisik,
pengadopsiannya hanyalah berupa keputusan simbolis, sebaliknya inovasi yang punya
komponen ide dan obyek, pengadopsiannya di ikuti dengan keputusan tindakan yang
berupa tingkah laku nyata.

Menurut Roger ada empat unsur penting dalam proses penyebaran dan penerimaan
inovasi yaitu inovasi itu sendiri, komunikasi, sistem sosial tempat terjadinya proses
penyebaran dan penerimaan, aspek waktu, dengan demikian dapat di pahami bahwa
yang di maksud dengan i n o v a s i bisa berupa sejenis mode, gerakan sosial,
bentuk kesenian baru, peralatan baru atau perkembangan teknologi dan sebagainya.

Pola Perubahan Sosial


24

Komunikasi merupakan salah satu inti proses penyebaran inovasi karena


interaksi manusia dalam usaha menyebarkan inovasi kepada orang lain menggunakan
sarana komunikasi, sedangkan komunikasi inovasi dapat terjadi dalam suatu sistem
sosial yang maksudnya adalah sekumpulan individu yang berbeda fungsinya dan
terlibat dalam kegiatan menyelesaikan masalah kolektif.

Pengertian ini berarti bahwa suatu sistem sosial kemungkinan dapat berupa sebuah
suku yang primitif, sekelompok petani di kawasan tertentu atau sekumpulan dokter
pada komunitas tertentu.

Di dalam setiap sistem sosial ini terdapat norma, berbagai status, dan pemimpin yang
kesemuanya mempunyai fungsi yang sama pentingnya dalam memahami nasib
inovasi di dalam sistem sosial bersangkutan.

P e n y e b a r a n dan p e n e r i m a a n i n o v a s i dapat terjadi sepanjang waktu,


karena itu jika seseorang individu mengkomunikasikan sebuah ide baru kepada orang
lain dalam suasana sistem sosial tertentu, maka di situ akan terjadi penerimaan atau
penolakan oleh individu lainnya, dan jika inovasi yang di sampaikan ini di terima,
biasanya akan melalui l i m a t a h a p a n yaitu menyadari, tertarik,
menilai, mencoba, dan menerima.

Menurut Roger dalam suatu p r o s e s t r a n s f o r m a s i i n o v a s i , maka penerima


inovasi akan memperhitungkan faktor-faktor :

- Keuntungan relatif dari inovasi itu.


- Kecocokan inovasi baru itu dengan nilai-nilai dan kebutuhan yang ada.
- Laju penerimaan inovasi akan di pengaruhi oleh bayangan tentang rumit dan
akibat yang di timbulkan.
- Inovasi baru itu kurang lebih dapat di terima berdasarkan pada pemikiran
untuk " mencoba " hal yang baru.
- Laju penerimaan inovasi di pengaruhi oleh kemungkinan proses komunikasi,
semakin lengkap dan mudah penjelasan tentang inovasi baru itu dapat di terima
maka kemungkinan di terimanya inovasi itu akan makin besar.

Selain itu, ada a k u l t u r a s i yaitu suatu kegiatan lalu lintas budaya yang
memungkinkan suatu budaya asing atau berlainan mengadakan hubungan sehingga
unsur budaya asing tersebut secara lambat laun di terima tanpa menghilangkan ke
pribadian dari budaya yang asli atau bahkan kedua budaya tersebut ( yang asing dan
yang asli ) sama-sama mengalami perubahan.

Adakalanya dalam proses akulturasi ini, suatu masyarakat langsung meninggalkan


kebudayaannya yang lama dan menerima kebudayaan yang baru.

Antara d i f f u s i dan a k u l t u r a s i ini terdapat p e r s a m a a n yaitu sama-sama


membutuhkan kontak dengan pihak luar, dan juga terdapat p e r b e d a a n n y a ,
Pola Perubahan Sosial
25

yaitu jika di dalam d i f f u s i tidak di perlukan adanya kontak budaya secara langsung
dan kontinyu sedangkan dalam a k u l t u r a s i di perlukan kontak secara langsung dan
bersifat kontinyu, di samping itu, terdapat pula a s s i m i l a s i yaitu suatu proses
penyamaan dua kebudayaan yang berbeda, dan masing-masing kebudayaan tersebut
akan saling meresapi sehingga melahirkan suatu kebudayaan yang baru.

- Saluran Komunikasi.

K o m u n i k a s i adalah suatu proses di mana pesan-pesan di operkan dari


suatu sumber kepada sumber yang lain sebagai penerima sumber berita, atau
dengan kata lain komunikasi adalah proses pemindahan ide-ide dari suatu
sumber tertentu dengan tujuan agar dapat merubah tingkah laku si penerima
berita.

S a l u r a n k o m u n i k a s i adalah suatu alat atau sarana yang di gunakan


oleh pembawa berita sehingga pesan-pesan yang di bawanya dapat di
sampaikan kepada penerima dengan baik, seperti penjelasan di atas di
katakan bahwa difusi merupakan bagian dari riset komunikasi yang
berhubungan dengan ide-ide baru.

I n t i d a r i p r o s e s d i f u s i adalah interaksi manusia di mana seseorang


mengkomunikasikan ide-ide baru kepada seseorang atau sekelompok orang
lain, dan pada h a k e k a t n y a , unsur-unsur suatu d i f u s i terdiri dari :

ide-ide baru, seorang sumber berita yang memahami inovasi


atau inovator, seseorang atau sekelompok orang lain yang
menerima inovasi itu dan beberapa bentuk saluran yang di
gunakan sebagai sarana komunikasi yang menghubungkan
sumber berita di maksud di atas.

Sifat hubungan antara inovator dan penerima inovasi di tentukan oleh suatu
kondisi apakah inovator tersebut mau meneruskan inovasi atau ide-ide yang di
milikinya kepada orang lain atau tidak, hal ini akan mempengaruhi apakah
informasi dari inovator akan dapat di miliki oleh orang lain.

Saluran komunikasi yang merupakan sarana penghubung adalah faktor penting


karena saluran ini akan dapat menentukan sikap penerima ide-ide baru untuk
menerima atau menolak inovasi itu.

Pola Perubahan Sosial


26

Biasanya sarana saluran komunikasi yang akan di gunakan di tentukan oleh


inovator dengan memperhatikan faktor-faktor tujuan di adakannya komunikasi
dan bentuk audiens yang akan menerima informasi.

Jika inovator hanya bermaksud untuk menyampaikan suatu inovasi kepada


orang lain, maka sarana yang paling tepat di gunakan adalah media massa
karena dapat lebih cepat dan lebih efisien, terutama jika sasaran penerima
informasi itu berada dalam ruang lingkup yang cukup luas dan banyak, tapi
jika sasaran dari inovator adalah agar dapat mempengaruhi si penerima
informasi maka saluran interpersonal lebih tepat untuk di gunakan, karena itu,
sumber-sumber difusi harus dapat memilih dengan baik saluran komunikasi
sebagai sarana agar tujuan yang ingin di capai dapat berhasil dengan baik.

- Jangka Waktu.

Masalah waktu adalah suatu hal yang perlu di pertimbangkan dengan baik
karena w a k t u merupakan hal yang penting dalam p r o s e s d i f u s i , dan
dimensi waktu akan tampak dalam proses difusi seperti pada :

- proses pengambilan keputusan inovasi ;


- cepat atau lambatnya seseorang dalam menerima inovatif ;
- kecepatan pengadopsian suatu inovasi pada suatu sistem sosial tertentu.

Pengambilan keputusan inovasi adalah suatu proses mental sejak seseorang


mulai mengenal suatu inovasi sampai yang bersangkutan memutuskan untuk
menerima atau menolak inovasi itu, dan ketegasannya dalam keputusan yang di
ambil, dan proses pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak suatu
inovasi itu memerlukan jangka waktu yang relatif berbeda antara penerima
yang satu dengan penerima yang lain.

Masa pengambilan suatu keputusan adalah suatu jangka waktu yang di


perlukan untuk menyelesaikan seluruh proses pengambilan keputusan inovasi
dan keputusan inovasi itu bagi inovator dapat berbentuk negatif yaitu
penolakan atau positif atau di terima.

Tahap terakhir dalam proses keputusan inovasi adalah suatu pengukuhan atau
konfirmasi yang merupakan suatu tahap di mana penerima inovasi menyatakan
ketegasannya dalam menerima atau menolak inovasi tersebut, dan pada tahap
ini biasanya suatu keputusan yang sudah di ambil sebelumnya dapat berubah
jika yang bersangkutan memperoleh informasi yang bertentangan.

Pola Perubahan Sosial


27

Keaktifan seseorang dalam menerima inovasi adalah tingkat di mana seseorang


secara relatif dapat lebih awal dalam mengadopsi ide-ide baru daripada
anggota sistem sosialnya yang lain, jika seseorang membuat suatu konfirmasi
mengenai menerima atau tidak suatu inovasi dalam waktu yang relatif cukup
lama di bandingkan dengan yang lainnya, maka yang bersangkutan di sebut
sebagai kurang inovatif dari rata-rata anggota sistem sosial lain dan hal ini di
istilahkan dengan m a y o r i t a s a k h i r untuk lebih memperjelas pengertian.

Dengan istilah di atas berarti kita mengkategorikan atau menggolong-


golongkan p e n e r i m a i n o v a s i ( a d o p t e r ) , dan dari penelitian
tentang difusi menunjukkan bahwa setiap kategori adopter mempunyai
pengertian yang luas, seperti pengertian orang-orang yang di kategorikan
sebagai m a y o r i t a s a k h i r mempunyai ciri status sosialnya berbeda
dengan rata-rata anggota sistem sosial lainnya, jarang berhadapan atau
berkomunikasi dengan media massa dan sebagian dari ide-ide baru yang di
milikinya di peroleh melalui rekan-rekan dekatnya dengan memanfaatkan
sarana pendekatan interpersonil.

Pola Perubahan Sosial

Anda mungkin juga menyukai