Pada dasarnya, jika di amati dengan seksama, setiap perubahan sosial itu di sebabkan
karena adanya perkembangan ilmu pengetahuan ( di mulai pada abad ke XVII ) yang
menghasilkan berbagai mesin termasuk mesin industri yang di mulai pada mesin untuk
industri di rumah sampai pada mesin industri perkotaaan.
Akibat adanya berbagai kemajuan di bidang pengetahuan dan teknologi ini telah
menghasilkan perubahan pada cara berpikir dan cara bekerja individu termasuk perubahan
pada cara hidup sehari-hari, dan khusus di kalangan para antropolog, dalam setiap
perubahan sosial terdapat 3 ( tiga ) pola yang di anggap sangat penting yaitu evolusi,
diffusi dan akulturasi .
Landasan dari ketiga pola tersebut adalah adanya penemuan atau inovasi yang
merupakan faktor paling menentukan dalam suatu pertumbuhan kebudayaan dalam arti
bahwa penemuan atau inovasi tersebut dapat berupa penemuan sesuatu yang baru
atau secara atimologis berarti menerima sesuatu yang baru.
Menurut Kroeber, kebutuhan dan faktor kebetulan sangat kecil sekali peranannya dalam
menghasilkan suatu penemuan atau inovasi, karena sumber terbesar dari adanya
penemuan atau inovasi ini adalah karena faktor permai nan dorongan hati
( impulse ) , seperti contoh, penemuan di bidang ilmu dan kesenian adalah hasil
peningkatan penelitian pancaindera dan aktivitas rasa keindahan seseorang ( yang dewasa )
yang menyerupai permainan dalam kehidupan anak kecil atau binatang mamalia.
Barnett sendiri mengatakan bahwa suatu penemuan atau inovasi adalah suatu
yang biasa di kalangan manusia, karena setiap individu pada dasarnya adalah penemu,
meskipun kecenderungan dan kemampuan individu untuk menyimpang dari batas-batas
normal penyimpangan yang dapat di terima sangat berbeda.
Bahan yang di gunakan oleh seorang penemu atau pencipta berasal dari 2 ( dua ) sumber
yaitu kebudayaannya sendiri dan aspek-aspek pengalamannya sendiri yang tidak di buat-
buat seperti sifat dan ciri-ciri phisik dan mentalnya sendiri, jadi dalam hal ini faktor
internal maupun eksternal sangat membantu untuk menerangkan perbedaan di
kalangan individu berkenaan dengan aktivitas penemuan ini, secara khusus, Barnett
memberikan penekanan khusus pada aspek psikologis dari penemuan dan memperlakukan
suasana kebudayaan sebagai kerangka tempat berlakunya faktor psikologis, dan juga di
tekankan pula bahwa suatu penemuan adalah dasar bagi perubahan sosial, dan dalam hal
penekanan pada penemuan atau inovasi ini, kita dapat melihat bagaimana
perbedaan pandangan antara seorang antropolog dengan sosiolog.
2
Selain itu, seorang sosiolog lebih menekankan pada pendekatan makro dengan mempelajari
berbagai fenomena yang terjadi seperti perubahan institusional sepanjang waktu, dan
seorang sosiolog cenderung memusatkan perhatian pada konflik antar kelompok sebagai
faktor penyebab suatu perubahan.
Adanya penemuan atau inovasi ini dapat mengakibatkan adanya konflik, tetapi juga
dapat menimbulkan proses kumulatif dengan menambahkan dan menyatukan unsur-
unsur temuan baru itu ke dalam pola kebudayaan lama, dan menurut pandangan seorang
sosiolog, tidak semua inovasi dapat menimbulkan perubahan, seperti contoh pada
penemuan baru alat-alat permainan untuk anak-anak atau model suatu mobil, yang mungkin
saja berarti perubahan pada pola kebudayaan, namun temuan atau inovasi tersebut sangat
kecil pengaruhnya atau mungkin juga tidak berpengaruh sama sekali terhadap pola interaksi
atau bagi struktur antar hubungan manusia.
A. E v o l u s i .
Pada akhir abad XIX para antropolog sosial mengidentifikasikan evolusi ini
menurut pola perkembangan kehidupan kebudayaan mulai dari bentuk yang paling
rendah sampai kebentuk yang lebih tinggi, pola ini di tandai oleh sederetan tingkatan
yang beruntun, dan tugas antropol og adalah mengidentifikasi tingkatan tersebut,
oleh karena itu nntropolog Lewis H. Morgan adalah orang pertama yang
menerapkan ide evolusi pada perkembangan sosial setelah menelusuri evolusi
Dan perhatian Morgan di tujukan untuk dapat membuat suatu kategori tentang
masyarakat menurut perbedaan ciri-ciri sosial yang di miliki bersama oleh para
anggotanya pada tingkat organisasi sosial tertentu dan untuk memperhatikan urutan
perkembangan dari setiap tipe organisasi itu, dan berbeda dengan para antropolog
lain, Morgan menyadari bahwa penyebaran ( diffusi ) unsur-unsur dari
kebudayaan lain dapat mengganggu urutan perkembangan dan mengubah kebudayaan
tertentu.
Melalui mekanisme komunikasi, dan dengan adanya penemuan yang makin maju di
berbagai bidang jenis peralatan dan persenjataan, maka terjadilah kemajuan
kebudayaan dari tahap kekejaman menuju ketahap peradaban.
Inti teori evolusi kuno menyatakan bahwa bentuk organisasi sosial yang paling
primitif adalah kekeluargaan matrilinial, bentuk kekeluargaan matrilinial ini
menghasilkan bentuk kekeluargaan patrilinial dan patriarkhat yang di sebabkan
karena laki-laki menjadi dominan, akhirnya garis keturunan bilateral dan keluarga
batih muncul kepuncak evolusi, dan aspek evolusi kebudayaan ini nampak
sedemikian logis dan sangat sesuai dengan seluruh fakta yang di ketahui dan benar-
benar dapat di terima oleh seluruh ahli ilmu sosial hingga akhir abad ke XIX.
Pemikiran evolusi kuno menurut garis lurus ini mengalami kemunduran di awal
abad XX, dan pemikiran ini mendapat tanggapan hampir dari semua aspek, dan
sebagian besar kritikan itu menyangkut perbedaan antara teori dan pengetahuan yang
terhimpun mengenai masyarakat primitif.
Pemikiran evolusi baru yang muncul setelah teori evolusi kuno hancur
karena banyak kritikan mengurangi mitos bahwa perkembangan kebudayaan itu
berdasarkan suatu garis lurus, sedangkan pemikiran evolusi yang baru merupakan
Pola Perubahan Sosial
4
suatu upaya untuk mensintesiskan pemikiran ahli evolusi kuno dengan pemikiran
ahli diffusi dan fungsional yang muncul kemudian.
Para ahli diffusi menekankan pada sifat mobilitas berbagai unsur kebudayaan dan
mencoba mengetahui bagaimana caranya berbagai unsur yang membentuk suatu
kebudayaan tertentu dapat menjadi satu, sedangkan pemikiran ahli fungsional
menekankan pada adanya saling ketergantungan antara unsur-unsur kebudayaan dan
hubungan dari masing-masing unsur sehingga menjadi suatu keseluruhan yang berarti,
pemikiran fungsional ini sama seperti pandangan fungsionalisme sosiologis yang
tidak mampu untuk menerangkan dengan tepat masalah perubahan secara memadai.
Perubahan kwalitatif yang utama adalah dengan terjadinya perubahan dari bagian-
bagian yang sebelumnya tidak terspesialisasikan menjadi suatu kebudayaan yang
berfungsi atas dasar bagian-bagian yang terspesialisasi, artinya adanya perubahan dari
masyarakat yang bercirikan berburu dan pengumpul makanan menjadi bentuk
masyarakat baru yang lebih kompleks cirinya.
Proses ini bisa berlanjut karena sifat simbolis kebudayaan memungkinkannya dapat
dengan mudah di teruskan dari individu yang satu ke lainnya dan dari satu generasi ke
generasi lain yang selanjutnya, dan akumulatif berarti bahwa unsur-unsur baru
akan secara terus menerus di tambahkan pada kebudayaan yang ada.
Pendapat dari White di atas akan lebih jelas lagi dapat di pahami dengan melihat
bahasannya mengenai penemuan atau inovasi yang di jelaskan bahwa :
Inovasi adalah ide yang baru , jadi suatu inovasi kemungkinan dapat berupa
sejenis mode, gerakan sosial, bentuk-bentuk tarian, peralatan baru atau juga dapat
berupa hasil dari suatu perkembangan teknologi.
Tiap inovasi adalah suatu ide atau konstelasi ide , yang menurut kodratnya
hanya dalam organisasi sentral, dalam tata pikir yang bersifat rohaniah, dan akhirnya,
inovasi ini akan tampak dengan nyata jika telah menjadi bentuk tindakan atau suatu
barang yang merupakan konsekuensinya.
Di samping itu ada juga inovasi yang tidak berwujud, hanya berupa ide saja, seperti
ideologi, dan setiap inovasi akan selalu berubah ( berkembang ) sesuai dengan
perkembangan jaman.
Suatu inovasi sangat di perlukan bagi manusia, terutama bagi masyarakat yang
berada di negara berkembang, karena penemuan-penemuan baru yang lebih baik lagi
kwalitasnya akan memberikan peningkatan mutu hidup dan kesejahteraan umat
manusia.
Lebih penting lagi bila perkembangan kebudayaan telah mencapai titik tersebut maka
unsur kebudayaan baru itu akan muncul terlepas dari keinginan manusia, atau dengan
kata lain dapat di katakan bahwa perkembangan kebudayaan merupakan suatu proses
yang berlangsung dengan sendirinya dalam arti terlepas dari individu tertentu
termasuk individu yang kita anggap kreatif, karena itu munculnya suatu penemuan
tidak tergantung pada seorang individu secara khusus.
Meskipun manusia pada dasarnya sama di lihat dari sudut intelejensia dan susunan
biologisnya, namun kebudayaan telah tumbuh menurut deret hitung dan pertumbuhan
ini harus di pahami menurut sifat kebudayaan itu sendiri bukan menurut aktifitas
manusia tertentu.
Meskipun ke dua proses itu terjadi secara serentak namun perlu di sadari bahwa
perubahan kebudayaan harus di lihat dari salah satu di antara ke dua sudut pandangan
tersebut, dan kita dapat menganalisa suatu perubahan menurut kemampuan
menyesuaikan diri ( adaptasi ) atau menurut kemajuan umum, seperti contoh
analisa evolusi umum yang di kemukakan oleh Sahlin dan Service ialah tentang
peperangan .
Menurut kita dapat melihat uraian tentang peperangan yang berbeda antara kelompok
yang berbeda, seperti perbedaan antara Indian di dataran rendah dan Indian Iroquois
di utara negara bagian New York, dan dari penelitian di temukan bahwa tipe
peperangannya adalah bentuk penyesuaian diri dengan keadaan khusus, dan di lihat
dari sudut pandangan evolusi umum, kita akan menemukan tingkat-tingkat perkem-
bangan menyeluruh dari tipe peperangan.
Dari uraian di atas dapat di katakan bahwa sebenarnya di dalam istilah evolusi
mengandung juga pengertian nilai, dan istilah evolusi ini tidak hanya di maksudkan
sebagai suatu perubahan ke arah tujuan tertentu, tetapi sekaligus tujuan itu di anggap
sebagai lebih tinggi dan lebih utama.
Dalam beberapa hal bentuk di atas menjadi lebih otonom kepada lingkungannya di
bandingkan dengan kemampuan adaptasi yang kurang kompleks dari pendahulu-
pendahulunya, dan hal ini bukan berarti bahwa evolusi merupakan suatu hal yang
tidak bisa di hindari atau merupakan bentuk-bentuk yang lebih sederhana, yang mau
tidak mau harus punah.
• Umat manusia adalah bagian dari alam dan bekerja sesuai dengan hukum alam
pula.
• Hukum alam yang menguasai semua perkembangan dan tidak akan mengalami
perubahan sepanjang jaman.
• Proses alamiah itu bergerak secara progresif dari yang sederhana menuju ke
arah yang lebih kompleks yaitu dari yang tidak terorganisir menuju ke arah
terorganisir dengan baik.
• Manusia di seluruh dunia mempunyai potensi yang sama, akan tetapi berbeda
secara fundamental dalam perkembangan kuantitatif mengenai intelegensia dan
pengalamannya.
Di lihat dari sudut pandangan teori evolusi ini bahwa manusia yang masih
sederhana kebudayaannya dan manusia yang sudah berkebudayaan kompleks tidak
berbeda secara kualitatif, hanya berbeda secara gradual, terutama dalam alam
pikirannya, dan perbedaan yang terjadi tersebut di sebabkan oleh pengembangan yang
lebih intensif dari potensi mental dan intelegensi, dan berdasarkan pada empat
anggapan dasar di atas maka kaum evolusi kebudayaan akan dapat melihat
perkembangan evolusi bergerak dalam setiap aspek kebudayaan.
Termasuk dalam pengembangan dari teori ini adalah pendapat dari Vilfredo
Pareto mengenai Cyclical Theories yang maksudnya bahwa :
Di samping itu Pitirim Sorokin juga mendukung teori ini yang mengemukakan
teori dinamika sosial dan kebudayaan, maksudnya adalah bahwa :
1. Kebudayaan Ideasional.
Dunia ini di lihat sebagai suatu ilusi, sementara, dan tergantung pada dunia
transenden, atau sebagai aspek kenyataan yang tidak sempurna dan tidak
lengkap, kenyataan akhir merupakan dunia Allah atau nirwana, atau suatu
konsepsi lainnya mengenai ada yang kekal dan tidak materill.
Tipe ini di dasarkan pada pemikiran pokok bahwa dunia materiil yang kita
alami melalui indera kita merupakan satu-satunya kenyataan yang ada.
3. Kebudayaan Campuran.
T a h a p p e r k e m b a n g a n m a s y a r a k a t y a n g k e d u a di
gerakan oleh indera manusia dan selanjutnya t a h a p
p e r k e m b a n g a n m a s y a r a k a t y a n g k e t i g a di sebabkan
pada kebenaran dengan cara memalui observasi, penelitian dan
eksperimen, dan dapat di katakan bahwa pada tahap pertama itu
manusia berangan-angan ( t a h a p n o s t a l g i a ), sedangkan tahap
kedua manusia melakukan abstraksi ( t a h a p m e t a f i s i s ) yang
kemudian di lanjukan dengan tahap ketiga yaitu tahap di mana
manusia menundukkan diri pada kenyataan yang obyektif positif
( p o s i t i f - i l m i a h ).
Dewasa ini agak sulit untuk dapat menentukan apakah suatu masyarakat akan
berkembang melalui tahap-tahap tertentu, dan juga agak sukar untuk dapat
memastikan bahwa dalam perkembangannya suatu masyarakat sudah memasuki tahap
yang mana, di samping itu agak sukar juga untuk dapat menentukan ke arah mana
suatu masyarakat akan berkembang, oleh karena kesulitan seperti itulah maka para
sosiolog sudah meninggalkan teori evolusi ini dan kemudian mereka menciptakan
teori neo-evolusionerisme seperti di uraikan di atas.
Perubahan yang terjadi biasanya dapat diketahui karena adanya perbandingan antara
keadaan dan pola masyarakat yang dulu dengan yang sekarang, dan contoh yang jelas
misalnya pola pemukiman penduduk, karena dulu manusia hidup secara nomaden
( pindah dari satu tempat ke tempat lainnya tanpa tempat tinggal yang menetap ) , dan
sekarang menetap, perubahan ini terjadi dalam jangka waktu yang lama sekali, dan
perubahan ini akan mempengaruhi sistem sosial dalam suatu masyarakat tertentu.
B. D i f u s i .
Pendapat lain yang lebih umum lagi mengatakan bahwa difusi adalah
penyebaran dari suatu aspek tertentu dari satu kebudayaan ke kebudayaan lainnya.
Para teoritisi difusi kuno telah membuat pernyataan yang sama yaitu terlalu berlebihan
dengan yang di buat oleh para teoritisi evolusi kuno, dan t e o r i d i f u s i ini muncul
sebagai alternatif bagi teori evolusi, sedangkan G. Elliot Smith dan W.J. Perry
berpendapat bahwa seluruh peradaban kuno lahir sebagai akibat difusi dari ke
budayaan Mesir Kuno, dan pertumbuhan kebudayaan yang tumbuh di Mesir pada saat
itu telah mengakibatkan adanya beberapa perkembangan di bidang pertanian,
matematika, teknologi dan pemerintahan, dan inovasi yang ada di Mesir ini kemudian
berkembang ke seluruh kawasan Laut Tengah dan akhirnya menyebar lebih luas lagi
hingga ke seluruh dunia.
Teori yang mereka kemukakan di dukung oleh adanya bukti-bukti seperti kesamaan
kebudayaan antara masyarakat Mesir Kuno dengan masyarakat yang ada di belahan
bumi bagian barat, bahkan t o t e m i s m e masyarakat Aborijin Australia di katakan
sebagai bentuk kemunduran kebudayaan yang berasal dari Mesir.
Atau dengan kata lain para t e o r i t i s i d i f u s i ini mampu memberikan jawaban dan
dukungan fakta atas teori mereka yang mengatakan bahwa k e b u d a y a a n y a n g
menyebar akan mengalami perubahan selama dalam
penyebarannya.
Teori yang di kemukakan di atas selanjutnya tidak dapat berkembang karena mendapat
koreksi dan tanggapan bahwa dari kenyataan maka fakta yang di kemukakan tidak
dapat di terima, namun demikian t e o r i d i f u s i t e l a h m e m b e r i k a n k o r e k -
si yang tepat bagi para teoritisi evolusi .
Pola perkembangan kebudayaan tidak akan dapat di pahami sebagai suatu deretan
tingkat yang di lalui oleh setiap kebudayaan meskipun kebudayaan itu berada dalam
keterasingan, karena suatu kebudayaan akan berinteraksi dan dengan interaksi itu maka
hal ini akan berperan dalam proses terjadinya perubahan.
Dalam perkembangannya, para antropolog dari generasi baru sangat menekankan pada
pentingnya peranan difusi sebagai pola perubahan masyarakat seperti yang di
kemukakan oleh Kroeber yang mengemukakan bahwa usaha d i f u s i selalu
menimbulkan perubahan bagi kebudayaan yang menerima unsur kebudayaan lain
yang menyebar itu.
Ralph Linton menyatakan bahwa tidak terhitung jumlah aspek kehidupan dari orang
Amerika yang berasal dari luar negeri seperti pola tempat tidur, piyama, sabun,
payung, mata uang dan lain sebagainya.
Penduduk Eskimo pada akhir abad XIX akhirnya dapat mengenal rokok yang berasal
dari para pedagang yang sering melintasi selat Bering, sedangkan para pedagang
mengenal rokok karena mereka dalam perjalannya sering melintasi benua Eropa dan
Asia dan sumber penyebarannya adalah orang-orang Spanyol yang mereka terima
sebagai hasil kontak penjelajah Spanyol dengan orang Indian Amerika Tropis, jadi
kebudayaan merokok baik yang menggunakan pipa maupun dalam bentuk sigaret
dapat mencapai masyarakat Eskimo setelah melalui proses difusi ke seluruh dunia.
Seperti contoh adalah masyarakat Jepang yang terkenal dengan keinginan mereka
untuk meminjam secara bebas kebudayaan dari luar dan juga mereka cenderung
memberikan corak berdasarkan identitas mereka sendiri pada kebudayaan yang mereka
pinjam itu.
Masuknya mereka ke agama Kristen tidak menyebabkan mereka menolak agama asli
secara total karena masyarakat negro ini menyamakannya berbagai dewa agama asli
Pola Perubahan Sosial
16
Afrika mereka dengan orang suci Kristen, di samping itu juga di temukan suatu
campuran kepercayaan yang aneh di kalangan orang Brasilia ini.
Karena begitu anehnya sehingga gendang yang terbuat dari kayu yang berlobang saja
harus di baptis, mereka percaya bahwa dengan baptisan itu akan memberikan suatu
kekuatan spiritual kepada gendang mereka sebagaimana gendang ini memberikan
semangat berperang kepada para tentara yang sedang bertempur.
Masalah difusi lain termasuk masalah laju difusi dan faktor-faktor yang berkaitan
dengan variabel sosiokultural yang merintangi atau mempermudah proses difusi,
persoalan ini telah menarik perhatian sosiolog maupun antropolog sehingga kedua
cabang ilmu sosial ini memberikan sumbangan yang berarti kepada pemahaman kita
mengenai d i f u s i ( p e n y e b a r a n ) penemuan baru dan berbagai aspek
kebudayaan lainnya.
Berbeda dengan para teoritisi difusi, maka para teoritisi kuno dari Amerika kurang
membuat pernyataan yang berlebihan mengenai difusi, Sapir dan Wissler contohnya
yang di anggap telah memberikan dasar untuk menentukan status berbagai ciri
kebudayaan secara kronologis, mencoba untuk memusatkan perhatian pada masalah
identifikasi dan menurut penyebaran dari beberapa aspek kebudayaan dalam teori
mereka, seperti contoh, di nyatakan bahwa bahwa c i r i - c i r i k e b u d a y a a n akan
cenderung menjadi semakin kompleks sepanjang waktu.
Karena itu umumnya jika suatu kebudayaan makin tua maka ciri-ciri kebudayaannya
akan cenderung menjadi makin sederhana, meskipun pendekatan di atas bisa di terima
secara logika, namun untuk pembuktiannya sangat terbatas.
Namun demikian pendapat Sapir dan Wissler ini telah memberikan petunjuk yang
lebih berguna di bandingkan dengan teori yang di kemukakan oleh Smith dan Perry
di atas, dan masalah penting terakhir yang perlu di perhatikan adalah bahwa
proses difusi ini sering merupakan suatu kejadian yang
timbal-balik.
Seperti telah di nyatakan di atas, bahwa banyak di antara aspek kebudayaan Amerika
yang merupakan hasil d i f u s i dari kebudayaan lain, dan agaknya hanya sedikit orang
yang menyadari seberapa jauh kebudayaan Amerika dan kebudayaan lain telah di
Pola Perubahan Sosial
17
pengaruhi oleh kebudayaan kaum pribumi ( penduduk asli Amerika adalah suku
Indian ), sedangkan kebudayaan Indian sendiri secara jelas juga telah di pengaruhi oleh
kebudayaan Eropa.
D i f u s i jarang merupakan proses satu arah, bahkan ketika dua kebudayaan yang
bersangkutan berada pada tingkat perkembangan ekonomi yang berbeda dan ketika
satu masyarakat berada dalam keadaan yang relatif lebih lemah terhadap masyarakat
lain.
- inovasi yang
- di komunikasikan melalui saluran tertentu
- dalam jangka waktu yang tertentu pula, kepada ;
- anggota dari suatu sistem sosial.
Unsur waktu merupakan suatu unsur yang membedakan difusi dan tipe riset
komunikasi lainnya, seperti yang telah di kemukakan di atas bahwa riset difusi hanya
berkenaan dengan pesan-pesan yang berupa ide baru, karena pada dasarnya difusi ialah
suatu bentuk khusus dari komunikasi yang merupakan suatu proses di mana inovasi
tersebar kepada anggota dari suatu sistem sosial.
P e n g k a j i a n d i f u s i adalah suatu t e l a a h t e n t a n g p e s a n - p e s a n y a n g
b e r u p a g a g a s a n b a r u , sedangkan p e n g k a j i a n k o m u n i k a s i meliputi
t e l a a h t e r h a d a p s e m u a b e n t u k p e s a n , dan di dalam difusi ini, karena
pesan-pesan yang di sampaikan itu merupakan suatu hal yang baru maka hal ini akan
menimbulkan suatu resiko ( dampak ) bagi penerima pesan.
Hal ini akan berarti bahwa ada perbedaan tingkah laku dalam kasus penerimaan
inovasi jika di bandingkan dengan si penerima menerima suatu pesan yang biasa.
Pola Perubahan Sosial
18
Sering di bedakan antara sifat riset difusi dengan riet-riset komunikasi lainnya, karena
dalam riset komunikasi kita sering mengarahkan perhatian pada usaha-usaha untuk
merubah pengetahuan atau sikap dengan merubah bentuk sumber, pesan, saluran atau
penerimaan dalam proses komunikasi, tetapi dalam riset difusi kita biasanya lebih
memusatkan perhatian pada terjadinya perubahan tingkah laku yang kelihatan yaitu
menerima atau menolak ide-ide baru daripada hanya sekedar perubahan dalam
pengetahuan dan sikap saja.
Pengetahuan dan sikap sebagai hasil kampanye difusi hanya di anggap sebagai langkah
perantara dalam proses pengambilan keputusan oleh seseorang yang akhirnya akan
mengakibatkan perubahan pada tingkah laku.
Pada hakekatnya ke empat unsur difusi itu sama dengan unsur pokok dalam model
komunikasi pada umumnya, hal ini di buktikan dengan para penerima atau anggota
suatu sistem sosial.
Saluran yaitu alat atau media di mana inovasi itu akan di sebarkan, pesan-pesan yang
berupa inovasi atau ide baru, sumber-sumber yang maksudnya adalah sumber inovasi
yaitu para penemu ( ilmuwan, agan pembaharu, dan lain sebagainya ), dan akibat yang
berupa perubahan baik yang terjadi dalam bidang pengetahuan, sikap maupun tingkah
laku yang kelihatan ( yaitu menerima atau menolak ) inovasi tersebut.
Penyebaran dan penerimaan suatu inovasi jelas terjadi sepanjang waktu, karena itu,
jika seorang individu mengkomunikasikan sebuah ide baru kepada orang lain dalam
suasana sistem sosial tertentu, maka disitu akan terjadi penerimaan atau penolakan
oleh individu yang menjadi obyek.
-Menyadari.
-Tertarik.
-Menilai.
-Mencoba, dan
-Menerima.
Pada tahap ini tingkat perekonomian masih tergantung pada pertanian, dan
harapan masa depan sangat suram, tidak ada pikiran atau kegiatan untuk
kemajuan, pengetahuan teknik rendah, tiada pembagian kerja, produktivitas
rendah, tidak ada usaha pemikiran menaklukan kekuatan alam, selain itu,
kondisi sosial yang ada pada saat itu juga terjadi secara turun temurun ( gerak
vertikal tidak mungkin ).
Pada tahap ini masyarakat mulai menggunakan manfaat ilmu pengetahuan dan
teknologi di sektor agraris, dan industri.
Kelas-kelas sosial baru mulai timbul memimpin yang pada umumnya berasal
dari golongan yang memiliki kekayaan dan kesempatan memperoleh
pendidikan yang relatif lebih baik.
Seperti halnya p e r i s t i w a t a k e - o f f y a n g t e r j a d i p a d a p e s a w a t
t e r b a n g , maka terdapat beberapa hal yang kritis dan sangat menentukan,
demikian pula halnya yang terjadi dalam masyarakat yang pada tahap ini
mengalami saat kritis dan sangat menentukan apakah mereka berhasil dalam
mencapai usaha peningkatan ekonomi yang mandiri, di samping itu perlu di
sadari bahwa proses ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
Dalam tahap ini, masyarakat mulai moderen, akumulasi dari social overland
capital mulai meningkat antara lain yang berbentuk jalan raya, rumah sakit,
sistem pengairan, dan pengembangan teknologi pertanian, pada tingkat ini
posisi investasi berada di sekitar 10 % dari nasional / regional income, dan
pekerjaan profesional, industri baru mulai berkembang dengan cepat.
Pada tahap ini pendapatan perkapita berkembang dengan mantap tanpa adanya
gangguan inflasi dan devaluasi yang berarti serta tingkat pengangguran mulai
menurun.
S y a r a t u t a m a u n t u k d a p a t t a k e - o f f adalah :
Proses take-off dalam arti luas berarti masalah sosial-ekonomi, sehingga dalam
keadaan ini sangat di perlukan kehadiran prasarana untuk menciptakan serta
melanjutkan ekonomi yang dapat berdiri sendiri.
Pada tahap ini, perkembangan sudah mencapai suatu tingkat di mana seluruh
sektor produksi di gunakan secara penuh, dan investasi sudah berkisar antara 15
% - 20 % dari pendapatan nasional.
Dalam tahap ini terdapat perubahan struktur ekonomi dan industri barang ke
industri yang lebih bersifat jasa.
Regional income per kapita mencapai titik di mana setiap konsumen mencapai
kepuasan, kebutuhan masyarakat terpenuhi dan saat ini tercipta suatu keadaan di
mana barang mencari konsumen ( t h e c o n s u m e r s a r e t h e k i n g s ),
di samping itu, terdapat dua pandangan sosiologik untuk perkembangan
masyarakat yang kiranya perlu di perhatikan yaitu :
D. I n o v a s i .
Oleh sebab itu, i n o v a s i selalu berkaitan dengan kebudayaan yang telah ada
sebelumnya, karena invention ini selalu berkaitan pada suatu sintesa baru dari
kebiasaan yang lama, dan suatu sintesa tidak akan mungkin terjadi bila unsur
yang tergabung di dalamnya tidak ada dalam perbendaharaan kebudayaan
tersebut, sehingga kita tidak akan menemukan invention yang paralel, hal itu
akan di temukan dalam lingkungan kebudayaan lain.
T e n t a t i o n ini dapat timbul dalam setiap situasi dan kebiasaan yang tidak lagi
efektif, sehingga mengakibatkan seorang individu akan terdorong untuk
mencoba melakukan bentuk tingkah laku yang lain dalam memecahkan suatu
permasalahan.
Yang di maksud dengan i n o v a s i ini adalah suatu gagasan atau suatu barang yang
di anggap baru, dan hal ini juga dapat berarti masalah yang menyangkut tingkah laku
manusia.
Penilaian baru atau tidaknya suatu inovasi itu di ukur berdasarkan cara subyektif
menurut pandangan individu yang menerimanya, jika memang ide yang di terimanya
itu di anggap sebagai suatu hal yang baru maka hal itu merupakan inovasi bagi
dirinya, dan pengertian baru dalam ide yang inovatif ini tidaklah berarti harus
merupakan sesuatu yang sama sekali baru, karena suatu inovatif mungkin telah lama
di ketahui oleh seseorang beberapa waktu yang lalu tetapi pada saat itu ia belum
memberikan pendapat yang pasti mengenai hal inovatif itu apakah di sukai atau tidak,
atau apakah bisa di terima atau tidak.
Setiap ide / gagasan pernah menjadi inovasi, dan setiap inovasi itu pasti akan berubah
sejalan dengan perkembangan waktu yang terus berlalu seperti contohnya omputer,
pil KB, sinar laser dan lain sebagainya kemungkinan masih di anggap sebagai inovasi
di beberapa negara, tetapi untuk masyarakat di negara maju sudah merupakan suatu
hal yang biasa dan berlaku juga dalam hal-hal yang berkenaan dengan produk-produk
material, gerakan sosial, ideologi dan lain sebagainya yang di kwalifikasikan sebagai
inovasi, hal tersebut di atas berarti bahwa semua bentuk inovasi tidaklah perlu harus
selalu di sebarkan dan di adopsi.
I n o v a s i yang tidak cocok bagi seseorang atau suatu masyarakat tertentu justru akan
dapat mendatangkan bahaya dan juga mungkin tidak bersifat ekonomis, seperti
contohnya untuk bangsa Indonesia, masuknya i d e o l o g i a s i n g yang berbentuk
Marxisme atau Leninisme akan dapat membahayakan persatuan dan kesatuan
bangsa, selain itu, masuknya teknologi canggih di bidang pertanian harus di sesuaikan
dengan pola penerapan teknologi tepat guna yang di kaitkan dengan masalah lapangan
kerja manusia di daerah pedesaan.
Setiap bentuk inovasi pasti mempunyai komponen ide, tetapi banyak inovasi yang
tidak punya bentuk fisik seperti contoh ideologi, sedangkan bentuk inovasi yang
mempunyai komponen ide dan komponen obyek / phisik misalnya traktor,
insektisida baygon dan sebagainya.
Inovasi yang mempunyai komponen ide saja tidak dapat di adopsi secara phisik,
pengadopsiannya hanyalah berupa keputusan simbolis, sebaliknya inovasi yang punya
komponen ide dan obyek, pengadopsiannya di ikuti dengan keputusan tindakan yang
berupa tingkah laku nyata.
Menurut Roger ada empat unsur penting dalam proses penyebaran dan penerimaan
inovasi yaitu inovasi itu sendiri, komunikasi, sistem sosial tempat terjadinya proses
penyebaran dan penerimaan, aspek waktu, dengan demikian dapat di pahami bahwa
yang di maksud dengan i n o v a s i bisa berupa sejenis mode, gerakan sosial,
bentuk kesenian baru, peralatan baru atau perkembangan teknologi dan sebagainya.
Pengertian ini berarti bahwa suatu sistem sosial kemungkinan dapat berupa sebuah
suku yang primitif, sekelompok petani di kawasan tertentu atau sekumpulan dokter
pada komunitas tertentu.
Di dalam setiap sistem sosial ini terdapat norma, berbagai status, dan pemimpin yang
kesemuanya mempunyai fungsi yang sama pentingnya dalam memahami nasib
inovasi di dalam sistem sosial bersangkutan.
Selain itu, ada a k u l t u r a s i yaitu suatu kegiatan lalu lintas budaya yang
memungkinkan suatu budaya asing atau berlainan mengadakan hubungan sehingga
unsur budaya asing tersebut secara lambat laun di terima tanpa menghilangkan ke
pribadian dari budaya yang asli atau bahkan kedua budaya tersebut ( yang asing dan
yang asli ) sama-sama mengalami perubahan.
yaitu jika di dalam d i f f u s i tidak di perlukan adanya kontak budaya secara langsung
dan kontinyu sedangkan dalam a k u l t u r a s i di perlukan kontak secara langsung dan
bersifat kontinyu, di samping itu, terdapat pula a s s i m i l a s i yaitu suatu proses
penyamaan dua kebudayaan yang berbeda, dan masing-masing kebudayaan tersebut
akan saling meresapi sehingga melahirkan suatu kebudayaan yang baru.
- Saluran Komunikasi.
Sifat hubungan antara inovator dan penerima inovasi di tentukan oleh suatu
kondisi apakah inovator tersebut mau meneruskan inovasi atau ide-ide yang di
milikinya kepada orang lain atau tidak, hal ini akan mempengaruhi apakah
informasi dari inovator akan dapat di miliki oleh orang lain.
- Jangka Waktu.
Masalah waktu adalah suatu hal yang perlu di pertimbangkan dengan baik
karena w a k t u merupakan hal yang penting dalam p r o s e s d i f u s i , dan
dimensi waktu akan tampak dalam proses difusi seperti pada :
Tahap terakhir dalam proses keputusan inovasi adalah suatu pengukuhan atau
konfirmasi yang merupakan suatu tahap di mana penerima inovasi menyatakan
ketegasannya dalam menerima atau menolak inovasi tersebut, dan pada tahap
ini biasanya suatu keputusan yang sudah di ambil sebelumnya dapat berubah
jika yang bersangkutan memperoleh informasi yang bertentangan.