Anda di halaman 1dari 55

KARYA ILMIAH AKHIR

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST PARTUM


DENGAN PENERAPAN KOMPRES DINGIN UNTUK MENGATASI
NYERI AKUT DI RUMAH SAKIT WIYUNG SEJAHTERRA

WIWIK NURUL LAILI


1120022038

DOSEN PEMBIMBING :
Faridah Umamah, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2022
i

ii
KARYA ILMIAH AKHIR

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST PARTUM


DENGAN PENERAPAN KOMPRES DINGIN UNTUK MENGATASI
NYERI AKUT DI RUMAH SAKIT WIYUNG SEJAHTERRA

WIWIK NURUL LAILI


1120022038

DOSEN PEMBIMBING :
Faridah Umamah, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANA
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2022

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Puerperium adalah masa nifas yang dimulai dengan lahirnya

bayi dan keluarnya plasenta dan berakhir pada saat rongga rahim

kembali ke keadaan normal seperti awal sebelum terjadinya

kehamilan. (Ayu Lestari, 2021). Kejadian yang sering ditemukan ialah

robeknya bagian perineum ibu akibat proses persalinan. Dampak yang

ditimbulkan dari nyeri luka perineum pada ibu nifas akan mempengaruhi

terhadap gerakan ibu, kebiasaan makan, ibu menjadi kesulitan beristirahat,

mempengaruhi suasana hati, mengganggu buang air kecil (BAK) dan

buang air besar (BAB), mengganggu aktivitas harian, termasuk perawatan

bayi, menghambat kegiatan dalam rumah tangga, mengurangi interaksi

dengan lingkungan masyarakat, serta menghambat kegiatan berkarir ibu.

Nyeri perineum juga menimbulkan trauma seperti laserasi perineum yang

dapat menyebabkan ketidaknyamanan (Utami & Musyarofah, 2021).

Menurut WHO hampir 90% proses persalinan normal

mengalami luka robekan pada perineum. Luka robekan perineum di

Asia juga merupakan masalah yang cukup banyak terjadi dalam

masyarakat, 50% dari kejadian ruptur perineum di dunia terjadi di

Asia. Prevalensi ibu bersalin yang mengalami luka perineum di Indonesia

pada golongan umur 20-30 tahun yaitu 63% sedangkan pada ibu

bersalin dengan usia 31-39 tahun sebesar 37% (Choirunissa, Suprihatin,

2019). . Jawa Timur ruptur perineum yang dialami ibu bersalin dengan

ii
perdarahan sebanyak 34,62% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur,

2021). Data pasien di Puskesmas Siwalankerto Surabaya dalam satu bulan,

menyebutkan ada 16 ibu post partum datang, sebanyak 8 ibu dilakukan

episiotomy dengan presentasi 2,03% dan belum ditemui kasus komplikasi

yang menyebabkan kematian (Danilo Gomes de Arruda, 2021)

Luka Perineum adalah luka pada daerah muskular yang ditutupi

kulit antar introitus vagina dan anus yang disebabkan oleh robekan karena

persalinan. Selama proses persalinan normal, laserasi perineum dan vagina

dapat disebabkan oleh pengeluaran kepala yang mendadak dan cepat,

ukuran bayi baru lahir yang berlebihan, dan jaringan ibu yang mudah

robek. Pada keadaan lain, laserasi dapat disebabkan oleh kelahiran dengan

forceps yang sulit, ekstraksi bokong, atau kontraksi pintu bawah panggul

yang mendorong kepala ke arah posterior (Choirunissa, Suprihatin, 2019).

Setiap ibu yang telah menjalani proses persalinan dengan luka perineum

akan merasakan nyeri, nyeri yang dirasakan pada setiap ibu dengan luka

perineum menimbulkan dampak yang tidak menyenangkan seperti

kesakitan dan rasa takut untuk bergerak sehingga banyak ibu dengan luka

perineum jarang mau bergerak pasca persalinan sehingga dapat

mengakibatkan banyak masalah diantaranya subinvolusi uterus,

pengeluaran lochea yang tidak lancar, dan perdarahan pascapartum. Ibu

bersalin dengan luka perineum akan mengalami nyeri dan

ketidaknyamanan (S. Susilawati et al., 2020).

Terapi non farmakologi yang dapat diberikan untuk mengurangi

nyeri antara lain TENS, hipnosis, akrupresur, terapi musik, biofeedback,

ii
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat atau

dingin, terapi bermain. Salah satu metode non farmakologi pilihan yang

paling sederhana yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri dan

ketidaknyamanan ibu post partum dengan nyeri luka perineum adalah

dengan pemberian kompres dingin. Kompres dingin merupakan suatu

prosedur menempatkan suatu benda dingin pada tubuh bagian luar.

Dampak fisiologisnya adalah vasokontriksi pada pembuluh darah,

mengurangi rasa nyeri dan menurunkan aktivitas ujung saraf pada

otot-otot (Larasati, 2022). Menurut penelitian yang dilakukan (Larasati,

2022) terapi kompres dingin berpengaruh pada penurunan skala nyeri luka

episiotomi pasien post partum. Dari skala nyeri yang dihasilkan penurunan

skala nyeri menjadi skala nyeri 2.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Partum Dengan

Penerapan Kompres Dingin untuk Mengatasi Nyeri Melahirkan di RS

Wiyung Sejahtera ?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memberikan gambaran asuhan keperawatan pada pasien post

partum dengan penerapan kompres dingin untuk mengatasi nyeri

melahirkan di RS Wiyung Sejahtera.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan gambaran asuhan keperawatan pada pasien post

partum dengan penerapan kompres dingin untuk mengatasi nyeri

ii
melahirkan di RS Wiyung Sejahtera

b. Menganalisis penerapan kompres dingin untuk mengatasi nyeri

melahirkan di RS Wiyung Sejahtera.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Analisis ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perawat

dalam memberikan alternatif terapi non-farmakologi pada pasien yang

mengalami nyeri melahirkan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Melalui hasil analisis ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

dalam pengembangan kurikulum pembelajaran, khususnya dalam

mengembangkan intervensi keperawatan mandiri untuk meningkatkan

asuhan keperawatan pada pasien dengan nyeri melahirkan. Bagi

Penelitian Keperawatan Analisis ini diharapkan dapat memberikan

tambahan pengetahuan dan juga dapat dijadikan sebagai sumber yang

lebih lanjut tentang kompres dingin untuk mengatasi nyeri melahirkan.

3. Bagi Penelitian Keperawatan

Analisis ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan

dan juga dapat dijadikan sebagai sumber yang lebih lanjut tentang

penerapan kompres dingin pada pasien post partum untuk mengatasi

luka perineum .

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

ii
A. Konsep Teori

1. Konsep Dasar Post Partum

a. Definisi

Post partum atau yang biasa disebut sebagai masa nifas

pada ibu pasca melahirkan merupakan periode yang sangat penting

untuk diketahui. Pada fase inilah terjadi beberapa perubahan pada

ibu baik fisiologis maupun psikologis. Periode post partum ialah

masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi

kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini juga

disebut puerperium atau trimester ke empat kehamilan. Perubahan

fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal.

Pada fase ini kita harus mengobservasi perubahan fisiologis dan

psikologis yang terjadi pada ibu untuk mengetahui kemungkinan

masalah yang terjadi pada masa nifas sehingga masalah diketahui

sedini mungkin untuk menghindari komplikasi lebih lanjut

(Indriyani dkk, 2019).

Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah

lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.

Puerperium yaitu dari kata Puer yang artinya bayi dan Parous

melahirkan. Jadi, puerpurium berarti masa setelah melahirkan bayi

yaitu masa pulih kembali, mulai dari pensalinan selesai sampai

alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil (Rini dan Kumala D,

2017).

b. Perubahan Fisiologis pada Post Partum

ii
Ketika hamil, ibu mengalami beberapa perubahan pada

bentuk tubuhnya. Begitu juga pasca melahirkan akan terjadi

banyak sekali perubahan dan kondisi saat hamil. Hal tersebut

merupakan proses yang wajar selama perubahan tersebut dalam

batas normal. Menurut Bobak (2005) dalam (Indriyani dkk, 2019)

perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu post partum antara lain :

1). Sistem Reproduksi dan Struktur Terkait

a). Uterus

(1).Proses Involusi

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil

setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah

plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

(2).Kontraksi

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna

segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respons

terhadap penurunan volume intra uterin yang sangat

besar.

(3).Afterpains

Kondisi ini banyak terjadi pada primipara, tonus uterus

meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap

kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering

dialami multipara puerperium dan bisa menimbulkan

nyeri yang bisa bertahan sepanjang awal

(4).Tempat Plasenta

ii
Setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi

vaskuler dan thrombosis menurunkan tempat plasenta

ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur.

Pertumbuhan endometrium keatas menyebabkan

pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah pem-

bentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik

penyembuhan luka.

(5).Lokea

Adalah rabas uterus setelah bayi lahir. Lokea mula-

mula berwarna merah, kemudian berubah menjadi

merah tua atau merah coklat. Rabas ini mengandung

bekuan darah kecil. Selama dua jam pertama setelah

lahir, jumlah cairan yang keluar dari uterus tidak boleh

Jebih dari jumlah maksimal yang keluar selama

menstruasi. Lokea dibedakan menjadi tiga yaitu lokea

rubra, lokea serosa, lokea alba.

(6).Servik

Servik menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan, 18

jam pasca partum, servik memendek dan

konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke

bentuk semula.

(7).Vagina dan Perineum

Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam

penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina

ii
yang semula sangat meregang akan kembali bertahap

ke ukuran sebelum hamil, 6 sampai 8 minggu setelah

bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada sekitar

minggu keempat. Mukosa akan tetap atropik pada

wanita yang menyusui sekurang-kurangnya sampai

menstruasi dimulai kembali.

(8).Topangan Otot Panggul

Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami

cedera sewaktu melahirkan dan masalah ginekologi

dapat timbul di kemudian hari.

2). Sistem Endokrin

a). Hormon Plasenta

Dengan tejadi perubahan hormon yang menyebabkan

penurunan hormon-hormon yang diproduksi oleh organ

tersebut.

b). Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium

Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita

menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin

serum yang tinggi pada wanita menyusui dampaknya

berperan dalam menekan ovulasi.

3). Abdomen

Abdomen akan terlihat menonjol ketika wanita berdiri di

hari pertama setelah melahirkan dan tampak seperti masih

ii
hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen

kembali ke keadaan sebelum hamil.

4). Sistem Urinarius

Perubaham hormonal pada masa hamil menyebabkan

fungsi ginjal meningkat, sedangkan penurunan kadar

steroid setelah wanita melahirkan menurunkan fungsi ginjal

selama post partum. Fungsi ginjal kembali normal dalam

waktu satu bulan setelah melahirkan. Diperlukan kira-kira

delapan minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan

dilatasi pada ureter serta pelvis ginjal ke keadaan sebelum

hamil.

5). Sistem Pencernaan

a). Nafsu Makan

Ibu biasanya lapar setelah melahirkan, sehingga

diperbolehkan mengkonsumsi makanan ringan. Setelah

benar-benar pulih dari eek analgesik, anastesi dan

keletihan kebanyakan ibu merasa sangat lapar.

b). Defekasi

Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama 2-3

hari setelah melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan

karena tonus otot menurun selama proses persalinan

dan pada awal masa post partum. Diare setelah

melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi.

6). Payudara

ii
Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan

payudara selama wanita hamil (estrogen, progesterone,

human chorionic gonadotropin, prolaktin, kortisol dan

insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu

yang dibutuhkan oleh hormon-hormon ini untuk kombali ke

keadaan sebelum hamil sebagian ditentukan oleh ibu

apakah menyusui atau tidak.

a). Ibu tidak menyusui

Payudara biasanya teraba nodular (pada wanita tidak

hamil teraba granular). Nodularitas bersifat bilateral

dan difus. Pada wanita ridak menyusui sekresi dan

ekskresi kolostrum menetap selama beberapa hari

pertama setelah melahirkan. Pada saat hari ke 3 atau ke

4 post partum bisa terjadi pembengkakan

(engorgement). Payudara teregang (bengkak), keras,

nyeri bila ditekan dan hangat bila diraba (kongesti

pembuluh darah menimbulkan rasa hangat).

b). Ibu menyusui

Ketika laktasi terbentuk teraba suatu massa (benjolan).

Tetapi kantong susu yang terisi berubah posisi dari hari

ke hari. Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak

dan suatu cairan kekuningan, yaitu kolostrum,

dikeluarkan dari payudara. Setelah laktasi dimulai

payudara teraba keras dan hangat bila disentuh. Rasa

ii
nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih

kekuningan (tampak seperti susu krim) dapat

dikeluarkan dari puting susu. Puting harus dikaji

erektilitasnya, sebagai kebalikan dari inverse dan untuk

menemukan adanya fisura atau keretakan.

7). Sistem Kardiovaskular

a). Volume darah

Perubahan volume darah tergantung dari beberapa

faktor, misal kehilangan darah selama melahirkan dan

mobilitas serta pengeluaran cairan ekstravaskuler

(edema fisiologis). Kehilangan darah merupakan akibat

penurunan volume darah total yang tepat tetapi terbatas

b). Curah jantung

Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung

meningkat selama masa hamil. Segera setelah wanita

melahirkan, keadaan in akan meningkat bahkan lebih

tinggi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya

melintasi sirkuit euro plasenta tiba-tiba kembali ke

sirkulasi umum. Nilai ini meninekat pada semua jenis

kelahiran.

c). Tanda – tanda vital

Keadaan tanda vital bisa terlihat jika wanita dalam

keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik

peningkatan darah sistole maupun diastole dapat timbul

ii
dan berlangsung selama sekitar empat hari setelah

wanita melahirkan.

d). Varises

Varises di tungkai atau di sekitar anus (hemoroid)

sering dijumpai pada wanita hamil. Varises, bukan

varises vulva yang jarang dijumpai akan mengecil

dengan cepat setelah bayi lahir. Operas varises tidak

dipertimbangkan selama hamil.

8). Sistem Neurologi

Perubahan neurologis selama masa puerperium merupakan

kebalikan adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita

hamil dan disebabkan trauma yang dialami wanita saat

bersalin dan melahirkan.

9). Sistem Muskuloskletal

Adaptasi sistem musculoskeletal ibu yang terjadi selama

masa hamil berlangsung secara terbalik pada masa post

partum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu

relaksasi dan perubahan ibu akibat pembesaran rahim.

10). Sistem Integumen

Kloasma yang muncul selama masa hamil biasanya

menghilang saat kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi di

areola dan di liniea nigra tidak menghilang seluruhnya

setelah bayi lahir. Kulit yang meregang pada payudara,

abdomen, dan panggul mungkin memudar tetapi tidak

ii
hilang seluruhnya. Kelainan pembuluh darah seperti spider

angioma (nevi), eritema palmar, dan epulis biasanya

berkurang sebagai respon terhadap penurunan kadar

estrogen setelah kehamilan berakhir. Rambut halus yang

lebat yang tumbuh pada waktu hamil biasanya akan

menghilang setelah wanita melahirkan. Rambut kasar yang

timbul selama hamil biasanya akan menetap. Konsentrasi

dan kekuatan kuku biasanya akan kembali ke keadaan

sebelum hamil.

c. Perubahan Psikologis pada Post Partum

Adaptasi psikologis ibu merupakan fase yang bertahap

yang harus dilalui oleh ibu post partum. Menurut Bobak (2005)

dalam (Indriyani dkk, 2019) adaptasi psikologis ibu post

partum adalah sebagai berikut:

1). Fase Menerima (Taking-in Phase)

Fase dependen ialah suatu waktu yang penuh dengan

kegembiraan dan kebanyakan orang tua sangat suka

mengomunikasikannya. Fase ini terjadi selama satu sampai

dua hari pertama melahirkan, ketergantungan ibu sangat

menonjol. Pada fase ini, ibu sangat mengharapkan segala

kebutuhannya dapat dipenuhi orang lain. Ibu memindahkan

energi psikologisnya kepada anaknya. Di mana ibu baru

memerlukan perlindungan dan perawatan. Fase menerima

berlangsung selama dua sampai tiga hari.

ii
2). Fase Dependen-Mandiri (Fase Taking Hold)

Dalam fase dependen-mandiri ibu, secara bergantian

muncul kebutuhan untuk mendapat perawatan dan

penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa

melakukan segala sesuatu secara mandiri. Fase taking hold

berlangsung selama 10 hari.

3). Fase Interdependent (Letting-go)

Pada fase ini perilaku interdependent muncul, ibu dan

keluarganya bergerak maju sebagai suatu sistem dengan

para anggota keluarga saling berinteraksi. Hubungan antara

pasangan, walaupun sudah berubah dengan adanya seorang

anak kembali menunjukkan banyak karakteristik awal. Fase

interdependent (Letting-go) merupakan fase yang penuh

dengan stress bagi orang tua. Kesenangan dan kesedihan

sering berbagi dalam fase ini. Tuntutan utama ialah

menciptakan suatu gaya hidup yang melibatkan anak, tetapi

dalam beberapa hal tidak melibatkan anak. Pasangan ini

harus berbagi kesenangan yang bersifat dewasa.

ii
d. WOC

Gambar 2.1 WOC

17
e. Patofisiologi

Pada kasus post partum spontan akan terjadi trauma pada

jalan lahir, sehingga dapat menyebabkan terganggunya

aktivitas, aktivitas yang terganggu menurunkan gerak

peristaltik pada usus yang berakibat konstipasi. Pengeluaran

janin dengan cara episotomi menyebabkan terputusnya jaringan

pada perineum sehingga merangsang area sensorik untuk

mengeluarkan hormon bradikilin, histamin dan seritinus yang

kemudian diteruskan oleh medulla spinalis ke batang otak,

diteruskan ke thalamus sehingga merangsang nyeri di korteks

serebri, kemudian timbul keluhan nyeri yang mengakibatkan

nyeri akut.

Pembuluh darah rusak menyebabkan genetalia menjadi

kotor dan terjadi juga perdarahan dan proteksi pada luka

kurang, dapat terjadi invasi bakteri sehingga muncul masalah

keperawatan risiko infeksi. Pengeluaran janin dapat memicu

terjadinya trauma sehingga terjadilah gangguan adaptasi

kehamilan mengakibatkan aktivitas terganggu dan mengeluh

tidak nyaman sehingga muncul masalah keperawatan gangguan

rasa nyaman.

Laktasi dipengaruhi oleh hormon estrogen dan peningkatan

proolaktin, sehingga terjadi pembentukan asi dan retensi darah

di pembuluh payudara akan terjadi bengkak dan penyempitan

pada duktus intiverus. Sehingga asi tidak keluar dan muncul

18
masalah keperawatan menyusui tidak efektif (Rahmadenti,

2020)

2. Konsep Nyeri Perineum

a. Definisi Nyeri Perineum

Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang

tidak menyenangkan, nyeri terjadi akibat adanya kerusakan

jaringan yang nyata. Nyeri dapat membatasi kemampuan

seseorang untuk menjalankan aktivitas (Zakiyah, 2015).

Nyeri perineum adalah nyeri yang dirasakan pasca

persalinan yang terjadi pada perineum daerah antara vulva dan

anus karena adanya robekan yang terjadi baik disengaja

maupun yang rupture spontan (Rahmadenti, 2020).

b. Etiologi Nyeri Perineum

Menurut (Lombogia, 2017) faktor penyebab dari nyeri

perineum adalah :

1). Ruptur

Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh

rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan

kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk

ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek

sulit dilakukan penjahitan.

2). Episotomi

Episotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk

memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum

19
keluarnya kepala bayi. Tidakan yang disengaja pada

perineum dan vagina yang sedang dalam keadaan

meregang. Tindakan ini dilakukan jika perineum

diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus

dilakukan infiltrasi perineum dengan anastesi lokal, kecuali

jika pasien sudah diberi anastesi episedural. Tindakan ini

dilakukan digaris tengah atau mediolateral.

c. Klasifikasi Nyeri

Menurut (Zakiyah, 2015) klasifikasi nyeri secara umum

dibedakan menjadi dua, yaitu :

1). Nyeri akut

Nyeri akut merupakan suatu keadaan dimana mengalami

pengalaman sensori yang tidak menyenangkan serta

pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau

potensial yang menggambarkan adanya kerusakan jaringan.

Nyeri akut bersifat mendadak atau dengan intensitas pelan

dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan

akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari

enam bulan

2). Nyeri kronis

Nyeri kronis merupakan suatu keadaan dimana mengalami

pengalaman sensori yang tidak menyenangkan serta

pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau

potensial yang menggambarkan adanya kerusakan jaringan.

20
Nyeri kronis bersifat mendadak atau dengan intensitas

pelan dari ringan sampai berat, konstan atau timbul

berulang yang tidak dapat diantisipasi dan tidak dapat

diprediksi dengan durasi lebih dari enam bulan.

d. Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri yaitu gambaran tentang seberapa parah

nyeri yang dirasakan. Pengukuran intensitas nyeri bersifat

subyektif dan intensitas nyeri yang dirasakan berbeda oleh dua

orang yang berbeda

1). Numeric Rating Scale (NRS)

Skala penilaian numerik (Numeric Rating Scale atau NRS),

lebih digunakan sebagai alat pengganti pendeskripsi kata.

Dalam hal ini klien menilai nyeri dengan menggunakan

skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji

sebelum dan setelah intervensi.

Gambar 2.2 Numeric Rating Scale (NRS)

Keterangan :

Skala 0 : Tidak nyeri

Skala 1-3 : Nyeri ringan (secara objektif pasien mampu

berkomunikasi dengan baik)

21
Skala 4-6 : Nyeri sedang (secara objektif pasien mendesis,

menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya, dan dapat mengikuti perintah dengan

baik)

Skala 7-9 : Nyeri berat (secara objektif pasien terkadang

tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap

tindakan dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi

napas panjang dan distraksi)

Skala 10 : Nyeri sangat berat (pasien sudah tidak mampu

lagi berkomunikasi) (Andarmoyo, 2013).

2). Wong baker faces pain rating scale

Skala nyeri ini tergolong mudah untuk dilakukan karena

hanya dengan melihat ekspresi wajah pasien saat bertatap

muka tanpa kita menanyakan keluhannya. Skala ini

menunjukkan serangkaian wajah mulai dari wajah gembira

pada 0 “tidak ada sakit” sampai wajah menangis di skala 10

yang menggambarkan “sakit terburuk” (Wagiyo dan

Putrono, 2016).

Gambar 2.3 Wong baker faces pain rating scale

22
e. Penatalaksanaan

1). Farmakologi

Manajemen nyeri secara farmakologi merupakan metode

yang menggunakan obat – obatan dalam penanganannya.

Cara dan metode ini memerlukan instruksi dari tenaga

medis (Andarmoyo, 2013).

2). Non farmakologi

Manajemen nyeri secara non farmakologi merupakan

tindakan menurunkan respon nyeri tanpa menggunakan

agen farmakologi. Dalam melakukan intervensi

keperawatan manajemen non farmakologi merupakan

tindakan dalam mengatasi respon nyeri klien (Andarmoyo,

2013). Terapi non farmakologi yang dapat diberikan untuk

mengurangi nyeri antara lain TENS, hipnosis, akrupresur,

terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik

imajinasi terbimbing, kompres hangat atau dingin, terapi

bermain (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

3. Konsep Kompres Dingin

a. Definisi

Tindakan kompres dingin merupakan metode yang dapat

diterapkan untuk membantu kenyamanan pada ibu nifas untuk

mengurangi rasa nyeri (E. Susilawati & Ilda, 2019).

Menurut WHO kompres dingin dapat menyebabkan

kenyamanan pada ibu pasca melahirkan, karena efek pereda

23
nyeri dari kompres dingin bisa memperlambat hantaran syaraf

supaya impuls rasa nyeri yang sampai ke otak lebih sedikit

agar rasa nyeri bisa berkurang. Kompres air dingin merupakan

suatu efek fisiologis yang dapat memberikan relaksasi metode

dalam penggunaan suhu rendah pada otot yang tegang dan

kekakuan sendi (Ayu Lestari, 2021).

b. Tujuan

Tujuan kompres dingin diantaranya adalah mengurangi

aliran darah ke daerah luka sehingga dapat mengurangi resiko

perdarahan dan edema, kompres dingin menimbulkan efek

analgetik dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf

sehingga impuls nyeri yang mencapai otak akan lebih sedikit

(E. Susilawati & Ilda, 2019).

Kompres dingin dilakukan menjadi strategi untuk

menurunkan nyeri yang efektif pada beberapa kondisi,

kompres dingin yang diberikan di area cidera atau trauma

dapat menimbulkan respon sistemik dan respon lokal. Tujuan

diberikan kompres dingin untuk mengurangi nyeri akibat

cidera, trauma, edema (Zakiyah, 2015).

Menurut penelitian yang dilakukan (Larasati, 2022) terapi

kompres dingin berpengaruh pada penurunan skala nyeri luka

episiotomi pasien post partum. Dari skala nyeri yang

dihasilkan penurunan skala nyeri menjadi skala nyeri 2.

c. Standar Operasional Prosedur Kompres Dingin

24
Menurut (Nurlely, 2016) prosedur kompres dingin ada

beberapa tahapan yaitu:

1). Persiapan alat

a). Perlak/pengalas

b). Handscoon

c). Waslap atau kain

d). Handuk yang bersih

e). Baskom yang berisi air dingin

2). Persiapan klien

a). Kontrak topik, waktu dan tempat

b). Jelaskan tujuan dilaksanakan kompres dingin

c). Perhatikan lingkungan

d). Jaga privasi pasien dengan menutup gorden

3). Fase orientasi

a). Memberikan salam

b). Memperkenalkan diri

c). Kontrak waktu

d). Menjelaskan tujuan tindakan

e). Menjelaskan langkah prosedur

f). Menyiapkan alat

4). Fase kerja

a). Mencuci tangan

b). Menjaga privasi klien

c). Memasang perlak

25
d). Mengecek air dingin dengan menggunakan jari tangan

atau thermometer

e). Memakai sarung tangan

f). Membantu pasien pada posisi yang nyaman, atau dorsal

recumben

g). Melakukan tindakan kompres air dingin pada area

sekitar luka perineum selama 10 menit

h). Mengeringkan dengan handuk

i). Merapikan pasien

j). Merapikan alat

k). Mencuci tangan

5). Fase terminasi

a). Melakukan evaluasi tindakan

b). Melakukan kontrak waktu untuk rencana tindak lanjut

c). Berpamitan

B. Konsep Asuhan Keperawatan

Konsep asuhan keperawatan menurut (Deswani, 2017).

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan kegiatan menganalisis informasi

untuk menilai suatu keadaan normal atau abnormal, kemudian

nantinya akan digunakan sebagai pertimbangan dengan diagnosis

keperawatan yang berfokus pada masalah atau resiko. Pengkajian

harus dilakukan dengan dua tahap yaitu pengumpulan data

26
(subjektif atau objektif) dan penilaian informasi riwayat pasien

pada rekam medik (Nanda, 2017).

Pengkajian masa nifas adalah pengkajian pada pasien mulai

dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh

dalam keadaan seperti sebelum hamil (Rahmadenti, 2020).

a. Identitas pasien

Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, perkerjaan,

agama, alamat, status perkawinan, diagosa medik.

b. Data riwayat kesehatan

1). Riwayat kesehatan sekarang

Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan

gangguan atau penyakit yang dirasakan saat ini dan

keluhan terkait yang dirasakan dengan hambatan

mobilitas fisik pada ibu pos partum.

2). Riwayat kesehatan dahulu

Meliputi penyakit lain yang dapat mempengaruhi

penyakit sekarang atau masalah keperawatan yang

dialami pada saat yang dulu akan berpengaruh kepada

masalah keperawatan dan intervensi yang harus dilakukan

pada saat sakit sekarang seperti : nyeri, defisiensi

pengetahuan, risiko infeksi.

3). Riwayat kesehatan keluarga

Meliputi apakah keluarga pasien ada yang mengalami

penyakit seperti yang dialami pasien saat ini

27
4). Riwayat kehamilan

Umur kehamilan serta riwayat penyakit yang menyertai

5). Riwayat persalinan

Tempat persalinan, normal atau terdapat komplikasi,

keadaan bayi dan ibu.

c. Pemeriksaan fisik

1). Kepala dan leher

Bentuk, kebersihan kepala,apakah ada benjolan, adakah

pembesaran pada kelenjar tiroid

2). Dada dan axila

Pembesaran payudara atau tidak, hiperpigmentasi areola

mamae atau tidak, kaji adanya nyeri tekan dan kaji

pengeluaran asi serta kebersihan area dada dan axila ibu

3). Abdomen

Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae

terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawah pusar, kaji

adanya kontraksi uterus

4). Eliminasi alvi

Kaji frekuensi, warna dan gangguan eliminasi bowel

5). Eliminasi urin

Kaji frekuensi, warna dan gangguan saat berkemih,

penggunaan kateter atau alat bantu lainnya

6). Ekstremitas

28
Pemeriksaan adanya odem atau tidak, untuk melihat

kelainan karena membesarnya uterus, karena preeklamsia

atau penyakit jantung

7). Gangguan persepsi sensori

Kaji adanya gangguan penglihatan, pendengaran,

penciuman, sensasi tektil, penciuman.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis tentang

respon seorang klien terhadap masalah kesehatan atau proses

kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun

potensial. Tujuan dari diagnosa keperawatan sendiri adalah untuk

mengidentifikasi respon klien individu, keluarga, komunitas

terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Masalah

kesehatan mengacu pada respons klien terhadap kondisi sehat-sakit

(PPNI, 2016).

Beberapa diagnosa yang dapat ditegakkan pada pasien post

partum, Menurut (PPNI, 2016) :

No. Diagnosis Keperawatan (SDKI)


Kode Diagnosis

1. D.0077 Diagnosis : Nyeri Akut


Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
Definisi : Pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintesitas ringan hingga
berat yang berlangsung kurang dari tiga
bulan
Penyebab :

29
1. Agen pencedera fisiologis (mis.
Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis.
Terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis. Abses,
amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi,
trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif :
1. Mengeluh nyeri
Objektif :
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. Waspada,
posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
Kondisi klinis terkait
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. Glaukoma
2. 0142 Diagnosis : Risiko Infeksi
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Deffinisi : berisiko mengalami
peningkatan terserang organisme
patogenik
Faktor Risiko :
1. Penyakit kronis (mis.diabetes militus)
2. Efek prosedur invasif
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh

30
primer :
a. Gangguan peristaltik
b. Kerusakan integritas kulit
c. Perubahan sekres pH
d. Penurunan kerja siliaris
e. Ketuban pecah lama
f. Ketuban pecah sebelum waktunya
g. Merokok
h. Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder :
a. Penurunan hemoglobin
b. Imununosupresi
c. Leukopenia
d. Supresi respon inflamasi
e. Vaksinasi tidak adekuat
3. D.0074 Diagnosis : Gangguan Rasa Nyaman
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
Definisi : perasaan kurang senang, lega
dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan dan sosial
Penyebab :
1. Gejala penyakit
2. Kurang pengendalian situasional atau
lingkungan
3. Ketidakadekuatan sumber daya
(mis.dukungan finansial, sosial, dan
pengetahuan)
4. Kurangnya privasi
5. Gangguan stimulus lingkungan
6. Efek samping terapi (mis.medikasi,
radiasi, kemoterapi)
7. Gangguan adaptasi kehamilan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1. Mengeluh tidak nyaman
Objektif :
1. Gelisah
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Mengeluh sulit tidur
2. Tidak mampu rileks
3. Mengeluh kedinginan atau
kepanasan
4. Merasa gatal
5. Mengeluh mual
6. Mengeluh lelah

31
Objektif
1. Menunjukkan gejala distres
2. Tampak merintih atau menangis
3. Pola eliminasi berubah
4. Postur tubuh berubah
5. Irtabilitas
Kondisi Klinis Terkait
1. Penyakit kronis
2. Keganasan
3. Distres psikologis
4. Kehamilan
Tabel 2.1 Diagnosa Keperawatan

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan segala treatment yang

dikerjakan oleh seorang perawat yang didasarkan pda ilmu

pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai suatu luaran

(outcome) yang diharapkan. Tindakan-tindakan pada intervensi

keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi, dan

kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

SLKI SIKI

L.08066 : Tingkat Nyeri I.08238 : Manajemen Nyeri

Definisi :
Pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan Definisi :
dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan Mengidentifikasi pengalaman
onset mendadak atau lambat sensorik atau emosional yang
dan berintensitas ringan berkaitan dengan kerusakan
hingga berat dan konstan jaringan aktual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau
Ekspetasi : Menurun lambat dan berintensitas ringan
Kriteria Hasil hingga berat dan konstan
a. Kemampuan menuntaskan
aktivitas meningkat Tindakan
b. Keluhan nyeri menurun Observasi
c. Meringis menurun a. Identifikasi lokasi,
d. Sikap protektif menurun karakteristik, durasi,
e. Gelisah menurun frekuensi, kualitas,

32
f. Kesulitan tidur menurun intensitas nyeri
g. Menarik diri menurun a. Identifikasi skala nyeri
h. Berfokus pada diri sendiri b. Identifikasi respons nyeri
menurun non verbal
i. Diaforesis menurun c. Identifikasi faktor yang
j. Perasaan depresi memperberat dan
(tertekan) menurun memperingan nyeri
k. Perasaan takut mengalami d. Identifikasi pengetahuan
cedera berulang menurun dan keyaninan tentang nyeri
l. Anoreksia menurun e. Identifikasi pengaruh
m. Perineum terasa tertekan budaya terhadap respon
menurun nyeri
n. Uterus teraba membulat f. Identifikasi pengaruh nyeri
menurun pada kualitas hidup
o. Ketegangan otot menurun g. Monitor keberhasilan terapi
p. Pupil dilatasi menurun komplementer yang sudah
q. Muntah menurun diberikan
r. Mual menurun h. Monitor efek samping
s. Frekuensi nadi membaik penggunaan analgetik
t. Pola napas membaik Terapeutik
u. Tekanan darah membaik a. Berikan teknik
v. Proses berpikir membaik nonfarmakologis untuk
w. Fokus membaik mengurangi rasa nyeri (mis.
x. Fokus berkemis membaik TENS, hipnosis, akupresur,
y. Perilaku membaik terapi musik, biofeedback,
z. Nafsu makan membaik terapi pijat, aromaterapi,
aa. Pola tidur membaik teknik imajinasi terbimbing,
(PPNI, 2019). kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
b. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
c. Fasilitasi Istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
e. Ajarkan teknik

33
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
bb. Kolaborasi pemberian
analgelik, jika perlu
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan

4. Implementasi

Implementasi adalah tindakan keperawatan yang telah

direncanakan diberikan atau diimplementasikan pada klien.

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam

rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan

tindakan kolaborasi (Rukmi dkk, 2022).

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan

yang bertujuan untuk menilai hasil akhir dari semua tindakan

keperawatan yang telah diberikan. Evaluasi yang dilakukan

berdasarkan kondisi klien dan dibuat sesuai masalah yang ada

dalam evaluasi yaitu SOAP (Sunarti & Hakiki, 2022).

Teknik pelaksanaan SOAP

f. S ( Subjective) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat

dari klien setelah tindakan dilakukan

g. O (Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil

pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan perawat

setelah tindakan dilakukan

h. A (Analisis) adalah membandingkan antara informasi

subjective dan objective dengan tujuan dan kriteria hasil,

34
kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi

sebagian, atau tidak teratasi

i. P (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan

dilakukan berdasarkan hasil analisa (Tarwoto & Wartonah,

2015).

C. Evidence Based in Nursing

No. Artikel Metodologi Hasil Penelitian


1. Judul Artikel Desain Tidak terdapat
Efektifitas Kompres Penelitian ini perbedaan
Hangat Dan Kompres menggunakan quasy intensitas nyeri
Dingin Terhadap experiment dengan desain luka perineum ibu
Intensitas Nyeri Luka two group pretest post post partum
Perineum Pada Ibu Post and posttest design yaitu sebelum
Partum Di Bpm Siti membandingkan intensitas diberikan
Julaeha Pekanbaru nyeri luka perineum kompres hangat
sebelum dan sesudah dan kompres
Penulis dan Tahun diberikan perlakuan dingin (p = 0,965)
(S. Susilawati et al., kompres hangat atau dan terdapat
2020) kompres dingin. perbedaan
intensitas nyeri
Sumber Artikel Subjek atau Responden luka perineum ibu
JOMIS (Journal Of Jumlah sampel penelitian post partum
Midwifery Science) yaitu 30 orang, 15 sebelum
orang kelompok kompres diberikan
hangat dan 15 orang kompres hangat
kelompok kompres dingin. dan kompres
dingin (p = 0,003)
Instrumen dengan nilai mean
Alat ukur yang rank pada
digunakan yaitu kelompok
Numerical Rating Scale kompres dingin
(NRS). Terapi kompres lebih rendah yaitu
hangat dan dingin 10,87
dilakukan 2 jam setelah dibandingkan
sample mengkonsumsi dengan nilai mean
analgesik yang berupa rank pada
asam mefenamat kelompok
kompres hangat
yaitu 20,13 yang
artinya kompres
dingin lebih

35
No. Artikel Metodologi Hasil Penelitian
efektif dalam
mengurangi
intensitas nyeri
luka perineum
dibandingkan
kompres hangat
2. Judul Artikel Desain Implementasi
Penerapan Kompres Jenis penelitian ini yang dilakukan
Dingin (Ice Gel) merupakan penelitian selama 3 hari
Terhadap Penurunan deskriptif analitis dengan pada kedua pasien
Nyeri Luka Episiotomi pendekatan studi kasus. didapatkan hasil
Pada Pasien Post penurunan skala
Partum Di Rsud Dr. Subjek atau Responden nyeri sebelum dan
Soeselo Kabupaten Peneliti melibatkan 2 sesudah
Tegal pasien post partum yang dilakukan
akan dilakukan terapi penerapan
Penulis dan Tahun kompres dingin. Terapi kompres dingin.
Artikel kompres dingin (ice gel) Pada hari ke 0,
(Larasati, 2022) pada studi kasus ini didapatkan hasil
dilakukan 3x sehari pada 6 jam
Sumber Artikel dengan durasi 5-10 menit pertama setelah
Bhamada Jurnal Ilmu selama 3 hari pada suhu plasenta lahir dari
dan Teknologi 15° C. pasien 2 yaitu
Kesehatan Vol. 13, No. skala nyeri yang
2 Variabel dirasakan yaitu
Variabel bebas : Kompres skala nyeri 7 dan
dingin setelah diberi
Variabel terikat : penerapan
luka episotomi kompres dingin
masih tetap
Instrumen dengan skala
Instrumen yang digunakan nyeri 7, kemudian
adalah skala penilaian pada hari pertama
nyeri dengan Numerical mengalami
Rating Scales (NRS) penurunan skala
nyeri dari 7
menjadi 5, lalu
pada hari kedua
skala nyeri 5
menjadi skala
nyeri 4 dan pada
hari terakhir yaitu
hari ketiga skala
nyeri yang
dirasakan dari
skala 4 menjadi
skala nyeri 2

36
No. Artikel Metodologi Hasil Penelitian

3. Judul Artikel Desain Berdasarkan hasil


Kompres Dingin Jenis penelitian yang penelitian
Terhadap Pengurangan digunakan adalah pengaruh
Nyeri Luka Perineum “Pre-experimental” yang kompres dingin
Ibu Post Partum di mencari hubungan sebab terhadap
RSKDIA Pertiwi akibat antar kompres pengurangan
dingin terhadap penurunan nyeri luka
Penulis dan Tahun nyeri luka. perineum pada
Artikel ibu nifas di
(Hasriani & Ahmi, Subjek atau Responden wilayah kerja
2020) Besar sampel yang berada RSKDIA Pertiwi
dalam wilayah kerja dan Makassar tahun
Sumber Artikel dilayani di RSKDIA 2019, didapatkan
Jurnal Kesehatan Madu Pertiwi Makassar pada bahwa ada
Vol 9, No 1 bulan April yang pengaruh
berjumlah 30 orang kompres dingin
dengan menggunakan terhadap
rumus solvin. Instrument pengurangan
penelitian menggunakan nyeri luka
lembar observasi dan perineum
wawancara dengan metode
prngukuran nyeri Wong
Baker Faces Pain Rating
Scale.

Variabel
Variabel bebas : Kompres
dingin
Variabel terikat :
luka perineum

Instrumen
Instrument penelitian
menggunakan lembar
observasi dan wawancara
dengan metode
pengukuran nyeri Wong
Baker Faces Pain Rating
Scale

Analisis
Analisa data dengan tehnik
analisis univariate untuk
memperoleh gambaran
dari masing-masing

37
No. Artikel Metodologi Hasil Penelitian
variable dan distribusi
frekuensi, sedangkan
analisis bivariate dengan
menggunakan rancangan
“One Group pretest post
test” pada uji statistic
“Paired Sample t – test”
4. Judul Artikel Literatur review Hasil: Sebanyak
The effect of cold menyelidiki studi dari tujuh studi yang
application on database CINAHL, diterbitkan
episiotomy pain: A PubMed, Google Scholar, termasuk total
systematic review and dan Science Direct 700 peserta
meta-analysis dimasukkan
dalam ulasan ini.
Penulis dan Tahun Berbagai metode
Artikel aplikasi dingin
(Kirca, 2021) (cold gel
pack/pad, ice gel
Sumber pad yang
Journal of Clinical dihancurkan, ice
Nursing pack) secara
signifikan
mengurangi rasa
sakit setelah
episiotomi.
Metode kompres
dingin dapat
menjadi
intervensi
kebidanan dan
keperawatan non
farmakologis
yang efektif untuk
mengurangi nyeri
pasca episiotomi.
5. Judul Artikel Uji coba acak terkontrol Dari hasil
The Effect of Localized saat ini dilakukan pada penelitian Terapi
Heat and Cold Therapy 120 wanita primipara panas dan dingin
on Pain Intensity, dalam tiga kelompok lokal adalah non-
Duration of Phases of (terapi panas/dingin, dan farmakologis,
Labor, and Birth kontrol) dari September non-invasif,
Outcomes Among 2015 hingga Januari 2016. memuaskan
Primiparous Females: Intensitas nyeri, durasi wanita primipara,
A Randomized, fase persalinan, dan hasil dan metode yang
Controlled Trial kelahiran diukur sebelum efektif untuk
dan setelah intervensi mengontrol dan
Penulis dan Tahun menghilangkan

38
No. Artikel Metodologi Hasil Penelitian
Artikel rasa sakit nyeri.
(Yazdkhasti, Hanjani,
2018)

Sumber
Shiraz E-Medical
Journal

6. Judul Artikel Desain penelitian Dari hasil statistik


The Effectiveness of menggunakan “Pre- Fisher Exact
Giving Cold Compress Desain eksperimental. Uji Probabilitas
in Pain Reduction Subjek penelitian ini antara kelompok
Intensity of Perineal adalah 16 ibu nifas, perlakuan dan
Wound of Postpartum dengan 8 responden kelompok kontrol
Mother sebagai kelompok didapatkan 8
perlakuan dan 8 responden responden
Penulis dan Tahun sebagai kelompok kontrol. (100%) kelompok
(Ulfa & Monica, 2020) . perlakuan berada
pada kategori
Sumber nyeri ringan.
Journal Of Ners And Sedangkan
Midwifery kelompok kontrol
mengalami nyeri
sebanyak 6
responden (75%)
dan kategori nyeri
sedang sebanyak
2 responden
(25%). Menurut
hasil Fisher Exact
Probability Test
diperoleh nilai
signifikansi ñ =
0,003. Tingkat
signifikansi
ditetapkan pada á
= 0,05. Dari
ketentuan tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa pemberian
terapi kompres
dingin dapat
mengurangi nyeri
luka perineum ibu
nifas.
Tabel 2.3 Evidence Based in Nursing

39
BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Desain

Analisis ini menggunakan desain deskriptif yang menggambarkan

pengelolaan kasus dalam mengaplikasikan evidence based nursing

practice dengan menggunakan pendekatan proses asuhan

keperawatan.

B. Lokasi dan Waktu

1. Lokasi

Lokasi analisis asuhan keperawatan ini dilakukan di Ruang

Maternal Wing RS Wiyung Sejahtera, atas beberapa pertimbangan

antara lain :

a. Terdapat ibu post partum yang mengalami masalah nyeri akut

di Ruang Maternal Wing RS Wiyung Sejahtera

b. Sudah pernah dilakukan penerapan kompres dingin pada

pasien post partum dengan masalah keperawatan nyeri akut di

Ruang Maternal Wing RS Wiyung Sejahtera

2. Waktu

Lama analisis asuhan keperawatan pada klien adalah 2 hari,

yaitu mulai tanggal 12-14 Desember 2022. Lama waktu

menyesuaikan dengan lama pasien dirawat dirumah sakit.

C. Subjek

40
Analisis asuhan keperawatan ini dilakukan pada pasien post partum

yang mengalami robekan pada perineum dengan masalah keperawatan

nyeri akut di Ruang Maternal Wing RS Wiyung Sejahtera.

D. Pengumpulan Data

Berikut ada beberapa tahapan dalam prosedur pengumpulan data

sebagai berikut:

1. Melakukan pendekatan dan memperkenalkan diri

2. Informed consent apabila penulis telah mendapat ijin dari pihak

yang akan dilakukan praktik studi kasus, maka peneliti akan

melakukan informed consent yaitu lembar persetujuan. Lembar

persetujuan ini berisi tentang maksud dan tujuan melakukan

praktik studi kasus.

3. Penulis meminta waktu kesediaan untuk dilakukan pengkajian

4. Penulis melakukan wawancara dan observasi langsung terhadap

klien.

5. Setelah data terkumpul, penulis menentukan prioritas masalah

sesuai dengan standar diagnosa keperawatan Indonesia (SDKI).

6. Setelah itu penulis membuat intervensi yang mengacu EBN

(Evidence Based in Nursing) dan sesuai dengan standar intervensi

keperawatan indonesia (SIKI).

7. Penerapan kompres dingin dilakukan 1 kali sehari selama pasien

dirawat dirumah sakit.

8. Penerapan kompres dingin dilakukan ± 10 menit dalam 1 kali

pertemuan.

41
9. Selama dilakukannya penerapan kompres dingin dilakukan

penulis menilai segala respon klien dan dilakukan

pendokumentasian.

10. Setelah itu peneliti mengidentifikasi kembali tingkat nyeri klien

dengan menggunakan standar luaran keperawatan Indonesia

(SLKI).

E. Etika

Adapun beberapa etika analisis yang harus diterapkan dalam

melakukan analisis asuhan keperawatan, sebagai berikut:

1. Lembar persetujuan menjadi responden (Informed Consent)

Lembar ini diberikan kepada responden, penulis menjelaskan

maksud dan tujuan yang akan dilakukan selama analisis asuhan

keperawatan. Jika responden bersedia maka responden harus

menandatangani lembar persetujuan, apabila tidak bersedia maka

tidak akan dipaksa dan tidak ada sanksi terkait.

2. Anonimity (Tanpa nama)

Dalam proses analisis asuhan keperawatan penulis harus menjaga

kerahasian responden, oleh karena itu penulis tidak akan

mencantumkan nama lengkap pada lembar pengumpulan data,

hanya akan memberikan kode dan inisial.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Penulis harus menjaga kerahasian oleh karena itu semua informasi

yang terkait dengan responden akan dijamin kerahasiaannya oleh

penulis.

42
4. Beneficience (Manfaat)

Diharapkan dengan adanya analisis asuhan keperawatan ini dapat

memberikan dampak yang positif dan manfaat bagi responden.

BAB 4

GAMBARAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas Pasien

Pengkajian dilakukan tanggal 18 Desember 2022 didapatkan

hasil Ny.V berjenis kelamin perempuan berusia 21 tahun dengan

ciri – ciri sawo matang, berat badan 65 kg dan tinggi badan 150

cm. Tempat tinggal Ny.V di Desa Jeruk Lakarsantri Surabaya,

Ny.V merupakan orang suku jawa dan beragama Islam dengan

status perkawinan menikah dengan Tn.D, Ny.V tinggal bersama

suami dan mertuanya. Ny.V memiliki riwayat pendidikan terakhir

SMA, untuk saat ini pekerjaan Ny.V sebagai ibu rumah tangga.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama : Berdasarkan pengkajian keluhan utama Ny.V

didapatkan hasil Ny.V mengatakan nyeri pada luka jahitan

antara vagina dan anus (perineum), nyeri seperti tertekan, skala

nyeri 5, nyeri berlangsung terus-menerus. Ny.V merasa tidak

nyaman dengan nyerinya, semakin dirasakan pada saat

beraktivitas dan berkurang saat tidur

b. Riwayat kesehatan sekarang : Pada riwayat prenatal pasien

mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan, pada

43
trimester pertama pasien sering mual dan muntah serta stress.

Riwayat intranatal pasien melahirkan anak kedua jenis

persalinan spontan. Riwayat post natal keadaan umum lemah,

mengeluh nyeri jahitan perineum, nyeri semakin dirasakan

pada saat beraktifitas membuat pasien tidak nyaman. Pasien

mengatakan tidak memiliki penyakit berat pada kehamilan ini

serta tidak memiliki penyakit keturunan seperti DM, asma,

hipertensi, juga tidak memiliki penyakit menular seperti TBC,

HIV, dan tidak ada penyakit mental. Sedangkan pada riwayat

obsetri pasien menarche umur 12 tahun, laman 7 hari, siklus

teratur, banyaknya dari hari pertama sampai hari ketiga, jenis

dan warna : encer, merah tua. Pasien mengatakan HPHT 06

Maret 2022 dan HPL 14 Januari 2022.

c. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum pasien nyeri sedang, kesadaran

composmentis. Pemeriksaan tanda-tanda vital TD : 110/70

mmHg, N : 85x/menit, S: 36°C, RR : 20x/menit.

Pemeriksaan head to toe, pada pemeriksaan kepala

didapatkan bentuk kepala masocepal, rambut hitam bersih.

Pada mata didapatkan konjungtiva anemis, sklera non ikterik,

pupil isokor. Pemeriksaan hidung didapatkan tidak ada sekret,

tidak ada polip. Pada telinga didapatkan, telinga bersih tidak

ada penumpukan serum. Pada pemeriksaan leher didapatkan

44
hasil tidak ada pembesaran kelenjar tiroid tidak ada

pembesaran vena jugularis.

Pada pemeriksaan jantung didapatkan hasil ictus kordis

tidak tampak namun teraba di SIC V midklavikula, pada

perkusi didapatkan suara pekak pada jantung saat di auskultasi

terdengar irama reguler dan suara jantung normal. Pada

pemeriksaan paru-paru didapatkan hasil bentuk dada simetris

dan tidak ada jejas saat di inspeksi, saat di palpasi vokal

vremitus kanan dan kiri sama, saat dipalpasi didapatkan suara

sonor dan saat dilakukan auskultasi tidak ada tambahan dan

terdengar vesikuler di seluruh lapang paru.

Saat dilakukan pemeriksaan payudara pasien didapatkan

hasil payudara tampak besar, simetris, puting susu tampak

membesar dan terdapat pigmentasi areola kehitaman, ASI

belum keluar banyak, payudara terasa keras. Pemeriksan

abdomen didapatkan hasil involusi uterus belum kembali

seperti semula, fundus uterus setinggi umbilikus, kontraksi

baik, keras dan teratur, posisi abdomen membulat. Kandung

kemih terasa keras terisi urine. Fungsi pencernaan pasien

sudah berfungsi dengan baik. Terdapat striae gravidarum di

daerah abdomen.

Pemeriksaan perineum dan genetalia didapatkan tidak ada

odema pada vagina, integritas kulit baik, masih ada

perdarahan. Pada perineum terdapat episotomi dan terasa nyeri

45
dengan skala 5. Untuk tanda-tanda REEDA hasilnya: ada

kemerahan (Redness), tidak ada bengkak (Edema), tidak ada

bintik biru/kebiruan (Echimosis), ada pengeluaran cairan darah

(Discharge) dan penyatuan jaringan tampak baik

(Appoximate). Pengeluaran lokhea pada pasien, jumlahnya 1

pembalut besar penuh (- 150 cc), dengan jenis lochea rubra

(darah), konsistensi cair, baunya khas (amis).

B. Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)

proses penegakan diagnosis merupakan suatu proses sistematis yang

terdiri dari tiga tahapan yaitu analisis data, identifikasi masalah, dan

perumusan diagnosa. Analisa data merupakan cara pengelompokan

data berdasarkan pada kebutuhan bipsikososial dan spritual, lalu

divalidasi untuk ditarik kesimpulan sehingga dapat digunakan untuk

menentukan masalah keperawatan yang sesuai. Setelah melakukan

pengkajian pada Ny.V didapatkan data subjektifnya yaitu (Provokatif)

Ny.V mengatakan nyeri pada luka jahitan antara vagina dan anus

(perineum), (Quality) nyeri seperti tertekan, (Region) perineum,

(Scale) skala nyeri 5, (Time) nyeri berlangsung terus-menerus. Ny.V

merasa tidak nyaman dengan nyerinya. Pada data objektif didapatkan

Ny.V tampak meringis, bersikap protektif (waspada posisi menhindari

nyeri, gelisah, keadaan umum baik, kesadaran composmentis, hasil

tanda – tanda vital TD : 110/70 mmHg, N : 85x/menit, S: 36°C, RR :

20x/menit.

46
Setelah pengelompokan data pada Ny.V maka dapat dirrumuskan

diagnosa keperawatan yang sesuai dengan Standar Diagnosa

Keperawatan Indonesia (SDKI). Diagnosa keperawatan pada Ny.V

diantaranya :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (terpotong)

ditandai dengan Ny.V mengeluh nyeri pada luka perineum,

tampak meringis, bersikap protektif (waspada posisi menghindari

nyeri), gelisah, skala nyeri 5 dan berlangsung terus-menerus.

2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kurang

pengendalian situasional atau lingkungan ditandai dengan pasien

mengeluh tidak nyaman dengan nyeri yang dirasakan, tampak

gelisah

3. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif ditandai

dengan luka episotomi.

Berdasarkan analisa data pada Ny.V diagnosa keperawatan yang

menjadi fokus utama adalah nyeri akut berhubungan dengan agen

pencedera fisik (terpotong) ditandai dengan Ny.V mengeluh nyeri

pada luka perineum, tampak meringis, bersikap protektif (waspada

posisi menghindari nyeri), gelisah, skala nyeri 5 dan berlangsung

terus-menerus.

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi yang diberikan pada Ny.V sesuai Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (SIKI). Intervensi yang digunakan manajemen

nyeri, tindakan yang dilakukan meliputi 1.) observasi tanda-tanda vital

47
2.) identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri, 3.) identifikasi skala nyeri, 4.) mengidentifikasi faktor

yang memperberat dan memperigan nyeri, 5.) jelaskan penyebab,

periode, pemicu nyeri, dan cara meredakan nyeri, 6.) Berikan teknik

non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri. Cara nonfarmakologis

untuk meredakan nyeri yaitu dengan pemberian kompres dingin sehari

sekali selama dua hari dengan waktu kurang lebih 10 menit. Setelah

diberikan kompres dingin diharapkan nyeri akut menurun. Kriteria

hasil untuk mengukur adanya penurunan pada nyeri akut yaitu tingkat

nyeri meliputi 1.) keluhan nyeri dari skala 2 (cukup meningkat)

menjadi skala 4 (cukup menurun), 2.) meringis dari skala 2 (cukup

meningkat) menjadi skala 4 (cukup menurun) 3.) Gelisah dari skala 2

(cukup meningkat) menjadi skala 4 cukup (menurun) 4.) Perineum

terasa tertekan dari skala 2 (cukup meningkat) menjadi skala 5 (cukup

menurun).

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi yang diberikan pada Ny.V untuk mengurangi nyeri

akut pada pasien dengan luka perineum sesuai dengan tindakan yang

sudah direncanakan pada tahap intervensi yaitu mengobservasi tanda-

tanda vital, mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri,

mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperigan nyeri,

menjelaskan penyebab, periode, pemicu nyeri dan cara meredakan

nyeri, mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri

48
dengan memberikan terapi kompres dingin. Pemberian kompres

dingin dilakukan sehari 3 kali selama dua hari dengan waktu 10 menit

yang didasarkan pada penelitian yang dilakukan (Ismawati, 2018)

dengan judul penerapan kompres dingin pada pasien post natal care

(pnc) dengan luka perineum dalam pemenuhan kebutuhan rasa

nyaman (nyeri) di ruang laika waraka obstetri dan gynekologi rsu

bahteramas prov. Sultra. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui

bahwa penerapan kompres dingin efektif dalam mengurangi rasa nyeri

pada luka perineum yang dilaksanakan selama 2 hari dengan frekuensi

3 x sehari (pagi, siang, sore). Sebelum melakukan kompres dingin

diawali dengan menyiapkan informed concent selanjutnya melakukan

kontrak waktu, tempat, dan menjelaskan tujuan kegiatan yang akan

dilakukan.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, berdasarkan

penerapan kompres dingin yang dilakukan peneliti pasa Ny.V 3 kali

sehari selama dua hari dengan waktu 10 menit didapatkan hasil

evaluasi hari pertama tanggal 18 Desember 2022 yaitu berdasarkan

data subjektive P: Ny.V mengatakan masih merasakan nyeri, Q:

seperti tertekan, R: perineum, S: skala 5, T: terus-menerus.

Berdasarkan data objektive keluhan keluhan nyeri skala 2 (cukup

meningkat), meringis skala 2 (cukup meningkat), gelisah skala 2

(cukup meningkat), perineum terasa tertekan skala 2 (cukup

meningkat). Tanda tanda vital, TD: 110/70 mmHg, N : 85x/menit, S:

49
36°C, RR : 20x/menit. Analisys masalah belum teratasi, planning 1.)

mengobservasi tanda-tanda vital, 2.) mengidentifikasi lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyei, 3.)

mengidentifikasi skala nyeri, 4.) mengajarkan teknik nonfarmakologis

(kompres dingin) untuk mengurangi nyeri dilanjutkan.

Evaluasi hari kedua dilakukan pada tanggal 19 Desember 2022,

setelah dilakukan kompres dingin didapatkan hasil data subjektive P :

Ny.V mengatakan nyerinya sudah berkurang banyak, sekarang hanya

terasa sedikit, Q : seperti tertekan, R: perineum, S: skala nyeri yang

ditunjuk di angka 1, T: terus-menerus. Berdasarkan hasil objective

yaitu keluhan nyeri skala 4 (cukup menurun), meringis skala 4 (cukup

menurun), gelisah skala 4 (cukup menurun), perineum terasa tertekan

skala 4 (cukup menurun). Tanda tanda vital, TD: 120/70 mmHg, N :

75x/menit, S: 36,5°C, RR : 20x/menit. Analisys masalah teratasi

sebagian. Planning intervensi dilanjutkan secara mandiri.

Berdasarkan uraian diatas kompres dingin dapat digunakan sebagai

terapi nonfarmakologis untuk menurunkan nyeri akut pada pasien

dengan luka perineum. Hal ini dibuktikan dari kriteria hasil yang

membaik setelah dilakukan kompres dingin yaitu keluhan nyeri dari

skala 2 (cukup meningkat) menjadi skala 4 (cukup menurun), meringis

nyeri dari skala 2 (cukup meningkat) menjadi skala 4 (cukup

menurun), gelisah nyeri dari skala 2 (cukup meningkat) menjadi skala

4 (cukup menurun), perineum terasa tertekan nyeri dari skala 2 (cukup

meningkat) menjadi skala 4 (cukup menurun).

50
BAB 5

PEMBAHASAN

A. Analisis Masalah Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan hasil Ny.V mengatakan

nyeri pada luka jahitan antara vagina dan anus (perineum), nyeri seperti

tertekan, skala nyeri 5, nyeri berlangsung terus-menerus. Ny.V merasa

tidak nyaman dengan nyerinya, semakin dirasakan pada saat beraktivitas

dan berkurang saat tidur. Saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital

TD : 110/70 mmHg, N : 85x/menit, S: 36°C, RR : 20x/menit. Diagnosa

keperawatan utama yang muncul pada Ny.V adalah nyeri akut. Nyeri

akut adalah Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau

lambat dan berintesitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari

tiga bulan (SDKI, 2016).

Menurut (S. Susilawati et al., 2020) setiap ibu yang telah menjalani

proses persalinan dengan luka perineum akan merasakan nyeri, nyeri

51
yang dirasakan pada setiap ibu dengan luka perineum menimbulkan

dampak yang tidak menyenangkan seperti kesakitan dan rasa takut untuk

bergerak sehingga banyak ibu dengan luka perineum jarang mau

bergerak pasca persalinan.

Pada dasarnya, hampir semua ibu postpartum akan merasakan

nyeri pada luka perineum akibat terjadinya peristiwa persalinan, sehingga

sensasi nyeri tersebut dapat timbul berbeda-beda pada setiap ibu

postpartum.

B. Analisis Implementasi

1. Implementasi

Implementasi yang dilakukan pada Ny.V yaitu dengan

memberikan teknik nonfarmakologi terapi kompres dingin untuk

menurunkan nyeri akut pada luka perineum.

Kompres dingin Tindakan kompres dingin merupakan metode

yang dapat diterapkan untuk membantu kenyamanan pada ibu nifas

untuk mengurangi rasa nyeri (E. Susilawati & Ilda, 2019). Kompres

dingin dilakukan menjadi strategi untuk menurunkan nyeri yang

efektif pada beberapa kondisi, kompres dingin yang diberikan di

area cidera atau trauma dapat menimbulkan respon sistemik dan

respon lokal. Tujuan diberikan kompres dingin untuk mengurangi

nyeri akibat cidera, trauma, edema (Zakiyah, 2015).

Penerapan kompres dingin dilakukan sehari 3 kali selama dua

hari dengan waktu 10 menit yang didasarkan pada penelitian yang

52
dilakukan (Ismawati, 2018) dengan judul penerapan kompres

dingin pada pasien post natal care (pnc) dengan luka perineum

dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri) di ruang laika

waraka obstetri dan gynekologi rsu bahteramas prov Sultra. Setelah

dilakukan kompres dingin didapatkan hasil skala nyeri Ny.V

menurun, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

(Larasati, 2022) implementasi yang dilakukan selama 3 hari pada

dua pasien didapatkan hasil penurunan skala nyeri sebelum dan

sesudah dilakukan penerapan. Hasil yang sama juga ditemukan

pada penelitian (Hasriani & Ahmi, 2020) Berdasarkan hasil

penelitian terdapat pengaruh kompres dingin terhadap pengurangan

nyeri luka perineum sebelum dan sesudah diberikan.

2. Evaluasi

Berdasarkan hasil penerapan kompres dingin 3 kali sehari

selama 2 hari dengan waktu 10 menit nyeri akut pada luka perineum

mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan penelitian (Munafiah et

al., 2022) teknik yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri luka

perinium salah satunya adalah dengan kompres dingin perineum.

Diperoleh hasil terapi kompres dingin perineum efektif mengurangi

nyeri pada perineum. Dimana diperoleh hasil setelah dilakukan

kompres dingin perineum sebagian besar responden mengalami nyeri

ringan 15 responden (75%), nyeri sedang 4 responden (20%) serta

nyeri berat 1 responden (5%) (Silviana, 2013).

53
Kompres dingin atau cold therapy merupakan modalitas terapi

fisik yang menggunakan sifat fisik dingin untuk terapi berbagai

kondisi, termasuk pada nyeri luka perineum. Kompres dingin bekerja

dengan menstimulasi permukaan kulit untuk mengontrol nyeri. Nyeri

yang dirasakan akan berkurang atau hilang untuk sementara waktu.

Tujuan dilakukannya kompres dingin yaitu untuk mengurangi

inflamasi yang terjadi pada tempat yang terserang nyeri sehingga

sensasi nyeri pasien dapat berkurang. Berdasarkan hasil penelitian

pengaruh kompres dingin terhadap pengurangan nyeri luka perineum

pada ibu nifas di wilayah kerja RSKDIA Pertiwi Makassar tahun

2019, maka didapatkan kesimpualan bahwa ada pengaruh kompres

dingin terhadap pengurangan nyeri luka perineum (Hasriani & Ahmi,

2020).

C. Keterbatasan Penelitian

1. Kesulitan dalam menyesuaikan waktu peneliti dengan jadwal shift

sehingga tidak bisa mendampingi 24 jam

2. Penelitian hanya dilakukan selama 2 hari sehingga peneliti tidak bisa

memantau keberhasilan terapi kompres dingin untuk menurunkan

nyeri akut dalam jangka panjang.

D. Alternatif Problem Solving

1. Peneliti meminta bantuan klien agar kooperatif selama tindakan

dengan terlebih dahulu memberikan penjelasan tentang terapi yang

akan dilakukan

54
2. Peneliti meminta bantuan perawat untuk memantau latihan yang

dilakukan klien

55

Anda mungkin juga menyukai