Anda di halaman 1dari 56

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PIJAT PRENATAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT


NYERI PUNGGUNG DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI
PERSALINAN PADA PRIMIGRAVIDA DI PMB SAHARA JL
SUPRIYADI RT 12 RW 05 POHJENTREK
KOTA PASURUAN

Disusun oleh :
ARINATUL AISYAH
2021050369

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


HUSADA JOMBANG
TAHUN 2022-2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nyeri punggung merupakan salah satu ketidaknyamanan pada ibu

hamil khususnya pada kehamilan Trimester III. Periode yang membutuhkan

perhatian khusus adalah saat menjelang persalinan yaitu selama trimester III,

karena masa ini merupakan masa terjadi pertumbuhan dan perkembangan

janin yang semakin meningkat. Berat badan yang meningkat drastis

menyebabkan ibu hamil merasa cepat lelah, sukar tidur, nafas pendek, kaki

dan tangan oedema. Peningkatan tinggi fundus uteri yang disertai

pembesaran perut, membuat bebantubuh lebih kedepan. Dalam upaya

menyesuaikan dengan beban tubuh yang berlebihan sehingga tulang belakang

mendorong kearah belakang, membentuk posturtubuh lordosis. Hal ini

menyebabkan ibu merasakan pegal pada punggung, varises dan kram pada

kaki (Silvana, 2022).

Angka kejadian ibu hamil dengan nyeri punggung sebanyak 50-80%

ibu hamil mengeluhkan nyeri punggung yang cukup menganggu selama

kehamilan (Mawardi, 2021). Pada wanita hamil, tercatat sekitar 50% wanita

mengalami nyeri punggung dan sekitar 10 % dari wanita dengan nyeri

punggung kronis dimulai ketika dia hamil. Nyeri punggung pada kehamilan

banyak dialami ketika memasuki bulan 6 kehamilan. Sekitar 80% wanita akan

mengalami nyeri punggung di beberapa titik selama kehamilan. Juga bisa


menyebabkan sakit pada punggung selama kehamilan terjadi akibat

perubahan otot tulang punggung (70%). Hasil dari berbagai laporan

disebutkan, penelitian pada ibu hamil di Indonesia pada tahun 2013 di

Indonesia wanita yang mengalami nyeri punggung hingga sampai 90%

selama kehamilan sehingga menempatkan nyeri punggung sebagai gangguan

yang serius pada kehamilan . Berdasarkan hasil penelitian Ratih (2020) pada

ibu hamil mengalami low back pain (nyeri punggung) di Provinsi Jawa Timur

diperkirakan sekitar 65% dari 100%. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di

PMB Sahara Jl supriyadi rt 12 rw 05 pohjentrek Kota Pasuruan pada ibu

hamil trimester III yaitu menjelang persalinan dari 10 orang hampir

seluruhnya mengalami nyeri punggung, hal ini terjadi karena badan semakin

berat, sehingga menyebabkan nyeri punggung.

Nyeri punggung bawah dalam kehamilan terjadi karena pertumbuhan

uterus yang menyebabkan perubahan postur tubuh ibu hamil sehingga terjadi

peningkatan tekanan pada lengkungan tulang belakang sehingga otot

punggung bawah memendek. Keadaan ini memicu pengeluaran mediator

kimia seperti prostaglandin dari sel rusak, bradikinin dari plasma, histamin

dari sel mast, serotonin dari trombosit. Peningkatan mediator- mediator

tersebut menjadikan saraf simpatis terangsang (Andarmoyo, 2019). Faktor

yang menyebabkan terjadinya nyeri punggung pada ibu hamil diantaranya

adalah usia Ibu, usia sangat menentukan status kesehatan ibu. Ibu hamil

dikatakan beresiko tinggi apabila ibu hamil berusia dibawah 20 tahun atau

lebih dari 35 tahun (Judha, 2020). Paritas, usia kehamilan, pekerjaan, olah
raga , pola kebiasaan aktivitas (Aprilia dan Setyorini, 2017). Ibu hamil yang

mengalami nyeri punggung bawah akan kesulitan untuk berdiri, duduk

bahkan berpindah dari tempat tidur, hal ini menyebabkan terganggunya

rutinitas sehari-hari dan mempengaruhi kualitas hidup mereka (Katonis,

2021).

Sebagai upaya dalam menanggulangi terjadinya nyeri punggung pada

ibu hamil menjelang persalinan salah satunya adalah dapat dilakukan

pemijatan atau relaksasi, karena hal ini dapat mengurangi nyeri punggung

yang dirasakan oleh ibu saat menghadapi persalinan. Selain itu olahraga

senam hamil meliputi latihan transversus, latihan dasar pelvis dan peregangan

umumnya. Latihan ini melatih otot abdomen transversal bagian dalam yang

merupakan penopang posturan utama dari tulang belakang selama

kehamilan, Ketika berdiri dan duduk lama istirahatkan satu kaki pada

bangku rendah, tinggikan lutut lebih tinggi dari pinggang dan duduk dengan

punggung tegak menempel pada sandaran kursi. Menghindari aktivitas terlalu

lama serta lakukan istirahat secara sering, menggunakan sepatu yang

nyaman, bertumit rendah, karena sepatu bertumit tinggi dapat membuat

lordosis bertambah parah, Mandi air hangat terutama sebelum tidur,

Menggunakan bantal penyangga diantara kaki dan dibawah abdomen ketika

dalam posisi berbaring miring, Apabila bangun dari posisi terlentang harus

dilakukan dengan memutar tubuh kearah samping dan bangun sendiri

perlahan menggunakan lengan untuk menyangga, Massage untuk

memulihkan tegangan pada otot, penggunaan minyak khusus seperti lavender


dapat digunakan untuk lebih meningkatkan relaksasi dan mengurangi rasa

nyeri pada trimester lll.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Pengaruh pijat prenatal terhadap penurunan tingkat

nyeri punggung dan kecemasan dalam menghadapi persalinan pada

primigravida di PMB Sahara Jl supriyadi rt 12 rw 05 pohjentrek kota

pasuruan"

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut ::

1. Bagaimana pijat prenatal pada pada primigravida di PMB Sahara Jl

supriyadi rt 12 rw 05 pohjentrek kota pasuruan?

2. Bagaimana tingkat nyeri punggung pada primigravida di PMB Sahara Jl

supriyadi rt 12 rw 05 pohjentrek kota pasuruan?

3. Bagaimana kecemasan pada primigravida di PMB Sahara Jl supriyadi rt

12 rw 05 pohjentrek kota pasuruan?

4. Apakah ada pengaruh pijat prenatal terhadap penurunan tingkat nyeri

punggung dan kecemasan dalam menghadapi persalinan pada

primigravida di PMB Sahara Jl supriyadi rt 12 rw 05 pohjentrek kota

pasuruan ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui pengaruh pijat prenatal terhadap tingkat nyeri

punggung dan kecemasan dalam menghadapi persalinan pada

primigravida di PMB Sahara Jl supriyadi rt 12 rw 05 pohjentrek kota

pasuruan

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pijat prenatal pada pada primigravida di PMB Sahara

Jl supriyadi rt 12 rw 05 pohjentrek kota pasuruan

2. Mengidentifikasi Tingkat nyeri punggung pada Primigravida di PMB

Sahara Jl supriyadi rt 12 rw 05 pohjentrek kota pasuruan

3. Mengidentifikasi Kecemasan pada pada Primigravida di PMB Sahara

Jl supriyadi rt 12 rw 05 pohjentrek kota pasuruan

4. Menganalisis pengaruh pijat prenatal terhadap tingkat nyeri punggung

dan kecemasan dalam menghadapi persalinan pada primigravida di

PMB Sahara Jl supriyadi rt 12 rw 05 pohjentrek kota pasuruan

1.4 Manfaat Penelitian

1. Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan

terkait pentingnya menjaga kondisi saat trimester III menbjelang

persalinan, terutama dalam mengatasi nyeri punggung yang dialami oleh

primigravida.
2. Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk tambahan referensi bagi

mahasiswa lain sebagai upaya pengembangan ilmu kebidanan untuk

melakukan penelitian lebih lanjut


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Persalinan

2.1.1 Pengertian

Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi

yang diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat

pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana

proses persalinan ini akan berlangsung selama 12 sampai 14 jam (Kurniarum,

2021). Menurut Mochtar.R (2019) persalinan atau disebut dengan partus

adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam

uterus melalui vagina ke dunia luar(Mochtar, 2020)

2.1.2 Jenis – jenis Persalinan

Persalinan pada umumnya merupakan proses yang fisiologis yang terjadi

pada akhir kehamilan. Proses persalinan biasanya diawali dengan kontraksi

uterus yang adekuat yang diikuti dengan adanya pembukaan serviks,

kemudian dilanjutkan dengan pengeluaran hasil konsepsi, dandiakhiri dengan

2 jam post partum (Kurniarum, 2020). Berikut adalah jenis persalinan:

1. Persalinan Pervaginam

Persalinan pervaginam disebut juga persalinan spontan. Persalinan

spontan adalah proses pengeluaran janin secara spontan melalui

pervaginam dengan presentasi belakang kepala tanpa komplikasi baik pada

ibu maupun janin. Persalinan normal dimulai dengan kala satu persalinan

yang didefinisikan sebagai pemulaan kontraksi secara adekuat yang


ditandai dengan perubahan serviks yang progresifdan diakhiri dengan

pembukaan lengkap (10 centimeter) (Prawirohardjo, 2018).

2. Persalinan Bedah Sesar

Persalinan bedah sesar termasuk dalam persalinan buatan. Persalinan

bedah sesar dikenal dengan istilah sectio sesarea(SC) yaitu pengeluaran

janin melalui insisi yang dibuat pada dinding abdomen dan uterus.

Tindakan ini dipertimbangkan sebagai pembedahan abdomen mayor

(Reeder, 2013)

2.1.3 Tanda-tanda Persalinan

Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah (Kurniarum,

2020):

1. Timbulnya kontraksi uterus

Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang

mempunyai sifat sebagai berikut:

1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan

2) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan

3) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya

makin besar

4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.

5) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi. Kontraksi

uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix (frekuensi minimal

2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan

pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.


2. Penipisan dan pembukaan serviks

Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya pengeluaran

lendir dan darah sebagai tanda pemula.

3. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)

Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis

keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini

disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen

bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.

2.1.4 Faktor-Faktor yang memengaruhi Jenis Persalinan

Banyak faktor yang berpengaruh terhadap cara persalinan, yang dapat

dibagi menjadi beberapa faktor. Faktor maternal biologi adalah usia ibu,

paritas, jarak kehamilan, tinggi badan (< 145 cm), kelainan jalan lahir

(passage). Faktor maternal lain meliputi status gizi/IMT, anemia, tekanan

darah, riwayat obtetrik buruk, penyakit penyerta, komplikasi persalinan.

Hal ini berperan pada kekuatan saat persalinan (power) Faktor bayi

(passager) antara lain berat badan janin, letak janin dan kelainan janin.

Sedangkan faktor lingkungan dapat berupa pendidikan, sosial ekonomi,

tempat tinggal, rujukan dan sebagainya (Annisa, 2021). Berikut adalah

penjelasan faktor-faktor yang memengaruhi persalinan:

1. Usia

Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu untuk hamil dan

melahirkan adalah 20-35 tahun karena pada usia ini secara fisik dan

psikologi ibu sudah cukup matang dalam menghadapi kehamilan dan


persalinan. Pada usia <20 tahun organ reproduksi belumsempurna secara

keseluruhan dan perkembangan kejiwaan belum matang sehingga belum

siap menjadi ibu dan menerima kehamilannya. Usia >35 tahun organ

reproduksi mengalami perubahan karena proses menuanya organ

kandungan dan jalan lahir kaku atau tidak lentur lagi. Selain itu

peningkatan pada umur tersebut akan mempengaruhi organ vital dan

mudah terjadi penyakit sehingga beresiko mengalami komplikasi pada ibu

dan janin (Annisa, 2021).

2. Paritas

Paritas menunjukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh

seorang wanita. Paritas merupakan factor penting dalam menentukan

kondisi ibu dan janin selama kehamilan maupun selama persalinan. Pada

ibu primipara atau bersalin pertama kali, belum pernah melahirkan maka

kemungkinan terjadinya kelainan dan komplikasi cukup besar baik pada

kekuatan his (power), jalan lahir (passage) dan kondisi janin (passanger).

Informasi yang kurang tentang persalinan dapat memengaruhi proses

persalinan (Kusumawati, 2019).

3. Jarak Kehamilan

Seorang wanita yang hamil dan melahirkan kembali dengan jarak

yang pendek dari kehamilan sebelumnya akan memberikan dampak yang

buruk terhadap kondisi kesehatan ibu dan bayi. Hal ini disebabkan karena

bentuk dan fungsi organ reproduksi belum kembali dengan sempurna

sehingga fungsinya akan terganggu apabila terhadi kehamilan dan


persalinan kembali. Jarak antara dua persalinan yang terlalu dekat

menyebabkan meningkatnya anemia yang dapat menyebabkan BBLR,

kelahiran preterm, dan lahir mati yang mempengaruhi proses persalinan

dari faktor bayi. Sehingga wanita membutuhkan 2-3 tahun dalam

memulihkan tubuhnya dan mempersiapkan dirinya pada persalinan

berikutnya dan memberikan kesempatan pada luka untuk sembuh dengan

baik. Jarak persalinan yang pendek meningkatkan resiko bagi ibu dan anak

(Kusumawati, 2019).

2.2 Konsep Dasar Pijat Prenatal

2.2.1 Pengertian

Pijat merupakan aplikasi tekanan pada jaringan lunak tubuh, seperti kulit,

otot, tendon dan ligamen. Pijat atau massage adalah salah satu cara untuk

memunculkan wellness for body and mind. Massage adalah sebagai pijat

yang telah disempurnakan dengan ilmu-ilmu tentang tubuh manusia atau

gerakan-gerakan tangan yang mekanis terhadap tubuh manusia dengan

mempergunakan bermacam-macam bentuk pegangan atau teknik (Ihca,

2020).

Prenatal Massage adalah pijat yang dilakukan pada ibu hamil untuk

memperlancar sirkulasi darah ibu dan mengurangi keluhan yang sering

dialami ibu hamil. Jenis pijatan disesuaikan dengan perubahan yubuh ibu

hamil (Icha, 2020)

2.2.2 Faktor Pertimbangan Dalam Massage

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam massage meliputi :


1. Tangan masseur harus selalu menyentuh tubuh klien

2. Tekanan telapak tangan hanya boleh diberikan ketika melakukan

gerakan mengurut ke arah jantung dan harus dihilangkan ketika

melakukan gerakan balik

3. Massage yang dilakukan untuk menghasilkan relaksasi pada orang

yang dipijat dan frekuensi gerakan mengurut kurang lebih 15 kali

dalam satu menit.

4. Irama yang tidak terputus-putus

5. Keseluruhan bagian tubuh harus diurut dengan koninuitas

6. Massage dalam 10 menit harus sudah menghasilkan relaksasi yang

cukup agar pasien bisa tidur nyenyak pada malam harinya

7. Bisa dilakukan setiap hari

2.2.3 Manfaat Pregnacy Massage (Pijat Kehamilan)

1. Pijat pada ibu hamil dapat membantu untuk mengeluarkan produk-

produk metabolisme tubuh melalui limfatik dan sistem sirkulasi, yang

dapat mengurangi kelelahan dan membuat ibu lebih berenergi

2. Sistem sirkulasi yang lancar dapat memudahkan beban kerja jantung

dan membantu tekanan darah ibu hamil menjadi normal.

3. Ketidak nyamanan otot, seperti kram, ketegangan otot, kekakuan otot

yang sering dirasakan oleh ibu hamil, dapat dikurangi dengan pijat

4. Pijat dapat membantu mengurangi depresi dan kecemasan pada ibu

hamil yang disebabkan perubahan hormonal selama kehamilan.


5. Pijat dapat membantu menenangkan dan merelaksasikan ibu hamil

yang sering mengalami kecemasan, sehingga ibu hamil dapat

merasakan tidur lebih berkualitas.

6. Ibu bersalin yang diberikan pijat dapat merasakan kenyamanan

sehingga memperlancar proses persalinan, begitu juga saat nifas

kekuatanya lebih cepat sehingga mengurangi stress pada post partum

(Icha, 2020).

2.2.4 Posisi Pregnancy Massage

1. Prone (Telungkup)

Posisi ini disarankan pada trimester pertama, untuk mencegah tekanan

intrauterine

2. Supinasi (Terlentang)

Posisi ini disarankan padan kehamilan 14-22 minggu. Pada trimeter

pertama posisi supinasi juga diperbolehkan dan tidak memerlukan

peralatan ekstra

3. Semireclining (semifowler)

Pada usia kehamilan mulai dari 23 minggu disarankan untuk

menggunakan posisi ini dan menghindari posisi supinasi

4. Sidelying (Menyamping)

Pada posisi ini ibu dianjurkan miring ke kiri, gunakan cukup bantal

untuk menyangga kepala dan leher

5. Seated (Duduk)
Posisi ini sangat nyaman bagi wanita yang kehamilanya kembar,

menderita penyakit simfisis pubis yang parah, klien yang obesitas dan

klien yang refleks lambung parah

2.2.5 Persiapan Pregnancy Massage Treatment

1. Terapis harus bertanya pertama kali apakah klien menyukai usapan

karena beberapa klien tidak menyukai kontak secara fisik

2. Perlu diperhatikan kemungkinan adanya alergi atau kulit mudah

terangsang, sebelum memberikan lotion atau oil

3. Hindari untuk melakukan massage pada area kemerah-merahan,

kecuali bila kemerahan tersebut hilang sewaktu di massage

4. Identifikasi juga faktor – faktor atau kondisi fraktur tulang rusuk atau

vertebra, luka bakar, daerah kemerahan pada kulit, atau luka terbuka

yang menjadi kontraindikasi untuk massage

2.2.6 Tahap persiapan

Persiapan alat

1. Kursi atau tempat duduk dan tempat bersandar

2. Kasur, sprei, selimut

3. Tromaterapy canndle

4. Minyak aromaterapi sesuai keinginan pasien

5. Handuk

Persiapan terapis

1. Menyiapkan alat dan mendekatkanya ke pasien

2. Mencuci tangan
Persiapan Lingkungan

1. Menutup gorden atau pintu

2. Pastikan privasi pasien terjaga

2.2.7 Teknik Pregnancy Massage Treatment

1. Pemijatanan daerah punggung

1) Mengatur posisi klien

Posisikan klien dalam posisi yangnyaman dan tanyakan bagaimana

posisi yang nyaman

2) Peregangan

Buka selimut pada daerah pinggung sampai daerah gluteal

kemudian balurkan minyak didaerah punggung dan mulai dengan

peregangan.

3) Effleurage

Mulai dari atas punggung meluncur ke bawah pada kedua sisi

tulang belakang hingga atas otot gluteal. Kembali lagi dari bawah

ke atas dan tekanan pijatan ke atas di kurangi.

4) Kneading Pinggang

Lakukan meremas mulai dari otot gluteal dan pinggang dengan

lembut bergeser bolak balik.

5) Meremas Bahu

Lanjutkan dengan meremas bahu bagian atas

6) Diagonal strokes
Urut dari daerah bahu ke daerah gluteal (daerah pinggang) secara

menyilang dari sisi kanan ke kiri urut dari daerah gluteal ke daerah

bahu (daerah punggung) secara menyilang dari sisi kanan ke sisi

kiri

7) Twidding Thumbs

Tekan pada daerah sekitar ilium kemudian bergerak ke daerah

punggung hingga ke bahu menggunakan tarian jempol

8) Circular Thumbs

Gunakan jempol bentuk lingkaran keluar pada sisi kanan dan kiri

otot spina (secara sirkular). Pada ibu hamil trimester III dan post

natal diteruskan naik ke punggung untuk mengeluarkan hormon

oksitosin.

9) Crass FrictionalTherapy

Gunakan jermpol untuk menekan kedalam dan keluar dari spina.

Gerakan ini digunakan jika klien mengeluh linu (daerah kram

tertentu.

10) Chisel Fist

Lakukan gerusan pada otot tulang belakang dengan menggunakan

buku-buku jari, dapat bergerak maju mundur.

11) Deeper Cross Friction Therapy

Gunakan 2 tangan 4 jari. Dimulai dari sisi atas illium di atas otot

gluteal. Meluncur dari unsur lamina di atas otot tulang belakang

lanjutkan ke punggung ke atas hingga bahu dan kembali


12) Ellbow Teknik

Letakkan salah satu telapak tangan pada bahu dan siku tangan

lainya pada punggung. Meluncur turun pada otot tulang belakang

dari bahu dengan fokus utama tekanan pada otot gluteal.

2.3 Konsep Dasar Nyeri Punggung

2.3.1 Pengertian

Khusus pada masalah nyeri punggung bawah merupakan nyeri

punggung yang terjadi pada area lumbosacral. Nyeri punggung bawah

biasanya akan meningkat intensitasnya seiring pertambahan usia kehamilan

karena nyeri ini merupakan akibat pergeseran pusat gravitasi wanita tersebut

dan postur tubuhnya, akibat berat uterus yang membesar. Jika tidak dilakukan

penanganan maka akan menyebabkan posisi tubuh saat berjalan condong ke

belakang akibat peningkatan lordosis. Lengkung ini kemudian akan

meregangkan otot punggung dan menimbulkan rasa sakit atau nyeri (Varney,

2017). Selama kehamilan, relaksasi sendi kemungkinan terjadi akibat

perubahan hormonal. Estrogen, progesterone dan relaksin, semuanya tampak

terlibat. Estrogen menyebabkan jaringan ikat menjadi lebih lembut, kapsula

sendi menjadi relaks, dan sendi pelvis dapat bergerak. Progesteron

mempunyai efek relaksasi atau pelemahan ligament pelvis. Relaksin

mengatur kolagen dan melunakkan sendi dan ligament. Postur biasanya

mengalami perubahan untuk mengompensasi pembesaran uterus, terutama

jika tonus otot abdomen buruk. Lordosis progresif menggeser pusat gravitasi

ibu ke belakang tungkai. Terdapat juga peningkatan mobilitas sendi


sakroiliaka dan sakrokogsigeal yang berperan dalam perubahan postur

maternal yang dapat menyebabkan nyeri punggung bagian bawah di akhir

kehamilan, terutama pada wanita multipara. Di akhir kehamilan, rasa sakit,

mati rasa, dan kelemahan terkadang dialami pada lengan, kemungkinan

terjadi akibat lordosis drastis. Otot dinding abdomen dapat meregang dan

kehilangan sedikit tonusnya, sehingga memperberat nyeri punggung (Fraser

dan Cooper, 2021).

Seiring dengan bertambahnya berat janin yang sedang tumbuh, hal ini

semakin menekan tulang belakang dan menyebabkan nyeri punggung.

Obesitas, riwayat masalah punggung, dan paritas yang lebih besar

meningkatkan nyeri punggung. Relaksasi sendi-sendi panggul akibat homon

relaksin juga menyebabkan nyeri punggung (Cunningham, 2018).

Menurut Varney (2017) nyeri punggung juga dapat merupakan akibat

membungkuk berlebihan, berjalan tanpa istirahat, dan angkat beban, terutama

bila salah satu atau semua kegiatan ini dilakukan saat sedang lelah.Aktivitas-

aktivitas tersebut menambah peregangan pada punggung.

Masalah dapat memburuk jika otot-otot abdomen wanita hamil

tersebut lemah sehingga gagal menopang uterus yang membesar. Tanpa

sokongan, uterus akan mengendur, kondisi yang akan membuat lengkungan

punggung semakin memanjang. Kelemahan otot abdomen lebih umum terjadi

pada wanita multipara yang tidak pernah melakukan latihan dan memperoleh

kembali tonus otot abdomennya tiap kali selesai melahirkan. Para wanita

primigravida biasanya memiliki otot abdomen yang sangat baik karena otot-
otot tersebut belum pernah mengalami peregangan sebelumnya. Dengan

demikian keparahan nyeri punggung bagian bawah meningkat seiring

paritasnya (Varney, 2017).

2.3.2 Definisi Nyeri

Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat

terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut syaraf dalam tubuh ke otak

dan dikuti oleh reaksi fisik, fisiologis dan emosional Intensitas nyeri adalah

gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan oleh Individu

(Hidayat, 2019).

2.3.3 Fisiologis Nyeri

Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan.

Reseptor nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor

(nociceptor) merupakan ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau

tidak ada mielin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera,

persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat

memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan.

Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimia seperti histamine,

bradikinin, prostaglandin, dan macam-macam asam dilepas bila terdapat

kerusakan jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi lain berupa

termal, listrik atau mekanis (Hidayat, 2019).

2.3.4 Stimulus Nyeri

Menurut Hidayat (2019) seseorang dapat menoleransi nyeri, menahan

nyeri (pain tolerance) atau dapat mengenali jumlah stimulus nyeri sebelum
merasakan nyeri (pain threshold). Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri,

diantaranya:

1. Trauma pada jaringan tubuh.

2. Gangguan pada jaringan tubuh. Misalnya karena edema akibat terjadinya

penekanan pada reseptor nyeri

3. Tumor, dapat juga menekan reseptor nyeri

4. Iskemia pada jaringan. Misalnya terjadi blockade pada arteria koronaria

yang menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat.

5. Spasme otot dapat menstimulasi mekanik.

2.3.5 Klasifikasi Nyeri

Menurut Tamsuri (2019), nyeri diklasifikasikan pada beberapa hal,

yaitu:

1. Berdasarkan waktu kejadian

1) Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu dari detik pertama

sampai dengan kurang dari enam bulan. Umumnya terjadi pada

cedera, penyakit akut, atau pada pembedahan dengan awitan yang

cepat. Biasanya hilang dengan sendirinya dengan atau tanpa tindakan

setelah kerusakan jaringan sembuh.

2) Nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam waktu lebih dari enam

bulan. Umumnya timbul tidak teratur, intermiten, atau bahkan

presisten. Penyembuhannya tidak dapat diprediksi meskipun

penyebabnya mudah ditentukan.


2. Berdasarkan lokasi

1) Nyeri superfisial biasanya timbul akibat stimulasi terhadap kulit

seperti pada laserasi, luka bakar dan sebagainya. Memiliki durasi yang

pendek, terlokalisir dan memiliki sensasi yang tajam

2) Nyeri somatik dalam adalah nyeri yang terjadi pada otot dan tulang

serta struktur penyokong lainnya, umumnya nyeri bersifat tumpul dan

distimulasi dengan adaya peregangan dan iskemia.

3) Nyeri viseral adalah nyeri yang disebabkan oleh kerusakan organ

internal. Nyeri yang timbul bersifat difus dan durasinya cukup lama.

Sensasi yang timbul biasanya tumpul.

4) Nyeri sebar adalah sensasi yang meluas dari daerah asal ke jaringan

sekitar. Nyeri yang dirasakan berjalan/bergerak dari daerah asal nyeri

ke sekitar atau ke sepanjang bagian tubuh tertentu. Nyeri dapat

bersifat intermiten atau konstan.

5) Nyeri fantom adalah nyeri yang dialami klien amputasi.

6) Nyeri alih adalah nyeri yang timbul akibat adanya nyeri visceral yang

menjalar ke organ lain, sehingga dirasakan nyeri pada beberapa

tempat.

3. Berdasarkan organ

1) Nyeri organik adalah nyeri yang diakibatkan adanya kerusakan (aktual

atau potensial) organ.

2) Nyeri neourogenik adalah nyeri akibat gangguan neoron, misalnya

pada neuralgia. Dapat terjadi secara akut atau kronis.


3) Nyeri psikogenik adalah nyeri akibat berbagai faktor psikologis. Nyeri

ini umumnya terjadi ketika efek-efek psikogenetik seperti cemas dan

takut timbul pada seseorang.

2.3.6 Faktor Nyeri

Menurut Hidayat (2019), pengalaman nyeri pada seseorang dapat

dipengruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah:

1. Arti nyeri

Arti nyeri bagi individu memiliki banyak perbedaan dan hampir

sebagian arti nyeri tersebut merupakan arti yang negative, seperti

membahayakan dan merusak. Keadaan ini dipengaruhi usia, jenis kelamin,

latar belakang sosial kultural, lingkungan dan pengalaman.

2. Persepsi nyeri

Persepsi nyeri merupakan penilaian sangat subjektif, tempatnya pada

korteks pada fungsi evaluative secara kognitif. Persepsi ini dipengruhi oleh

factor yang dapat memicu stimulasi nociceptor.

3. Toleransi nyeri

Toleransi nyeri ini erat hubungannya dengan adanya intensitas nyeri

yang dapat mempengaruhi seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat

mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-

obatan, hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan

yang kuat, dan lain-lain. Sedangkan faktor yang dapat menurunkan

toleransi nyeri antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang

tak kunjung hilang, sakit dan lain-lain.


4. Reaksi terhadap nyeri

Reaksi terhadap nyeri merupakan respon seseorang terhadap nyeri,

seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis dan menjerit. Semua ini

merupakan bentuk respon nyeri. Ketidaktahuan dan ketidakmampuan

mengontrol nyeri atau kejadian disekitarnya sering menambah presepsi

nyeri. Keletihan juga mengurangi kemampuan seseorang untuk mengatasi

nyeri, sehingga meningkatkan presepsi nyeri. Ketika nyeri mengganggu

tidur, keletihan dan ketegangan otot sering terjadi dan meningkatkan nyeri

(Kozier, 2019).

5. Budaya dan etnik

Budaya dan etnik mempunyai pengaruh seseorang merespon nyeri

(bagaimana nyeri diuraikan atau seseorang berperilaku dalam berespon

terhadap nyeri). Namun, budaya dan etnik tidak mempengaruhi persepsi

nyeri. Harapan budaya tentang nyeri yang ibu pelajari sepanjang hidupnya

jarang dipengaruhi oleh nilai-nilai yang berlawanan dengan budaya

lainnya. Akibatnya, ibu yakin bahwa persepsi dan reaksi terhadap nyeri

dapat diterima oleh ibu itu sendiri (Notoatmodjo, 2017).

6. Usia

Istilah usia diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur

dalam satuan waktu dipandang dari segi kronologik, individu normal yang

memperlihatkan derajat perkembangan anatomis dan fisiologis (Dorland,

2021).

1) Usia ibu < 20 tahun


Kehamilan di bawah usia 20 tahun dapat menimbulkan banyak

permasalahan karena bisa mempengaruhi organ tubuh. Kehamilan di

usia muda atau remaja (<20 tahun) akan mengakibatkan rasa takut

terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia

tersebut ibu belum secara siap fisik, emosi, psikologi, sosial dan

ekonomi (Prawirohardjo, 2018).

2) Usia Ibu 20 – 35 tahun

Kehamilan paling ideal adalah kehamilan pada usia 20-35 tahun

karena pada usia ini organ-organ tubuh sudah siap selain itu pada usia

ini ibu sudah dikatakan siap secara fisik, emosi, psikologi, sosial dan

ekonomi (Prawirohardjo, 2018).

3) Usia ibu > 35 tahun

Usia pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu

untuk menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu. Kehamilan di

usia tua ( >35 tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap

kehamilan dan persalinan serta keadaan alat-alat reproduksi ibu sudah

menurun untuk hamil (Prawirohardjo, 2018).

4) Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2018) pendidikan seseorang

mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi pekerjaan. Dengan

pendidikan, manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan dan

implikasinya. Semakin tinggi pendidikan akan semakin berkualitas,

perubahan yang epat dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi sangat dibutuhkan orang yang berpengetahuan baik.

Kemungkinan hal ini menyesebabkan miskonsepsi (misconception)

tentang body mechanik.

5) Pekerjaan

Setiap pekerjaan apa pun jenisnya seperti pekerjaan tersebut

memerlukan otot atau pemikiran merupakan beban bagi yang

melakukan. Beban dapat berupa beban fisik, beban mental atau beban

sosial sesuai dengan jenis pekerjaan. Posisi mengangkat beban dari

posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban merupakan

posisi yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok

terlebih dahulu. Selain sikap tubuh yang salah, beberapa aktivitas

berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1

jam dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang

monoton lebih dari 2 jam dalam sehari dapat pula meningkatkan risiko

timbulnya nyeri punggung bawah (Lipert dan Lynn, 2021).

2.3.7 Faktor Nyeri pada Kehamilan

1. Pertambahan Berat Badan

Sejalan dengan bertambahanya berat badan secara bertahap selama

kehamilan mengubah postur tubuh sehingga pusat gravitasi tubuh bergeser

kedepan. Ada kecenderungan bagi otot punggung untuk memendek jika

otot abdomen meregang sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan

otot disekitar pelvis dan tegangan tambahan dapat dirasakan diatas

ligament tersebut. Akibatnya adalah nyeri punggung yang biasanya berasal


dari sakroiliaka atau lumbal, dan dapat menjadi gangguan punggung

jangka panjang jika keseimbangan otot dan stabilitas pelvis tidak

dipulihkan.

Berubahnya titik berat tubuh seiring membesarnya rahim dengan

adanya pertumbuhan janin titik berat tubuh lebih condong ke depan

akibatnya tubuh akan berusaha menarik bagian punggung agar lebih ke

belakang tulang punggung bagian bawah pun lebih melengkung serta otot

otot tulang belakang memendek. Postur tubuh yang berubah seiring

perkembangan janin yang ada di dalam perut yang dapat merubah susunan

tulang tulang panggul seiring membesarnya rahim dan pertumbuhan janin

yang bertahap secara fisiologis. Posisi tidur merupakan suatu kebiasaan di

mana posisi tidur sebelum hamil dan sesudah hamil itu harus berbeda ibu

hamil harus mampu melepaskan posisi tidur favorit dan terbiasa dengan

posisi tidur yang baru dimana perut yang semakin membesar dan lebih

mempersulit ibu hamil untuk tidur dengan nyaman (Sinclair, 2018).

2. Paritas

Wanita grandemultipara yang tidak pernah melakukan latihan iap kali

selesai melahirkan cenderung mengalami kelemahan otot abdomen.

Sedangkan wanita primigravida biasanya memiliki otot abdomen yang

sangat baik karena otot tersebut belum pernah mengalami peregangan

sebelumnya (Sinclair, 2018).


3. Pola Kebiasaan Aktivitas

Nyeri punggung juga dapat merupakan akibat membungkuk yang

berlebihan, berjalan tanpa istirahat, angkat beban, terutama bila semua

kegiatan ini dilakukan saat wanita tersebut sedang lelah. Banyak tugas

rumah tangga seperti menyetrika atau menyiapkan makanan yang dapat

dilakukan dalam posisi duduk, bukan berdiri tetapi dilakukan dengan

berdiri dalam waktu yang lama, termasuk jika ibu hamil harus mengangkat

objek berat maka terjadi tegangan pada otot panggul, semua gerakan

berputar sambil mengangkat merupakan gerakan yang berbahaya dan tidak

boleh dilakukan. Banyak tugas rumah tangga seperti menyetrika atau

menyiapkan makanan yang dapat dilakukan dalam posisi duduk, bukan

berdiri tetapi dilakukan dengan berdiri dalam waktu yang lama, termasuk

jika ibu hamil harus mengangkat objek berat maka terjadi tegangan pada

otot panggul, semua gerakan berputar sambil mengangkat merupakan

gerakan yang berbahaya dan tidak boleh dilakukan (Fraser dan Cooper,

2021).

4. Riwayat Nyeri Punggung

Cara ibu merespon terhadap nyeri adalah akibat dari banyak kejadian

nyeri selama rentang kehidupannya. Bagi beberapa orang nyeri masa lalu

dapat saja menetap dan tidak terselesaikan, seperti nyeri berkepanjangan

dapat menjadi mudah marah, menarik diri, depresi. Efek yang tidak

diinginkan diakibatkan oleh pengalaman sebelumnya menunjukan

pentingnya perawatan untuk waspada terhadap pengalaman masa lalu ibu


terhadap nyeri tersebut. Jika nyeri teratasi dengan cepat dan dengan

adekuat, ibu lebih sedikit ketakutan terhadap nyeri dimasa mendatang dan

mampu mentoleransi lebih baik (Ummi Hani, 2019).

5. Kecemasan

Kecemasan yang dirasakan oleh ibu hamil di trimester ketiga. Ini

merupakan refleksi dari kesadaran akan kehamilannya yang mendekati

akhir, sehingga ada rasa takut akan proses persalinan yang tidak normal,

kecemasan tentang apakah bayinya dapat lahir dengan selamat, dan

khawatir apabila bayinya lahir dalam keadaan tidak normal.

Ketidaknyamanan fisik berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh,

ketidaknyamanan fisik ini seperti sakit punggung bawah, dan rasa pegal-

pegal pada badan. Kecemasan dan ketidaknyamanan fisik merupakan

stressor yang dapat merangsang sistem syaraf simpatis dan modula

kelenjar adrenal. Pada keadaan ini akan terjadi peningkatan sekresi

hormone adrenalin atau epinefrin, sehingga dapat meningkatkan

ketegangan pada ibu hamil (Wahyuni, 2019).

2.3.8 Manajemen Nyeri Punggung

Nyeri dapat diatasi dengan terapi farmakologis dan nonfarmakologis.

Dalam kehamilan metode farmakologi mempunyai pengaruh bagi ibu,

janin, maupun bagi kemajuan persalinan. Obat yang sering digunakan

adalah jenis analgesik nonopioid yaitu asamme fenamat untuk mengatasi

nyeri akut derajat ringan. Untuk metode non farmakologis dapat dilakukan

melalui kegiatan tanpa obat antara lain teknik distraksi, hypnosis-diri,


mengurangi persepsi nyeri, stimulasi masase, mandi air hangat, kompres

panas atau dingin, body mekanik yang baik serta olahraga teratur. Metode

nonfarmakologis juga lebih murah, simpel, efektif dan tanpa efek yang

merugikan (Potter & Perry, 2017).

Menurut Sinclair (2018) beberapa manajemen nyeri punggung,

adalah:

1. Akupuntur

Untuk mengobati rasa sakit ataupun meredakan penyakit dengan

menggunakan metode memasukkan manipulasi jarum dalam titik

akupuntur atau meridian tubuh. Akan tetapi kerusakan syaraf ataupun

jaringan tubuh bisa terjadi apabila penancapan jarum akupuntur terlalu

dalam.

2. Mekanika Tubuh

Menjaga postur tubuh yang benar dan mempraktikkan mekanika

tubuh yang baik penting untuk menghindari ketidaknyamanan yang umum

dirasakan selama kehamilan

3. Massage

Melakukan tekanan pada jaringan lunak, pada otot dan ligamentum

gerakan harus di lakukan secara benar agar tidak terjadi perubahan posisi

sendi.

4. Senam hamil

Latihan gerak yang diberikan pada ibu hamil sehingga dapat

membuat tubuh bugar, karena sirkulasi darah menjadi baik.


5. Mandi air hangat

Mandi air hangat boleh di lakukan tapi tidak boleh terlalu sering

karena dapat memperbesar pori-pori dan pada dasarnya mandi air hangat

tersebut sesekali memang tidak apa-apa untuk dilakukan. Karena mandi air

hangat juga bermanfaat untuk relaksasi otot

6. Olahraga yoga

Gerakan meluruskan punggung mempertahankan kesehatan

punggung.

2.3.9 Skala Intensitas Nyeri

Pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan

gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2017).

Keterangan :

0 :Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan

4-6 : Nyeri sedang

7-9 : Nyeri berat

10 : Nyeri sangat berat

Karakteristik paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan

atau intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk


mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah.

Namun, makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari

waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan

2.4 Konsep Dasar Kecemasan

2.4.1 Pengertian Kecemasan

Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang

berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini

tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan

dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut,

yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya. Ansietas adalah

respons emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi

cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat Ansietas yang berat

tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart, 2017).

Kecemasan merupakan emosi subjektif yang membuat individu tidak

nyaman, ketakutan yang tidak jelas dan gelisah, dan disertai respon

otonom. Kecemasan juga merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan

menyebar berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart,

2017).

Kecemasan bisa berarti respon psikologis ibu hamil terhadap stressor

pencetus (penyebab kecemasan) yang biasanya datang dari luar diri

seseorang. Seseorang yang menderita gangguan kecemasan umum hidup tiap

hari, dalam ketegangan yang tinggal secara samar-samar merasa takut atau

cemas pada hampir sebagian besar waktunya dan cenderung bereaksi secara
berlebihan terhadap stres yang ringan pun. Tidak mampu santai, mengalami

gangguan tidur, kelelahan, nyeri kepala, pening, dan jantung berdebar-debar

adalah keluhan fisik yang paling sering ditemukan. Selain itu, individu terus

menerus merasa takut akan kemungkinan masalah dan mengalami kesulitan

untuk berkonsentrasi atau mengambil keputusan (Luluk, 2021).

2.4.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi kecemasan

Berikut ini faktor- faktor yang mempengaruhi kecemasan

(Untari,2014), yaitu:

1. Usia

Semakin meningkat usia seseorang semakin baik tingkat

kematangan seseorang walau sebenarnya tidak mutlak.

2. Jenis kelamin

Gangguan lebih sering di alami perempuan dari pada laki-laki.

Perempuan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan

subyek yang berjenis kelamin laki-laki. Dikarenakan perempuan lebih

peka terhadap emosi yang pada akhirnya peka juga terhadap perasaan

cemasnya. Perempuan cenderung melihat hidup atau peristiwa yang

dialaminya dari segi detil sedangkan laki-laki cenderung global atau tidak

detail.

3. Tipe kepribadian

Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan

stress dari pada yang memiliki kepribadian B. Orang-orang pada tipe A

dianggap lebih memiliki kecenderungan untuk mengalami tingkat stress


yang lebih tinggi, sebab mereka menempatkan diri mereka sendiri pada

suatu tekanan waktu dengan menciptakan suatu batas waktu tertentu

untuk kehidupan mereka.

4. Pendidikan

Seorang dengan tingkat pendidikan yang rendah mudah mengalami

kecemasan, karena semakin tinggi pendidikan akan mempengaruhi

kemampuan berfikir seseorang.

5. Status kesehatan

Seseorang yang sedang sakit dapat menurunkan kapasitas

seseorang dalam menghadapi stress.

6. Makna yang dirasakan

Jika stresor dipersepsikan akan berakibat baik maka tingkat

kecemasan yang akan dirasakan akan berat. Sebaliknya jika stressor

dipersepsikan tidak mengancam dan individu mampu mengatasinya maka

tingkat kecemasanya yang dirasakanya akan lebih ringan.

7. Nilai-nilai budaya dan spritual

Nilai-nilai budaya dan spritual dapat mempengaruhi cara berfikir

dan tngkah laku seseorang.

8. Dukungan sosial dan lingkungan

Dukungan sosial dan lingkungan sekitar dapat mempengaruhi cara

berfikir seseorang tentang diri sendiri dan orang lain. Hal ini disebabkan

oleh pengalaman seseorang dengan keluarga, sahabat rekan kerja dan


lain-lain. Kecemasan akan timbul jika seseorang merasa tidak aman

terhadap lingkungan.

9. Mekanisme koping

Ketika mengalami kecemasan, individu akan menggunakan

mekanisme koping untuk mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi

kecemasan secara konstruktif menyebabkan terjadinya perilaku patologis.

2.4.3 Macam Kecemasan.

Menurut Stuart (2017 ) tingkat ancietas sebagai berikut :

1. Ancietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari; Ancietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan

meningkatkan tapang persepsinya. Ancietas ini dapat memotivasi belajar

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

2. Ancietas sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang

penting dan mengesampingkan yang lain. Ancietas ini mempersempit

lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak

perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area

jika diarahkan untuk melakukannya.

3. Ancietas berat sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu

cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci serta tidak berpikir hal lain.

Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu

tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

4. Tingkat panik dari Ancietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan,

dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang


mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan

arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan

peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan

kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat Ancietas ini tidak sejalan

dengan kehidupan jika berlangsung dalam waktu lama, dapat terjadi

kelelahan dan kematian.

Ada empat macam kecemasan, yaitu :

1) Kecemasan ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari – hari

dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan

lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotifasi belajar dan

menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

RENTANG RESPONS ANSIETAS

Respons adaptif Respons Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Respon cemas ringan seperti :

a. Sesekali nafas pendek

b. Nadi dan tekanan darah naik

c. Gejala ringan pada lambung

d. Muka berkerut dan bibir bergetar

e. Lapang persepsi meluas


f. Konsentrasi pada masalah

g. Menyelesaikan masalah secara efektif

h. Tidak dapat duduk dengan tenang

i. Tremor halus pada tangan

2) Cemas sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang

penting dan mengesampingkan yang lain. Sehinga seseorang

mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu

yang lebih terarah.

Respon cemas sedang :

a. Sering nafas pendek

b. Nadi dan tekanan darah naik

c. Mulut kering

d. Anoreksia

e. Gelisah

f. Lapang pandang menyempit

g. Rangsangan luar tidak mampu diterima

h. Bicara banyak dan lebih cepat

i. Susah tidur

j. Perasaan tidak enak.

3) Cemas Berat

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang

cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan


spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku

ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut

memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan suatu area

lain.

Respon :

a. Nafas pendek

b. Nadi dan tekanan darah meningkat

c. Berkeringat dan sakit kepala

d. Penglihatan kabur

e. Ketegangan

f. Lapang persepsi sangat sempit

g. Tidak mampu menyelesaikan masalah

h. Blocking

i. Ferbalisasi cepat

j. Perasaan ancaman meningkat

4) Kecemasan panik.

Dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan

dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami

kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu

melakukan sesuatu hal apapun dengan pengarahan. kecemasan ini

tidak sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam

waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan

kematian.
Respon :

a. Nafas pendek

b. Rasa tercekik dan palpitasi

c. Sakit dada

d. Pucat

e. Hipertensi

f. Lapang persepsi sangat sempit

g. Tidak dapat berfikir logis

h. Agitasi

i. Mengamuk

j. Marah

k. Ketakutan

l. Berteriak – teriak

m. Blocking

n. Kehilangan kendali

o. Persepsi kacau

2.4.4 Alat Ukur Kecemasan

Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) pada awalnya

dikembangkan sebagai alat untuk memilih mata pelajaran untuk

dimasukkan ke dalam percobaanpsikologis pada stres, motivasi, dan

kinerja manusia. Hal ini kemudian digunakan sebagai indikator umum

kecemasan sebagai ciri kepribadian, tidak dimaksudkan sebagai ukuran

spesifik kecemasan sebagai entitas klinis.


Taylor berpikir bahwa tingkat drive kepribadian akan tercermin

dalam intensitas "kecemasan diwujudkan", dan diukur dengan

menggunakan benar / salah tanggapan. Produk yang dinilai oleh

dokter sebagai indikasi kecemasan nyata dipilih dari Minnesota Multifase

Personality Inventory (Priatna, 2014).

Skor / Interpretasi: tanggapan Benar-palsu ini digunakan untuk setiap

item, dan balasan menunjukkan kecemasan yang dihitung, memberikan

skor 0-40 dengan skor yang lebih tinggi yang mewakili tingkat yang lebih

tinggi dari kecemasan. Terserah kebijaksanaan psikiater untuk memutuskan

di mana mereka masuk dalam interpretasi "manifest kecemasan" (Priatna,

2014).

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan

menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety

Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang

didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami

kecemasan.

Menurut skala HARS terdapat 42 syptoms yang nampak pada

individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5

tingkatan skor antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe). Skala

HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh

Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran

kecemasan terutama pada penelitian trial clinic. Skala HARS telah

dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk


melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93

dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan

menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable.

Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang dikutip Nursalam

(2013) penilaian kecemasan terdiri dan 42 item, meliputi:

a. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggung.

b. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan

lesu.

c. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal

sendiri dan takut pada binatang besar.

d. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari,

tidur tidak pulas dan mimpi buruk.

e. Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit

konsentrasi.

f. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada

hobi, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

g. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara

tidak stabil dan kedutan otot.

h. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka

merah dan pucat serta merasa lemah.

i. Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras

dan detak jantung hilang sekejap.


j. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering

menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun,

mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan,

perasaan panas di perut.

l. Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing,

aminorea, ereksi lemah atau impotensi.

m. Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu

roma berdiri, pusing atau sakit kepala.

n. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan

dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas

pendek dan cepat.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan

kategori:

0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada

3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada

4 = sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item

1-42

Skor : 0 = tidak ada

1 = ringan
2 = sedang

3 = berat

4 = berat sekali

Total Skor : kurang dari 14 = tidak ada kecemasan

14 – 20 = kecemasan ringan

21 – 27 = kecemasan sedang

28 – 35 = kecemasan berat

36 – 42 = kecemasan berat sekali


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka konseptual penelitian

Kerangka konbseptual merupakan suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainya, atau antara variabel

yang satu dengan variabel lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,

2018).
Pinjat Prenatal

Faktor-faktor yang
mempengaruhi nyeri Tingkat nyeri
punggyung “ 0 :Tidak nyeri
1. Pertambahan Berat 1-3 : Nyeri ringan
Badan Nyeri Punggung 4-6 : Nyeri sedang
2. Paritas 7-9 : Nyeri berat
3. Pola Kebiasaan 10 : Nyeri sangat berat
Aktivitas
4. Riwayat Nyeri
Punggung
5. Kecemasan Kecemasan

Tidak ada Kecemasan Kecemasan Kecemasan Kecemasan


Kecemasan Ringan Sedang Berat Panik

Keterangan

Diteliti :

Tidak Diteliti :

Variabel yang mempengaruhi :

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Pijat Prenatal terhadap


Penurunan Tingkat Nyeri Punggung dan Kecemasan dalam
Menghadapi Persalinan pada Primigravida di PMB Sahara jl
Supriyadi rt 12 rw 05 Pohjentrek Kota Pasuruan
3.2 Hipotesis penelitian

H1. Ada pengaruh Pijat Prenatal terhadap Penurunan Tingkat Nyeri

Punggung dan Kecemasan dalam Menghadapi Persalinan pada

Primigravida di PMB Sahara jl Supriyadi rt 12 rw 05 Pohjentrek

Kota Pasuruan
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desaign penelitian

Desain atau rancangan penelitian adalah suatu strategi dalam penelitian

untuk pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

akurasi suatu hasil (Nursalam, 2019)

Jenis penelitian ini adalah Pre exsperimental yaitu penelitian yang

memberikan perlakuan kepada obyek yang mengendalikan variabel dan

secara tegas menyatakan adanya hubungan sebab akibat (Hidayat, 2018).

Penelitian ini menilai pengaruh pijat prenatal terhadap tingkat nyeri punggung

dan kecemasan.

4.1.1 Kerang kakerja penelitian.

Kerangka kerja adalah langlah-langkah dalam penelitian ini

menyelesaikan atau memenuhi target yang sudah ditetapkan (Nursalam,

2019).

Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


Identifikasi Masalah

Penyusunan Proposal

Rancangan Penelitian
Pre-eksperimental dengan onegroup Pre Post Test Design

Populasi
Seluruh ibu hamil di PMB Sahara jl Supriyadi rt 12 rw 05
Pohjentrek Kota Pasuruan sebanyak 33 ibu hamil

Sampling
Total Sampling

Sampel
Seluruh ibu hamil di PMB Sahara jl Supriyadi rt 12 rw 05
Pohjentrek Kota Pasuruan sebanyak 33 ibu hamil

Nyeri Punggung

Pijat Prenatal

Kecemasan

Pengolahan Data

Analisis Data

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Pengaruh Pijat Prenatal terhadap Penurunan


Tingkat Nyeri Punggung dan Kecemasan dalam Menghadapi
Persalinan pada Primigravida di PMB Sahara jl Supriyadi rt
12 rw 05 Pohjentrek Kota Pasuruan
4.2 Populasi, sampel dan teknik sampling.

4.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono,

2019).

Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh ibu hamil di PMB

Sahara jl Supriyadi rt 12 rw 05 Pohjentrek Kota Pasuruan sebanyak 33 ibu

hamil

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut ( Sugiono, 2019)

Sampel dalam penelitian ini adalah Seluruh ibu hamil di PMB

Sahara jl Supriyadi rt 12 rw 05 Pohjentrek Kota Pasuruan sebanyak 33 ibu

hamil

4.2.3 Tehnik sampling

Teknik sampling merupakan alat untuk menentukan jumlah sampel

dan populasi yang telah ditetapkan, dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teknik sampling total sampling. Yaitu pengambilan sampel

yang dilakukan dengan mengambil seluruh anggota populasi untuk

dijadikan sampel penbelitian.


4.3 Variabel penelitian dan definisi operasional variabel

4.3.1 Variabel Independent

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pijat prenatal.

4.3.2 Variabel dependent

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah penurunan tingkat nyeri

punggung dan Kecemasan.

4.3.3 Definisi operasional

Tabel 4.1 Definisi operasional Pengaruh Pijat Prenatal terhadap


Penurunan Tingkat Nyeri Punggung dan Kecemasan dalam
Menghadapi Persalinan pada Primigravida di PMB Sahara jl
Supriyadi rt 12 rw 05 Pohjentrek Kota Pasuruan
Alat Kriteria
Variabel Definisi Operasional Parameter
Ukur
Independen
Pijat Prenatal Salah satu cara untuk Tahap persiapan alat SOP -
memunculkan wellness 1. Kursi atau tempat
for body and mind. duduk dan tempat
Massage adalah sebagai bersandar
pijat yang telah 2. Kasur, sprei,
disempurnakan dengan selimut
ilmu-ilmu tentang tubuh 3. Tromaterapy
manusia atau gerakan- canndle
gerakan tangan yang 4. Minyak
mekanis terhadap tubuh aromaterapi sesuai
manusia dengan keinginan pasien
mempergunakan 5. Handuk
bermacam-macam bentuk Persiapan terapis
pegangan atau teknik 1. Menyiapkan alat
dan
mendekatkanya ke
pasien
2. Mencuci tangan
3. Persiapan
Lingkungan
4. Menutup gorden
atau pintu
5. Pastikan privasi
pasien terjaga
Teknik
1. Mengatur posisi
klien
2. Peregangan
3. Effleurage
4. Kneading
Pinggang
5. Meremas Bahu
6. Diagonal strokes
7. Twidding Thumbs
8. Crass
FrictionalTherapy
9. Chisel Fist
10. Deeper Cross
11. Ellbow Teknik

Dependen
Penurunan Nyeri pada bagian yang Raut wajah ibu tampak Instrumen 0 :Tidak nyeri
Nyeri disebabkan oleh hormon lebih segar dan postur Faces Pain 1-3:Nyeri
Punggung esterogen dan progesteron tubuh ketika berjalan Scale ringan
yang mengendurkan sendi nampak seajjar Revised 4-6:Nyeri
pada ibu hamil usia 28-40 (FPS-R sedang
minggu 7-9:Nyeri berat
10 :Nyeri
sangat berat

Kecemasan Emosi subjektif yang a. Perasaan Cemas Lembar 14 = tidak ada


membuat individu tidak firasat buruk, takut kuesione kecemasan
nyaman, ketakutan yang akan pikiran sendiri, 14 – 20
tidak jelas dan gelisah, mudah tersinggung.
r HARS = kecemasan
dan disertai respon b. Ketegangan merasa ringan
otonom. Kecemasan tegang, gelisah, 21 – 27 =
juga merupakan gemetar, mudah kecemasan
kekhawatiran yang tidak terganggu dan lesu. sedang 28 – 35
jelas dan menyebar c. Ketakutan: takut = kecemasan
berkaitan dengan terhadap gelap, berat 36 – 42
perasaan tidak pasti dan terhadap orang asing, = kecemasan
tidak berdaya bila tinggal sendiri berat sekali
dan takut pada
binatang besar.
d. Gangguan tidur:
sukar memulai tidur,
terbangun pada
malam hari, tidur
tidak pulas dan
mimpi buruk.
e. Gangguan
kecerdasan:
penurunan daya ingat,
mudah lupa dan sulit
konsentrasi.
f. Perasaan depresi:
hilangnya minat,
berkurangnya
kesenangan pada
hobi, sedih, perasaan
tidak menyenangkan
sepanjang hari.
g. Gejala somatik: nyeri
pada otot-otot dan
kaku, gertakan gigi,
suara tidak stabil dan
kedutan otot.
h. Gejala sensorik:
perasaan ditusuk-
tusuk, penglihatan
kabur, muka merah
dan pucat serta
merasa lemah.
i. Gejala
kardiovaskuler:
takikardi, nyeri di
dada, denyut nadi
mengeras dan detak
jantung hilang
sekejap.
j. Gejala pernapasan:
rasa tertekan di dada,
perasaan tercekik,
sering menarik napas
panjang dan merasa
napas pendek.
k. Gejala
gastrointestinal: sulit
menelan, obstipasi,
berat badan menurun,
mual dan muntah,
nyeri lambung
sebelum dan sesudah
makan, perasaan
panas di perut.
l. Gejala urogenital:
sering kencing, tidak
dapat menahan
kencing, aminorea,
ereksi lemah atau
impotensi.
m.Gejala vegetatif:
mulut kering, mudah
berkeringat, muka
merah, bulu roma
berdiri, pusing atau
sakit kepala.
n. Perilaku sewaktu
wawancara: gelisah,
jari-jari gemetar,
mengkerutkan dahi
atau kening, muka
tegang, tonus otot
meningkat dan napas
pendek dan cepat.
4.4 Instrumen penelitian

4.4.1 Uji validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu data.

Pengukuran uji validita menggunakan analisis korelasi yang dilakukan

dengan cara mengkorelasikan jumlah skor faktor dengan skor total. Bila

korelasi setiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor

twesebut merupakan construct yang kuat (Sugiyono, 2019).

n ( Σxy )−( Σx ) ( Σy )
√ xy = √¿ ¿ ¿

Keterangan :

r xy : koefisien korelasi

x : skor item

y : skor total

n : banyaknya subjek

4.4.2 Uji reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengkur suatu kuesioner yang merupakan

indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel

jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten dari waktu ke

waktu. Bukti kuesioner dikatakan reliabel jika cronbach’s alpha >0,6 dan

dikatan tidak reliabel jika cronbach’s alpha < 0,6 (Ghozali, 2021).
n

11 (1−∑ S 2)
r =¿ ¿ i =0
2
St

Keterangan :
11
r : Reliabilitas Instrumen

n : jumlah item pertanyaan

Σσt 2 : jumlah variabel butir

σt 2 : variabel total

4.4.3 Skoring

Data Khusus

1. Pijat Prenatal Dilakukan dengan Tepat Skor 1

Dilakukan kurang tepat Skor 0

2. Penurunan Nyeri Punggung

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan

4-6 : Nyeri sedang

7-9 : Nyeri berat

10 : Nyeri sangat berat

3. Kecemasan

14 = tidak ada kecemasan

14 – 20 = kecemasan ringan

21 – 27 = kecemasan sedang

28 – 35 = kecemasan berat

36 – 42 = kecemasan berat sekali

4.5 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di PMB Sahara jl Supriyadi rt 12 rw 05 Pohjentrek

Kota Pasuruan pada bulan Januari 2023


4.6 Prosedur pengambilan dan pengumpulan data.

4.6.1 Coding

Pemberian kode dilakukanpada setiap variabel

Data Khusus

1. Pijat Prenatal Dilakukan dengan Tepat Kode 1

Dilakukan kurang tepat Kode 2

4. Penurunan Nyeri Punggung

Tidak nyeri Kode : 1

Nyeri ringan Kode : 2

Nyeri sedang ` Kode : 3

Nyeri berat Kode : 4

Nyeri sangat berat Kode 5

5. Kecemasan

tidak ada kecemasan Kode : 1

kecemasan ringan Kode 2

kecemasan sedang Kode : 3

kecemasan berat Kode : 4

kecemasan berat sekali Kode : 5

4.6.2 Tabulating

Data yang diperoleh melalui lembar observasi dan lembar kuesioner

dilakukan tabulasi data sesuai dengan skor yang telah ditentukan.


Tabulasing ini akan di olah melalui analisis data kemudian ditampilkan

dalam bentuk distribusi frekuensi.

Adapun hasil pengolahan data dapat diinterpretasikan dengan

menggunakan skala kumulatif sebagai beikut :

100 % : Seluruhnya

76-99% : Hampir seluruhnya

51-75 % : Sebagian Besar

50% : Setengah Responden

26-49% : Sebagian kecil dari responden

0% : Tidak ada satupun dari responden.

(Arikunto, 2018).

4.7 Analisis data

1. Analisis Univariat

Unit ini digunakan untuk mendeskripsikan frekuensi dari masing-masing

variabel, baik variabel bebas yaitu usia, paritas, Pendidikan, Pekerjaan

dan pijat prenatal, penurunan nnyeri punggung dan kecemasan melalui

prosentase dan distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis ini untuk mencari hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat dengan menggunakan uji statistik chi square dengan

tingkat signifikan 0,05

4.8 Keterbatasan Penelitian


Keterbatasan dalam penelitian ini terletak pada penghimpunan

responden yang membutuhkan waktu, dan pemberian lembar kuesioner.

Sehingga peneliti berusaha untuk menyesuaikannya.

Anda mungkin juga menyukai