Kelompok 12
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................1
Daftar Isi...........................................................................................................................2
Bab I Pendahuluan
1.1Latar Belakang........................................................................................................3
1.2Rumusan Masalah...................................................................................................3
1.3Tujuan Penulisan....................................................................................................4
Bab II Pembahasan
2.1Definisi Fraktur.......................................................................................................5
2.2 Etiologi..................................................................................................................6
2.3 Patofisiologi...........................................................................................................6
2.4 Manifestasi Klinis..................................................................................................7
2.5 Penatalaksanaan.....................................................................................................7
2.6 Komplikasi...........................................................................................................10
2.7 Pemeriksaan Penunjang………………………………………………………11
2.8 Asuhan Keperawatan fraktur…………………………………………………11
2
BAB I
PENDAHULUAN
.1 Latar Belakang
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang
disebabkan oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi
fragmen tulang pada fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit
dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan
tindakan operasi ORIF (Open Reduktion wityh Internal Fixation).
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus
pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan
jaringan ikat yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun
kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon,
ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya
yang terdiri atas hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan
mineral terutama calsium kurang lebih 67 % dan bahan seluler 33%.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Etiologi
5
Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir
mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Smeltzer, 2002). Fraktur cenderung
terjadi pada laki-laki biasanya fraktur terjadi pada umur dibawah 45 tahun dan sering
berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan
kendaraan bermotor. Sedangkan pada orang tua, perempuan lebih sering mengalami
fraktur daripada laki-laki yang berhubungan dengan meningkatnya insiden,
osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon pada menopause (Reeves, 2001).
2.3 Patofisiologi
Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma Baik itu
karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak
langsung misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga
bisa karena trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon,
karena otot trisep dan bisep mendadak berkontraksi.
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Terbuka bila terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit.
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke
dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami
kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah
putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darahketempat
tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah
terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan
sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang
disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami
remodeling untuk membentuk tulang sejati (Corwin, 2000: 299)
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan
dengan pembengkakanyg tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke
ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol
pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total
dapat berakibat anoksia jaringanyg mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun
6
jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen (Brunner & suddarth,
2002: 2287).
Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti
normalnya. Pergeseran fragmen pada tulang lengan atau tungkai menyebabkan
deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan
membandingkan ekstremitas normal.
Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur.
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah
beberapa jam atau hari setelah cedera.
2.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Kedaruratan
Bila dicurigai adanya fraktur, penting untuk melakukan imobilisasi bagian tubuh
segera sebelum klien dipindahkan. Bila klien mengalami cedera, sebelum dapat
dilakukan pembidaian, ekstremitas harus disangga diatas sampai dibawah tempat
patahan untuk mencegah gerakan rotasi maupun angulasi. Pembidaian sangat penting
untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang.
7
Pertolongan pertama pada penderita patah tulang di luar rumah sakit adalah sebagai
berikut:
a. Jalan Napas
Bila penderita tidak sadar, jalan napas dapat tersumbat karena lidahnya sendiri yang
jatuh ke dalam faring, sehingga menutup jalan napas atau adanya sumbatan oleh
lendir, darah, muntahan, atau benda asing. Untuk mengatasi keadaan ini penderita
dimiringkan sampai tengkurap. Rahang dan lidah ditarik kedepan dan bersihkan
faring dengan jari-jari.
Cara paling efektif dan paling aman adalah dengan meletakkan kain yang bersih
(kalau bisa steril) yang cukup tebal dan dilakukan penekanan dengan tangan atau
dibalut dengan verban yang cukup menekan. Torniket sendiri mempunyai kelemahan
dan bahaya. Kalau dipasang terlalu kendur menyebabkan perdarahan vena berlebihan.
Kalau dipasang terlalu kuat dan terlalu lama dapat menyebabkan kerusakan saraf dan
pembuluh darah. Dalam melakukan penekanan atau pembebatan pada daerah yang
mengalami perdarahan harus diperhatikan denyut nadi perifer, serta pengisian kapiler
untuk mencegah terjadinya kematian jaringan.
c. Syok
Pada suatu kecelakaan kebanyakan syok yang terjadi adalah syok hemorragik. Syok
bisa terjadi bila orang kehilangan darahnya 30% dari volume darahnya. Pada fraktur
femur tertutup orang dapat kehilangan darah 1000-1500 cc.
Empat tanda syok yang dapat terjadi setelah trauma sebagai berikut:
8
Wajah dan kuku menjadi pucat atau sianotik
Fraktur dan dislokasi dari anggota gerak harus dilakukan imobilisasi sebelum
penderita dibawa ke rumah sakit. Guna bidai selain untuk imobilisasi atau mengurangi
sakit, juga untuk mencegah kerusakan jaringan lunak yang lebih parah. Pada
fraktur/dislokasi servikal dapat dipergunakan gulungan kain tebal atau bantalan pasir
yang diletakkan disebelah kanan dan kiri kepala. Pada tulang belakang cukup
diletakkan di alas keras. Fraktur/dislokasi di daerah bahu atau lengan atas cukup
diberikan sling (mitella). Untuk lengan bawah dapat dipakai papan dan bantalan
kapas. Fraktur femur atau dislokasi sendi panggul dapat dipakai thomas splint atau
papan panjang dipasang yang dari aksila sampai pedis dan difiksasi dengan tungkai
sebelah yang normal. Fraktur tungkai bawah dan lutut dapat dipakai papan ditambah
bantalan kapas dari pangkal paha sampai pedis. Untuk trauma di daerah pedis dapat
dipakai bantalan pedis.
9
Keterbatasan di seluruh arah gerak aktif dan pasif menunjukan sinovitas
peradangan pada sendi yang terkena. Hal ini bersifat menetap dan berisiko
mengalami gangguan lainnya.
Cedera saraf yang menyebabkan mati rasa atau paralisis saraf
Pada kebanyakan kasus fraktur, banyak sekali kasus fraktur yang mengenai saraf.
Saraf terletak sangat dekat dengan tulang. Inilah yang mnyebabkan klien fraktur
sering mengalami penurunan gangguan neurovascular. Jika fraktur telah mengenai
saraf, biasanya saraf akan merespon mati rasa (paralisis) jika saraf mengalami
gangguan dan tidak dapat berkompensasi lagi terhadap cedera yang dialami.
Gangguan sirkulasi
Gangguan sirkulasi ini dapat terjadi ketika proses penyembuhan berjalan lambat
ataupu terhambat. Terakumulasinya blood clots dan thrombosis merupakan salah
satu pencetus dari masalah gangguan sirkulasi darah yang dapat menyebabkan
banyak risiko gangguan sirkulasi pada tubuh.
Gangrene
Gangrene merupakan kondisi suatu area yang mengalami kematian jaringan.
Ketika system tubuh gagal dalam berkompensasi untuk melakukan system
pemulihan pada daerah fraktur, akan terjadi hipoperfusi pada daerah fraktur yang
menyebabkan daerah tersebut tidak mendapatkan banyak oksigen dan njutrisi
untuk mempercepat proses penyembuhan yang akhirnya menyebabkan kematian
jaringan.
Sindrom kompartemen
Sindrom komparetemen adalah kondisi tidak adekuatnya perfusi jaringan di dalam
otot, biasanya pada lengan atau kaki yang disebabkan oleh edema yang
menyumbat aliran vena dan arteri serta biasanya menekan saraf (Carpenito, 2009).
Terjadi fraktur kembali
Anak yang pernah mengalami fraktur lebih rentan mengalami fraktur kembali.
Kondisi tersebut disebabkan karena kondisi fraktur tidak bisa kembali sepenuhnya
dan sesempurna kondisi sebelum terjadi fraktur. Kondisi fraktur yang pernah sampai
ke komplikasi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya fraktur kembali.
10
1. Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk
mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.
2. Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit
sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila
kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P
mengikat di dalam darah
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama pasien
Nyeri pada daerah yang terjadi trauma akibat kecelakaan
c. Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang dengan keluhan akibat kecelakaan atau trauma lainnya
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Tanyakan riwayat hipertensi, diabetes militus, dan penyakit jantung,
apakah pernah mengalami fraktur sebelumnya dan pengobatan pada saat
sakit
e. Riwayat kesehatan keluarga
Faktor genetik tidak termasuk pada timbulnya penyakit fraktur kecuali
klien yang menderita diabetes Militus pada keluarga akan menyebabkan
komplikasi
f. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda tanda vital
a. Keadaan umum : Compos Mentis
b. Kesadaran : *kualitatif : CM s/d koma, *kuantitatif : GCS
c. Tekanan darah : Normalnya TD 120/90 mmHg
d. Nadi : N 60-100x/menit
11
e. Suhu: N 36-37,50c
f. RR : N 16-24x/menit (tergantung jenis frakturnya, apabila
klien mengalami trauma panggul terjadi sesak napas, karena
adanya perubahan pada sistem pernapasan disertai banyak
perdarahan dan syok, klien trauma panggul berat biasanya
akan mengalami ARDS atau ggal napas akut)
2) Antropometri
a. BB dan TB
2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri aku b.d agen cedera fisik ( abses, amputasi trauma dll) spasme
otot.
b) Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d Nyeri ekstermitas dan
edema
c) Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular, nyeri dan
immobilisasi
3. Rumusan Nanda, NOC, dan NIC
0208 0224
17
Pergerakan Penggunaan gerakan
Definisi: -tentukan batasan
Kemampuan untuk pergerakan sendi dan
bisa bergerak bebas efeknya terhadap fungsi
ditempat dengan sendi
atau tanpa alat -kolaborasi dengan ahli
bantu. terapi fisik dalam
Setelah dilakukan mengembangkan dan
tindakan menerapkan sebuah
keperawatan selama program latihan
……x 24 jam -jelaskan pada pasien atau
pasien dapat keluarga manfaat dan
memenuhi tujuan dari pelatihan sendi
indikator: -Monitor lokasi dan
-Cara berjalan kecenderungan adanya
dipertahankan pada nyeri dan
3 ditingkatkan pada ketidaknyamanan selama
4 pergerakan atau aktivitas
-Bergerak dengan -Pakaikan baju yang tidak
mudah menghambat pergerakan
dipertahankan pada pasien
3 ditingkatkan pada -Dukung latihan ROM
4 aktif sesuai jadwal yang
teratur dan terencana
-Lakukan latihan ROM
pasif dan ROM dengan
bantuan sesuai indikasi.
18
ANALISIS JURNAL
Judul : Efektifitas Kompres Dingin terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada Pasien
Fraktur di RSUD UNGARAN
Tahun : 2014
Abstrak
Faraktur merupakan hilangnya kontinuitas tulang, baik yang bersifat total atau
sebagian yang disebabkan oleh trauma fisik, kekuatan sudut, tenaga, keaadaan tulang
dan jaringan luanak.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui keefektifan dari
kompres dingin terhadap terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien fraktur di
RSUD Ungaran. Desain penelitian yang diguanakan adalah quasy eksperiment dengan
one group pre post test. Hasilnya menunjukan efektifitas kompres dingin terhadap
penurunan intensitas nyeri pada pasien fraktur di RSUD Ungaran. Rekomendasi darai
hasil penelitian ini adalah kompres dingin dapat dijadikan sebagai tindakan mandiri
keperawatan non farmakologi untuk menuruntkan intensitas nyeri.
Pembahasan
Kesimpulan
20
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fraktur adalah kerusakan pada kontinuitas tulang. Sisi fraktur yang paling
sering terkena antara lain klavikula, humerus, radius, ulna, femur dan lempeng
epifisis (Muscari, 2001). Fraktur bukan merupakan kasus urgensi, namun harus
cepat dalam penatalaksanaannya agar proses penyembuhannya pun berlangsung
dengan cepat. Fraktur yang tidak ditangani dengan baik, akan memberikan
dampak komplikasi sampai mengalami kematian jaringan daerah fraktur.
Dengan memperhatikan semua data berupa data subyektif dan data obyektif
yang dikeluhkan oleh klien, perawat dapat menentukan diagnose dan intervensi
yang tepat. Intervensi yang tepat diberikan kepada klien fraktur akan
mempercepat proses penyembuhan klien dan meningkatkan kesejahteraan klien.
3.2 Saran
Dengan pembuatan makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami
informasi, pengertian dan pendidikan tentang fraktur, serta tindakan yang perlu
dilakukan untuk menangani fraktur.
21
22