Anda di halaman 1dari 6

Episode mania merupakan bagian dari gangguan suasana perasaan atau gangguan

afektif/ “Mood” dimana kelainan fundamental dari kelompok ini berupa perubahan
suasana perasaan (mood) atau afek,biasanya kearah depresi (dengan atau tanpa
anxietas yang menyertainya), atau kearah elasi (suasana perasaan yang meningkat).
Perubahan afek ini biasanya disertai dengan suatu perubahan pada keseluruhan
tingkat aktivitas, dan kebanyakan gejala lainnya adalah sekunder terhadap perubahan
itu, atau mudah dipahami hubungannya dengan perubahan tersebut.
Mania merupakan status mental abnormal yang ditandai dengan euforia, disinhibisi
sosial, aliran pikiran yang cepat, susah tidur, berbicara terus menerus, mudah
mengambil resiko dan bersifat iritabilitas.

Gangguan afektif dibedakan menurut episode tunggal atau multipel, tingkat


keparahan gejala (mania dengan gejala psikotik mania tanpa gejala psikotik
hipomania, dan depresi ringan, sedang, berat tanpa gejala psikotik hingga berat
dengan gejala psikotik), dan menurut dengan atau tanpa gejala somatic.

Mania tanpa gejala psikotik termasuk dalam episode mania, ditandai dengan
karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai dengan peningkatan dalam jumlah
dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan.Kategori
ini hanya untuk satu episode manik tunggal (yang pertama).Termasuk dalam
kelompok ini hipomania, mania tanpa gejala psikotik, dan mania dengan gejala
psikotik. Jika ada episode afektif (depresi, manik, atau hipomanik) sebelum atau
sesudahnya, maka termasuk gangguan afektif bipolar (F31).

DEFINISI
Mania merupakan status mental abnormal yang ditandai dengan euforia, disinhibisi
sosial, aliran pikiran yang cepat, susah tidur, berbicara terus menerus, mudah
mengambil resiko dan bersifat iritabilitas.

EPIDEMIOLOGI
Serangan pertama bisa muncul pada usia 15 dan 30 tahun, tetapi bisa muncul pada
berbagai usia dari masa kanak-kanak hingga dekade 7 atau 8. Prevalensi terjadinya
mania 0,1% terjadi di atas usia 65 tahun, 1,4% dapat terjadi dalam kelompok usia 18-
44 tahun. Mania dapat terjadi pada usia tua (rata-rata 55 tahun) dengan perbadingan
antara perempuan dan laki-laki2:1.(2)

ETIOLOGI
Dasar umum untuk gangguan ini tidak ketahui.Penyebabnya merupakan interaksi
antara faktor biologis, faktor genetik dan faktor psikososial. Bukan hanya tidak
mungkin untuk menyingkirkan faktor psikososial, namun faktor nongenetik mungkin
memainkan peranan kausatif dalam perkembangan gangguan ini pada sekurangnya
beberapa pasien.(4)
Genetika. Pola penurunan genetika terjadi melalui mekanisme yang
kompleks.Penelitian kembar menunjukkan angka kesamaan sebesar 70% untuk
kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot.Insiden dalam masyarakat umum
sebesar 1% dan dalam keluarga tingkat pertama 10-15%.Jenis transmisinya
kemungkinan poligenik, mengarah ke berbagai tingkat predisposisi.Penyakit bipolar
dan unipolar bersifat menurun.

Biokimia.Biokimia dari kelainan afektif tetap tidak diketahui, walaupun dua hipotesis
tentang senyawa amina menghasilkan banyak penyelidikan selama bertahun-
tahun.Hipotesis katekolamin menyatakan bahwa setidaknya beberapa penyakit mania
mungkin berhubungan dengan kelebihan katekolamin di dalam otak.Hipotesis

1
indolamina juga membuat pernyataan serupa untuk 5 hydroxytriptamin
(5HT).Metabolit utamanya asam 5-hydroxyindoleacetic acid (5 HIAA). Kelainan
metabolit amin biogenik seperti 5-hydroxyindoleacetic acid (5 HIAA), homovanillic
acid (HVA), 3-metoksi-4-hidroksifenilglikol (MHPG) dalam darah, urin, dan cairan
cerebrospinal dilaporkan ditemukan pada pasien.
Terjadinya mania secara biologi sampai saat ini belum diketahui dengan
pasti.Terdapat hipotesis yang menjelaskan bahwa jumlah neurotransmitter serotonin
di lobus temporal mungkin sangat tinggi sehingga terjadi mania.Dopamin,
norepinephrine, glutamate dan GABA juga mengambil peranan yang penting.Lobus
temporal berperan dalam berbicara, belajar, membaca, asosiasi huruf berisi
amygdala, yang merupakan pusat emosional di otak. Bagian kiri amygdala lebih aktif
pada wanita yang mania dan korteks orbitofrontal merupakan bagian yang kurang
aktif (2005).(3)

Psikososial.Hal ini berhubungan dengan psikis (kejiwaan) dan keadaan lingkungan


sosial seorang penderita mania.Kepribadian premorbid biasanya menunjukkan
adanya gangguan afek yang ringan selama hidupnya.Keadaan ini tidak berhubungan
dengan penyebab eksterna.Kepribadian atau personalitas penderita mania biasanya
berperilaku lebih riang, energitik, dan lebih ramah dari rata-rata.Penelitian terbaru
menemukan bahwa penderita gangguan bipolar afektif yang menggunakan obat-
obatan maupun alkohol, memiliki onset yang lebih awal dan penyakit yang lebih
parah daripada yang tidak menggunakannya.Para pengguna obat-obatan dan alkohol
tersebut lebih bersifat iritabel dengan mood/perasaan yang mudah berubah serta lebih
resisten terhadap pengobatan dan lebih cenderung untuk dirawat inap di rumah sakit.
Meskipun terdapat perdebatan dalam perbandingan penggunaan obat-obatan dan
alkohol dan terjadinya gangguan afektif, tetapi secara umum insidens terjadinya
gangguan ini pada pengguna alkohol beberapa kali lebih banyak daripada populasi
lain yang tidak menggunakannya (sekitar 6%-9%).

GEJALA KLINIS
Episode mania

Biasanya paling sedikit berlangsung selama satu minggu hampir setiap hari, afeknya
meningkat, lebih gembira, mudah tersinggung (iritabel) atau membumbung tinggi
(ekspresif) dan terdapat hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi
dalam gejala berupa: penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial dan
melakukan kegiatan rutin.Perasaannya hipethym, mudah tersingggung, tidak mudah
frustasi, mudah marah dan menyerang.Emosinya tidak stabil, bisa cepta berubah dan
gembira ke depresi dalam beberapa menit saja.Pikiran pasien terisi dengan rasa
percaya diri yang berlebihan, merasa hebat.Mereka mudah teralihkan perhatiannya,
sangat produktif dan tidak terkendalikan.

 Tampilan umum :
Bersemangat, banyak bicara, melawak, hiperaktif.Ada kalanya mereka
memperlihatkan gejala psikotik dan bingung sehingga perlu difiksasi dan diberikan
suntikan antipsikotik.

 Alam perasaan, emosi :


Perasaannya hiperthym, mudah tersinggung, tidak mudah frustrasi, mudah marah dan
menyerang.Emosinya tidak stabil, bisa cepat berubah dan gembira ke depresi dalam
beberapa menit saja.

 Cara bicara:

2
Bicaranya sukar dipotong, bombastis, volumenya keras, bermain dengan kata-kata,
bercanda, berpantun, dan tidak relevan.Selanjutnya bisa terjadi loncat gagasan,
asosiasi menjadi longgar, konsentrasi berkurang, bisa inkoheren sehingga sukar
dibedakan dengan pasien skizofrenia.

 Gangguan persepsi:
75 % pasien mania mengalami waham, yang biasanya berhubungan dengan
kekayaan, kemampuan yang luar biasa, kekuatan atau kehebatan yang luar
biasa.Kadang-kadang ada waham dan halusinasi yang kacau dan tidak serasi.

 Gangguan pikiran:
Pikiran pasien terisi dengan rasa percaya diri yang berlebihan, merasa hebat.Mereka
mudah teralihkan perhatiannya, sangat produktif dan tidak terkendalikan.

 Gangguan sensorium dan fungsi kognitif:


Ada sedikit gangguan pada fungsi sensorium dan kognitif, terkadang jawaban tidak
sesuai dengan pertanyaan meskipun tidak ada gangguan orientasi dan daya ingat.

 Gangguan pengendalian diri:


Sekitar 75 % pasien mania suka mengancam dan menyerang.Ada juga yang
melakukan homicide dan suicide.Mereka sukar menahan diri untuk tidak melakukan
hal-hal yang merugikan kalau sedang tersinggung atau marah.

 Tilikan:
Pada umumnya pasien mania mengalami gangguan tilikan.Mereka mudah melanggar
hukum, pelanggaran dibidang seksual dan keuangan, kadang-kadang mereka
menyebabkan kebangkrutan ekonomi keluarga.

 Reliabilitas:
Pasien mania sering berbohong ketika memberikan informasi, karena berdusta dan
menipu adalah biasa untuk mereka. (1,3,4,6,7,8)

Mania Tanpa Gejala Psikotik (F30.1)

Berdasarkan pedoman diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III),

Suasana perasaan (mood) meninggi tidak sepadan dengan keadaan individu, dan
dapat bervariasi antara keriangan (seolah-olah bebas dari masalah apa pun) sampai
keadaan eksitasi yang hamper tak terkendali. Elasi (suasana perasaan yang
meningkat) itu disertai dengan enersi yang meningkat, sehingga terjadi aktivitas
berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, dan berkurangnya kebutuhan
tidur.Pengendalian yang normal dalam kelakuan sosial terlepas, perhatian yang
terpusat tak dapat dipertahankan, dan sering kali perhatian sangat mudah
dialihkan.Harga diri membubung, dan pemikiran yang serba hebat dan terlalu optimis
dinyatakan dengan bebas.
Mungkin terjadi gangguan persepsi, seperti apresiasi warna terutama yang
menyala/amat cerah (dan biasanya indah), keasyikan (mengikat perhatian) pada
rincian sehalus-halusnya mengenai permukaan penampilan barang, dan hiperakusis
subjektif. Individu itu mungkin mulai dengan perbagai rencana yang tidak praktis
dan boros, membelanjakan uang secara serampangan, atau menjadi agresif, bersifat
cinta-kasih, atau berkelakar dalam situasi yang tidak tepat.Suasana perasaan (mood)
yang tampil pada beberapa episode manik lebih banyak mudah tersinggung dan
curiga, daripada elasi. Serangan pertama paling banyak muncul pada usia antara 15

3
dan 30 tahun, namun dapat terjadi pada setiap usia antara akhir masa kanak sampai
dasawarsa ketujuh atau kedelapan.

DIAGNOSIS

Menurut DSM-IV-TR: Kriteria Diagnostik Episode Mania

1. Adanya periode nyata dari mood2 elevasi, expansif atau irritable yang
abnormal dan menetap sedikitnya 1 mingu (atau lebih singkat dimana harus
rawat inap).
2. Selama periode kekacauan mod diatas terdapat 3 gejala menetap (atau lebih
atau 4 jika moodnya hanya irritable) dan pada derajat yang bermakna dari :
3. Rasa harga diri meningkat atau kebesaran.
4. Kebutuhan tidur berkurang (mis. Merasa telah beristirahat walaupun hanya
tidur 3 jam).
5. Lebih aktif bicara dari biasanya atau dorongan kuat bicara terus-menerus.
6. Lompat gagasan atau pikiran dirasakan seperti berpacu.
7. Disatraktibilitas (perhatian terlalu mudah berpindah ke stimuli external yang
tidak penting atau berkaitan).
8. Peningkatan intensitas aktifitas yang bertujuan (apakah disekolah, tempat
kerja, lingkungan sosial, atau aktifitas sexual) atau agitasi psikomotor.
9. Keterlibatan berlebihan dalam aktifitas2 yang menyenangkan dimana
berpotensi menimbulkan konsekuensi yang menyakitkan (ms. Kesenangan
tak tertahankan untuk berbelanja, perilaku sexual yang takabur, atau
penanaman modal tanpa perhitungan).
10. Gejala-gejala diatas tidak memenuhi kriteria episode campuran.
11. Kekacauan mood ini mampu mrusak fungsi-fungsi pekerjaan atau aktifitas
sosial dengan sesama, atau dibutuhkan rawat inap untuk mencegah tindakan
membahayakan diri sendiri atau orang lain, atau adanya gambaran psikotik.
12. Gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari zat (medikasi
penyalahgunaan obat atau terapi lainnya) atau kondisi medis umum (mis.
Hipertiroid)

Cat: Episode mirip mania yang jelas disebabkan terapi somatis atidepresan
(obat ECT, terapi cahaya) tidak dimasukan sebagai gangguan bipolar I.

Berdasarkan pedoman diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III),


1. Hipomania
2. Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania, afek yang meninggi atau
berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap selama sekurang – kurangnya
beberapa hari berturut – turut, pada suatu derajat intensitas dan yang
bertahan melebihi apa yang digambarkan bagi siklotimia, dan tidak disertai
halusinasi atau waham.
3. Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang sesuai
dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila kakacauan itu berat atau
menyeluruh, maka diagnosis mania harus ditegakkan.
4. Mania Tanpa Gejala Psikotik
5. Episode harus berlangsung sekurang – kurangnya 1 minggu, dan cukup berat
sampai mengacaukan seluruh atay hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas
sosial yang biasa dilakukan.
6. Perubahan afek harus disertai dengan energiu yang bertambah sehingga
terjadi aktivitas berlabihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan

4
tidur yang berkurang, ide – ide perihal kebesaran/ “grandiose ideas” dan
terlalu optimistik.
7. Mania Dengan Gejala Psikotik
8. Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari mania tanpa
gejala psikotik.
9. Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang
menjadi waham kejar (delusion of grandeur), iritabilitas dan kecurigaan
menjadi waham kejar (delusion of persecution). Waham dan halusinasi
“sesuai” dengan keadaan afek tersebut (mood congruent).

Kriteria ICD–10 untuk episode mania :


(World Health Organization, 1992)
Tanpa gejala psikotik:

1.Elevasi mood atau perasaan dan iritabilitas


2. Peningkatan energi dan overaktivitas
3. Berbicara terus menerus
4. Jangka waktu tidur menjadi pendek
5. Disinhibisi social
6. Perhatiannya mudah teralih
7. Grandiositas
8. Gemar menghambur-hamburkan uang atau hidup foya-foya
9. Agresif.

DIAGNOSIS BANDING
Skizofrenia (F20,-)
Skizofrenia dapat diawali dengan gangguan emosi dan afek sehingga memberikan
gambaran yang hampir mirip dengan gejala episode mania.Kepribadian seorang
dengan gangguan mania hangat dan mudah bersahabat, sedangkan seorang dengan
skizofrenia biasanya pendiam, jauh dari pergaulan dan menutup diri.

Skizofrenia tipe manic (F25.0)


Pada skizofrenia tipe mania terjadi ketidaksesuaian gejala afek dengan waham dan
halusinasi (mood incongruent) sanngat menonjol.

PENATALAKSAAN

1. Secara umum
Penderita perlu dirawat di dalam rumah sakit karena biasanya tidak mempunyai
pandangan dan kesadaran terhadap dirinya, sehingga dapat membahayakan kesehatan
fisiknya seperti kurang memperhatikan kebersihan diri, tidak mau makan, tidak tidur
berhari-hari, membuang banyak uang atau menghabiskan miliknya yang memang
sudah rutin dilakukan, sehingga perlu diawasi.

2. Terapi kimiawi

Obat Antimania
Obat antimania mempunyai beberapa sinonim, antara lain mood modulators, mood
stabilizer, dan antimanik. Obat acuan untuk antimania adalah Lithium Carbonate.
Penggolongan:

5
a. Mania Akut : Haloperidol. Carbamazepine, Valproic Acid, Divalproex Na

b. Profilaksis Mania: Lithium Carbonate


Obat yang dapat menenangkan perlu diberikan untuk mengurangi aktivitas penderita
yang melelahkan dan agar dapat menahan penderita untuk tetap tinggal di rumah.
Obat yang dapat diberikan:
senyawa fenotiazine: promazine (100-600mg/hari), Chlorpromazine (75-
500mg/hari, trifluoperazine (3-30mg/hari), perphenazine (8-30mg/hari),dll
senyawa alkaloid: reserpine (3-9mg/hari)
senyawa butyrophenone: Haloperidol (3-5mg/hari). Untuk kasus akut haloperidol
menjadi drug of choice dan dapat mengendalikan perilaku.Pada kasus yang sangat
berat dapat diberikan 5-10 mg secara intramuskular dan dapat diulang 2-4 jam
sampai dosis total mencapai 30 mg. selanjutnya sama dengan kasus ringan
dilanjutkan dengan 5-10 mg peroral tiga kali sehari.

3. Terapi elektrolit
Senyawa litium karbonat: Litium karbonat (400-1200mg/hari), dapat digunakan
sebagai profilaksis mania dengan beberapa serangan dalam interval 2 tahun atau
kurang. Litium juga efektif untuk mania akut, tetapi hanya setelah diberi terapi lain
selama seminggu. Menggabungkan obat ini dengan haloperidol nampaknya agak
berbahaya. Jika terapi litium gagal setelah dicoba selama paling kurang setahun,
maka dapat diberikan suntikan depot flupentiksol dekanoat untuk pofilaksis.

4. Terapi Psikososial
• terapi keluarga
• terapi interpersonal
• terapi tingkah laku
• therapeutic community
• kurangi jumlah dan berat stressor.

PROGNOSIS
4% mania dapat berulang, intervalnya tidak teratur dan tidak dapat diramalkan, tetapi
dengan peningkatan jumlah serangan, maka waktu interval cenderung
berkurang.Prognosis diperkirakan baik bila episodenya ringan, tidak ada gejala
psikotik, dan tinggal di RS dalam waktu yang singkat.Gambaran prognostik yang
memuaskan dan indikator respon yang baik terhadap terapi fisik mencakup gejala
endogen yang khas, misalnya mulainya mendadak, kepribadian premorbidnya stabil
tanpa sifat neurotik dan sebaliknya gambaran prognostik menjadi buruk jika ada
depersonalisasi, sifat bawaan histeri dan gejala atipik lainnya.Gangguan ini
cenderung memiliki perjalanan penyakit yang panjang dan mengalami kekambuhan
90% berulang dalam 10 tahun.

Anda mungkin juga menyukai