Anda di halaman 1dari 13

BAB I

DEMENSIA

A. PENDAHULUAN
Gangguan otak organik didefinisikan sebagai gangguan dimana terdapat suatu
patologi yang dapat diidentifikasi (contohnya tumor otak. penyakit cerebrovaskuler,
intoksifikasi obat).1,2,3 Sedangkan gangguan fungsional adalah gangguan otak dimana
tidak ada dasar organik yang dapat diterima secara umum (contohnya Skizofrenia.
Depresi) Dari sejarahnya, bidang neurologi telah dihubungkan dengan pengobatan
gangguan yang disebut organik dan Psikiatri dihubungkan dengan pengobatan
gangguan yang disebut fungsional.1
Didalam DSM IV diputusakan bahwa perbedaan lama antara gangguan
organik dan fungsional telah ketinggalan jaman dan dikeluarkan dari tata nama.
Bagian yang disebut Gangguan Mental Organik dalam DSM III-R sekarang disebut
sebagai Delirium, Demensia, Gangguan Amnestik Gangguan Kognitif lain, dan
Gangguan Mental karena suatu kondisi medis umum yang tidak dapat diklasifikasikan
di tempat lain.1
Menurut PPDGJ III gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan
jiwa yang dikelompokkan atas dasar penyebab yang lama dan dapat dibuktikan
adanya penyakit, cedera atau ruda paksa otak, yang berakibat disfungsi otak Disfungsi
ini dapat primer seperti pada penyakit, cedera, dan ruda paksa yang langsung atau
diduga mengenai otak, atau sekunder, seperti pada gangguan dan penyakit sistemik
yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ atau sistem tubuh4
PPDGJ II membedakan antara Sindroma Otak Organik dengan Gangguan
Mental Organik. Sindrom Otak Organik dipakai untuk menyatakan sindrom (gejala)
psikologik atau perilaku tanpa kaitan dengan etiologi. Gangguan Mental Organik
dipakai untuk Sindrom Otak Organik yang etiolognnya (diduga) jelas Sindrom Otak
Organik dikatakan akut atau menahun berdasarkan dapat atau tidak dapat kembalinya
(reversibilitas) gangguan jaringan otak atau Sindrom Otak Organik itu dan akan

berdasarkan

penyebabnya,

permulaan

gejala

atau

lamanya

penyakit

yang

menyebabkannya. Gejala utama Sindrom Otak Organik akut ialah kesadaran yang
menurun (delirium )dan sesudahnya terdapat amnesia, pada Sindrom Otak Organik
menahun (kronik) ialah demensia.2,4
BAB II
PERBANDINGAN PENGGOLONGAN DIAGNOSIS
GANGGUAN MENTAL ORGANIK (DEMENSIA)
Menurut PPDGJ III, klasifikasi gangguan mental organik adalah sebagai berikut :
l. Demensia pada penyakit Alzheimer
1.1 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan onset dini.
1.2.Demensia pada penvakit Alzheimer dengan onset lambat.
1.3.Demensia pada penyakit Alzheimer, tipe tak khas atau tipe campuran.
1.4. Demensia pada penyakit Alzheimer Yang tidak tergolongkan ( YTT).
2. Demensia Vaskular
2.1.Demensia Vaskular onset akut.
2.2. Demensia multi-infark
2.3 Demensia Vaskular subkortikal.
2.4. Demensia Vaskular campuran kortikal dan subkortikal
2.5. Demensia Vaskular lainnya
2.6. Demensia Vaskular YTT
3. Demensia pada penyakit lain yang diklasifikasikan di tempat lain (YDK)
3.1. Demensia pada penyakit Pick.
3.2. Demensia pada penyakit Creutzfeldt Jakob.
3. 3. Demensia pada penyakit huntington.
3.4. Demensia pada penyakit Parkinson.
3.5. Demensia pada penyakit human immunodeciency virus (HIV).
3.6. Demensia pada penyakit lain yang ditentukan (YDT) dan YDK
4. Demensia YTT.

Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia pada 1-4 sebagai
berikut :
1. Tanpa gejala tambahan.
2. Gejala lain, terutama waham.
3. Gejala lain, terutama halusinasi
4. Gejala lain, terutama depresi
5. Gejala campuran lain.
5. Sindrom amnestik organik bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya
Menurut DSM IV, klasifikasi gangguan mental organik sebagai berikut:
2. Demensia.
2.1. Demensia tipe Alzheimer.
2.2. Demensia vaskular.
2.3. Demensia karena kondisi umum.
2.3.1.

Demensia karena penyakit HIV.

2.3.2.

Demensia karena penyakit trauma kepala.

2.3.3.

Demensia karena penyakit Parkinson.

2.3.4.

Demensia karena penyakit Huntington.

2.3.5.

Demensia karena penyakit Pick

2.3.6.

Demensia karena penyakit Creutzfeldt Jakob

2.4. Demensia menetap akibat zat


2.5. Demensia karena penyebab multipeL
2.6. Demensia yang tidak ditentukan (YTT)

BAB III
ISI
DEMENSIA
Demensia merupakan suatu gangguan mental organik yang biasanya
diakibatkan oleh proses degeneratif yang progresif dan irreversible yang mengenai
arus pikir. Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan

fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dipengaruhi pada
demensia adalah inteligensia umum, belajar dan ingatan, bahasa, memecahkan
masalah, orientasi, persepsi, perhatian, dan konsentrasi, pertimbangan, dan
kemampuan sosial. Kepribadian pasien juga terpengaruh.
Epidemiologi
Demensia sebenarnya adalah penyakit penuaan. Dan semua pasien demensia,
50 60% menderita demensia tipe Alzheimer yang merupakan ripe demensia yang
paling sering. Kira-kira 5% dari semua orang yang mencapai usia 65 tahun
menderita demensia tipe Alzhermer, dibandingkan 15 25% dan semua orang yang
berusia 85 tahun atau lebih. Tipe demensia yang paling sering kedua adalah demensia
vaskular yaitu demensia yang secara kausatif berhubungan dengan penyakit
serebrovaskular, berkisar antara 15 30% dari semua kasus demensia, sering pada
usia 60 70 tahun terutama pada laki-laki. Hipertensi merupakan faktor predisposisi
terhadap penyakit demensia vaskular.
Penyebab
1. Penyakit Alzheimer
2. Demensia Vaskular
3. Infeksi
4. Gangguan nutrisional
5. Gangguan metabolik
6. Gangguan peradangan kronis
1. Obat dan toksin (termasuk demensia alkoholik kronis)
2. Massa intrakranial : tumor, massa subdural, abses otak
3. Anoksia
4. Trauma (cedera kepala, demensia pugilistika (punch-drunk syndrome))
5. Hidrosefalus tekanan normal
Diagnosis
Kriteria Diagnostik untuk Demensia Tipe Alzheimer :
A. Perkembangan defisit kognitif multipel yang dimanifestasikan oleh baik

1. Gangguan daya ingat (gangguan kemampuan untuk mempelajari informasi baru


dan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya).
2. Satu (atau lebih) gangguan kogntif berikut :
a. Afasia (gangguan bahasa)
b. Apraksia (gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas motorik walaupun
fungsi motorik adalah utuh)
c. Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau mengidentitikasi benda walaupun fungsi
sensorik adalah utuh)
d. Gangguan dalam fungsi eksekutif (yaitu, merencanakan, mengorganisasi,
mengurutkan, dan abstrak)
B. Defisit kognitif dalam kriteria al dan a2 masing-masing menyebabkan gangguan
yang bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan suatu penurunan
bermakna dari tingkat fungsi sebelumnya.
C. Defisit tidak terjadi semata-mata hanya selama perjalanan suatu delirium dan
menetap

melebihi lama yang lazim dari intoksikasi atau putus zat.

D. Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium
bahwa defisit secara etiologis berhubungan dengan efek menetap dari pemakaian zat
(misalnya suatu obat yang disalahgunakan).
Kondisi akibat zat
Defisit tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan Aksis I lainnya (misalnya,
gangguan depresif berat, skizofrenia)
Kode didasarkan pada tipe onset dan ciri yang menonjol :
1. Dengan onset dini : jika onset pada usia 65 tahun atau kurang
2. Dengan delirium : jika delirium menumpang pada demensia
3. Dengan waham : jika waham merupakan ciri yang menonjol
1. Dengan suasana perasaan terdepresi : jika suasana perasaan terdepresi
(termasuk gambaran yang memenuhi kriteria gejala lengkap untuk episode
depresif berat) adalah ciri yang menonjol. Suatu diagnosis terpisah gangguan
suasana perasaan karena kondisi medis umum tidak diberikan.
2. Tanpa penyulit : jika tidak ada satupun diatas yang menonjol pada gambaran
klinis sekarang

Sebutkan jika : Dengan gangguan perilaku.


Catatan penulisan juga tuliskan penyakit Alzheimer pada aksis III.
Kriteria Diagnostik untuk Demensia Vaskular :
a. Perkembangan defisit kognitif multipel yang dimanifestasikan oleh baik,
1. Gangguan daya ingat (ganguan kemampuan untuk mempelajari informasi baru
dan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya)
1. Afasia (gangguan bahasa)
2. Apraksia (gangguan untuk mengenali atau melakukan aktivitas
motorik ataupun fungsi motorik adalah utuh)
3. Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda
walaupun fungsi sensorik adalah utuh)
4. Gangguan

dalam

fungsi

eksekutif

(yaitu,

merencanakan,

mengorganisasi, mengurutkan, dan abstrak)


1. Satu (atau lebih) gangguan kognitif berikut :
b. Defisit kognitif dalam kriteria A1 dan A2 masing-masing menyebabkan gangguan
yang bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan suatu penurunan
bermakna dan tingkat fungsi sebelumnya.
c. Tanda dan gejala neurologis fokal (misalnya, peninggian refleks tendon dalam,
respon ekstensor plantar, palsi pseudo bulbar, kelainan gaya berjalan, kelemahan pada
satu ekstremitas) atau tanda-tanda laboratorium adalah indikatif untuk penyakit
serebrovaskular (misalnya, infark multipel yang mengenai korteks dan substansia
putih di bawahnya) yang berhubungan secara etiologi dengan gangguan.
d. Defisit tidak terjadi semata-mata selama perjalanan delirium
Kode didasarkan pada ciri yang menonjol
1. Dengan delirium :jika delirium menumpang pada demensia
2. Dengan waham jika waham merupakan ciri yang menonjol
3. Dengan suasana perasaan terdepresi : jika suasana perasaan terdepresi
(termasuk gambaran yang memenuhi kriteria gejala lengkap untuk episode

depresif berat) adalah ciri yang menonjol. Suatu diagnosis terpisah gangguan
suasana perasaan karena kondisi medis umum tidak diberikan.
4. Tanpa penyulit : jika tidak ada satupun di alas yang menonjol pada gambaran
klinis sekarang.
Sebutkan jika : Dengan gangguan perilaku
Catalan penulisan : juga tuliskan kondisi serebrovaskular pada Aksis III.
Pemeriksaan lengkap :
1. Pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan neorologis lengkap
2. Tanda vital
3. Mini mental state exemenation ( MMSE )
4. Pemeriksaan medikasi dan kadar obat
5. Skrining darah dan urin untuk alkohol
1. Pemeriksaan fisiologis
1. Elektrolit, glukosa, Ca , Mg.
2. Tes fungsi hati, ginjal
3. SMA -12 atau kimia serum yang ekuivalen
4. Urinalisa
5. Hit sel darah lengkap dan sel deferensial
6. Tes fungsi tiroid
7. FTA ABS
8. B12
9. Kadar folat
10. Kortikosteroid urine
11. Laju endap eritrosit
12. Antibodi antinuklear, C3C4, anti DSDNA
13. Gas darah Arterial
14. Skrining H I V
15. Porpobilinogen Urin.
7. Sinar-X dada
8. Elektrokardiogram (EKG)
9. Pemeriksaan neurologis
a. CT atau MRI kepala

b. SPECT
c. Pungsi lumbal
d. EEG
10. Tes neuropsikologis
Gambaran Klinis
Gangguan Daya Ingat
Gangguan ingatan biasanya merupakan ciri yang awal don menonjol pada
demensia, khususnya pada demensia yang mengenai korteks, seperti demensia tipe
Alzheimer. Pada awal perjalanan demensia, gangguan daya ingat adalah ringan dan
paling jelas untuk peristiwa yang baru terjadi
Orientasi
Karena daya ingat adalah penting untuk orientasi terhadap orang, waktu dan
tempat, orientasi dapat terganggu secara progresif selama perialanan penyaki
Demensia. Sebagai contohnya, pasien dengan Demensia mungkin lupa bagaimana
kembali ke ruangannya setelah pergi ke kamar mandi. tetapi, tidak masalah
bagaimana beratnya disorientasi, pasien tidak menunjukkan gangguan pada tingkat
kesadaran.
Gangguan Bahasa
Proses demensia yang mengenai korteks, terutama demensia tipe Alzheimer
dan demensia vaskular, dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa pasien. Kesulitan
berbahasa ditandai oleh cara berkata yang samar-samar, stereotipik tidak tepat, atau
berputar-putar.
Perubahan Kepribadian
Perubahan kepribadian merupakan gambaran yang paling mengganggu bagi
keluarga pasien yang terkena. Pasien demensia mempunyai waham paranoid.
Gangguan frontal dan temporal kemungkinan mengalami perubahan keperibadian
yang jelas, mudah marah dan m eledak ledak.
Psikosis

Diperkirakan 20 -30% pasien demensia tipe Alzheimer, memiliki halusinasi,


dan 30 40% memiliki waham, terutama dengan sifat paranoid atau persekutorik dan
tidak sistematik.
Gangguan Lain
Psikiatrik
Pasien demensia juga menunjukkan tertawa atau menangis yang patologis
yaitu, emosi yang ekstrim tanpa provokasi yang terlihat.
Neurologis
Disamping afasia, apraksia dan afmosia pada pasien demensia adalah sering.
Tanda neurologis lain adalah kejang pada demensia tipe Alzheimer clan demensia
vaskular.
Pasien demensia vaskular mempunyai gejala neurologis tambahan seperti nyeri
kepala, pusing, pingsan, kelemahan, tanda neurologis fokal, dan gangguan tidur. Palsi
serebrobulbar, disartria, dan disfagia lebih sering pada demensia vaskular.
Reaksi yang katastropik
Ditandai oleh agitasi sekunder karena kesadaran subjektif tentang defisit
intelektualnya di bawah keadaan yang menegangkan, pasien biasanya berusaha untuk
mengkompensasi defek tersebut dengan menggunakan strategi untuk menghindari
terlihatnya kegagalan dalam daya intelektual, seperti mengubah subjek, membuat
lelucon, atau mengalihkan pewawancara dengan cara lain.
Sindroma Sundowner
Ditandai oleh mengantuk, konfusi, ataksia, dan terjatuh secara tidak disengaja.
Keadaan ini terjadi pada pasien lanjut usia yang mengalami sedasi berat dan pada
pasien demensia yang bereaksi secara menyimpang bahkan terhadap dosis kecil obat
psikoaktif.
Diagnosis Banding
1. Serangan iskemik transien
2. Depresi
3. Penuaan normal
1. Delirium

1. Gangguan Buatan (Factitious Disorders)


2. Skizofrenia
Pengobatan
Pendekatan pengobatan umum adalah untuk memberikan perawatan medis
suportit, bantuan emosional untuk pasien dan keluarganya, dan pengobatan
farmakologis untuk gejala spesifik (perilaku yang mengganggu). Pengobatan
farmakologis dengan obat yang mempunyai aktivitas antikolinergik yang tinggi harus
dihindari. Walaupun thioridazine (Mellaril), yang mempunyai aktivitas antikolinergik
yang tinggi, merupakan obat yang efektif dalam mengontrol perilaku pasien demensia
jika diberikan dalam dosis kecil. Benzodiazepim kerja singkat dalam dosis kecil
adalah medikasi anxiolitik dan sedatif yang lebih disukai untuk pasien demensia.
Zolpidem (Ambient) dapat digunakan untuk tujuan sedatif. TetrahidroaminoKridin
(Tacrine) sebagai suatu pengobatan untuk penyakit Alzheimer, obat ini merupakan
inhibitor aktivitas antikolinesterase dengan lama kerja yang agak panjang.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Perjalanan klasik dan demensia adalah onset pada pasien usia 50 60 tahun
dengan pemburukan bertahap selama 5 10 tahun, yang akhirnya menyebabkan
kematian. usia saat onset dan kecepatan pemburukannya adalah bervariasi diantara
tipe demensia yang berbeda dan dalam kategori diagnostik individual.
GANGGUAN AMNESTIK
Gangguan amnestik ditandai terutama oleh gejala tunggal suatu gangguan
daya ingat yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau
pekerjaan. Diagnosis gangguan amnestik tidak dapat dibuat jika mempunyai tanda
lain dari gangguan kognitif, seperti yang terlihat pada demensia, atau jika mempunyai
gangguan perhatian (attention) atau kesadaran, seperti yang terlihat pada delirium.
Epidemiologi
Beberapa penelitian melaporkan insiden atau prevalensi gangguan ingatan
pada gangguan spesifik (sebagai contohnya sklerosis multipel). Amnesia paling sering
ditemukan pada gangguan penggunaan alkohol dan cedera kepala.
Penyebab

1. Kondisi medis sistemik


a. Defisiensi tiamin (Sindroma Korsakoff)
b. Hipoglikemia
2. Kondisi otak primer
1. Kejang
2. Trauma kepala (tertutup dan tembus)
3. Tumor serebrovaskular (terutama thalamik dan lobus temporalis)
4. Prosedur bedah pada otak
5. Ensefalitis karena herpes simpleks
6. Hipoksia (terutama usaha pencekikan yang tidak mematikan dan keracunan
karbonmonoksida)
7. Amnesia global transien
8. Terapi elektrokonvulsif
9. Sklerosis multipel
3. Penyebab berhubungan dengan zat
a. Gangguan pengguanan alkohol
b. Neurotoksin
c. Benzodiazepin (dan sedatif- hipnotik lain)
d. Banyak preparat yang dijual bebas.
Diagnosis
Kriteria Diagnosis untuk Gangguan Amnestik Karena Kondisi Medis Umum.
1. Perkembangan gangguan daya ingat seperti yang dimanifestasikan oleh
gangguan kemampuan untuk mempelajari informasi baru atau ketidak
mampuan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
2. Ganguan daya ingat menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial
atau pekerjaan dan merupakan penurunan bermakna dan tingkat fungsi
sebelumnya.
3. Gangguan daya ingat tidak terjadi semata-mata selama perjalanan suatu
delirium atau suatu demensia.
4. Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan
laboratorium bahwa gangguan adalah akibat fisiologis langsung dari kondisi
medis umum (termasuk trauma fisik)

Sebutkan jika :
Transien :
Kronis :

jika gangguan daya ingat berlangsung selama 1 bulan atau kurang


jika gangguan daya ingat berlangsung lebih dari 1 bulan.

Catatan penulisan: Masukkan juga nama kondisi medis umum pada Aksis I,
misalnya, gangguan amnestik karena trauma kepala, juga tuliskan kondisi pada Aksis
III. 1
Gambaran Klinis
Pusat gejala dan gangguan amnestik adalah perkembangan gangguan daya
ingat yang ditandai oleh gangguan pada kemampuan untuk mempelajari informasi
baru (amnesia anterograd) dan ketidakmampuan untuk mengingat pengetahuan yang
sebelumnya diingat (amnesia retrograd). Periode waktu dimana pasien terjadi amnesia
kemungkinan dimulai langsung pada saat trauma atau beberapa saat sebelum trauma.
Ingatan tentang waktu saat gangguan fisik mungkin juga hilang. Daya ingat jangka
pendek (short-term memory) dan daya ingat baru saja (recent memory) biasanya
terganggu. Daya ingat jangka jauh (remote post memory) untuk informasi atau yang
dipelajari secara mendalam (overlearned) seperti pengalaman maka anak-anak adalah
baik, tetapi daya ingat untuk peristiwa yang kurang lama ( Iewat dart 10 tahun) adalah
terganggu.
Diagnosis Banding
1. Demensia dan Delirium
2. Penuaan normal
3. Gangguan disosiatif
4. Gangguan buatan
Pengobatan
Pendekatan utama adalah mengobati penyebab dasar dari gangguan amnestik
Setelah resolusi episode amnestik, suatu jenis psikoterapi (sebagai contohnya,
kognitif, psikodinamika, atau suportif dapat membantu pasien menerima pangalaman
amnestik kedalam kehidupannya.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Onset mungkin tiba-tiba atau bertahap; gejala dapat sementara atau menetap
dan hasil akhir dapat terentang dari tanpa perbaikan sampai pemulihan lengkap.1

DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan.H.I, Sadock. B.J, Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis, edisi ketujuh, jilid satu. Binarupa Aksara, Jakarta 1997. hal
502-540.
2. Ingram.I.M, Timbury.G.C, Mowbray.R.M, Catatan Kuliah Psikiatri, Edisi
keenam, cetakan ke dua, Penerbit Buku kedokteran, Jakarta 1995. hal 28-42.
3. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, jilid 1. Penerbit Media Aesculapsius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 2001. hal 189-192.
4. Diagnosis Gangguan Jiwa, rujukan ringkas dari PPDGJ-III, editor Dr, Rusdi
Maslim.1993. hal 3
5. Maramis. W.F, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Cetakan ke VI, Airlangga
University Press, Surabaya 1992. hal 179-211.

Anda mungkin juga menyukai