Anda di halaman 1dari 4

Diagnosis Disfungsi Ereksi

Diagnosis DE dapat ditegakkan melalui pemeriksaan berikut ini:

Anamnesis

Dalam anamnesis perlu ditanyakan tentang penyakit-penyakit seperti diabetes melitus,


hiperkolesterlemia, hiperlipidemia, penyakit jantung, merokok, alkohol, obat-obatan, operasi
yang pernah dilakukan, penyakit tulang punggung, dan penyakit neurologik dan psikiatrik
(Baziad, 2003)
Pada diagnosis pasien disfngsi ereksi harus digali riwayat seksual, penyakit yang
pernah diderita dan psikoseksual.
Pada pria yang mengalami DE ditanyakan hal – hal di bawah ini :

§ Gangguan ereksi dan gangguan dorongan seksual


§ Ejakulasi, orgasme dan nyeri kelamin
§ Fungsi seksual pasangan
§ Faktor gaya hidup : merokok, alkohol yang berlebihan dan penyalahgunaan narkotika
§ Penyakit kronis
§ Trauma dan operasi daerah pelvis / perineum / penis
§ Radioterapi daerah penis
§ Penggunaan obat – obatan
§ Penyakit saraf dan hormonal
§ Penyakit psikiatrik dan status psikologik

Disfungsi ereksi dapat dibedakan dengan jelas dari masalah seksual lainnya seperti
ejakulasi, libido dan orgasme. Pada penelusuran riwayat penyakit harus ditanya tentang
hipertensi, hiperlipidemia, depresi, penyakit neurologis, diabetes melitus, gagal ginjal,
penyakit adrenal dan tiroid. Riwayat trauma panggul pembedahan pemmbuluh darah tepi juga
harus ditanyakan karena hal tersebut merupakan faktor resiko impotensi.
Pencatatan daftar obat yang dikonsumsi juga harus diperhatikan , karena sekitar 25% dari
semua kasus disfungsi seksual terkait dengan obat – obatan. Pengguanaan alkohol yang
berlebihan dan pemakaian narkotik juga ditanyakan karena terkait dengan peningkatan resiko
disfungsi seksual . Pasien juga ditanya adakah riwayat depresi karena merupakan faktor
resiko disfungsi ereksi.
Untuk mengetahui apakah seseorang telah mengalami disfungsi ereksi diperlukan
suatu evaluasi fungsi seksual pria. Evaluasi tersebut disusun dalam bentuk beberapa
pernyataan yang dikenal sebagai IIEF-5 (Internatonal Index of Erectile Function).
Pada setiap pertanyaan telah disediakan pilihan jawaban. Orang yang sedang dievaluasi
diminta memilih yang paling sesuai dengan kondisi orang tersebut 6 bulan terakhir. Pilihan
hanya satu jawaban untuk setiap pertanyaan.

1) Bagaimanakah tingkat keyakinan anda bahwa anda dapat ereksi dan bertahan terus selama
hubungan intim ?
1 = Sangat rendah
2 = Rendah
3 = Cukup
4 = Tinggi
5 = Sangat tinggi
2) Pada saat anda ereksi setelah mengalami perangsangan seksual, seberapa sering penis anda
cukup keras untuk dapat mamsuk ke vagina pasangan anda?
1= Tidak pernah / hampir tidak pernah
2= Sesekali (<59%)
3= Kadang – kadang (±50%)
4= Seringkali >50%
5= Selalu / hampir selalu
3) Setelah penis masuk ke vagina pasangan anda, seberapa sering anda mampu
mempertahankan penis tetap keras?
1= Tidak pernah / hampir tidak pernah
2= Sesekali (<50%)
3= Kadang – kadang (±50%)
4= Seringkali >50%
5= Selalu / hampir selalu
4) Ketika melakukan hubungan intim,seberapa sulitkah mempertahankan ereksi sampai
selesai melakukan hubungan intim?
1= Teramat sangat sulit
2= Sangat sulit
3= Sulit
4= Sulit sekali
5= Tidak sulit
5) Ketika anda melakukan hubungan intim, seberapa sering anda merasa puas?
1= Tidak pernah / hampir tidak pernah
2= Sesekali (<50%)
3= Kadang – kadang (±50%)
4= Seringkali >50%
5= Selalu / hampir selalu
Skor : ________
Kemudian lima pertanyaan tersebut dijumlah skornya.
Jika skor tersebut kurang atau sama dengan 21, maka orang tersebut menunjukkan adanya
gejala – gejala disfungsi ereksi.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda hipogonadisme (termasuk testis kecil,


ginekomasti dan berkurangnya pertumbuhan rambut tubuh dan janggut) memerlukan
perhatian khusus (Bhasin, 2006). Pemeriksaan penis dan testis dikerjakan untuk mengetahui
ada tidaknya kelainan bawaaan atau induratio penis. Bila perlu dilakukan palpasi transrektal
dan USG transrektal. Tidak jarang DE disebabkan oleh penyakit prostat jinak ataupun prostat
ganas atau prostatitis.
Pemeriksaan rektum dengan jari (digital rectal examination), penilaian tonus sfingter
ani, dan bulbo cavernosus reflek (kontraksi muskulus bulbokavernous pada perineum setelah
penekanan glands penis) untuk menlai keutuhan dari sacral neural outflow. Nadi perifer
dipalpasi untuk melihat adanya tanda-tanda penyakit vaskuler (Montague, 2005). Dan untuk
melihat komplikasi penyakit diabetes ( termasuk tekanan darah, ankle bracial index, dan nadi
perifer )

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang dapat menunjang diagnosis DE antara lain: kadar


serum testosterone pagi hari (perlu diketahui, kadar ini sangat dipengaruhi oleh kadar
luteinizing hormone). Pengukuran kadar glukosa dan lipid, hitung darah lengkap (complete
blood count), dan tes fungsi ginjal.
Sedangkan pengukuran vaskuler berdasarkan injeksi prostaglandin E1 pada corpora penis,
duplex ultrasonography, biothesiometry, atau nocturnal penile tumescence tidak
direkomendasikan pada praktek rutin/sehari-hari namun dapat sangat bermanfaat bila
informasi tentang vascular supply diperlukan, misalnya, untuk menentukan tindakan bedah
yang tepat (implantation of a prosthesis vs. penile reconstruction)

Anda mungkin juga menyukai