Anda di halaman 1dari 11

Osteoporosis II

I. Klasifikasi
Pembagian osteoporosis dapat dibagi menjadi beberapa yaitu osteoporosis primer yang berkaitan
dengan kekurangan hormon dan osteoporosis yang berkaitan dengan penyakit penyakit tertentu.
⦁ Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita),
yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul
pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih
lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal,
wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.
⦁ Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan
dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang
baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada
usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis
senilis dan postmenopausal.
⦁ Osteoporosis sekunder dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh
keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal
kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya
kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang
berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan osteoporosis.
⦁ Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal
ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal,
kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.
II. Manifestasi Klinis
Osteoporosis tidak memperlihatkan tanda-tanda fisik atau gejala yang nyata hingga terjadi keropos atau
keretakan pada usia senja. Banyak orang yang menganggap bahwa penyakit osteoporosis adalah gejala
alam yang pasti dialami oleh setiap orang setelah berusia 30 tahun padahal osteoporosis dapat
menyerang semua umur.
Biasanya penderita osteoporosis akan mengalami hal-hal sebagai berikut :

• Sering mengalami sakit punggung dan pinggang


• Kelainan bentuk tulang belakang (badan mulai bungkuk)
• Postur kaki mulai bengkok
Penyakit osteoporosis berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa disadari dan tanpa
disertai adanya gejala. Gejala-gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut, seperti patah tulang,
punggung yang semakin membungkuk, hilangnya tinggi badan, nyeri punggung. Jika kepadatan tulang
sangat berkurang sehingga tulang menjadi hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk.
Hancurnya tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang
rapuh bisa mengalami hancur secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara
tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita
berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan
menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang
belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang yang sering
disebut dengan punuk Dowager (Kifosis), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit. Tulang lainnya
bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah
tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul.

III. Pemeriksaan Penunjang


Untuk menentukan kepadatan tulang tersebut, ada 3 teknik yang biasa digunakan di
Indonesia, antara lain :
1. Densitometri DXA (dual-energy x-ray absorptiometry)
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang paling tepat dan mahal. Orang yang
melakukan pemeriksaan ini tidak akan merasakan nyeri dan hanya dilakukan sekitar 5 –
15 menit. DXA dapat digunakan pada wanita yang mempunyai peluang untuk mengalami
osteoporosis, seseorang yang memiliki ketidakpastian dalam diagnosa, dan penderita yang
memerlukan keakuratan dalam hasil pengobatan osteoporosis.
Keuntungan yang didapatkan jika melakukan pemeriksaan ini yaitu dapat menentukan
kepadatan tulang dengan baik (memprediksi resiko patah tulang pinggul) dan mempunyai
paparan radiasi yang sangat rendah. Akan tetapi alat ini memiliki kelemahan yaitu
membutuhkan koreksi berdasarkan volume tulang (secara bersamaan hanya menghitung
2 dimensi yaitu tinggi dan lebar) dan jika pada saat seseorang melakukan pengukuran
dalam posisi yang tidak benar, maka akan mempengaruhi hasil pemeriksaan tersebut.
Hasil dari DXA dapat dinyatakan dengan T-score, yang dinilai dengan melihat perbedaan BMD
dari hasil pengukuran dengan nilai rata-rata BMD puncak.
Densitas massa tulang berhubungan dengan kekuatan tulang dan risiko fraktur.
Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat dan tepat untuk menilai densitas massa
tulang, sehingga dapat digunakan untuk menilai faktor prognosis, prediksi fraktur dan bahkan
diagnosis osteoporosis. Untuk menilai hasil pemeriksaan densitometri tulang, digunakan kriteria
kelompok kerja WHO. Adapun indikasi pemeriksaan densitometri antara lain :
• Wanita usia > 65 tahun dan pria usia > 70 tahun (sebagian berpendapat wanita dan
pria > 60 tahun) dengan atau tanpa risiko osteoporosis
• Wanita pasca-menopause dini, wanita pada masa transisi menopause, serta laki-laki
usia 50-69 tahun dengan faktor risiko klinis terjadinya fraktur.
• Orang dewasa yang mengalami fraktur setelah usia >50 tahun
• Orang dewasa dengan kondisi-kondisi tertentu yang berkaitan dengan rendahnya massa
tulang atau hilangnya struktur tulang (mis, artritis reumatoid), atau sedang dalam
pengobatan (mis, steroid dengan dosis harian setara prednison >5 mg selama >3 bulan).
Ketetapan resmi terkini ISCD tahun 2013 (pasien DEWASA)
Indikasi pemeriksaan Bone Mineral Density (BMD)
• Perempuan usia 65 tahun keatas
• Untuk perempuan pasca menopause usia dibawah 65 tahun, dapat dilakukan pemeriksaan
BMD bilamana ada factor resiko terjadinya penurunan massa tulang seperti:
o Berat badan rendah
o Ada riwayat patah tulang
o Pengguna obat resiko tinggi
o Penyakit atau kondisi yang menimbulkan kehilangan massa tulang
• Perempuan peri-menoapause dengan faktor resiko patah tulang seperti berat badan rendah,
riwayat patah tulang, atau pengguna obat resiko tinggi.
• Pria usia 70 tahun keatas
• Untuk pria usia dibawah 70 tahun, dapat dilakukan pemeriksaan BMD bilamana ada faktor
terjadinya penurunan massa tulang seperti :
o Berat badan rendah
o Ada riwayat patah tulang
o Pengguna obat resiko tinggi
o Penyakit atau kondisi yang menimbulkan kehilangan massa tulang.
• Pasien dewasa dengan kerapuhan tulang (fragile)
• Pasien dewasa dengan penyakit atau kondisi yang menimbulkan kehilangan massa tulang
• Pasien dewasa menggunakan obat yang menimbulkan kehilangan massa tulang
• Seseorang yang dipertimbangkan pengobatan anti osteoporosis
• Seseorang yang memerlukan evaluasi hasil pengobatan
• Seseorang tanpa pengobatan namun ada tanda2 kehilangan massa tulang yang membutuhkan
pengobatan selanjutnya.
2. Densitometri US (ultrasound)
Kerusakan yang terjadi pada tulang dapat didiagnosis dengan pengukuran
ultrsound, yaitu dengan mengunakan alat quantitative ultrasound (QUS). Hasil
pemeriksaan ini ditentukan dengan gelombang suara, karena cepat atau tidaknya
gelombang suara yang bergerak pada tulang dapat terdeteksi dengan alat QUS. Jika
suara terasa lambat, berarti tulang yang dimiliki padat. Akan tetapi, jika suara cepat,
maka tulang kortikal luar dan trabekular interior tipis. Pada beberapa
penelitian,menyatakan bahwa dengan QUS dapat mengetahui kualitas tulang, akan
tetapi QUS dan DXA sama-sama dapat memperkirakan patah tulang .
Dengan alat ini, seseorang tidak akan terpapar radiasi karena tidak menggunakan
sinar X. Kelemahan alat ini, yaitu tidak memiliki ketelitian yang baik (saat dilakukan
pengukuran ulang sering terjadi kesalahan), tidak baik dalam mengawasi pengobatan
(perubahan massa tulang).

3. Pemeriksaan CT (computed tomography)


Pemeriksaan CT merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
dengan memeriksa biokimia CTx (C-Telopeptide). Dengan pemeriksaan ini dapat
menilai kecepatan pada proses pengeroposan tulang dan pengobatan antiesorpsi oral
pun dapat dipantau.
Kelebihan yang didapatkan jika menggunakan alat ini yaitu kepadatan tulang
belakang dan tempat biasanya terjadi patah tulang dapat diukur dengan akurat. Akan
tetapi pada tulang yang lain sulit diukur kepadatannya dan ketelitian yang dimiliki
tidak baik serta tingginya paparan radiasi.

IV. Tatalaksana
Non-farmakologi
Secara umum, perlu disampaikan edukasi dan program pencegahan terhadap pasien-pasien
osteoporosis antara lain :
1. Anjurkan penderita untuk melakukan aktivitas fisik yang teratur untuk memelihara
kekuatan, kelenturan dan koordinasi sistem neuromuskular serta kebugaran, sehingga
dapat mencegah risiko terjatuh. Berbagai latihan yang dapat dilakukan meliputi
berjalan 30-60 menit/hari, bersepeda maupun berenang.
2. Jaga asupan kalsium 1000-1500 mg/hari, baik melalui makanan sehari-hari
maupun suplementasi,
3. Hindari merokok dan minum alkohol.
4. Diagnosis dini dan terapi yang tepat terhadap defisiensi testosteron pada laki-laki
dan menopause awal pada wanita.
5. Kenali berbagai penyakit dan obat-obatan yang dapat menimbulkan osteoporosis,
6. Hindari mengangkat barang-barang yang berat pada penderita yang sudah pasti
osteoporosis
7. Hindari berbagai hal yang dapat menyebabkan penderita terjatuh, misalnya
lantai yang licin, obat-obat sedatif dan obat anti hipertensi yang dapat menyebabkan
hipotensi ortistatik.
8. Hindari defisiensi vitamin D, terutama pada orangorang yang kurang terpajan sinar
matahari atau pada penderita dengan fotosensitifitas, misalnya SLE. Bila diduga ada
defisiensi vitamin D, maka kadar 25(OH)D serum harus diperiksa. Bila menurun,
maka suplementasi vitamin D 400 IU/hari atau 800 lU/hari harus diberikan. Pada
penderita dengan gagal ginjal, suplementasii harus dipertimbangkan.
9. Hindari peningkatan ekskresi kalsium lewat ginjal dengan membatasi asupan
Natrium sampai 3 gram/hari untuk meningkatkan reabsorpsi kalsium ditubulus
ginjal. Bila ekskresi kalsium urin > 300 mg/hari, berikan diuretik tiazid dosis
rendah (HCT 25 mg/hari).
10.Pada penderita yang memerlukan glukokortikoid dosis tinggi dan jangka panjang,
usahakan pemberian glukokortikoid pada dosis serendah mungkin dan sesingkat
mungkin.
11.Pada penderita artritis reumatoid dan artritis inflamasi lainnya, sangat penting
mengatasi aktivitas penyakitnya, karena hal ini akan mengurangi nyeri dan
penurunan densitas massa tulang akibat artritis inflamatif yang aktif.

Farmakologi
Bifosfonat, merupakan terapi pilihan utama pada tatalaksana osteoporosis khususnya
bagi pasien dengan kontraindikasi terapi hormon, atau pada pasien laki-laki. Bifosfonat memiliki
efek penghambat osteoklas. Yang perlu menjadi perhatian adalah bahwa absorbsi bifosfonat
sangat buruk, oleh karena itu harus diberikan dalam keadaan perut kosong dengan
dibarengi 2 gelas air putih dan setelah itu penderita harus dalam posisi tegak selama 30
menit. Efek samping bifosfonat adalah hipokalsemia dan refluks esofagitis. Jenis-jenis
bifosfonat yang tersedia saat ini antara lain : Alendronat (oral; 10 mg/hari atau 70
mg/minggu), Risedronat (oral; 5 mg/hari atau 35 mg/minggu), Ibandronat (oral; 2,5
mg/hari atau 150 mg/bulan) dan zoledronat (merupakan bifosfonat terkuat dengan
sediaan intravena, dosis 5 mg setahun sekali dan diberikan perlahan selama 15 menit).
Raloksifen, merupakan salah satu dari golongan selective estrogen receptor modulators
(SERM). Obat ini disetujui oleh FDA sebagai terapi pencegahan dan pengobatan pada
osteoporosis. Mekanisme kerja raloksifen hampir sama dengan estrogen dengan dosis 60
mg/hari. Raloksifen hanya diindikasikan pada wanita paska-menopause < 70 tahun.
Terapi pengganti hormonal. (1) pada wanita paska menopause : estrogen
terkonjugasi (0,3125 – 1,25 mg/hari) dikombinasi dengan medroksiprogesteron asetat 2,5-
10 mg/hari, setiap hari secara kontinu. (2) pada wanita pra-menopause : estrogen terkonyugasi
diberikan dengan penyesuaian terhadap siklus haid. (3) pada laki-laki : Pada laki-laki yang jelas
menderita defisiensi testosteron, dapat dipertimbangkan pemberian testosteron.
Kalsitonin, dapat diindikasikan pada kasus osteoporosis, penyakit paget dan
hiperkalsemia karena keganasan. Obat ini dapat menurunkan resorpsi tulang. pemberiannya
secara intranasal dengan dosis 200 U per hari. Dapat juga diberika secara subkutan.
Strontium Ranelat, merupakan obat osteoporosis yang memiliki efek ganda, yaitu
meningkatkan kerja osteoblas dan menghambat kerja osteoklas. Akibatnya tulang endosteal
terbentuk dan volume trabelar meningkat. Mekanisme kerja strontium ranelat belum jelas benar.
Diduga efeknya berhubungan dengan perangsangan Calcium sensing receptor (CaSR) pada
permukaan sel-sel tulang. Dosis strontium ranelat adalah 2 gram/hari yang dilarutkan di
dalam air sebelum tidur atau 2 jam sebelum makanan atau 2 jam setelah makan. Sama
seperti obat osteoporosis lainnya, pemberian obat ini harus dibarengi pemberian kalsium dan
vitamin D, tetapi pemberiannya tidak boleh bersamaan dengan strontium ranelat.2,26
Vitamin D, berperan dalam meningkatkan absorbsi kalsium di usus. Lebih dari 90%
vitamin D disintesis di dalam tubuh dari prekursornya di bawah kulit oleh paparan sinar
ultraviolet. Pada orang tua, kemampuan untuk aktivasi vitamin D di bawah kulit berkurang.
Sehingga pada orang tua sering terjadi defisiensi vitamin D. Kadar vitamin D di dalam darah
diukur dengan cara mengukur kadar 25- OH vitamin D. Pada penelitian didapatkan suplementasi
500 IU kalsiferol dan 500 mg kalsium per-oral selama 18 bulan ternyata mampu
menurunkan fraktur non-spinal sampai 50%. Vitamin D diindikasikan untuk orang tua yang
tinggal di panti jompo yang kurang terpapar sinar matahari. Tetapi tidak diindikasikan pada
populasi Asia yang banyak terpapar sinar matahari.
Kalsitriol, saat ini tidak diindikasikan sebagai pilihan pertama pengobatan osteoporosis
paska-menopause. Kalsitriol diindikasikan bila terdapat hipokalsemia yang tidak
menunjukkan perbaikan dengan pemberian kalsium peroral. Kalsitriol juga diindikasikan
untuk mencegah hiperparatiroidisme sekunder, baik akibat hipokalsemia maupun akibat gagal
ginjal terminal. Dosis kalsitriol untuk pengobatan osteoporosis adalah 0,25 µg, 1-2 kali per
hari.
Kalsium. Asupan kalsium pada penduduk Asia pada umumnya lebih rendah dari
kebutuhan kalsium yang direkomendasikan oleh Institue of Medicine, National Academy of
Science yaitu sebesar 1200 mg. Kalsium sebagai monoterapi ternyata tidak mencukupi untuk
mencegah fraktur pada penderita osteoporosis. Preparat kalsium yang terbaik adalah kalsium
karbonat (kalsium elemen 400 mg/gram, dalam bentuk serbuk dosis 2-3 x 500 mg) disusul
kalsium fosfat (230 mg/gram), kalsium sitrat (211 mg/gram), kalsium laktat (130 mg/gram)
serta kalsium glukonat (90 mg/gram).

Monitoring Terapi
Evaluasi hasil pengobatan dapat dilakukan dengan mengulang pemeriksaan
densitometri setelah 1-2 tahun pengobatan dan dinilai peningkatan densitasnya. Bila dalam
waktu 1 tahun tidak terjadi peningkatan maupun penurunan densitas massa tulang, maka
pengobatan sudah dianggap berhasil, karena resorpsi tulang sudah dapat ditekan. Selain
mengulang pemeriksaan densitas massa tulang, maka pemeriksaan petanda biokimia tulang juga
dapat digunakan untuk evaluasi pengobatan. Penggunaan petanda biokimia tulang, dapat menilai
hasil terapi lebih cepat yaitu dalam waktu 3-4 bulan setelah pengobatan. Yang dinilai adalah
penurunan kadar berbagai petanda resorpsi dan formasi tulang.

V. Edukasi dan Pencegahan


Cara Pencegahan Osteoporosis
Mencegah Osteoporosis Sejak Dini memang harus anda lakukan dari sekarang. Osteoporosis
adalah salah satu jenis penyakit tulang yang bisa menyebabkan efek yang sangat besar di
kemudian hari atau saat sudah lansia. Tulang yang bungkuk dan lemah adalah dua dari banyak
dampak yang bisa ditimbulkan oleh penyakit tulang ini. Untuk mencegah ini, sebaiknya anda
memulai beberapa tindakan pencegahan mulai dari sekarang.
Pencegahan terjadinya osteoporosis dapat kita lakukan sejak dini. Beberapa hal yang bisa Anda
lakukan diantaranya adalah :

• Meningkatkan kepadatan tulang dengan mengonsumsi kalsium yang cukup setiap harinya.
Anda dapat memilih meminum susu. Selain itu, Anda dapat memakan makanan yang kaya
kalsium seperti ikan teri, brokoli, tempe, tahu, keju dan kacang-kacangan. Ikan laut dan
kedelai adalah jenis makanan yang disarankan dalam pencegahan osteoporosis
• Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisi dengan
unsur kaya serat, rendah lemak, dan kaya kalsium (1000 -1500 mg per hari). Pastikan diet anda
mengandung 1000 miligram kalsium per hari ( jika anda pra menopause ) atau 1500
miligram per hari (jika anda post-menopause). Hindari suplemen yang berasal dari dolomite
atau tepung tulang. Jangan mengonsumsi kalsium melebihi 1500 miligram kalsium per hari
• Berjemurlah di bawah sinar matahari selama 30 menit. Waktu yang paling baik adalah pagi
sebelum jam 09.00 WIB atau sore sesudah jam 16.00 WIB. Sinar matahari terutama UVB
membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam
pembentukan massa tulang
• Aktivitas yang cukup dan melakukan olah raga dengan beban. Dengan aktivitas yang baik
tulang akan keras. Aktivitas fisik yang teratur sangat penting untuk pembentukan tulang
• Kurangi makanan yang mengandung sodium, garam, daging merah, dan makanan yang
diasinkan.
Kekerasan tulang setiap orang akan berangsur-angsur menurun setelah memasuki umur 40
tahun. Pada wanita, menopause mempercepat proses pengeroposan tulang ini, khususnya jika wanita
memiliki tulang-tulang yang tipis atau kecil, berambut merah atau pirang atau kulitnya berbintik-bintik.
Faktor genetik seperti keturunan orang Eropa Utara atau Asia juga lebih beresiko. Wanita yang tidak
pernah mempunyai anak juga lebih rentan mengalami osteoporosis. Merokok atau meminum
kortikosteroid, dan mengkonsumsi makanan yang mengandung sedikit kalsium juga meningkatkan
resiko pengeroposan ini. Makin awal mengalami menopause, maka semakin tinggi resiko anda.
Rekomendasi Asupan Kalsium
The national Academy of Sciences dan National Osteoporosis Foundation merekomendasikan baik pria
maupun wanita dewasa membutuhkan kalsium setidaknya 1000-1200 mg/hari. Wanita hamil lebih
banyak membutuhkan kalsium sebesar 1500mg/hari
Kebutuhan kalsium tiap orang sangat dipengaruhi oleh faktor usia.

• Usia 0-6 bln membutuhkan kalsium 210 mg/hari


• Usia 6-12 bln membutuhkan kalsium 270 mg/hari
• Usia 1-3 tahun membutuhkan kalsium 500 m/hari
• Usia 4-8 tahun membutuhkan kalsium 800 mg/hari
• Usia 9-18 tahun membutuhkan kalsium 1300 mg/hari
• Usia 19-50 tahun membutuhkan kalsium 1000 mg/hari
• Usia lebih dari 51 tahun membutuhkan kalsium 1200 mg/hari

Aktivitas Fisik
Senam pencegahan osteoporosis ditujukan untuk meningkatkan densitas tulang (kepadatan
massa tulang), dan senam osteoporosis ditujukan kepada Pasien osteoporosis untuk mencegah
terjadinya patah tulang & meningkatkan densitas tulang (kepadatan massa tulang). Berikut ini adalah
jenis – jenis latihan fisik yang boleh dilakukan serta tidak boleh dilakukan oleh Pasien osteoporosis :
Empat Jenis Latihan Fisik Yang Boleh Dilakukan:
(a) Lakukan latihan fisik jalan kaki secara teratur, dengan kecepatan minimal 3 mph (4,5 km) per jam
selama 50 menit, 5 kali seminggu.
(b) Lakukan latihan untuk kekuatan otot, menggunakan beban bebas (dumbel kecil) atau dengan mesin
latih beban. Latihan ini ditekankan untuk melatih daerah panggul, paha, punggung, lengan, pergelangan
tangan dan bahu.
(c) Lakukan latihan untuk meningkatkan keseimbangan dan kelincahan
(d) Lakukan latihan ekstensi punggung, latihan ini dilakukan dengan cara duduk di kursi serta
melengkungkan punggung ke belakang.
Empat Jenis Latihan Fisik Yang Tidak Boleh Dilakukan:
(a) Jangan lakukan latihan fisik yang memberikan benturan dan pembebanan pada tulang punggung,
seperti : melompat, senam aerobik benturan keras, jogging atau lari.
(b) Jangan membungkukan badan kedepan dari pinggang dengan punggung melengkung (spinal
flexion), karena bahaya kerusakan pada ruas tulang belakang, seperti: sit-up, crunch, mendayung,
meraih jari – jari kaki.
(c) Jangan melakukan latihan fisik atau aktifitas yang mudah menyebabkan jatuh, seperti : senam
dingklik atau trampolin, atau jangan melakukan latihan pada lantai yang licin.
(d) Jangan melakukan latihan menggerakan tungkai kearah samping atau menyilang badan dengan
memakai beban (abduksi dan adduksi).
Paparan sinar matahari
Sinar matahari di pagi hari dan sore hari (menjelang magrib), berfungsi dalam memicu kulit
membentuk vitamin D3. Dalam menetralisasi tulang, dimana sel osteoblas (sel pembentuk tulang)
membutuhkan kalsium sebagai bahan dasar, dan hormon kalsitriol. Kalsitriol ini berasal dari vitamin
D3 kulit dan vitamin D2 yang berasal dari makanan (mentega, keju, telur, ikan). Kalsitriol inilah yang
merangsang osteoblas dalam menetralisasi tulang. Berdasarkan hasil penelitian Menzies Research
Institute, Horbat-Australia, pada anak-anak tidak akan tumbuh optimal atau bahkan terhenti
pertumbuhanya jika kurang memperoleh vitamin D. Agar diperoleh vitamin D yang cukup, sekurang
kurangnya seorang anak terpapar matahari selama 8 jam dalam seminggu (Kutub Selatan). Namun
untuk anak ataupun orang dewasa di Indonesia, cukup tertapar oleh sinar matahari pagi dan sore selama
5 sampai 15 menit sebanyak 3 kali dalam seminggu.

VI. Komplikasi
Cedera Vertebra Thorakolumbar
Fraktur kompresi (Wedge fractures)
Adanya kompresi pada bagian depan corpus vertebralis yang tertekan dan membentuk patahan
irisan. Fraktur kompresi adalah fraktur tersering yang mempengaruhi kolumna vertebra. Fraktur ini
dapat disebabkan oleh kecelakaan jatuh dari ketinggian dengan posisi terduduk ataupun mendapat
pukulan di kepala, osteoporosis dan adanya metastase kanker dari tempat lain ke vertebra kemudian
membuat bagian vertebra tersebut menjadi lemah dan akhirnya mudah mengalami fraktur kompresi.
Vertebra dengan fraktur kompresi akan menjadi lebih pendek ukurannya daripada ukuran vertebra
sebenarnya.

Fraktur remuk (Burst fractures): fraktur yang terjadi ketika ada penekanan corpus vertebralis secara
langsung, dan tulang menjadi hancur. Fragmen tulang berpotensi masuk ke kanalis spinais. Terminologi
fraktur ini adalah menyebarnya tepi korpus vertebralis kearah luar yang disebabkan adanya kecelakaan
yang lebih berat dibanding fraktur kompresi. tepi tulang yang menyebar atau melebar itu akan
memudahkan medulla spinalis untuk cedera dan ada fragmen tulang yang mengarah ke medulla spinalis
dan dapat menekan medulla spinalis dan menyebabkan paralisi atau gangguan syaraf parsial. Tipe burst
fracture sering terjadi pada thoraco lumbar junction dan terjadi paralysis pada kaki dan gangguan
defekasi ataupun miksi. Diagnosis burst fracture ditegakkan dengan x-rays dan CT scan untuk
mengetahui letak fraktur dan menentukan apakah fraktur tersebut merupakan fraktur kompresi, burst
fracture atau fraktur dislokasi. Biasanya dengan scan MRI fraktur ini akan lebih jelas mengevaluasi
trauma jaringan lunak, kerusakan ligamen dan adanya perdarahan.
Fraktur dislokasi: terjadi ketika ada segmen vertebra berpindah dari tempatnya karena kompresi,
rotasi atau tekanan. Ketiga kolumna mengalami kerusakan sehingga sangat tidak stabil, cedera ini
sangat berbahaya. Terapi tergantung apakah ada atau tidaknya korda atau akar syaraf yang rusak.2
Kerusakan akan terjadi pada ketiga bagian kolumna vertebralis dengan kombinasi mekanisme
kecelakaan yang terjadi yaitu adanya kompresi, penekanan, rotasi dan proses pengelupasan.
Pengelupasan komponen akan terjadi dari posterior ke anterior dengan kerusakan parah pada
ligamentum posterior, fraktur lamina, penekanan sendi facet dan akhirnya kompresi korpus vertebra
anterior. Namun dapat juga terjadi dari bagian anterior ke posterior. kolumna vertebralis. Pada
mekanisme rotasi akan terjadi fraktur pada prosesus transversus dan bagian bawah costa. Fraktur akan
melewati lamina dan seringnya akan menyebabkan dural tears dan keluarnya serabut syaraf.

Cedera pisau lipat (Seat belt fractures)


Sering terjadi pada kecelakaan mobil dengan kekuatan tinggi dan tiba-tiba mengerem sehingga
membuat vertebrae dalam keadaan fleksi, dislokasi fraktur sering terjadi pada thoracolumbar junction.
Kombinasi fleksi dan distraksi dapat menyebabkan tulang belakang pertengahan menbetuk pisau lipat
dengan poros yang bertumpu pada bagian kolumna anterior vertebralis. Pada cedera sabuk pengaman,
tubuh penderita terlempar kedepan melawan tahanan tali pengikat. Korpus vertebra kemungkinan dapat
hancur selanjutnya kolumna posterior dan media akan rusak sehingga fraktur ini termasuk jenis fraktur
tidak stabil.

Tipe fraktur Bagian yang terkena Stable vs Unstable


Wedge fractures Hanya Anterior Stable
Burst fractures Anterior dan middle Unstable
Fracture/dislocation injuries Anterior, middle, posterior Unstable
Seat belt fractures Anterior, middle, posterior Unstable
VII. Prognosis
-

VIII. SKDI

Anda mungkin juga menyukai