Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh Pemeriksaan Kehamilan Terhadap Pemilihan Penolong Persalinan

Besral* Abstrak Di Indonesia, Angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan masih tergolong rendah. Pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care = ANC) dapat dijadikan sebagai sarana untuk memotivasi ibu hamil agar bersalin ke tenaga kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui peranan ANC terhadap pemilihan tenaga penolong persalinan. Penelitian dengan rancangan potong lintang ini menggunakan data sekunder Survei Evaluasi Manfaat Proyek KKG (Kesehatan Keluarga dan Gizi), analisisnya menggunakan ukuran asosiasi Odds Ratio. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa setelah dikontrol oleh variabel karakteristik responden, ibu hamil yang melakukan ANC minimal empat kali memiliki peluang 2 kali lebih besar untuk melahirkan pada tenaga kesehatan daripada ibu hamil dengan ANC kurang dari empat kali (ORadj=2.1, 95%CI: 1.4-3.0). Ibu hamil yang mendapat konseling berpeluang 3.7 kali lebih besar untuk bersalin pada tenaga kesehatan daripada yang tidak mendapat konseling (ORadj=3.7, 95%CI: 2.4-5.7). Untuk meningkatkan angka persalinan oleh tenaga kesehatan, ANC saja belumlah cukup tanpa diiringi dengan konseling. Konseling yang harus diberikan meliputi nasehat tentang kehamilan, melahirkan, dan pemberian ASI, serta anjuran yang tegas kepada ibu hamil agar melahirkan pada tenaga kesehatan. Kata kunci: Pemeriksaan kehamilan, kualitas pemeriksaan, penolong persalinan Abstract In Indonesia, the proportion of mother who delivered by professional birth attendant is still low. The Antenatal Care ( ANC) can be used to motivate mothers to have delivery assisted by health personnel birth attendant. The objective of this study is to know the role of ANC and counselling on birth delivery choice. This study used a secondary data from the Evaluation on Benefit of Family Health Nutrition (FHN) Project, which was conducted in five provinces in Indonesia. Data were analyzed using multiple logistic regressions method. The effect of ANC on birth attendant choice was measured using association measurement of odd ratio. The study showed that mothers who had four times or more ANC had 2.0 times higher chance to have delivery assisted by professional birth attendant than mothers who had less than 4 times ANC, after adjusted for mother's characteristics (family income, education and occupation of household's head), (ORadj=2.1, 95%CI: 1.4-3.0). Mothers who got counselling were delivered by professional birth attendant 3.7 times higher than non counselled mother (ORadj=3.7, 95%CI: 2.4-5.7). The ANC alone was not sufficient to increase the number of mother who delivered by professional birth attendant, the ANC should be complemented by counselling about pregnancy, birth attendance, breast feeding, and suggestion to have delivery assisted by professional birth attendant. Key words: antenatal care, quality of care, professional birth attendant *Staf Pengajar Departemen Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Kesesuaian Risiko Pencemaran Antara Inspeksi Sanitasi dan Pemeriksaan Bakteriologi


Endang Darajat* Abstrak Di Jakarta, setiap hari diperkirakan 8000 orang melakukan aktifitas berenang yang membutuhkan air bersih dalam jumlah yang besar. Air bersih yang digunakan berasal dari air tanah dan Perusahaan Air Minum DKI Jakarta. Jumlah orang yang berenang sangat mempengaruhi kualitas air kolam renang yang harus terus dipertahankan agar terhindar dari risiko pencemaran. Penelitian ini bertujuan mengetahui kesesuaian hasil pengukuran risiko pencemaran dengan inspeksi sanitasi dan pemeriksaan bakteriologik pada air kolam renang di DKI jakarta tahun 2005 Penelitian yang menggunakan disain studi cross sectional mengamati mengamati 30 kolam renang. Variabel yang didiamati adalah 13 variabel inspeksi sanitasi dengan menggunakan adalah univariat dan bivariat. Hitemukan bahwa 13 (44 %) air kolam renang menunjukkan tingkat risiko pencemaran rendah dan 17 (56%) air kolam renang menunjukkan tingkat risiko pencemaran tinggi. Sedangkan untuk kualitas bakteriologik diketahui 11 (36,7%) air kolam renang berkualitas baik dan 19 (63,3%) air kolam renang berkualitas buruk. Kesesuaian yang diperoleh adalah 0,733 yang berarti nilai kesesuaian yang baik. Variabel isi air memiliki tingkat risiko pencemaran paling tinggi. Berdasarkan aspek inspeksi sanitasi didapat 8 aspek prediktif dan 5 aspek non-prediktif. Perlu dilakukan pemeriksaan air kolam renang secara berkala serta penyuluhan dan bimbingan pada pengelola kolam renang dan masyarakat tentang kualitas air kolam renang yang baik terhadap kesehatan. Kata Kunci : Kesesuaian, risiko pencemaran, Inspeksi Sanitasi, Kualitas Bakteriologik, Air Kolam Renang, DKI Jakarta. Abstract It was estimated in Jakarta, more then 8000 people swim everyday, so it requires height volume of clean water that comes from ground water as well as DKI Jakarta Municipal Water Corporation. The quality of the swimming pool water will affect the people health. By conducting surveillance, we are able to know the quality of the water and recommending intervention when needed. The objective of this research is to obtain information about compatibility pollution risk level between measurement results of sanitary inspection and bacteriological assessment of the swimming pool water in Jakarta 2005. The research used a sectional cross design with total sample of 30 swimming pools. Variable used in this research are 13 sanitation inspection variables and analized using bivariate method of analyses. About 17 (56%) of swimming pool water shows the hight risk level of pollolutan . The study also shown that the quality of bacteriology is bed, (19; 63, 3%) is in bad quality. The total compatibility of the swimming fool water is in a good value 73. Based on sanitation inspection aspect, there are 8 predictive aspects and 5 non predictive aspects. It is important to inspect the swimming pools water periodically, to explain and to guide the swimming pools organizers as well as the society about the importance of swimming pools water quality for health. Key words: Compatibility, Pollution risk level, Sanitary Inspection, Bacteriological assessment, Swimming pool water, DKI Jakarta. *Staf Pengajar Universitas Negeri Jakarta

Faktor-faktor Prognosis Kematian Tetanus Neonatorum di RS Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon
Lili Tantijati* Krisnawati Bantas** Abstrak Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tetap tinggi. Berdasarkan Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 1995 adalah 55/1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab utama dari kematian bayi adalah penyakit tetanus neonatorum . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan antara usia saat ditemukan adanya indikasi penyakit neonatarum pada bayi dengan timbulnya kematian yang disebabkan oleh tetanus neonatorum pada bayibayi tersebut di Kabupaten Indramayu pada tahun 1996-2001 .Penelitian ini menggunakan disain studi epidemiologi kasus-kontrol dengan perbandingan kasus dan control 1:1. Jumlah sampel, 160 penderita tetanus neonatorum. Populasi studi adalah penderita tetanus neonatorum yang dirawat di RSD kabupaten Cirebon dan kabupaten Indramayu tahun 1996 2001. Variabel-variabel yang diteliti adalah variabel kematian (sebagai variable terikat), dan variabel usia neonatus saat onset penyakit, status kekebalan neonatus, berat lahir neonatus, kecepatan pertolongan, jenis, dosis, dan cara pemberian antibiotika; jenis, dosis, dan cara pemberian obat anti kejang dan cara pemberian ATS (sebagai variabel bebas). Semua variabel yang diteliti diukur dengan skala kategorikal. Analisis yang dilakukan secara bertahap meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat. Analisis multivariat menggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor prognosis kematian tetanus neonatorum adalah: usia penderita tetanus neonatorum 7 hari (OR= 20.06; nilai p= 0.000), dosis obat antibiotik yang lebih rendah dari standard (OR = 4.34; nilai p= 0.018), kecepatan pertolongan oleh fasilitas kesehatan > 2 hari (OR=6.95; nilai p=0.000) Kata kunci: Faktor prognosis, kematian tetanus neonatorum. Abstract The Infant Mortality Rate (IMR) in Indonesia is still high. Based on Central Bureau of Statistics (CBS) data, the IMR in 1995 was 55/1000 live births. One of the main causes of infant death in Indonesia is tetanus neonatorum. The objective of this study was to determine the relationship between neonates' age of disease onset and the infant death caused by tetanus neonatorum in Indramayu and Cirebon Districts in 1996-2001. The study design was case-control study with ratio of the number of cases and control of 1:1. The total number of sample was 160 neonates with tetanus neonatorum, consisted of 80cases(death) and 80-control (live). The study population was neonates with tetanus neonatorum who were hospitalized in Cirebon and Indramayu District Hospital. All of the study variables were measured using categorical scale. Study was analyzed by multivariate analysis, using unconditional logistic regression method. The result of the study showed that the prognostic factors of tetanus neonatorum death risk were age < 7 days old (OR =20.06 ; p value=0.000), neonates with lower than standard dose of antibiotics (OR=4.34; p value=0.018); delay of help by health facilities > 2 days (OR=6.95; p value=0.000). Key words: Prognosis factor, tetanus neonatorun death. *Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu **Staf Pengajar Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Analisis Ketahanan Hidup Lima Tahun Penderita Kanker Ovarium Epithelial di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta
Indang Trihandini* Dieta Nurrika** *Departemen Biostatistik dan Ilmu Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Gd. A Lt. 2 Kampus Baru UIDepok 16424, e-mail: itrihandini@yahoo.com **Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Banten Abstrak Kanker ovarium merupakan salah satu penyebab utama kematian wanita.Dalam kasus kanker, jumlah serum albumin adalah indikator prognostikbertahan hidup yang penting, sementara probabilitas global pasien kankerovarium dengan serum albumin > 3,6 g/dL dan < 3,5 g/dL untuk bertahanhidup lima tahun masing-masing 23% and 10%. Namun di Indonesia, ketahanan hidup pasien-pasien kanker ovarium epithelial belum diteliti secara intensif. Penelitian yang dilaporkan ini bertujuan untuk menentukan probabilitas ketahanan hidup pasien-pasien kanker ovarium epithelial menuruttingkat serum albumin tertentu. Dengan menggunakan rancangan studi kohort-retrospektif dan analisis ketahanan hidup, 48 orang pasien RumahSakit Kanker Dharmais Jakarta diamati sejak pertama kali mereka didiagnosis kanker ovarium epithelial sampai sembuh, meninggal atau tidak dapatditindaklanjuti lagi. Ditemukan bahwa selama tahun 1996-2004, secara umum probabilitas pasien dengan bertahan hidup lima tahun adalah 26,2%.Secara spesifik, probabilitas pasien dengan serum albumin > 3,6 mg/dL dan< 3,6 mg/dL untuk bertahan hidup lima tahun masing-masing 36,1% dan15,7%. Jika dikontrol dengan stadium kanker, kadar asite dan hemoglobin,risiko mati pasien karena kanker ovarium epithelial dengan kadar serum albumin< 3,6 mg/dL ternyata 2,077 kali lipat daripada pasien dengan serumalbumin > 3,6 mg/dL. Disimpulkan bahwa di Indonesia ketahanan hidup limatahun pasien-pasien kanker ovarium epithelial lebih tinggi daripadatingkat global. Kata kunci: Kanker ovarium epithelial, albumin, ketahanan hidup Abstract Ovarian cancer is one of the largest causes of death in women. In cancer,albumin serum level is an important prognostic indicator of survival, whereasglobally the probability of ovarian cancer patient with serum albumin > 3,6 g/dL and < 3,5 g/dL to survive for five years is 23% and 10%, respectively.In Indonesia, however, the survival of epithelial ovarian cancer patientwith respect to serum albumin level has not been investigated intensively.The present study was to determine the probability of epithelial ovarian cancerpatients to survive for five years at particular level of serum albumin.Using retrospective cohort design with survival analysis, 48 patients of the Dharmais Cancer Hospital Jakarta were observed from the time when theepithelial ovarian cancer was first diagnosed until they were cured, death,or lost to follow up. The results showed that during 1996-2004 the overallprobability of five-year survival was 26,2%. Specifically, the probability of patientsto survive for five years at serum albumin level> 3,6 mg/dL and < 3,6mg/dL was 36,1% and 15,7%, respectively. When the cancer stages, ascites,and hemoglobin level were controlled, risk of death from epithelialovarian cancer of the patients with an albumin level of < 3,6 mg/dL was2,077 fold higher than those with an albumin level of > 3,6 mg/dL. It is concludedthat in Indonesia the five-year survival probability of epithelial ovariancancer patients is higher than that the global rate. Key words: Epithelial ovarian cancer, albumin, survival

Media Visual Poster dan Leaflet Makanan Sehat serta Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Siswa Sekolah Lanjutan Atas, di Kabupaten Mandailing Natal
Albiner Siagian*, Jumirah*, Fourgelina Tampubolon** *Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Jl. Universitas No. 21 Kampus USU Medan 20155 (e-mail: albiner_sgn@yahoo.com)**Bagian Program Gizi Puskesmas Mompang, Jl. Mompang Jae Kec. Payabungan Kab. Mandailing Natal Sumatera Utara Abstrak Kebutuhan energi, protein, dan zat besi dapat disumbangkan oleh makanan jajanan masingmasing sekitar 36%, 29%, dan 52%. Namun, makanan jajanyang tersedia disamping tidak selalu sehat dan bergizi juga perilaku sisiwa tidak selalu positif untuk kebutuhan gizi. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruhmedia visual poster dan leaflet terhadap perilaku makanan jajanan pelajar suatu SMA di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, 2009. Dengan desain eksperimen kuasi one pre- and post-test group, penelitian dengan perlakuan pajangan poster dan leaflet di sekolah ini menilai pengaruh intervensi 2minggu setelah perlakuan. Analisis data dilakukan dengan metode uji T-berpasangan terhadap sampel 80 pelajar kelas khusus. Sebelum dan setelah perlakuan,skor rata-rata pengetahuan siswa adalah 1,99 dan 3,00, skor rata-rata sikap adalah 1,80 dan 3,00. Tindakan konsumsi makanan para pelajar jugameningkat sebelum (x=1,76) dan sesudah (x=1,86) intervensi. Terdapat perbedaan yang bermakna antara perilaku konsumsi makanan jajanan pada anaksekolah sebelum dan sesudah intervensi. Dapat disimpulkan bahwa penyuluhan gizi menggunakan media poster dan leaflet mampu meningkatkan perilakugizi anak sekolah. Disarankan pihak sekolah dan puskesmas menggunakan poster dan leaflet sebagai salah satu media penyuluhan gizi menyampaikan informasigizi tentang makanan jajanan dan isu kesehatan lain untuk mempromosikan upaya kesehatan sekolah. Kata kunci: Perilaku konsumsi makanan jajanan, poster dan leaflet, pelajar SMA Abstract Street food plays an important role in students nutrition. About 36%, 29%, and 52% of energy, protein, and iron, respectively, can be contributed by streetfood. The aim of the research was to know effect of nutritional extension using healthy food poster and leaflet on street food consumption behaviour amongSenior Height School students in District of Mandailing Natal. The research is quasi-experiment with one pre- and post-test group design. The interventionwas conducted by displaying poster and giving leaflet to students. Effects of interventions were evaluated two weeks after intervention. Subjects are 80 students.Data were analyzing by using paired sample T-test. Result showed that the average scores of knowledge of students were 1.99 and 3.00 before andafter intervention, respectively. The average scores of attitude were 1.80 and 3.00 before and after intervention, respectively). Also, the practice of food consumptionamong students also increases (1.76 and 1.86 for before and after intervention, respectively). There was a significant difference in street food consumptionbehavior among students between before and after intervention. It can be concluded that nutritional extension using visual posters and leaflets increasestudents nutritional behaviour. It is suggested that, both school and puskesmas, use poster and leaflet as media of nutritional extension regardingstreet food and other health issues to promote school health.

Key words: Street food consumption behaviour, poster and leaflet, senior high school student

Anda mungkin juga menyukai