PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
Aparatur Sipil Negara atau yang biasa disebut ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil
dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.
Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja yang selanjutnya disingkat PPPK adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam
rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
Merujuk pada ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara Pasal 63, Pasal 64, dan Pasal 65. Sebelum diangkat menjadi PNS, Calon PNS wajib
menjalani masa percobaan yang dilaksanakan melalui proses pendidikan dan pelatihan
terintegrasi untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi
nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan
memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang. Masa percobaan atau yang biasa
disebut dengan Masa prajabatan yang sebagaimana dimaksudkan dilaksanakan oleh Calon
PNS selama 1 tahun, dimana pemerintah wajib memberikan pendidikan dan pelatihan kepada
Calon PNS selama melalui masa percobaan. Calon PNS yang diangkat menjadi PNS harus
memenuhi persyaratan lulus pendidikan dan pelatihan serta sehat jasmani dan rohani, apabila
calon PNS tidak memenuhi ketentuan persyaratan yang telah disebutkan konsekuensinya
adalah Calon PNS dapat diberhentikan sebagai calon PNS.
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok, atau institusi untuk
memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi
organisasi yang berlaku pada setiap level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan
dalam memberikan pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya. Adapun Aspek-
aspek akuntabilitas mencakup beberapa hal berikut, yaitu:
a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan;
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil;
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan;
d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi; dan
e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja.
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap level/unit
organisasi sebagai suatu kewajiban jabatandalam memberikan pertanggungjawaban laporan
kegiatan kepada atasannya.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:
1. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); dengan membangun suatu
sistem yang melibatkan stakeholders dan users yang lebih luas (termasuk masyarakat,
pihak swasta, legislatif, yudikatif dan di lingkungan pemerintah itu sendiri baik di tingkat
kementrian, lembaga maupun daerah);
2. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);
3. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda, yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas
individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder
(Lembaga Administrasi Negara, 2014).
Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri. Mekanisme ini dapat
diartikan secara berbeda-beda dari setiap anggota organisasi hingga membentuk perilaku yang
berbeda-beda pula. Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel,
maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung 4 dimensi, yaitu Akuntabilitas kejujuran
dan hukum, Akuntabilitas proses, Akuntabilitas program, dan Akuntabilitas kebijakan.
Akuntabilitas tidak mungkin terwujud apabila tidak ada alat akuntabilitas. Di Indonesia,
alat akuntabilitas antara lain adalah:
a. Perencanaan Strategis.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional/ Daerah, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Nasional/Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
Nasional/Daerah, Rencana Strategis (Renstra) untuk setiap Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dan Sasaran Kerja Pegawai (SKP) untuk setiap PNS.
b. Kontrak Kinerja.
Semua Pegawai Negeri Sipil (PNS) tanpa terkecuali mulai 1 Januari 2014 menerapkan
adanya kontrak kerja pegawai. Kontrak kerja yang dibuat untuk tiap tahun ini merupakan
kesepakatan antara pegawai dengan atasan langsungnya. Kontrak atau perjanjian kerja ini
merupakan implementasi dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2011 tentang
Penilaian Prestasi Kerja PNS.
c. Laporan Kinerja.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang berisi perencanaan dan
perjanjian kinerja pada tahun tertentu, pengukuran dan analisis capaian kinerja, serta
akuntabilitas keuangan.
Untuk menciptakan lingkungan organisasi yang akuntabel harus memperhatikan aspek-
aspek sebagai berikut:
a. Kepemimpinan.
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana pimpinan memainkan
peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya.
b. Transparansi.
Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang dilakukan oleh individu maupun
kelompok/instansi.
c. Integritas.
Adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-
nilai luhur dan keyakinan.
d. Tanggungjawab.
Adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun
yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban.
e. Keadilan.
Adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut
benda atau orang.
f. Kepercayaan.
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan
melahirkan akuntabilitas.
g. Keseimbangan.
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka diperlukan keseimbangan
antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
h. Kejelasan target.
Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki gambaran yang jelas tentang
apa yang menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan.
i. Konsistensi.
Adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu sampai pada tercapai
tujuan akhir.
2. Nasionalisme
Setiap karyawan ASN harus memiliki nasionalisme dan wawasan kebangsaan yang kuat
dan mampu mengaktualisasikannya dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, dan pemersatu bangsa berlandaskan Pancasila dan UUD
tahun 1945. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1997:648), Nasionalisme
didefinisikan kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual
bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas,
kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu, yakni semangat kebangsaan. Nasionalisme dapat
dirumuskan sebagai satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah
negara (“nation”) dengan mewujudkan satu identitas yang dimiliki sebagai ikatan bersama
dalam satu kelompok.
a. religius. k. Amanah.
3. Etika Publik
Etika dipandang sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus dilakukan.
Etika dapat memberikan alasan yang logis mengapa manusia harus mengikuti arahan moral di
lingkungannya. Selain itu, etika dapat membuat manusia menjadi tahu dan sadar apa yang
harus dilakukan agar berdampak baik untuk dirinya dan orang lain. Kode Etik merupakan
aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus. Sudut pandangnya
hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis. Berdasarkan
Undang-Undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN yakni :
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang berwenang sejauh
tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan etika pemerintah;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggung jawab, efektif dan
efisien;
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
j. Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya
untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang
lain;
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN; dan
i. Memberikan pelayanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, akurat, berdaya guna,
berhasil guna dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
4. Komitmen Mutu
a. Efektivitas berarti sejauh mana pencapaian tujuan yang ditetapkan, atau berhasil mencapai
apapun yang coba dikerjakannya. Efektivitas diukur dari performa untuk mencapai target
mutu, kuantitas, ketepatan waktu, dan alokasi sumber daya, serta kepuasan dan
terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
b. Efisiensi diukur dari ketepatan realisasi penggunaan sumber daya dan bagaimana pekerjaan
dilaksanakan, yaitu penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam menyelesaikan
kegiatan.
c. Inovasi dalam layanan publik harus mencerminkan hasil pemikiran baru yang konstruktif,
sehingga memotivasi sikap individu untuk membangun karakter dan mindset baru sebagai
aparatur pemerintahan, yang diwujudkan dalam bentuk profesionalisme layanan publik
yang berbeda dari sebelumnya. Esensi inovasi adalah perubahan, karena lahirnya inovasi
akan membawa perubahan bagi organisasi.
d. Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai
dengan kebutuhan dan keinginannya, dan bahkan melampaui harapannya.
5. Anti Korupsi
Korupsi adalah tindakan melanggar hukum dengan tujuan untuk memperkaya diri
sendiri maupun golongan. Korupsi adalah perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
memberikan suatu keuntungan yang tidak resmi dengan hak-hak dari pihak lain secara salah
menggunakan jabatannya atau karakternya untuk mendapatkan suatu keuntungan untuk
dirinya sendiri atau orang lain, berlawanan dengan kewajibannya dan hak-hak dari pihak lain.
Anti korupsi adalah tindakan atau gerakan yang dilakukan untuk memberantas segala
tingkah laku atau tindakan yang melawan norma–norma dengan tujuan memperoleh
keuntungan pribadi, merugikan negara atau masyarakat baik secara langsung maupun tidak
langsung. Di Indonesia, terdapat 7 tindak pidana korupsi menurut UU No. 31/1999 jo. UU
20/2001 yaitu:
a. Kerugian keuangan negara
b. Suap-menyuap
c. Pemerasan
d. Perbuatan curang
g. Gratifikasi
Adapun Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam aspek anti korupsi antara lain:
a. Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi penegakan integritas
diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil seseorang bisa menjadi pribadi yang
berintegritas. Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur dan transparan serta tidak
berdusta baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, sehingga dapat membentengi diri
terhadap godaan untuk berbuat curang.
b. Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat kasih sayang.
Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan memperhatikan lingkungan sekelilingnya
di mana masih terdapat banyak orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan
uluran tangan. Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan tergoda untuk memperkaya diri
sendiri dengan cara yang tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk menyisihkan
sebagian penghasilannya untuk membantu sesama.
c. Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang menjadi tidak
bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki
seseorang memungkinkannya untuk mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara
efektif. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihakpihak yang
tidak bertanggungjawab demi mencapai keuntungan sesaat.
d. Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan konsistensi untuk terus
mengembangkan potensi diri membuat seseorang akan selalu mampu memberdayakan
dirinya dalam menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran
menjadi pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang mempunyai pegangan kuat
terhadap nilai kedisiplinan tidak akan terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan
kekayaan dengan cara yang mudah.
e. Tanggung jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa keberadaan
dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan sesama
manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan yang dilakukannya akan
dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, negara,
dan bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan tergelincir
dalam perbuatan tercela dan nista.
f. Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil kerjanya demi
terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia mencurahkan daya pikir dan
kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak
akan mau memperoleh sesuatu tanpa mengeluarkan keringat.
g. Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari kebutuhannya dan
berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebihlebihan. Ia tidak
tergoda untuk hidup dalam gelimang kemewahan. Kekayaan utama yang menjadi modal
kehidupannya adalah ilmu pengetahuan. Ia sadar bahwa mengejar harta tidak akan pernah
ada habisnya karena hawa nafsu keserakahan akan selalu memacu untuk mencari harta
sebanyak-banyaknya.
h. Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk menyatakan
kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan mentolerir adanya penyimpangan dan
berani menyatakan penyangkalan secara tegas. Ia juga berani berdiri sendirian dalam
kebenaran walaupun semua kolega dan teman-teman sejawatnya melakukan perbuatan
yang menyimpang dari hal yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi dan tidak memiliki
teman kalau ternyata mereka mengajak kepada hal-hal yang menyimpang.
i. Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia terima sesuai
dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk mendapatkan lebih dari apa yang ia
sudah upayakan. Bila ia seorang pimpinan maka ia akan memberi kompensasi yang adil
kepada bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan keadilan dan
kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.
Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik dari sisi penataan
institusi formal maupun informal yaitu :
a. Penguatan koordinasi antar lembaga
b. Membentuk lembaga koordinasi khusus
c. Membentuk gugus tugas
d. Koalisi sosial
Di sisi lain, terdapat beberapa tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan WoG di
tataran praktek antara lain adalah:
a. Kapasitas SDM dan institusi
b. Nilai dan budaya organisasi
c. Kepemimpinan
7. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang
profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervennsi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya Aparatur
Sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan
kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan
kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam
penyelenggaraan birokrasi pemerintah. Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dengan baik, dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan
akuntabel, maka setiap ASN diberi hak. Setelah mendapatkan haknya, maka ASN juga
berkewajiban sesuai dengan tugas tugas dan tanggung jawabnya. Nilai-nilai dasar yang
terkandung dalam Manajemen ASN antara lain: (a) Profesional; (b) Etika profesi; (c)
Netralitas; dan (d) Bebas KKN (Lembaga Administrasi Negara, 2017).
8. Pelayanan Publik
ASN sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
menjelaskan tentang fungsi ASN, salah satunya adalah sebagai pelayan publik. Pelayanan
publik adalah pemberian layanan atau melayani keperluan orang atau masyarakat dan/atau
organisasi lain yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu, sesuai dengan aturan pokok
dan tata cara yang ditentukan dan ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada penerima
pelayanan. Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu; organisasi penyelenggara
pelayanan publik, penerima layanan (pelanggan), dan kepuasan yang diberikan dan/atau
diterima oleh penerima layanan.
Prinsip pelayanan publik yang baik adalah; partisipatif, transparan, responsif, tidak
diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan.
Sedangkan beberapa perilaku pelayanan prima yang perlu dibudayakan dalam suatu
organisasi adalah; menyapa dan memberi salam, ramah, cepat dan tepat waktu, mendengar
dengan sabar dan aktif, penampilan yang rapih, tidak lupa mengucapkan terima kasih,
mengingat nama pelanggan, perlakukan pelanggan dengan baik. Terdapat 7 sikap pelayanan
prima, yakni :
a. Passionate (bersemangat)
b. Progressive (mernakai cara terbaik)
c. Proactive (antisipatif, tidak menunggu)
d. Prompt (positif, tanpa curiga)
e. Patience (sabar)
f. Proportional (tidak mengada-ada)
g. Functional (tepat waktu)
BAB II
DESKRIPSI ORGANISASI
c. Nilai-nilai organisasi
Nilai-nilai organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang wajib untuk diketahui,
dimengerti, dihayati dan diamalkan oleh setiap pegawai dalam menjalankan tugas-tugas
kedinasan dan hubungan antar personal di lingkungan kerjanya. Nilai-nilai organisasi
Badan Informasi Geospasial mengacu pada Surat Keputusan Kepala Badan Informasi
Geospasial No 21.3 Tahun 2012 tentang Nilai-Nilai (Value) pada Badan Informasi
Geospasial yang dijelaskan sebagai berikut:
1) Integritas, yaitu keselarasan antara pikiran, perkataan, perbuatan berdasarkan
prinsip moralitas, transparansi, mengedepankan etika, serta taat peraturan.
2) Visioner, yaitu kemampuan berpikir jernih, inovatif, strategis, dan proaktif dengan
perspektif jangka panjang untuk menuju kondisi yang lebih baik.
3) Tanggung Jawab, yaitu selalu melaksanakan tugas yang diberikan dengan disiplin
hingga tuntas dan sesuai peraturan.
4) Kerjasama, yaitu bersinergi dengan menyatukan kemampuan dan potensi dalam
semangat saling menghargai bekerja sama mendukung untuk mencapai satu tujuan.
13) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, serta promosi dan
pelayan produk dan jasa di bidang informasi geospasial;
Struktur Organisasi
Berikut adalah Struktur Organisasi Biro Umum dan Keuangan:
Gambar 2. Struktur Organisasi Biro Umum dan Keuangan
BAB III
Oleh karena itu, Biro Umum dan Keuangan melalui Bagian Rumah Tangga dan Protokol
menyediakan segala bentuk pelayanan yang berhubungan dengan gedung dan bangunan kantor
untuk mendukung penyelenggaraan Informasi Geospasial baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Namun kenyataanya terdapat banyaknya keluhan tentang gedung yang ada di Badan Informasi
Geospasial, hal ini didasari karena bangunan gedung yang ada di Badan Informasi Geospasial
yang merupakan bangunan lama. Kurang optimalnya maintenance dan controlling juga menjadi
alasan dibalik banyaknya keluhan tentang gedung ini. Adapun beberapa keluhan yang paling
sering dilaporkan adalah kebocoran air pada plafon gedung, ditambah dengan kondisi cuaca yang
ada di Cibinong yang mana kita ketahui bahwa daerah Cibinong merupakan Kabupaten Bogor
memiliki intensitas hujan yang cukup tinggi di bandingkan dengan daerah lain.
Selain itu beberapa keluhan yang disampaikan oleh para pegawai melalui sistem pelayanan
internal yang disebut layanan rumah tangga pada E-GOV tidak langsung cepat ditanggapi, hal
ini dikarenakan terbatasnya anggaran pemeliharaan dan kurangnya SDM yang mumpuni.
Kemudian ketika pihak internal ingin menambahkan fungsi dan nilai bangunan gedung atau
melakukan renovasi pada gedung selalu mengalami kesulitan,dikarenakan ketidaktersediaannya
denah atau asbuilt drawing gedung. Hal ini menjadi hambatan tersendiri karena para teknisi
harus mengukur ulang luasan bangunan yang akan ditambahkan fungsi, nilai, dan atau
direnovasi.
2. Identifikasi Isu
1. Terdapat banyaknya keluhan tentang gedung yang ada di Badan Informasi Geospasial.
2. Keluhan yang tidak cepat ditanggapi pada layanan E-GOV.
3. Kesulitan dalam penambahan fungsi dan nilai bangunan gedung serta renovasi.
Keterangan :
B. Isu Terpilih
Berdasarkan penentuan 1 isu terpilih dengan menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness,
Growth), permasalahan yang menjadi prioritas utama adalah Terdapat banyaknya keluhan
tentang gedung yang ada di Badan Informasi Geospasial. Kemudian isu terpilih ini dicarikan
gagasan pemecahan isu nya.
Selanjutnya untuk menentukan gagasan pemecahan isu dari isu yang telah dipilih menggunakan
instrument Fish Bone untuk menjabarkan penyebab-penyebab dari isu terpilih.
METODE DANA SDM
SsdmSD
gagasan pemecahan isunya. Dalam hal ini pilihlah yang paling tepat dan yang saya pilih adalah
peraturan berupa pedoman ringkas Maintenance and Controlling bangunan gedung Badan
Informasi Geospasial.
Maintenance
Peraturan SDM Pengawasan Anggaran
BAB IV
RANCANGAN AKTUALISASI
A. Uraian Kegiatan
Nama Peserta : Azizul Ilham Pratama
NIP : 199711282019031002