Dosen
oleh
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI (IPDN)
SUMEDANG, 2014
1
MAKALAH
Analisis Kebijakan UUNomor : 05 Tahun 2014
Tentang
Aparatur Sipil Negara (ASN)
Dosen
oleh
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI (IPDN)
SUMEDANG, 2014
2
PENDAHULUAN
Aparatur Negara Republik Indonesia terdiri dari 4,7 juta pegawai aparatur sipil
negara, 360.000 anggota Polri, dan 330.000 anggota TNI. Semuanya merupakan
modal Bangsa dan Negara yang harus selalu dijaga dengan baik, dikembangkan,
dan dihargai. Manajemen sumber daya aparatur sipil negara merupakan salah
satu bagian penting dari pengelolaan pemerintahan negara yang bertujuan untuk
membantu dan mendukung seluruh sumber daya manusia aparatur sipil negara
untuk merealisasikan seluruh potensi mereka sebagai pegawai pemerintah dan
sebagai warga negara. Paradigma ini mengharuskan perubahan pengelolaan
sumber daya tersebut dari perspektif lama manajemen kepegawaian yang
menekankan hak dan kewajiban individual pegawai menuju pespektif baru yang
menekankan pada manajemen pengembangan sumber daya manusia secara
strategis (strategic human resource management) agar selalu tersedia sumber
daya aparatur sipil negara unggulan selaras dengan dinamika perubahan misi
aparatur sipil negara.
Selain itu latar belakang di atas berikut ini adalah beberapa permasalahan yang
mendesak dibentuknya UU aparatur sipil Negara:
3
2. Pekerjaan tempat PNS mengabdi tidak dipandang sebagai profesi;
3. Pengadaan PNS melalui sistem formasi menjadi komoditi yang
menggiurkan;
4. Penempatan dan pengangkatan dalam jabatan struktural dicemari
intervensi politik;
5. Terbatasnya mobilitas PNS melemahkan NKRI;
6. 9 dari 10 PNS tidak pernah diberi kesempatan mengembangkan diri;
7. Kualifikasi dan kompetensi PNS tidak sesuai kebutuhan;
8. Desentralisasi pengadaan PNS suburkan semangat kedaerahan;
9. High cost and low performance. Belanja Aparatur ditingkat nasional sekitar
38 persen dari APBN, dan mencapai lebih dari 63 persen di daerah. Bahkan
di 11 daerah mencapai 76 persen;
10. Tsunami pensiun pada 2025. Sebanyak 2.7 juta PNS akan pensiun dan
beban fiskal mencapai Rp 165 T
11. Fragmentasi peraturan perundangan sistem kepegawaian berdasarkan
perjanjian kerja (UU Guru dan Dosen);
12. Sistem remunerasi dan tunjangan sangat bervariasi antar instansi
melemahkan esprit de corps.
13. Masalah Overstaff dan Understaff
14. Remunerasi tidak terkait kinerja
15. Promosi Jabatan Tertutup dan Penuh KKN
16. Rekrutment tidak objektif dan Penuh KKN
4
Sumber: Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara
Sedangkan identifikasi permasalahan terkait urgensi diundangkannya UU ASN
adalah sebagai berikut:
5
ekonomi biaya tinggi dan praktek KKN yang belakangan ini terungkap dari
kasus makelar hukum, makelar pajak, serta makelar lainnya.
6
yang berbasis jabatan (position based personnel management system)
sebagai pengganti sistem manajemen pegawai berbasis karir (career based
personnel management system) yang diterapkan melalui Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1974 dan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999.
7
PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Isi Pokok UU No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil
Negara (ASN)
Setelah distujui oleh DPR-RI pada Rapat Paripurna, 19 Desember 2013, RUndang-
Undang (UU) Aparatur Sipil Negara (ASN) pada 15 Januari 2014 telah disahkan
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Pegawai ASN terdiri atas: a. Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan b. Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). PNS sebagaimana dimaksud
merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian (PPK) dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional.
Adapun PPPK merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan
perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) sesuai dengan
kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan Undang-Undang ASN.
8
II. Jabatan ASN
Jabatan ASN terdiri atas: a. Jabatan Administrasi; b. Jabatan Fungsional; dan c.
Jabatan Pimpinan Tinggi.
Sedangkan Jabatan Fungsional dalam ASN terdiri atas jabatan fungsional keahlian
dan jabatan fungsional ketrampilan. Untuk jabatan fungsional keahlian terdiri
atas: a. Ahli utama; b. Ahli madya; c. Ahli muda; dan d. Ahli pertama. Sementara
jabatan fungsional ketrampilan terdiri atas: a. Penyelia; b. Mahir; c. Terampil;
dan d. Pemula.
Untuk jabatan Pimpinan Tinggi terdiri atas: a. Jabatan pimpinan tinggi utama; b.
Jabatan pimpinan tinggi madya; dan c. Jabatan pimpinan tinggi pratama.
9
“Untuk setiap jabatan Pimpinan Tinggi ditetapkan syarat kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan pelatihan, rekam jejak jabatan dan integritas, serta
persyaratan lain yang dibutuhkan,” bunyi Pasal 19 Ayat (3) UU ini sembari
menambahkan, ketentuan lebih lanjut mengenai kualifikasi, kepangkatan,
pendidikan dan pelatihan, rekam jejak jabatan dan integritas, serta persyaratan
lain yang dibutuhkan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Menurut UU ini, jabatan ASN diisi dari Pegawai ASN. Adapun jabatan ASN
tertentu dapat diisi dari: a. Prajurit TNI; dan anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri).
Sedangkan kewajiban ASN: a. Setia dan taat kepada Pancasila, UUD Tahun 1945,
NKRI, dan pemerintah yang sah; b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; c.
Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan; e. Melaksanakan tugas
kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung
jawab; f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan
dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan; g.
Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan; dan h. Bersedia ditempatkan di
seluruh wilayah NKRI.
“Ketentuan lebih lanjut mengenak hak PNS, hak PPPK, dan kewajiban Pegawai
ASN diatur dengan Peraturan Pemerintah,” bunyi Pasal 24 UU. No. 5/2014 ini.
10
III. Kelembagaan
Presiden selaku pemegang kekuasaan pemerintahan tertinggi dalam kebijakan,
pembinaan profesi, dan Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN). Untuk
menyelenggaraan kekuasaan dimaksud, Presiden mendelegasikan kepada:
11
KASN
12
klarifikasi dan/atau dokumen yang diperlukan dari Instansi Pemerintah untuk
pemeriksaan laporanatas pelanggaraan Pegawai ASN.
“KASN berwenang untuk memutuskan adanya pelanggaran kode etik dan kode
perilaku Pegawai ASN untuk disampaikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian
dan Pejabat yang Berwenang untuk wajib ditindaklanjuti,” bunyi Pasal 32 Ayat (3)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 itu.
Menurut Pasal 35 UU ini, KASN terdiri atas 1 (satu) orang ketua merangkap
anggota, 1 (satu) orang wakil ketua merangkap anggota, dan 5 (lima) anggota.
“KASN dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dibantu oleh asisten dan
Pejabat Fungsional keahlian yang dibutuhkan,” bunyi Pasal 36 Ayat (1) UU No.
5/2014 ini. Sementara pada Pasal 37 disebutkan, KASN dibantu oleh Sekretariat
yang dipimpin oleh seorang kepala sekretariat, yang berasal dari Pegawai Negeri
Sipil (PNS).
Anggota KASN terdiri dari unsur pemerintah dan/atau non pemerintah, berusia
paling rendah 50 tahun pada saat mendaftarkan diri sebagai calon anggota KASN;
tidak sedang menjadi anggota partai politik dan/atau tidak sedang menduduki
jabatan politik, mampu secara jasmani dan rohani untuk melaksanakan tugas;
memiliki kemampuan, pengalaman, dan/atau pengetahuan di bidang
manajemen sumber daya manusia; berpendidikan paling rendah strata dua (S2)
di bidang administrasi negara, manajemen sumber daya manusia, kebijakan
publik, ilmu hukum, ilmu pemerintahan, dan/atau S2 di bidang lain yang memiliki
pengalaman di bidang manajemen Sumber Daya Manusia.
13
Anggota KASN diseleksi dan diusulkan oleh tim seleksi yang beranggotakan 5
(lima) orang yang dibentuk oleh Menteri PAN-RB. Tim seleksi dipimpin oleh
Menteri dan melakukan tugas selama 3 (tiga) bulan sejak pengangkatan.
“Presiden menetapkan ketua, wakil ketua, dan anggota KASN dari anggota KASN
terpilih yang diusulkan oleh tim seleksi,” bunyi Pasal 40 Ayat (1) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 ini, sementara di Pasal 40 Ayat (2) disebutkan, Ketua, Wakil
Ketua, dan anggota KASN ditetapkan dan diangkat oleh Presiden untuk masa
jabatan 5 (lima) tahun dan hanya dapat diperpanjang untuk 1 (satu) kali masa
jabatan.
14
Manajemen PNS pada Instansi Pusat, menurut UU No. 5/2014 ini, dilaksanakan
oleh pemerintah pusat, sementara Manajemen PNS pada Instansi Daerah
dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
15
dimaksud terdiri dari 3 (tiga) tahap, meliputi seleksi administrasi, seleksi
kompetensi dasar, dan seleksi kompetensi bidang
“Peserta yang lolos seleksi diangkat menjadi calon PNS, dan pengangkatan calon
PNS ditetapkan dengan keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian,” bunyi Pasal
63 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014.
Selain itu UU ini menegaskan, calon PNS wajib menjalani masa percobaan, yang
dilaksanakan melalui proses pendidikan dan pelatihan terintegrasi, untuk
membangunan integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme
dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan
memperkuat profesionalisme serta kompetenti bidang.
Menurut UU No. 5/2014 ini, Calon PNS yang diangkat menjadi PNS harus
memenuhi persyaratan: a. Lulus pendidikan dan pelatihan; dan b. Sehat jasmani
dan rohani. Calon PNS yang telah memenuhi persyaratan diangkat menjadi PNS
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian, dan calon PNS yang tidak memenuhi
diberhentikan sebagai calon PNS.
Pasal 68 UU ini menegaskan, PNS diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu
pada Instansi Pemerintah berdasrkan perbandingan objektif antara kompetensi,
kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan dengan kompetensi,
kualifikasi, dan persyaratan yang dimiliki oleh yang bersangkutan.
PNS juga dapat diangkat dalam jabatan tertentu pada lingkungan Tentara
Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, dengan
16
pangkat atau jabatan yang disesuaikan dengan pangkat dan jabatan di
lingkungan instansi Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
“Setiap PNS yang memenuhi syarat mempunyai hak yang sama untuk
dipromosikan ke jenjang jabatan yang lebih tinggi, yang dilakukan oleh Pejabat
pembina Kepegawaian setelah mendapat pertimbangan tim penilai kinerja PNS
pada Instansi Pemerintah,” bunyi Pasal 72 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 itu.
Mutasi PNS dalam satu Instansi Pusat atau Instansi Daerah dilakukan oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian; antar kabupaten/kota dalam satu provinsi
ditetapkan oleh Gubernur setelah memperoleh pertimbangan kepala Badan
Kepegawaian Negara (BKN); antar kabupaten/kota antar provinsi, dan antar
provinsi ditetapkan oleh Menteri PAN-RB setelah memperoleh pertimbangan
17
kepala BKN; mutasi PNS provinsi/kabupaten/kota ke Instansi Pusat atau
sebaliknya ditetapkan oleh Kepala BKN; dan mutasi PNS antar Instansi Pusat
ditetapkan oleh Kepala BKN.
Pasal 79 UU ini menegaskan, pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan
layak kepada PNS serta menjamin Kesejahteraan PNS. Gaji dibayarkan sesuai
dengan beban kerja, tanggung jawab, dan resiko pekerjaan.
Selain gaji, PNS juga menerima tunjangan dan fasilitas, yang meliputi tunjangan
kinerja (dibayarkan sesuai pencapaian kinerja) dan tunjangan kemahalan
(dibayarkan sesuai dengan tingkat kemahalan berdasarkan indeks harga di
daerah masing-masing).
18
Pemberhentian
Selain itu, PNS dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak diberhentikan
karena hukuman penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan hukuman pidana
penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan tidak berencana.
PNS juga dapat diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
karena melakukan pelanggaran disiplin PNS tingkat berat.
19
“Pengaktifan kembali PNS yang diberhentikan sementara dilakukan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian,” bunyi Pasal 88 Ayat (2) UU No. 5/2014 ini.
PNS yang berhenti bekerja, menurut Pasal 91 UU ini, berhak atas jaminan
pensiun dan jaminan hari tua sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Disebutkan dalam UU ini, jaminan pension PNS dan jaminan hari tua PNS
diberikan sebagai perlindungan kesinambungan penghasilan hari tua, sebagai
hak dan sebagai penghargaan atas pengabdian PNS. Jaminan pensiun dan
jaminan hari tua sebagaimana dimaksud mencakup jaminan pensiun dan jaminan
hari tua yang diberikan dalam program jaminan sosial nasional.
20
berdasarkan prioritas kebutuhan, dan ditetapkan dengan Keputusan Menteri,”
bunyi Pasal 94 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014.
Apakah PPPK dapat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS)? UU ini menjawab, PPPK
tidak dapat diangkat secara otomatis menjadi calon PNS. Untuk diangkat menjadi
calon PNS, PPPK harus mengikuti semua proses seleksi yang dilaksanakan bagi
calon PNS, dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Menurut UU No. 5/2014 ini, pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak
kepada PPK berdasarkan beban kerja, tanggung jawab jabatan, dan resiko
pekerjaan. Selain gaji, PPPK dapat menerima tunjangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
21
Pemutusan hubungan perjanjikan kerja PPPK dilakukan dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri karena: a. Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan tindak pidana tersebut
dilakukan dengan tidak berencana; b. Melakukan pelanggaran disiplin PPPK
tingkat berat; atau tidak memenuhi target kinerja yang telah disepakati sesuai
dengan perjanjian kerja.
Terhadap PPPK ini, menurut Pasal 106 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014,
pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa: a. Jaminan hari tua; b.
Jaminan kesehatan; c. Jaminan kecelakaan kerja; d. Jaminan kematian; dan e.
Bantuan hukum.
22
VIII. Jadi Pejabat Negara
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)
menegaskan, pejabat pimpinan tinggi madya dan pejabat pimpinan tinggi
pratama yang akan mencalonkan diri menjadi gubernur dan wakil gubernur,
bupati/walikota, dan wakil walikota wajib menyatakan pengunduran diri secara
tertulis dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) sejak mendaftar sebagai calon.
Adapun PNS yang diangkat menjadi Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Mahkamah
Konstitusi, BPK, Komisi Yudisial. KPK; c. Menteri dan setingkat menteri; d. Kepala
Perwakilan RI di luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa
dan Berkuasa Penuh; dam pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh Undang-
Undang , menurut Pasal 123 Ayat (1) UU ini, diberhentikan sementara dari
jabatannya, dan tidak kehilangan status sebagai PNS.
“Pegawai ASN dari PNS yang tidak menjabat lagi sebagai pejabat negara
sebagaimana dimaksud diaktifkan kembali sebagai PNS,” bunyi Pasal 123 Ayat (2)
UU. No. 5/2014.
Adapun PNS yang mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi Presiden dan Wakil
Presiden; ketua, wakil ketua, dan anggota DPR/DPRD; gubernur dan wakil
gubernur; bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota wajib menyatakan
pengunduran diri secara tertulis sebagai PNS sejak mendaftar sebagai calon.
Menurut UU ini, PNS yang tidak menjabat lagi sebagai pejabat negara
sebagaimana dimaksud pada Pasal 123 Ayat (1) dapat menduduki jabatan
pimpinan tinggi, jabatan administrasi, atau jabatan fungsional sepanjang tersedia
lowongan jabatan.
“Dalam hal tidak tersedia lowongan jabatan, dalam waktu paling lama 2 (dua)
tahun PNS yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat,” bunyi Pasal 124
Ayat (2) UU No. 5/2014.
23
IX. Organisasi dan Penyelesaian Sengketa
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia, yang memiliki tujuan menjaga kode etik profesi dan standar
pelayanan profesi ASN, dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu
bangsa.
Sistem Informasi ASN memuat seluruh informasi dan data pegawai ASN, yang
meliputi: a.Data riwayat hidup; b. Riwayat pendidikan formal dan non formal; c.
Riwajat jabatan dan kepangkatan; d. Riwayat penghargaan, tanda jasa, atau
tanda kehormatan; e. Riwayat pengalaman berorganisasi; f. Riwayat gaji; g.
Riwayat pendidikan dan latihab; h. Daftar penilaian prestasi kerja; i. Surat
keputusan; dan j. Kompetensi.
X. Ketentuan Peralihan
Pada Bab Peralihan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 disebutkan, pada saat
UU ini mulai berlaku, terhadap jabatan PNS dilakukan penyetaraan:
a. jabatan eselon Ia kepala lembaga pemerintah non kementerian setara
dengan jabatan pimpinan tinggi utama;
b. jabatan eselon Ia dan eselon Ib setara dengan jabatan pimpinan tinggi
madya;
24
c. jabatan eselon II setara dengan jabatan pimpinan tinggi pratama;
d. jabatan eselon III setara dengan jabatan administrator;
e. jabatan eselon IV setara dengan jabatan pengawas; dan
f. jabatan eselon V dan fungsional umum setara dengan jabatan pelaksana.
Adapun menyangkut Sistem Informasi ASN, menurut Pasal 133, paling lama
tahun 2015 dilaksanakan secara nasional.
Sedangkan Komite Aparatur Sipil Negara (KASN) harus dibentuk paling lama 6
(enam) bulan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 itu diundangkan.
“Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan,” tegas Pasal 141
UU. NO. 5/2014 yang diundangkan pada 15 Januari 2014 itu.
25
2. perbedaan substansi antara Undang-Undang Pokok Pokok Kepegawaian
dengan UU ASN
Berikut perbedaan substansi antara Undang-Undang Pokok Pokok Kepegawaian dengan UU
ASN :
UU nomor 43 tahun 1999 jo UU SUBSTANSI UU tentang Aparatur Sipil Negara
nomor 08 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian
Pasal 51:
Untuk mencapai daya guna dan PENGEMBANGAN 1 Setiap pegawai ASN berhak diberi
hasil guna yang sebesar-besarnya PEGAWAI kesempatan untuk mengembangkan
diadakan pengaturan dan diri.
penyelenggaraan pendidikan dan (Diklat dan
pelatihan jabatan Pegawai Negeri SekolahLanjutan) 2 Pengembangan diri sebagaimana
26
Sipil yang bertujuan untuk dimaksud pada ayat (1) antara lain
meningkatkan pengabdian, mutu, melalui pendidikan dan pelatihan,
keahlian, kemampuan, dan seminar, kursus, workshop, dan
ketrampilan penataran
Pasal 17 (2): 3 Pasal 19:
27
• Basis Karir Tertutup
28
Peraturan Pemerintah. tunjangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
6 Pegawai Negeri Sipil yang
meninggal dunia, keluarganya • Beban Kerja, Tangung Jawab,
berhak memperoleh bantuan
• ResikoPekerjaan & Kinerja
• Beban Kerja & Tanggung Jawab
5 Pasal 73:
asal 12:
MANAJEMEN 1 Penilaian kinerja PNS berada
1 Manajemen PNS diarahkan untuk KINERJA dibawah kewenangan Pejabat yang
menjamin penyelenggaraan tugas Berwenang pada Instansi masing-
pemerintahan dan pembangunan masing.
secara berdayaguna dan berhasil
guna. 2 Penilaian kinerja PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
2 Untuk mewujudkan didelegasikan secara berjenjang
penyelenggaraan tugas pemerintah kepada atasan langsung dari PNS.
dan pembangunan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 Pendapat rekan kerja setingkat
(1), diperlukan PNS yang dan bawahannya dapat juga
profesional, bertanggung jawab, dijadikan sebagai bahan
jujur, dan adil melalui pembinaan pertimbangan penilaian kinerja PNS
yang dilaksanakan berdasarkan Penilaian kinerja PNS dilakukan
sistem prestasi kerja dan sistem berdasarkan perencanaan kinerja
karier yang dititikberatkan pada pada tingkat individu dan tingkat
sistem prestasi kerja unit/organisasi, dengan
memperhatikan target, sasaran, hasil
dan manfaat yang dicapai.
29
pemberian tunjangan dan sanksi,
mutasi, dan promosi, serta untuk
mengikuti pendidikan dan pelatihan.
1 Pembinaan jiwa korps, kode etik, PENEGAKAN • PNS yang melanggar disiplin
dan peraturan disiplin Pegawai DISIPLIN DAN dikenakan sanksi administratif.
Negeri Sipil tidak boleh ETIKA
bertentangan dengan Pasal 27
ayat (1) dan Pasal 28 Undang-
Undang Dasar 1945.
2 Pembinaan jiwa korps, kode etik,
dan peraturan disiplin sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah
• Rincian Kode etik profesi•
Rincian Sanksi
30
pensiun dan jaminan hari tua yang
diberikan dalam rangka program
jaminan sosial nasional.
31
3. Analisa Isi Pokok UU No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
(ASN)
Menurut Bekke, Perry and Toonen dalam bukunya :“Civil Service Systems in
Comparative Perspective (Indiana University Press) (1996 : 71 – 88)”, ada lima
tahap pengembangan peran PNS yaitu sebagai berikut :
32
Untuk masuk ke tahap kelima perlu dibangun organisasi fungsional yang
didukung oleh orang-orang yg memiliki kompetensi dan profesional dalam
bidang tugasnya masing-masing. Arah pengembangan kariernya bukan melebar
menjadi generalis, melainkan menukik ke dalam menjadi spesialis.
PNS di Indonesia masuk ke tipe keempat yakni pelayanan yang dilindungi. Hal ini
nampak dalam UU Nomor 8 Tahun 1974 jo UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Pokok-pokok Kepegawaian yang masih menggunakan prinsip :tertutup dalam arti
negara, artinya jabatan-jabatan pegawai negeri yang ada di dalam tubuh
birokrasi hanya dapat diisi oleh mereka yang sudah ada di dalam organisasi
pemerintah.
Saat ini sedang dibahas RUU mengenai Kepegawaian Negara sbg pengganti UU
Nomor 8 Tahun 1974 jo UU Nomor 43 Tahun 1999. Melalui UU ini diharapkan
dapat digulirkan reformasi birokrasi secara lebih cepat, agar birokrasi tidak
menjadi penghambat kemajuan bangsa.
33
3.2 Aspek Paradigma Pola Pengembangan Karier
34
Sistem kepegawaian yang terpisah pada masa UU Nomor 22 Tahun 1999
mengalami kegagalan karena banyak daerah hanya bernafsu mengangkat
pegawai sendiri tetapi tidak mampu membiayainya. Kemudian digunakan
pendekatan eklektif yang dinamakan Mixed system, yakni perpaduan antara
integrated system dengan separated system.
Pegawai Negeri terdiri Pegawai Negeri terdiri dari : Pegawai ASN terdiri dari :
dari : a. PNS a. PNS RI;
b. Anggota TNI b. Pegawai Pemerintah
a. PNS
c. Anggota Kepolisian Nonpermanen.
b. Anggota ABRI
Negara RI (Psl 6)
PNS terdiri dari
PNS terdiri dari Pegawai ASN yang bekerja
a. PNS Pusat
a. PNS Pusat pada Instansi merupakan
b. PNS Daerah
b. PNS Daerah satu kesatuan ASN.
c. PNS lain yang
Pegawai tidak tetap.
ditetapkan
(Psl 2 ayat 1,2,3)
dengan PP.
(Psl 2 ayat 1 dan 2).
Dari tabel diatas kita bisa melihat bahwa PNS pengelolaannya bersifat nasional
artinya tidak ada lagi PNS dengan status pegawai pusat dan pegawai daerah.
Pegawai ASN akan secara professional dikelola oleh Komite Aparatur Sipil
Negara sehingga diharapkan pengelolaannya akan lebih professional dan
independen.
35
3.4 Jenis Jabatan
Dibedakan antara jabatan Jenis jabatan tidak diatur Jabatan ASN terdiri dari
negeri yang diduduki oleh secara rinci dalam UU, tetapi a. Jabatan Administrasi;
pejabat negeri dengan di dalam PP. b. Jabatan Fungsional
jabatan negara yang c. Jabatan Eksekutif
dipegang oleh pejabat Senior. (Psl 15).
negara. Jabatan Administrasi terdiri
Tidak ada rincian jenis dari :
jabatan, karena diatur a. Jabatan pelaksana;
lebih lanjut melalui PP. b. Jabatan pengawasan;
c. Jabatan administrator.
Dalam UU sebelumnya kita tidak melihat adanya jenis jabatan yang disebutkan
secara spesifik, akan tetapi dalam UU ASN ini kita bias melihat bahwa jabatan
ASN terdiri dari Jabatan Administrator, Jabatan Fungsional dan Jabatan Eksekutif.
Dalam UU ini kita bisa melihat dengan jelas tiga macam tingkatan jenis jabatan.
PENUTUP
36
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas kita bias menyimpulkan bahwa terdapat beberapa hal
yang membedakan antara UU ASN dengan UU yang mengatur mengenai
kepegawaian sebelumnya dari beberapa aspekyaitu:
1. Rekruimen
2. Pengembangan Pegawai
3. Penemapatan dalam Jabatan/Promosi
4. Kompensasi/Kesejahteraan
5. Manajemen Kinerja
6. Penegakan Disiplin dan Etika
7. Pensiun
Daftar Pustaka:
37
2. http://menpan.go.id/jdih/permen-kepmen/lainnya/file/3975-20131017-
ruuasn
3. http://setkab.go.id/berita-11871-inilah-pokok-pokok-undang-undang-
aparatur-sipil-negara-iii.html
4. Bahan Kuliah Prof Sadu Wasistiono, Analisis Kesenjangan (Gap Analysis)
Ruu Aparatur Sipil Negara (ASN) Dengan UU Nomor 43 Tahun 1999 Dan
RUU Revisi UU Nomor 32 Tahun 2004.
https://www.academia.edu/6396306/AK_UU_ASN
Cecep rahmat hidayat
38