Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

Analisis Kebijakan UU Nomor : 05 Tahun 2014


Tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)
dan
UU No. 06 Tahun 2014
Tentang Desa

Mata Kuliah Analisis Kebijakan Publik

Dosen

Dr. Drs. Hyronimus Rowa, M.Si

oleh

Cecep Rahmat Hidayat


NIM. MAPD 22.14165

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI (IPDN)
SUMEDANG, 2014

1
MAKALAH
Analisis Kebijakan UUNomor : 05 Tahun 2014
Tentang
Aparatur Sipil Negara (ASN)

Mata Kuliah Analisis Kebijakan Publik

Dosen

Dr. Drs. Hyronimus Rowa, M.Si

oleh

Cecep Rahmat Hidayat


NIM. MAPD 22.14165

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI (IPDN)

SUMEDANG, 2014

2
PENDAHULUAN

Aparatur Negara Republik Indonesia terdiri dari 4,7 juta pegawai aparatur sipil
negara, 360.000 anggota Polri, dan 330.000 anggota TNI. Semuanya merupakan
modal Bangsa dan Negara yang harus selalu dijaga dengan baik, dikembangkan,
dan dihargai. Manajemen sumber daya aparatur sipil negara merupakan salah
satu bagian penting dari pengelolaan pemerintahan negara yang bertujuan untuk
membantu dan mendukung seluruh sumber daya manusia aparatur sipil negara
untuk merealisasikan seluruh potensi mereka sebagai pegawai pemerintah dan
sebagai warga negara. Paradigma ini mengharuskan perubahan pengelolaan
sumber daya tersebut dari perspektif lama manajemen kepegawaian yang
menekankan hak dan kewajiban individual pegawai menuju pespektif baru yang
menekankan pada manajemen pengembangan sumber daya manusia secara
strategis (strategic human resource management) agar selalu tersedia sumber
daya aparatur sipil negara unggulan selaras dengan dinamika perubahan misi
aparatur sipil negara.

Perubahan tersebut memerlukan manajemen pengembangan sumber daya


manusia aparatur negara agar selalu maju dan memiliki kualifikasi dan
kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsi pemerintahan
dan pembangunan selaras dengan berbagai tantangan yang dihadapi bangsa
Indonesia. Untuk memberikan landasan hukum bagi manajemen pengembangan
sumberdaya manusia aparatur negara tersebut diperlukan perubahan terhadap
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 dan Undang-Undang Nomor 43 Tahun
1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

Selain itu latar belakang di atas berikut ini adalah beberapa permasalahan yang
mendesak dibentuknya UU aparatur sipil Negara:

1. Pengaturan kepegawaian terdapat di berbagai undang-undang (Undang-


undang Guru dan dosen; UU 32/2004 dan UU 43/1999) sehingga
menimbulkan komplikasi;

3
2. Pekerjaan tempat PNS mengabdi tidak dipandang sebagai profesi;
3. Pengadaan PNS melalui sistem formasi menjadi komoditi yang
menggiurkan;
4. Penempatan dan pengangkatan dalam jabatan struktural dicemari
intervensi politik;
5. Terbatasnya mobilitas PNS melemahkan NKRI;
6. 9 dari 10 PNS tidak pernah diberi kesempatan mengembangkan diri;
7. Kualifikasi dan kompetensi PNS tidak sesuai kebutuhan;
8. Desentralisasi pengadaan PNS suburkan semangat kedaerahan;
9. High cost and low performance. Belanja Aparatur ditingkat nasional sekitar
38 persen dari APBN, dan mencapai lebih dari 63 persen di daerah. Bahkan
di 11 daerah mencapai 76 persen;
10. Tsunami pensiun pada 2025. Sebanyak 2.7 juta PNS akan pensiun dan
beban fiskal mencapai Rp 165 T
11. Fragmentasi peraturan perundangan sistem kepegawaian berdasarkan
perjanjian kerja (UU Guru dan Dosen);
12. Sistem remunerasi dan tunjangan sangat bervariasi antar instansi
melemahkan esprit de corps.
13. Masalah Overstaff dan Understaff
14. Remunerasi tidak terkait kinerja
15. Promosi Jabatan Tertutup dan Penuh KKN
16. Rekrutment tidak objektif dan Penuh KKN

Dengan diundangkan UU ASN diharapkan ke depannya pengembanga sumber


daya manusia aparatur sipil Negara seperti digambarkan dalam grafis berikut ini:

4
Sumber: Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara
Sedangkan identifikasi permasalahan terkait urgensi diundangkannya UU ASN
adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas Pemerintahan Masih Rendah


Indeks Efektivitas Pemerintahan Indonesia menunjukkan peningkatan dari
37,0 pada Tahun 2005, menjadi 38,9 pada Tahun 2006, dan 41,7 pada Tahun
2007. Indeks ini menunjukkan peningkatan kemampuan pemerintah untuk
menyelenggarakan pelayanan publik dan membuat kebijakan yang
paramater pengukurannya meliputi kualitas pelayanan publik, kualitas
birokrasi, kompetensi aparat pemerintah, dan independensi PNS terhadap
tekanan politik. Keseluruhan indeks tersebut mencerminkan kapasitas
kelembagaan birokrasi pemerintah.

2. Pelayanan Publik Semakin Tertinggal Oleh Keperluan Publik


Penyelenggara pelayanan publik yang merupakan salah satu kewajiban
konstitutional Pemerintah ternyata belum bebas sepenuhnya dari praktek

5
ekonomi biaya tinggi dan praktek KKN yang belakangan ini terungkap dari
kasus makelar hukum, makelar pajak, serta makelar lainnya.

Pelayanan publik dasar, antara lain transportasi publik, pendidikan wajib,


pelayanan kesehatan, penyediaan air bersih, kebersihan, dan
telekomunikasi, belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
pendapatan menengah, baik secara kuantitatif dan kualitatif.

Kinerja Indonesia dalam pencapaian 12 (dua belas) sasaran Pembangunan


Milenium menunjukkan kurang mampunya birokrasi aparatur negara itu.
Pada 2009 Indonesia hanya berhasil mencapai 2 (dua) sasaran, sedangkan 6
(enam) sasaran mungkin dapat tercapai pada 2016, dan 4 (empat) sasaran
sukar tercapai pada Tahun 2016. Pokoknya pada awal pemerintahan kedua
Presiden SBY, Indonesia belum tercatat sebagai best performer dalam
pencapaian sasaran MDGs.

Untuk mempertahankan secara berkelanjutan prestasi yang telah dicapai


dalam pembangunan demokratisasi dan untuk meningkatkan kinerja
ekonomi nasional, sangat diperlukan peningkatan kapasitas kelembagaan
Aparatur Sipil Negara yang berkemampuan tinggi dalam reformasi
kepemerintahan, menyelenggarakan pelayanan publik bermutu, dan
mempersempit disparitas kemiskinan yang semakin lebar antar daerah.
Peningkatan kapasitas tersebut hanya dapat terjadi bila Pemerintah
mengadakan reformasi sistem manajemen SDM Aparatur Negara dalam
waktu 15‐20 tahun ke depan.

Untuk menghasilkan Aparatur Sipil Negara seperti tersebut, Undang-Undang


tentang Aparatur Sipil Negara ini disusun untuk mengatur ketentuan pokok
tentang pengaturan dan pengelolaan Aparatur Sipil Negara sebagai profesi
bagi para pegawai negeri sipil yang bekerja pada semua instansi pemerintah
pusat, sekretariat lembaga Negara, sekretariat lembaga nonkepementerian,
instansi pemerintah daerah, dan perwakilan Republik Indonesia di luar
negeri. Undang-Undang ini akan menerapkan sistem manajemen pegawai

6
yang berbasis jabatan (position based personnel management system)
sebagai pengganti sistem manajemen pegawai berbasis karir (career based
personnel management system) yang diterapkan melalui Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1974 dan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999.

3. Kesejahteraan Pegawai Dan Pensiunan Pegawai Masih Belum Memadai


Kesejahteraan pegawai dan kesejahteraan pensiun pegawai merupakan
bagian manajemen kepegawaian Aparatur Sipil Negara yang hendak
diperbaiki oleh melalui Undang-Undang ini. Diharapkan dengan menerapkan
sistem penggajian skala tunggal yang berbasis kinerja, ditambah dengan
tunjangan kinerja dan tunjangan kemahalan regional, secara bertahap akan
dapat ditingkatkan kesejahteraan pegawai Aparatur Sipil Negara. Dengan
kesejahteraan yang lebih tinggi pemberantasan praktek KKN di instansi
Pemerintah dan pemerintah daerah diharapkan semakin ditingkatkan,
sehingga tercipta Aparatur Sipil Negara yang bersih dari praktek KKN.
Undang-Undang ini juga mengusulkan perubahan terhadap sistem pensiun
“pay as you go” yang sangat membebani APBN dan APBD menjadi sistem
“fully funded” yang akan dilaksanakan terhadap semua pegawai Aparatur
Sipil Negara yang diangkat pada 1 Januari 2012. Pegawai Aparatur Sipil
Negara yang diangkat sebelum 1 Januari 2012 akan tetap menggunakan
sistem “pay as you go” sehingga Pemerintah tidak perlu menyediakan
kapitalisasi Dana Pensiun yang sangat besar untuk membayar kewajiban
yang lalai dipenuhi pemerintah untuk lebih kurang 2.4 juta pensiunan PNS
dan untuk 4.7 juta PNS yang masih aktif pada saat ini.

Sedangkan tujuan disusunnya UU ASN adalah menjadi Instrumen hukum bagi


PNS (Aparatur sipil negara) dalam menciptakan aparatur yang memiliki :

1.Independensi dan netralitas ;


2.Kompetensi dan produktivitas kerja dalam memberikan pelayanan publik;
3.Berintegritas dan akuntanbel;

7
PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Isi Pokok UU No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil
Negara (ASN)

Setelah distujui oleh DPR-RI pada Rapat Paripurna, 19 Desember 2013, RUndang-
Undang (UU) Aparatur Sipil Negara (ASN) pada 15 Januari 2014 telah disahkan
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

Berikut Pokok-Pokok dari UU No. 5/2014 tentang ASN:

I. Jenis, Status, dan Kedudukan

Pegawai ASN terdiri atas: a. Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan b. Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). PNS sebagaimana dimaksud
merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian (PPK) dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional.
Adapun PPPK merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan
perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) sesuai dengan
kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan Undang-Undang ASN.

“Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara, yang melaksanakan


kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan Instansi Pemerintah, harus bebas dari
pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik,” bunyi Pasal 8 dan
Pasal 9 Ayat (1,2) Undang-Undang ini.

8
II. Jabatan ASN
Jabatan ASN terdiri atas: a. Jabatan Administrasi; b. Jabatan Fungsional; dan c.
Jabatan Pimpinan Tinggi.

Jabatan Administrasi sebagaimana dimaksud terdiri atas: a. Jabatan


administrator; b. Jabatan pengawas; dan c. Jabatan pelaksana.

Pejabat dalam jabatan administrator menurut UU ini, bertanggung jawab


memimpin pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan publik serta administrasi
pemerintahan dan pembangunan. Adapun pejabat dalam jabatan pengawas
bertanggung jawab mengendalikan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh
pejabat pelaksana; sementara pejabat dalam jabatan pelaksana melaksanakan
kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan.

“Setiap jabatan sebagaimana dimaksud ditetapkan sesuai dengan kompetensi


yang dibutuhkan,” bunyi Pasal 16 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 ini.

Sedangkan Jabatan Fungsional dalam ASN terdiri atas jabatan fungsional keahlian
dan jabatan fungsional ketrampilan. Untuk jabatan fungsional keahlian terdiri
atas: a. Ahli utama; b. Ahli madya; c. Ahli muda; dan d. Ahli pertama. Sementara
jabatan fungsional ketrampilan terdiri atas: a. Penyelia; b. Mahir; c. Terampil;
dan d. Pemula.

Untuk jabatan Pimpinan Tinggi terdiri atas: a. Jabatan pimpinan tinggi utama; b.
Jabatan pimpinan tinggi madya; dan c. Jabatan pimpinan tinggi pratama.

Jabatan Pimpinan Tinggi berfungsi memimpin dan memotivasi setiap Pegawai


ASN pada Instansi Pemerintah melalui: a. Kepeloporan dalam bidang keahlian
profesional; analisis dan rekomendasi kebijakan; dan kepemimpinan
manajemen; b. Pengembangan kerjasama dengan instansi lain; dan c.
Keteladanan dalam mengamalkan nilai dasar ASN, dan melaksanakan kode etik
dan kode perilaku ASN.

9
“Untuk setiap jabatan Pimpinan Tinggi ditetapkan syarat kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan pelatihan, rekam jejak jabatan dan integritas, serta
persyaratan lain yang dibutuhkan,” bunyi Pasal 19 Ayat (3) UU ini sembari
menambahkan, ketentuan lebih lanjut mengenai kualifikasi, kepangkatan,
pendidikan dan pelatihan, rekam jejak jabatan dan integritas, serta persyaratan
lain yang dibutuhkan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Menurut UU ini, jabatan ASN diisi dari Pegawai ASN. Adapun jabatan ASN
tertentu dapat diisi dari: a. Prajurit TNI; dan anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri).

III. Hak dan Kewajiban


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 ini menegaskan, PNS berhak memperoleh:
a. Gaji, tunjangan, dan fasilitas; b. Cuti; c. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
d. Perlindungan; dan e. Pengembangan kompetensi. Adapun PPPK berhak
memperoleh: a. Gaji dan tunjangan; b. Cuti; c. Perlindungan; dan d.
Pengembangan kompetensi.

Sedangkan kewajiban ASN: a. Setia dan taat kepada Pancasila, UUD Tahun 1945,
NKRI, dan pemerintah yang sah; b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; c.
Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan; e. Melaksanakan tugas
kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung
jawab; f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan
dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan; g.
Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan; dan h. Bersedia ditempatkan di
seluruh wilayah NKRI.

“Ketentuan lebih lanjut mengenak hak PNS, hak PPPK, dan kewajiban Pegawai
ASN diatur dengan Peraturan Pemerintah,” bunyi Pasal 24 UU. No. 5/2014 ini.

10
III. Kelembagaan
Presiden selaku pemegang kekuasaan pemerintahan tertinggi dalam kebijakan,
pembinaan profesi, dan Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN). Untuk
menyelenggaraan kekuasaan dimaksud, Presiden mendelegasikan kepada:

a. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrrasi (PAN-


RB) berkaitan dengan kewenangan perumusan dan penetapan kebijakan,
koordinasi dan sinkronisasi kebijakan, serta pengawasan atas pelaksanaan
kebijakan ASN;

b. Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) berkaitan dengan kewenangan


monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan Manajemen ASN untuk
menjamin perwujudan Sistem Merit serta pengawasan terhadap penerapan
asas kode etik dan kode perilaku ASN;

c. Lembaga Administrasi Negara (LAN) berkaitan dengan kewenangan penelitian,


pengkajian kebijakan Manajemen ASN, pembinaan, dan penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan ASN; dan

d. Badan Kepegawaian Negara (BKN) berkaitan dengan kewenangan


penyelenggaraan Manajemen ASN, pengawasan dan pengendalian
pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria Manajemen ASN.

“Menteri PAN-RB berwenang menetapkan kebijakan di bidang pendayagunaan


Pegawai ASN,” bunyi Pasal 26 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 itu.

Undang-Undang ini menyebutkan, kebijakan dimaksud termasuk di antaranya


kebutuhan Pegawai ASN secara nasional, skala penggajian, tunjangan Pegawai
ASN, sistem pensiun PNS, pemindahan PNS antarjabatan, antardaerah, dan antar
instansi.

11
KASN

Menurut genai pasal 27 UU No. 5/2014 ini, KASN merupakan lembaga


ninstrukturan yang mandiri dan bebas dari intervensi politik untuk menciptakan
Pegawai ASN yang profesional dan berkinerja, memberikan pelayanan secara asil
dan netral, serta menjadi perekat dan pemersatu bangsa.

“KASN berkedudukan di ibu kota negara,” bunyi Pasal 29 UU ini.

Adapun tugas KASN adalah: a. Menjaga netralitas Pegawai ASN; b. Melakukan


pengawasan atas pembinaan profesi ASN; dan c. Melaporkan pengawasan
evaluasi pelaksanaan kebijakan Manajemen ASN kepada Presiden.

Dalam melaksanakan tugasnya, KASN dapat melakukan penelusuran data dan


informasi terhadap Sistem Merit dalam kebijakan dan Manajemen ASN pada
Instansi Pemerintah; melakukan pen gawasan terhadap pelaksanaan fungsi
Pegawai ASN sebagai pemersatu bangsa; menerima laporan pelanggaran norma
dasar serta kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN; melakukan penelusuran
data dan informasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan pelanggaran norma
dasar serta kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN; dan melakukan upaya
pencegahan pelanggaran norma dasar serta kode etik dan kode perilaku Pegawai
ASN.

KASN berwenang: a. Mengawasi setiap tahapan proses pengisian Jabatan


Pimpinan Tinggi mulai dari pembentukan panitia seleksi, pengumuman
lowongan, pelaksanaan seleksi, pengumuman nama calon, penetapan, dan
pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi; b. Mengawasi dan mengevaluasai
penerapan asas, nilai dasar kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN; c.
Meminta informasi dari pegawai ASN dan masyarakat mengenai laporan
pelanggaran norma dasar serta kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN; c.
Memeriksa dokumen terkait pelanggaran Pegawai ASN; dane. Meminta

12
klarifikasi dan/atau dokumen yang diperlukan dari Instansi Pemerintah untuk
pemeriksaan laporanatas pelanggaraan Pegawai ASN.

“KASN berwenang untuk memutuskan adanya pelanggaran kode etik dan kode
perilaku Pegawai ASN untuk disampaikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian
dan Pejabat yang Berwenang untuk wajib ditindaklanjuti,” bunyi Pasal 32 Ayat (3)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 itu.

Terhadap hasil pengawasan yang tidak ditindaklanjuti, KASN merekomendasikan


kepada Presiden untuk menjatuhkan sanksi terhadap Pejabat Pembina
Kepegawaian dan Pejabat yang berwenang yang melanggar prinsip Sistem Merit
dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Susunan dan Seleksi KASN

Menurut Pasal 35 UU ini, KASN terdiri atas 1 (satu) orang ketua merangkap
anggota, 1 (satu) orang wakil ketua merangkap anggota, dan 5 (lima) anggota.

“KASN dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dibantu oleh asisten dan
Pejabat Fungsional keahlian yang dibutuhkan,” bunyi Pasal 36 Ayat (1) UU No.
5/2014 ini. Sementara pada Pasal 37 disebutkan, KASN dibantu oleh Sekretariat
yang dipimpin oleh seorang kepala sekretariat, yang berasal dari Pegawai Negeri
Sipil (PNS).

Anggota KASN terdiri dari unsur pemerintah dan/atau non pemerintah, berusia
paling rendah 50 tahun pada saat mendaftarkan diri sebagai calon anggota KASN;
tidak sedang menjadi anggota partai politik dan/atau tidak sedang menduduki
jabatan politik, mampu secara jasmani dan rohani untuk melaksanakan tugas;
memiliki kemampuan, pengalaman, dan/atau pengetahuan di bidang
manajemen sumber daya manusia; berpendidikan paling rendah strata dua (S2)
di bidang administrasi negara, manajemen sumber daya manusia, kebijakan
publik, ilmu hukum, ilmu pemerintahan, dan/atau S2 di bidang lain yang memiliki
pengalaman di bidang manajemen Sumber Daya Manusia.

13
Anggota KASN diseleksi dan diusulkan oleh tim seleksi yang beranggotakan 5
(lima) orang yang dibentuk oleh Menteri PAN-RB. Tim seleksi dipimpin oleh
Menteri dan melakukan tugas selama 3 (tiga) bulan sejak pengangkatan.

“Presiden menetapkan ketua, wakil ketua, dan anggota KASN dari anggota KASN
terpilih yang diusulkan oleh tim seleksi,” bunyi Pasal 40 Ayat (1) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 ini, sementara di Pasal 40 Ayat (2) disebutkan, Ketua, Wakil
Ketua, dan anggota KASN ditetapkan dan diangkat oleh Presiden untuk masa
jabatan 5 (lima) tahun dan hanya dapat diperpanjang untuk 1 (satu) kali masa
jabatan.  

IV. Manajemen ASN


Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit, yang berdasarkan
pada kualifkasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa
membedakan latar belakang poltik, ras, warna kulit, agama, asal-usul, jenis
kelamin, status pernikahan, umum, atau kondisi kecacatan. Manajemen ASN ini
meliputi Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Manajemen Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 itu, Presiden dapat


mendelegasikan kewenangan pembinaan Manajemen ASN kepada Pejabat yang
Berwenang di kementerian, sekretariat jendral/sekretariat lembaga negara,
sekretariat lembaga nonstruktural, sekretaris daerah/provinsi dan
kabupaten/kota.

Pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud memberikan rekomendasi


usulan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) di instansi masing-masing.
“Pejabat yang Berwenang mengusulkan pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional kepada Pejabat
Pembina Kepegawaian di instansi masing-masing,” bunyi Pasal 54 Ayat (4) UU ini.

14
Manajemen PNS pada Instansi Pusat, menurut UU No. 5/2014 ini, dilaksanakan
oleh pemerintah pusat, sementara Manajemen PNS pada Instansi Daerah
dilaksanakan oleh pemerintah daerah.

Pasal 56 UU ini menegaskan, setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun


kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS berdasarkan analisis jabatan dan
analisis beban kerja. Penyusunan kebutuhan sebagaimana dimaksud dilakukan
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan
prioritas kebutuhan. Berdasarkan penyusunan kebutuhan ini, Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) menetapkan
kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS secara nasional.

Adapun dalam hal pengadan, ditegaskan Pasal 58 UU No.5/2014 ini, bahwa


pengadaan PNS merupakan kegiatan untuk mengisi kebutuhan Jabatan
Administrasi dan/atau Jabatan Fungsional dalam suatu Instansi Pemeirntah, yang
dilakukan berdasarkan penetapan kebutuhan yang ditetapkan oleh Menteri PAN-
RB.

“Pengadaan PNS sebagaimana dimaksud dilakukan melalui tahapan


perencanaan, pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil
seleksi, masa percobaan, dan pengangkatan menjadi PNS,” bunyi Pasal 58 Ayat
(4) UU No. 5/2014 ini.

Disebutkan dalam UU ini, setiap Instansi Pemerintah mengumumkan secara


terbuka kepada masyarakat adanya kebutuhan jabatan untuk diisi dari calon
PNS, dan setiap Warga Negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama
untuk melamar menjadi PNS setelah memenuhi persyaratan.

Adapun penyelenggaraan seleksi pengadaan PNS harus dilakukan melalui


penilaian secara objektif berdasarkan kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan
lain yang dibutuhkan oleh jabatan. Penyelenggaraan seleksi sebagaimana

15
dimaksud terdiri dari 3 (tiga) tahap, meliputi seleksi administrasi, seleksi
kompetensi dasar, dan seleksi kompetensi bidang

“Peserta yang lolos seleksi diangkat menjadi calon PNS, dan pengangkatan calon
PNS ditetapkan dengan keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian,” bunyi Pasal
63 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014.

Selain itu UU ini menegaskan, calon PNS wajib menjalani masa percobaan, yang
dilaksanakan melalui proses pendidikan dan pelatihan terintegrasi, untuk
membangunan integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme
dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan
memperkuat profesionalisme serta kompetenti bidang.

“Masa percobaan sebagaimana dimaksud bagi calon PNS dilaksanakan selama 1


(satu) tahun, dan selama masa percobaan, Instansi Pemerintah wajib
memberikan pendidikan dan pelatihan kepada calon PNS,” bunyi Pasal 64 Ayat
(1,2) UU ini.

Menurut UU No. 5/2014 ini, Calon PNS yang diangkat menjadi PNS harus
memenuhi persyaratan: a. Lulus pendidikan dan pelatihan; dan b. Sehat jasmani
dan rohani. Calon PNS yang telah memenuhi persyaratan diangkat menjadi PNS
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian, dan calon PNS yang tidak memenuhi
diberhentikan sebagai calon PNS.

Pangkat dan Jabatan

Pasal 68 UU ini menegaskan, PNS diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu
pada Instansi Pemerintah berdasrkan perbandingan objektif antara kompetensi,
kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan dengan kompetensi,
kualifikasi, dan persyaratan yang dimiliki oleh yang bersangkutan.

PNS juga dapat diangkat dalam jabatan tertentu pada lingkungan Tentara
Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, dengan

16
pangkat atau jabatan yang disesuaikan dengan pangkat dan jabatan di
lingkungan instansi Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia.

Adapun pengembangan karier PNS dilakukan berdasarkan kulifikasi, kompetensi,


penilaian kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah, yang dilakukan dengan
mempertimbangkan integritas dan moralitas.

Sementara promosi PNS dilakukan berdasarkan perbandingan objektif antara


kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan, penilaian
atas prestasi kerja, kepemimpinan, kerjasama, kreativitas, dan pertimbangan dari
tim penilai kinerja PNS pada Instansi Pemerintah, tanpa membedakan jender,
suku, agama, ras, dan golongan.

“Setiap PNS yang memenuhi syarat mempunyai hak yang sama untuk
dipromosikan ke jenjang jabatan yang lebih tinggi, yang dilakukan oleh Pejabat
pembina Kepegawaian setelah mendapat pertimbangan tim penilai kinerja PNS
pada Instansi Pemerintah,” bunyi Pasal 72 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 itu.

V. Mutasi, Penggajian, dan Pemberhentian


Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
disebutkan, setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS) dapat dimutasi tugas dan/atau
lokasi dalam 1 (satu) Instansi Pusat, antar Instansi Pusat, 1 (satu) Instansi Daerah,
antar Instansi Daerah, antar Instansi Pusat dan Instansi Daerah, dank e
perwakilan Negara Kesatuan Republik Indonesia di luar negeri.

Mutasi PNS dalam satu Instansi Pusat atau Instansi Daerah dilakukan oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian; antar kabupaten/kota dalam satu provinsi
ditetapkan oleh Gubernur setelah memperoleh pertimbangan kepala Badan
Kepegawaian Negara (BKN); antar kabupaten/kota antar provinsi, dan antar
provinsi ditetapkan oleh Menteri PAN-RB setelah memperoleh pertimbangan

17
kepala BKN; mutasi PNS provinsi/kabupaten/kota ke Instansi Pusat atau
sebaliknya ditetapkan oleh Kepala BKN; dan mutasi PNS antar Instansi Pusat
ditetapkan oleh Kepala BKN.

“Mutasi PNS dilakukan dengan memperhatikan prinsip larangan konflik


kepentingan,” bunyi Pasal 73 Ayat (7) UU. No. 5/2014 ini.

Pasal 79 UU ini menegaskan, pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan
layak kepada PNS serta menjamin Kesejahteraan PNS.  Gaji dibayarkan sesuai
dengan beban kerja, tanggung jawab, dan resiko pekerjaan.

Selain gaji, PNS juga menerima tunjangan dan fasilitas, yang meliputi tunjangan
kinerja (dibayarkan sesuai pencapaian kinerja) dan tunjangan kemahalan
(dibayarkan sesuai dengan tingkat kemahalan berdasarkan indeks harga di
daerah masing-masing).

“Ketentuan lebih lanjut mengenai gaji, tunjangan kinerja, tunjangan kemahalan,


dan fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 dan Pasal 80 diatur dengan
Peraturan Pemerintah,” bunyi Pasal 81 UU ini.

Undang-Undang ini juga menegaskan, PNS yang telah menunjukkan kesetiaan,


pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam
melaksanakan tugasnya dapat diberikan penghargaan berupa: a. tanda
kehormatan; b. kenaikan pangkat istimewa; c. kesempatan prioritas untuk
pengembangan kompetensi; dan/atau d. kesempatan mengadiri acara resmi
dan/atau acara kenegaraan.

Adapun PNS yang dijatuhi sanksi administrative tingkat berat berupa


pemberhentian tidak dengan hormat, dicabut haknya untuk memakai tanda
kehormatan berdasarkan undang-undang ini.

18
Pemberhentian

Mengenai pemberhenti, UU ASN ini menyebutkan, bahwa PNS diberhentikan


dengan hormat karena: a. meninggal dunia; b. atas permintaan sendiri; c.
mencapai batas usia pension; d. perampingan organisasi atau kebijakan
pemerintah yang mengakibatkan pensiun dini; atau e. tidak cakap jasmani
dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan kewajiban.

Selain itu, PNS dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak diberhentikan
karena hukuman penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan hukuman pidana
penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan tidak berencana.

PNS juga dapat diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
karena melakukan pelanggaran disiplin PNS tingkat berat.

Adapun PNS diberhentikan dengan tidak hormat karena: a. melakukan


penyelewengan terhadap Pancasila dan UUUD 1945; b. dihukum penjara atau
kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana
kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana umum; c.
menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; dan d. dihukum penjara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua)
tahun dan pindana yang dilakukan dengan berencana.

Pasal 88 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 ini menyebutkan, PNS


diberhenikan sementara apabila: a. diangkat menjadi pejabat negara; b. diangkat
menjadi komisioner atau anggota lembaga non structural; atau c. ditahan karena
menjadi tersangka tindak pidana.

19
“Pengaktifan kembali PNS yang diberhentikan sementara dilakukan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian,” bunyi Pasal 88 Ayat (2) UU No. 5/2014 ini.

Adapun mengenai Batas Usia Pensiun (BUP), pasal 90 Undang-Undang Nomor 5


Tahun 2014 ini meyebutkan, yaitu: a. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat
Administrasi; b. 60 (enam puluh) tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi; dan c.
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi Pejabat
Fungsional.

PNS yang berhenti bekerja, menurut Pasal 91 UU ini, berhak atas jaminan
pensiun dan jaminan hari tua sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

“PNS diberikan jaminan pensiun apabila: a. meninggal dunia; b. atas permintaan


sendiri dengan usia dan masa kerja tertentu; c. mencapai batas usia pension; d.
perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pensiun
dini; atau e. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat
menjalankan tugas dan kewajiban,” bunyi Pasal 91 Ayat (2) UU ini.

Disebutkan dalam UU ini, jaminan pension PNS dan jaminan hari tua PNS
diberikan sebagai perlindungan kesinambungan penghasilan hari tua, sebagai
hak dan sebagai penghargaan atas pengabdian PNS. Jaminan pensiun dan
jaminan hari tua sebagaimana dimaksud mencakup jaminan pensiun dan jaminan
hari tua yang diberikan dalam program jaminan sosial nasional.

VI. Manajemen PPPK


Jenis jabatan yang dapat diisi oleh Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(PPPK) diatur dengan Peraturan Presiden. Selanjutnya, setiap Instansi
Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK
berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja.

“Penyusunan kebutuhan jumlah PPPK sebagaimana dimaksud dilakukan untuk


jangka waktu minimal 5 (lima) tahun yang diperinci per 1 (satu) tahun

20
berdasarkan prioritas kebutuhan, dan ditetapkan dengan Keputusan Menteri,”
bunyi Pasal 94 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014.

UU ini menegaskan, setiap warga negara Indonesia mempunyai kesempatan


yang sama untuk melamar menjadi calon PPPK setelah memenuhi persyaratan.

Pengadaan calon PPPK sebagaimana dimaksud, dilakukan melalui tahapan


perencanaan, pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil
seleksi, dan pengangkatan menjadi PPPK. Adapun penerimaannya dilakukan
melalui penilaian secara objektif berdasarkan kompetensi, kualifikasi, kebutuhan
Instansi Pemerintah, dan persyaratan lain yang dibutuhkan dalam jabatan.

“Pengangkatan calon PPPK ditetapkan dengan keputusan Pejabat Pembina


Kepegawaian, dengan masa perjanjian kerja paling singkat 1 (satu) tahun dan
dapat diperpanjang sesuai kebutuhan dan berdasarkan penilaian kinerja,” bunyi
Pasal 98 Ayat (1,2) UU ini.

Apakah PPPK dapat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS)? UU ini menjawab, PPPK
tidak dapat diangkat secara otomatis menjadi calon PNS. Untuk diangkat menjadi
calon PNS, PPPK harus mengikuti semua proses seleksi yang dilaksanakan bagi
calon PNS, dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menurut UU No. 5/2014 ini, pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak
kepada PPK berdasarkan beban kerja, tanggung jawab jabatan, dan resiko
pekerjaan. Selain gaji, PPPK dapat menerima tunjangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Sedangkan pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK, dilakukan dengan


hormat karena: a. Jangka waktu perjanjian kerja berakhir; b. Meninggal dunia; c.
Atas permintaan sendiri; d. Perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah
yang mengakibatkan pengurangan PPPK; atau e. Tidak cakap jasmani dan/atau
rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan kewajiban sesuai perjanjian
kerja yang disepakati.

21
Pemutusan hubungan perjanjikan kerja PPPK dilakukan dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri karena: a. Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan tindak pidana tersebut
dilakukan dengan tidak berencana; b. Melakukan pelanggaran disiplin PPPK
tingkat berat; atau tidak memenuhi target kinerja yang telah disepakati sesuai
dengan perjanjian kerja.

Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan tidak dengan hormat


karena: a. Melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan UU 1945; b.
Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan
jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan
dan/atau pidana umum; c. Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik;
dan d. Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun atau lebih dan tindak pidana
tersebut dilakukan dengan berencana.

Terhadap PPPK ini, menurut Pasal 106 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014,
pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa: a. Jaminan hari tua; b.
Jaminan kesehatan; c. Jaminan kecelakaan kerja; d. Jaminan kematian; dan e.
Bantuan hukum.

“Perlindungan berupa jaminan hari tua, jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan


kerja, dan jaminan kemarian dilaksanakan sesuai dengan sistem jaminan sosial
nasional,” bunyi Pasal 106 Ayat (2) UU tersebut.

Sementara bantuan hukum sebagaimana dimaksud berupa pemberian bantuan


hukum dalam perkara yang dihadapi di pengadilan terkait pelaksanaan tugasnya.

22
VIII. Jadi Pejabat Negara
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)
menegaskan, pejabat pimpinan tinggi madya dan pejabat pimpinan tinggi
pratama yang akan mencalonkan diri menjadi gubernur dan wakil gubernur,
bupati/walikota, dan wakil walikota wajib menyatakan pengunduran diri secara
tertulis dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) sejak mendaftar sebagai calon.

Adapun PNS yang diangkat menjadi Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Mahkamah
Konstitusi, BPK, Komisi Yudisial. KPK; c. Menteri dan setingkat menteri; d. Kepala
Perwakilan RI di luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa
dan Berkuasa Penuh; dam pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh Undang-
Undang , menurut Pasal 123 Ayat (1) UU ini, diberhentikan sementara dari
jabatannya, dan tidak kehilangan status sebagai PNS.

“Pegawai ASN dari PNS yang tidak menjabat lagi sebagai pejabat negara
sebagaimana dimaksud diaktifkan kembali sebagai PNS,” bunyi Pasal 123 Ayat (2)
UU. No. 5/2014.

Adapun PNS yang mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi Presiden dan Wakil
Presiden; ketua, wakil ketua, dan anggota DPR/DPRD; gubernur dan wakil
gubernur; bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota wajib menyatakan
pengunduran diri secara tertulis sebagai PNS sejak mendaftar sebagai calon.

Menurut UU ini, PNS yang tidak menjabat lagi sebagai pejabat negara
sebagaimana dimaksud pada Pasal 123 Ayat (1) dapat menduduki jabatan
pimpinan tinggi, jabatan administrasi, atau jabatan fungsional sepanjang tersedia
lowongan jabatan.

“Dalam hal tidak tersedia lowongan jabatan, dalam waktu paling lama 2 (dua)
tahun PNS yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat,” bunyi Pasal 124
Ayat (2) UU No. 5/2014.

23
IX. Organisasi dan Penyelesaian Sengketa
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia, yang memiliki tujuan menjaga kode etik profesi dan standar
pelayanan profesi ASN, dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu
bangsa.

Sementara untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan


keputusan dalam Manajemen ASN, menurut UU No. 5/2014 ini, diperlukan
Sistem Informasi ASN, yang diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi
antar-Instansi Pemerintah.

Sistem Informasi ASN memuat seluruh informasi dan data pegawai ASN, yang
meliputi: a.Data riwayat hidup; b. Riwayat pendidikan formal dan non formal; c.
Riwajat jabatan dan kepangkatan; d. Riwayat penghargaan, tanda jasa, atau
tanda kehormatan; e. Riwayat pengalaman berorganisasi; f. Riwayat gaji; g.
Riwayat pendidikan dan latihab; h. Daftar penilaian prestasi kerja; i. Surat
keputusan; dan j. Kompetensi.

Menurut UU ini, sengketa pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif,


yang terdiri dari keberatan dan banding administratif. Keberatan diajukan secara
tertulis kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum dengan memuat
alasan keberatan, dan tembusannya disampaikan kepada pejabat yang
berwenang mengukum; adapun banding diajukan kepada badan pertimbangan
ASN.

X. Ketentuan Peralihan
Pada Bab Peralihan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 disebutkan, pada saat
UU ini mulai berlaku, terhadap jabatan PNS dilakukan penyetaraan:
a. jabatan eselon Ia kepala lembaga pemerintah non kementerian setara
dengan jabatan pimpinan tinggi utama;
b. jabatan eselon Ia dan eselon Ib setara dengan jabatan pimpinan tinggi
madya;

24
c. jabatan eselon II setara dengan jabatan pimpinan  tinggi pratama;
d. jabatan eselon III setara dengan jabatan administrator;
e. jabatan eselon IV setara dengan jabatan pengawas; dan
f. jabatan eselon V dan fungsional umum setara dengan jabatan pelaksana.

“Penyetaraan sampai dengan berlakunya pelaturan pelaksanaan mengenai


jabatan ASN dalam UU ini,” bunyi Pasal 131 UU tersebut.

Adapun menyangkut Sistem Informasi ASN, menurut Pasal 133, paling lama
tahun 2015 dilaksanakan secara nasional.

Sementara Pasal 134 menegaskan, peraturan pelaksanaan UU ini harus


ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak UU  ini diundangkan.

Sedangkan Komite Aparatur Sipil Negara (KASN) harus dibentuk paling lama 6
(enam) bulan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 itu diundangkan.

“Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan,” tegas Pasal 141
UU. NO. 5/2014 yang diundangkan pada 15 Januari 2014 itu.

25
2. perbedaan substansi antara Undang-Undang Pokok Pokok Kepegawaian
dengan UU ASN
Berikut perbedaan substansi antara Undang-Undang Pokok Pokok Kepegawaian dengan  UU
ASN :
UU nomor 43 tahun 1999 jo UU SUBSTANSI UU tentang Aparatur Sipil Negara
nomor 08 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian

Pasal 15: 1 Pasal 49:

1  Jumlah dan susunan pangkat REKRUTMEN Setiap instansi menyusun kebutuhan


Pegawai Negeri Sipil yang jumlah dan jenis jabatan PNS
diperlukan ditetapkan dalam (ABK, Seleksi, berdasarkan analisis jabatan dan
formasi Pengangkatan) analisis beban kerja.

2  Formasi sebagaimana dimaksud Pasal 50:


dalam ayat (1), ditetapkan  untuk
jangka waktu       tertentu Penyusunan kebutuhan jumlah dan 
berdasarkan jenis, sifat, dan beban jenis jabatan PNS sebagaimana
kerja yang harus dilaksanakan dimaksud pada  ayat   (1) dilakukan
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
Pasal 17: yang diperinci per 1 (satu) tahun
berdasarkan prioritas kebutuhan
Pegawai Negeri Sipil diangkat dan sesuai dengan siklus anggaran.
dalam jabatan dan pangkat
tertentu

  Pasal 51:

  Pengadaan calon PNS merupakan


kegiatan untuk mengisi jabatan yang
  lowong sesuai kebutuhan pegawai.

•Based on Pangkat – Formasi •  Based  on Lowongan


Pemerintahan Jabatan/Kebutuhan atas ABK

• Jangka Waktu Tertentu • Jangka Waktu Lima Tahun


Pasal 31: 2 Pasal 68A:

Untuk mencapai daya guna dan PENGEMBANGAN 1  Setiap pegawai ASN berhak diberi
hasil guna yang sebesar-besarnya PEGAWAI kesempatan untuk mengembangkan
diadakan pengaturan  dan diri.
penyelenggaraan pendidikan dan (Diklat dan
pelatihan jabatan Pegawai Negeri SekolahLanjutan) 2  Pengembangan diri sebagaimana

26
Sipil yang bertujuan     untuk dimaksud pada ayat (1) antara lain
meningkatkan pengabdian, mutu, melalui pendidikan dan pelatihan,
keahlian, kemampuan, dan seminar,  kursus, workshop, dan
ketrampilan penataran

  • Pengembangan diri sebagai hak


pegawai ASN
• Tidak Jelas disebutkan sebagai
hak • Bentuk-bentuk pengembangan
diri
 

 
Pasal 17 (2): 3 Pasal 19:

Pengangkatan PNS dalam suatu PENEMPATAN Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi


jabatan dilaksanakan berdasarkan DALAM Utama dan Madya pada
prinsip profesionalisme sesuai JABATAN/ kementerian, kesekretariatan
dengan kompetensi, prestasi kerja, PROMOSI lembaga negara, lembaga non
dan jenjang pangkat yang struktural, dan Pemerintah Daerah
ditetapkanuntuk jabatan itu serta dilakukan secara terbuka dan
syarat obyektif lainnya tanpa kompetitif di kalangan PNS dengan
membedakan jenis kelamin, suku, memperhatikan  syarat kompetensi,
agama, ras, atau golongan kualifikasi, kepangkatan, pendidikan
dan latihan, rekam jejak jabatan dan
integritas serta persyaratan lain
yang dibutuhkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan
Pasal 20: Pasal 64:

Untuk lebih  menjamin obyektivitas Pengangkatan dan penetapan PNS


dalam mempertimbangkan dalam jabatan tertentu sebagaimana
pengangkatan dalam jabatan dan dimaksud  pada ayat (1) ditentukan
kenaikan pangkat diadakan berdasarkan          perbandingan
penilaian prestasi kerja obyektif antara kompetensi,     
kualifikasi, dan persyaratan yang
Pasal 22: dibutuhkan oleh jabatan dengan
kompetensi, kualifikasi, dan
Untuk kepentingan pelaksanaan persyaratan yang dimiliki oleh
tugas kedinasan dan dalam rangka pegawai.
pembinaan PNS dapat diadakan
perpindahan jabatan, tugas,  
dan/atau  wilayah kerja

27
• Basis Karir Tertutup  

•  Basis Karir Terbuka (Kompetisi)


Pasal 7: 4 Pasal 20:

1  Setiap Pegawai Negeri berhak KOMPENSASI/ Pegawai Negeri Sipil berhak


memperoleh gaji yang adil dan KESEJAHTERAAN memperoleh:
layak sesuai dengan beban
pekerjaan dan tanggungjawabnya a  gaji, tunjangan, dan kesejahteraan
yang adil dan layak sesuai dengan
2  Gaji yang diterima oleh Pegawai beban pekerjaan    dan tanggung
Negeri harus mampu memacu jawabnya;
produktivitas dan menjamin
kesejahteraannya. b  cuti

Pasal 32: c  pengembangan kompetensi;

1  Untuk meningkatkan kegairahan d  biaya perawatan;


bekerja, diselenggarakan usaha
kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil. e  tunjangan bagi yang menderita
cacat jasmani atau cacat rohani
2 Usaha kesejahteraan dalam dan sebagai akibat
sebagaimana dimaksud dalam ayat menjalankan tugas kewajibannya
(1), meliputi program pensiun dan yang mengakibatkan tidak dapat
tabungan hari tua, asuransi bekerja lagi dalam jabatan apapun;
kesehatan, tabungan perumahan,
dan asuransi pendidikan bagi putra- f  uang duka; dan
putri Pegawai Negeri Sipil.
g  pensiun  bagi yang telah mengabdi
3  Untuk penyelenggaraan  usaha kepada Negara dan memenuhi 
kesejahteraan sebagaimana persyaratan yang ditentukan;
dimaksud dalam ayat (2), Pegawai
Negeri  Sipil  wajib  membayar h  hak-hak lainnya yang diatur dalam
iuran setiap bulan dari peraturan pemerintah
penghasilannya.
Pasal 75:
4  Untuk penyelenggaraan program
pensiun dan penyelenggaraan Pemerintah wajib membayar gaji
asuransi kesehatan, Pemerintah yang adil dan layak kepada PNS serta
menanggung subsidi dan iuran. menjamin kesejahteraan PNS

5  Besarnya subsidi dan iuran          Pasal 76


sebagaimana dimaksud  dalam
ayat  (4),  ditetapkan dengan Selain gaji sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 75, PNS juga menerima

28
Peraturan Pemerintah. tunjangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
6  Pegawai Negeri Sipil yang
meninggal dunia, keluarganya • Beban Kerja, Tangung Jawab,
berhak memperoleh bantuan
• ResikoPekerjaan & Kinerja
•  Beban Kerja & Tanggung Jawab
5 Pasal 73:
 asal 12:
MANAJEMEN 1  Penilaian kinerja PNS  berada
1 Manajemen PNS diarahkan untuk KINERJA dibawah kewenangan Pejabat yang
menjamin penyelenggaraan tugas Berwenang pada Instansi masing-
pemerintahan dan pembangunan masing.
secara berdayaguna dan berhasil
guna. 2  Penilaian kinerja PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
2  Untuk mewujudkan didelegasikan secara berjenjang
penyelenggaraan tugas pemerintah kepada atasan langsung dari PNS.
dan pembangunan         
sebagaimana dimaksud dalam ayat 3  Pendapat rekan kerja setingkat
(1), diperlukan PNS yang dan bawahannya dapat  juga
profesional, bertanggung jawab, dijadikan sebagai bahan
jujur, dan adil melalui pembinaan  pertimbangan penilaian kinerja PNS
yang dilaksanakan berdasarkan Penilaian kinerja PNS dilakukan
sistem  prestasi  kerja  dan  sistem berdasarkan perencanaan  kinerja     
karier yang dititikberatkan pada pada tingkat individu dan tingkat
sistem prestasi kerja unit/organisasi, dengan 
memperhatikan target, sasaran, hasil
  dan manfaat yang dicapai.

  4  Penilaian kinerja PNS dilakukan


secara objektif, terukur, akuntabel,
  partisipasi, dan transparan.

  5  Hasil penilaian kinerja PNS


disampaikan kepada Tim Penilai
  Kinerja PNS.

  6  Hasil penilaian kinerja PNS


dimanfaatkan untuk menjamin
  objektivitas dalam pengembangan
PNS, dan dijadikan sebagai
  persyaratan dalam pengangkatan
jabatan dan kenaikan pangkat,

29
  pemberian tunjangan dan  sanksi, 
mutasi, dan promosi, serta untuk
  mengikuti pendidikan dan pelatihan.

  7  PNS yang penilaian kinerjanya


dalam waktu 3 (tiga) tahun berturut-
  turut tidak mencapai target kinerja
dikenakan sanksi.
 
•   Position and Performance Based
•   Position Based Salary Salary/Promotion

•   Career Based System •  Sanksi atas tidak tercapainya


kinerja
Pasal  30: 6 Pasal 83:

1  Pembinaan jiwa korps, kode etik, PENEGAKAN •  PNS yang melanggar disiplin
dan peraturan disiplin Pegawai DISIPLIN DAN dikenakan sanksi administratif.
Negeri Sipil tidak boleh ETIKA
bertentangan  dengan Pasal  27
ayat  (1)  dan Pasal 28 Undang-
Undang Dasar 1945.
2  Pembinaan jiwa korps, kode etik,  
dan peraturan disiplin sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan  
dengan Peraturan Pemerintah
•  Rincian Kode etik profesi•         
  Rincian Sanksi

•  Ketentuan bersifat umum atas


kode etik & disiplin
Pasal 10: 7 Pasal 86:

Setiap Pegawai Negeri yang  telah PENSIUN 1   Jaminan Pensiun PNS dan


memenuhi syarat-syarat yang Jaminan Janda/Duda PNS dan
ditentukan, berhak atas pensiun Jaminan Hari Tua PNS diberikan
sebagai perlindungan
  kesinambunganpenghasilan hari tua,
sebagai hak dan sebagai
  penghargaan atas pengabdian PNS.

  2  Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari


Tua PNS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mencakup jaminan

30
  pensiun dan jaminan hari tua yang
diberikan dalam rangka program
  jaminan sosial nasional.

  Pay As You Go 3  Ketentuan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku
setelah Undang-undang tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
berlaku efektif.

4  Sebelum ketentuan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
berlaku maka ketentuan mengenai
Pensiun  dan  Tabungan Hari  Tua
dilaksanakan  sesuai  peraturan 
perundang- undangan yang
mengatur tentang Pensiun dan
Tabungan Hari Tua.

• Semangatnya Fully Funded

31
3. Analisa Isi Pokok UU No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
(ASN)

3.1 Dari Aspek Filosofi

UU 8/1974 UU 43/1999 UU ASN

PN sebagai unsur PN sebagai abdi


aparatur negara, abdi masyarakat yang
negara, dan abdi menyelenggarakan
Pembangunan ASN yang
masyarakat pelayanan secara adil dan
profesional, netral dan
merata
bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik
KKN serta mampu
menyelenggarakan
pelayanan publik bagi
Membangun PN yang Membangun PN yang
masyarakat dan mampu
bersatu padu, profesional dan
menjalankan peran
bermental baik, bertanggung jawab serta
sebagai unsur perekat
berwibawa, berdaya bebas KKN.
persatuan dan kesatuan
guna, bersih,
bangsa
bermutu tinggi, dan
sadar akan
tanggungjawabnya.

Menurut Bekke, Perry and Toonen dalam bukunya :“Civil Service Systems in
Comparative Perspective (Indiana University Press) (1996 : 71 – 88)”, ada lima
tahap pengembangan peran PNS yaitu sebagai berikut :

a. Tahap Pertama : PNS sebagai Pelayan Perseorangan;


b. Tahap Kedua : PNS sebagai Pelayan Negara/Pemerintah;
c. Tahap Ketiga : PNS sebagai Pelayan Masyarakat;
d. Tahap Keempat : PNS sebagai Pelayanan yg Dilindungi;
e. Tahap Kelima : PNS sebagai Pelayanan Profesional.

32
Untuk masuk ke tahap kelima perlu dibangun organisasi fungsional yang
didukung oleh orang-orang yg memiliki kompetensi dan profesional dalam
bidang tugasnya masing-masing. Arah pengembangan kariernya bukan melebar
menjadi generalis, melainkan menukik ke dalam menjadi spesialis.

PNS di Indonesia masuk ke tipe keempat yakni pelayanan yang dilindungi. Hal ini
nampak dalam UU Nomor 8 Tahun 1974 jo UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Pokok-pokok Kepegawaian yang masih menggunakan prinsip :tertutup dalam arti
negara, artinya jabatan-jabatan pegawai negeri yang ada di dalam tubuh
birokrasi hanya dapat diisi oleh mereka yang sudah ada di dalam organisasi
pemerintah.

Untuk menuju tipe PNS profesional, perlu dipikirkan kemungkinan penggunaan


prinsip terbuka di dalam pengisian jabatan-jabatan yang berkaitan dengan
kepentingan publik, sehingga terjadi kompetisi untuk memperoleh pejabat yang
memiliki kompetensi.

Saat ini sedang dibahas RUU mengenai Kepegawaian Negara sbg pengganti UU
Nomor 8 Tahun 1974 jo UU Nomor 43 Tahun 1999. Melalui UU ini diharapkan
dapat digulirkan reformasi birokrasi secara lebih cepat, agar birokrasi tidak
menjadi penghambat kemajuan bangsa.

33
3.2 Aspek Paradigma Pola Pengembangan Karier

UU 8/1974 UU 43/1999 UU ASN

Perpaduan sistem karier Sama dengan Pola karier terbuka secara


dan sistem prestasi kerja, paradigma yang penuh, khususnya pada
dengan menggunakan pola digunakan oleh UU jabatan eksekutif senior
karier tertutup dalam arti Nomor 8 Tahun 1974, meliputi pejabat struktural
negara, yang memungkin- tetapi kemudian tertinggi, staf ahli, analisis
kan perpindahan PN dari mengalami distorsi kebijakan pada instansi pusat
satu departemen ke karena adanya UU dan provinsi, dan pejabat
departemen lain, satu Nomor 22 Tahun 1999 eselon II.a di instansi pusat,
provinsi ke provinsi lain, yang mempersempit provinsi dan kabupaten/kota,
tetapi menutup dari Non pengertian tertutup dapat berasal dari PNS dan
PN menduduki jabatan dalam arti negara Non PNS.
negeri. menjadi tertutup
dalam daerah otonom
bersangkutan.

Revisi UU Nomor 32 Tahun 2004 menggunakan pola pengembangan karier


tertutup dalam arti negara, serta masih merujuk pada pola pengembangan karier
yang digunakan pada UU Nomor 8 Tahun 1974 (lihat Penjelasan Pasal 12 ayat 2
UU Nomor 8 Tahun 1974).

UU Nomor 22 Tahun 1999 telah mengubah sistem kepegawaian negara yang


semula menggunakan Integrated system menjadi separated system. Integrated
system biasanya digunakan di negara unitaris yang menempatkan semua PN
sebagai aparatur negara yang dibiayai oleh negara dan ditempatkan di seluruh
wilayah negara. Sedangkan separated system lebih banyak digunakan di negara
federal, karena masing-masing negara bagian atau provinsi memiliki sistem
kepegawaiannya sendiri.

34
Sistem kepegawaian yang terpisah pada masa UU Nomor 22 Tahun 1999
mengalami kegagalan karena banyak daerah hanya bernafsu mengangkat
pegawai sendiri tetapi tidak mampu membiayainya. Kemudian digunakan
pendekatan eklektif yang dinamakan Mixed system, yakni perpaduan antara
integrated system dengan separated system.

3.3 Jenis Kepegawaian

UU 8/1974 UU 43/1999 UU ASN

Pegawai Negeri terdiri Pegawai Negeri terdiri dari : Pegawai ASN terdiri dari :
dari : a. PNS a. PNS RI;
b. Anggota TNI b. Pegawai Pemerintah
a. PNS
c. Anggota Kepolisian Nonpermanen.
b. Anggota ABRI
Negara RI (Psl 6)
PNS terdiri dari
PNS terdiri dari Pegawai ASN yang bekerja
a. PNS Pusat
a. PNS Pusat pada Instansi merupakan
b. PNS Daerah
b. PNS Daerah satu kesatuan ASN.
c. PNS lain yang
Pegawai tidak tetap.
ditetapkan
(Psl 2 ayat 1,2,3)
dengan PP.
(Psl 2 ayat 1 dan 2).

Dari tabel diatas kita bisa melihat bahwa PNS pengelolaannya bersifat nasional
artinya tidak ada lagi PNS dengan status pegawai pusat dan pegawai daerah.
Pegawai ASN akan secara professional dikelola oleh Komite Aparatur Sipil
Negara sehingga diharapkan pengelolaannya akan lebih professional dan
independen.

35
3.4 Jenis Jabatan

UU 8/1974 UU 43/1999 UU ASN

Dibedakan antara jabatan Jenis jabatan tidak diatur Jabatan ASN terdiri dari
negeri yang diduduki oleh secara rinci dalam UU, tetapi a. Jabatan Administrasi;
pejabat negeri dengan di dalam PP. b. Jabatan Fungsional
jabatan negara yang c. Jabatan Eksekutif
dipegang oleh pejabat Senior. (Psl 15).
negara. Jabatan Administrasi terdiri
Tidak ada rincian jenis dari :
jabatan, karena diatur a. Jabatan pelaksana;
lebih lanjut melalui PP. b. Jabatan pengawasan;
c. Jabatan administrator.

Dalam UU sebelumnya kita tidak melihat adanya jenis jabatan yang disebutkan
secara spesifik, akan tetapi dalam UU ASN ini kita bias melihat bahwa jabatan
ASN terdiri dari Jabatan Administrator, Jabatan Fungsional dan Jabatan Eksekutif.
Dalam UU ini kita bisa melihat dengan jelas tiga macam tingkatan jenis jabatan.

PENUTUP

36
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas kita bias menyimpulkan bahwa terdapat beberapa hal
yang membedakan antara UU ASN dengan UU yang mengatur mengenai
kepegawaian sebelumnya dari beberapa aspekyaitu:

1. Rekruimen
2. Pengembangan Pegawai
3. Penemapatan dalam Jabatan/Promosi
4. Kompensasi/Kesejahteraan
5. Manajemen Kinerja
6. Penegakan Disiplin dan Etika
7. Pensiun

Sedangkan secara komprehensif kita bisa menganalisis UU ASN dari aspek:

1. Filosofis yaitu UU ASN berusaha mengubah paradigm PNS menjadi


pegawai yang professional, netral dan bebas dari berbagai intervensi.
Selain itu UU ASN pun membuka ruang kompetisi dalam menduduki
jabatan di pemerintahan sehingga terjadi peningkatan kualitas sumber
daya manusia aparatur Negara.
2. Paradigma Pola Pengembangan karir yaitu UU ASN mengembangkan pola
pengambangan karier yang terbuka. Sehingga memungkinkan pegawai
negeri untuk berkompetisi baik intern pegawai negeri sendiri maupun
dengan pihak luar.
3. Jenis Kepegawaian jenis kepegawian mencakup pegawai negeri sipil dan
pegawai dengan perjanjian kerja.
4. Jenis Jabatan diatur menjadi tiga jenis level jabatan yaitu jabatan
administrator, jabatan fungsional dan jabatan eksekutif senior.

Daftar Pustaka:

1. UU No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur SIpil Negara

37
2. http://menpan.go.id/jdih/permen-kepmen/lainnya/file/3975-20131017-
ruuasn
3. http://setkab.go.id/berita-11871-inilah-pokok-pokok-undang-undang-
aparatur-sipil-negara-iii.html
4. Bahan Kuliah Prof Sadu Wasistiono, Analisis Kesenjangan (Gap Analysis)
Ruu Aparatur Sipil Negara (ASN) Dengan UU Nomor 43 Tahun 1999 Dan
RUU Revisi UU Nomor 32 Tahun 2004.

https://www.academia.edu/6396306/AK_UU_ASN
Cecep rahmat hidayat

38

Anda mungkin juga menyukai