Anda di halaman 1dari 5

INFORMASI TERKAIT PPPK DAN TENAGA ALIH DAYA

 Himbauan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Tjahjo
Kumolo bagi para Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) instansi pemerintah untuk menentukan
status kepegawaian pegawai non-ASN (non-PNS, non-PPPK, dan eks-Tenaga Honorer Kategori
II) paling lambat 28 November 2023.
 Hal ini tertuang dalam surat Menteri PANRB No. B/185/M.SM.02.03/2022 perihal Status
Kepegawaian di Lingkungan Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
 PPK diminta untuk menyusun langkah strategis penyelesaian pegawai non-ASN yang tidak
memenuhi syarat atau tidak lulus seleksi Calon PNS dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja (PPPK) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum batas waktu tanggal 28
November 2023.
 Pengangkatan pegawai melalui pola outsourcing sesuai kebutuhan diharapkan dilakukan
dengan mempertimbangkan keuangan dan sesuai dengan karakteristik masing-masing
kementerian/lembaga/daerah (K/L/D).
 “Jadi PPK pada K/L/D tetap bisa mempekerjakan outsourcing sesuai kebutuhannya, bukan
dihapus serta merta,” imbuh Tjahjo. Instansi pemerintah yang juga membutuhkan tenaga lain
seperti pengemudi, tenaga kebersihan, dan satuan pengamanan dapat dilakukan melalui
tenaga alih daya (outsourcing) oleh pihak ketiga.
 Langkah strategis dan signifikan telah dilakukan pemerintah untuk penanganan tenaga honorer
sesuai kesepakatan dengan DPR-RI (7 Komisi Gabungan DPR RI yaitu Komisi I, II, III, VIII, IX, X,
dan XI ). Pada 2005 hingga 2014
 Secara kebijakan kesepakatan penanganan tenaga honorer oleh pemerintah diatur dalam PP
No. 48/2005 jo PP No. 43/2007 dan terakhir diubah dalam PP No. 56/2012 tentang
Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi CPNS. Dalam PP tersebut, tertulis bahwa THK-II
diberikan kesempatan untuk seleksi satu kali. Hasilnya dari 648.462 THK-II yang ada di-database
tahun 2012 terdapat 209.872 THK-II yang lulus seleksi dan 438.590 THK-II yang tidak lulus.
 Penyelesaian pegawai non-ASN (non-PNS, non-PPPK, dan THK-II) ini merupakan amanat dari UU
No. 5/2014 tentang ASN. Pasal 99 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 49/2018 tentang
Manajemen PPPK pun menyebutkan bahwa Pegawai non-ASN yang bertugas di instansi
pemerintah dapat diangkat menjadi PPPK apabila memenuhi persyaratan, dalam jangka waktu
paling lama lima tahun sejak PP tersebut diundangkan.
 “PP No. 49/2018 diundangkan pada 28 November 2018, maka pemberlakuan lima tahun
tersebut jatuh pada tanggal 28 November 2023 yang mengamanatkan status kepegawaian di
lingkungan instansi pemerintah terdiri dari dua jenis, yaitu PNS dan PPPK,” imbuh Menteri
Tjahjo
 Berkaitan dengan hal-hal tersebut, dalam rangka penataan ASN sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan, PPK diminta untuk melakukan pemetaan pegawai non-ASN di lingkungan
instansi masing-masing. “Dan bagi yang memenuhi syarat dapat diikutsertakan atau diberikan
kesempatan mengikuti seleksi calon PNS maupun PPPK
 PP Manajemen PPPK mengamanatkan, PPK dan pejabat lain di instansi pemerintah dilarang
mengangkat pegawai non-ASN untuk mengisi jabatan ASN. Dengan demikian, PPK diamanatkan
menghapuskan jenis kepegawaian selain PNS dan PPPK di lingkungan instansi masing-masing
dan tidak melakukan perekrutan pegawai non-ASN.
 Tjahjo menegaskan bahwa amanat PP ini justru akan memberikan kepastian status kepada
pegawai non-ASN untuk menjadi ASN karena ASN sudah memiliki standar
penghasilan/kompensasi. Sedangkan dengan menjadi tenaga alih daya (outsourcing) di
perusahaan, sistem pengupahan tunduk kepada UU Ketenagakerjaan, dimana ada upah
minimum regional/upah minimum provinsi (UMR/UMP). “Kalau statusnya honorer, tidak jelas
standar pengupahan yang mereka peroleh,”
 .mulai tahun 2023 status pegawai pemerintah hanya ada dua jenis, yaitu PNS dan PPPK
(Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja). Pemerintah akan memprioritaskan tenaga
honorer yang nantinya menjadi PNS, seperti tenaga guru, kesehatan, penyuluh
pertanian/peternakan/perikanan, serta tenaga teknis.
 Jenis tenaga honorer tersebut meliputi pekerja lapangan penagih pajak, security atau petugas
keamanan, cleaning service, pramutamu, penjaga terminal. Kemudian, sopir, pengamanan
dalam, operator komputer, dan penjaga pintu air.
 Dengan adanya penghapusan honorer pada instansi pemerintahan baik pusat maupun
daerah, maka kebutuhan untuk tenaga kebersihan dan keamanan dapat terpenuhi. Yaitu
melalui tenaga outsourcing atau alih daya dengan biaya umum, jadi bukan biaya gaji.
 MENTERI PAN dan RB mengeluarkan Surat Edaran nomor B/165/M.SM.02.03/2022 perihal
Status Kepegawaian di Lingkungan Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang
mewajibkan status kepegawaian di instansi pemerintah terdiri dari 2 (dua) jenis
kepegawaian, yaitu pegawai negeri sipil (PNS) dan pegawai pemerintah dengan perjanjian
kerja (PPPK).
 Kebutuhan tenaga lain seperti pengemudi, tenaga kebersihan dan satuan pengamanan dapat
dilakukan melalui tenaga alih daya (outsourcing) oleh pihak ketiga. Pemberlakukan tersebut
dimulai 28 November 2023, yaitu 5 tahun setelah diundangkannya PP Nomor 49 Tahun 2018
tentang Manajemen PPPK. Dalam surat edaran tersebut, Pejabat Pembina Kepegawaian
(PPK) diminta untuk menyusun langkah strategis penataan pegawai non ASN/ tenaga honorer
sebelum batas waktu tersebut.
 Komitmen pemerintah untuk menata pegawai non ASN/ tenaga honorer telah dilaksanakan
sejak 2005 melalui berbagai kebijakan, antara lain PP Nomor 48 Tahun 2005 tentang
Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil, yang kemudian diubah
dengan PP Nomor 43 Tahun 2007 dan terakhir diubah dengan PP Nomor 56 Tahun 2012.
 Kemudian pada 2014 terbit UU Nomor 5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara beserta aturan
turunannya, antara lain PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS yang kemudian
diubah dengan PP Nomor 17 Tahun 2020 dan PP Nomor 49 Tahun 2018 tentang Manajemen
PPPK.
 Saat ini Pemerintah sudah membuka seleksi CPPPK melalui jalur afirmasi, di mana ada
tambahan nilai seleksi kompetensi teknis kepada guru honorer dengan masa kerja 3 tahun
sesuai Permenpan RB No. 20 Tahun 2022 tentang Pengadaan Pegawai Pemerintah Dengan
Perjanjian Kerja untuk Jabatan Fungsional Guru pada Instansi Daerah Tahun 2022.
Diharapkan seleksi jalur afirmasi ini juga dapat diterapkan untuk seleksi CPPPK Jabatan
Fungsional lainnya yang terdapat dalam Keputusan Menteri PAN dan RB Nomor 76 Tahun
2022 tentang perubahan atas KepmenPAN RB Nomor 1197 Tahun 2021 tentang Jabatan
Fungsional yang dapat diisi oleh PPPK.
 Melakukan kerjasama/kemitraan dengan swasta yang bergerak di bidang penyaluran tenaga
alih daya (outsourcing). Pegawai non ASN/ tenaga honorer yang selama ini mengabdi di
instansi pemerintah, yang tidak terserap melalui jalur CPNS dan CPPPK agar dapat direkrut
dan disalurkan oleh pihak swasta yang menyalurkan tenaga alih daya (outsourcing) tersebut,
sehingga dapat dipekerjakan kembali di instansi pemerintah sesuai kebutuhan dengan
mekanisme outsourcing.
 K/L/PD juga dapat melakukan kerja sama/ kemitraan dengan kementerian ketenagakerjaan
maupun dinas ketenagakerjaan yang ada di daerah untuk dapat memberikan pelatihan-
pelatihan kepada pegawai non-ASN/ tenaga honorer yang selama ini sudah mengabdi di
instansi pemerintah, untuk dapat disalurkan ke BUMN/ BUMD maupun perusahaan swasta
yang membutuhkan.
 Terbitnya Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Permenakertrans) No 19 tahun
2012 mensyaratkan agar perusahaan yang memborongkan pekerjaan harus melaporkan ke
Dinas Ketenagakerjaan setempat.
 Permenakertrans No 19 tahun 2012 tersebut tentang syarat-syarat penyerahan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain atau yang lebih dikenal sebagai
Permenakertrans outsourcing.
 "Pelaksanaan pemborongan pekerjaan harus dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama
baik manajemen maupun kegiatan pelaksanaan pekerjaan. Perusahaan pemberi pekerjaan
melaporkan jenis kegiatan yang akan diborongkan kepada instansi di bidang ketenagakerjaan
kabupaten/kota," kata Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar dalam
acara sosialisasi permenakertrans tersebut di Jakarta
 Pemborongan pekerjaan itu dapat dilakukan untuk semua jenis pekerjaan yang bersifat
penunjang dan dalam pelaksanaannya akan mensyaratkan adanya pembuatan alur proses
pelaksanaan pekerjaan oleh asosiasi sektor usaha
 Sedangkan dalam pengaturan penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada
perusahaan penyediaan jasa pekerja/buruh, atau sering disebut alih daya (outsourcing),
Muhaimin menegaskan hanya ada lima jenis pekerjaan yaitu usaha pelayanan kebersihan,
penyediaan makanan bagi pekerja, tenaga pengaman jasa penunjang di pertambangan dan
perminyakan serta penyediaan angkutan bagi pekerja/buruh
 "Izin operasional perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dibuat oleh dinas yang
membidangi ketenagakerjaan provinsi dan berlaku di seluruh kabupaten/kota dalam satu
provinsi serta berlaku selama tiga tahun. Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh harus
berbentuk badan hukum perseroan terbatas," Muhaimin memaparkan isi permenakertrans
 Permenakertrans tersebut telah ditetapkan dan ditandatangani oleh Menakertrans
Muhaimin Iskandar pada 14 November 2012 dan disyahkan oleh Kemeneterian Hukum dan
HAM pada tanggal 19 November 2012 dan resmi berlaku sejak diundangkan
 Menakertrans mengatakan dengan peraturan tersebut, maka pekerjaan inti perusahaan tidak
boleh dialihkan ke pihak ketiga, tetapi pekerjaan penunjang diperbolehkan.
 "Salah satu pertimbangan diterbitkannya Permenakertrans ini adalah untuk menciptakan
iklim hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan dalam pelaksanaan
pemborongan pekerjaan dan penyediaan jasa pekerja/buruh," kata Muhaimin.
 Permenakertrans terdiri dari enam bab yang dimulai dengan ketentuan umum, pemborongan
pekerjaan, penyediaan jasa pekerja/buruh, pengawasan, ketentuan peralihan dan ketentuan
penutup.
 "Dalam Pemenakertrans ini ditegaskan perusahaan pemborong pekerjaan maupun
perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh harus berbadan hukum. Untuk perusahaan
penyedia jasa pekerja/buruh harus berbentuk perseroan terbatas (PT)," kata Muhaimin.
 dalam pelaksanaan hubungan kerja perusahaan harus menjamin adanya jaminan
kelangsungan bekerja dan jaminan terpenuhinya hak-hak pekerja/buruh (hak cuti, THR, ganti
rugi, hak istirahat) serta jaminan perhitungan masa kerja untuk penetapan upah
 pengawasan pelaksanaan peraturan ini dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan yang juga
melibatkan unsur pemerintah, serikat pekerja/buruh dan asosiasi pengusaha.
 Dengan terbitnya permenakertrans itu, perusahaan penerima pemborongan atau perusahaan
penyedia jasa pekerja diberi masa transisi dan wajib menyesuaikan dalam 12 bulan
 Undang-undang (UU) Nomor 13 Tahun 2003 menyebutkan, outsourcing (Alih Daya) adalah
penyerahan sebagian pekerjaan kepada perusahaan lain melalui dua mekanisme, yaitu
Perjanjian Pemborongan Pekerjaan atau Penyediaan Jasa Pekerja.
 Pekerja Outsourcing (Alih Daya) tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan pokok atau
kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi.

Anda mungkin juga menyukai