Anda di halaman 1dari 6

I Pemerintah tengah menyiapkan sistem penggajian baru untuk pegawai negeri sipil (PNS).

Sistem baru itu berbasis pada beban kerja. Gaji seorang aparat pemerintah akan diberikan berdasarkan tanggung jawab dan risiko kerja. Pola penggajian itu akan mirip dengan yang kini diterapkan di Departemen Keuangan. Yakni, memberikan penghargaan lebih besar kepada pegawai yang mempunyai tugas berat sehingga akan menghapus kesan bahwa gaji PNS sama bila berada di golongan yang sama. Sekarang rasio perbedaan gaji PNS golongan IA (terendah) dengan PNS golongan IVE (tertinggi) hanya 1 : 3. Setelah peraturan pemerintah (PP) soal remunerasi gaji baru nanti dikeluarkan, rasio itu bisa berubah hingga 1 : 12. Informasi penggodokan sistem gaji baru itu dijelaskan Men PAN Taufik Effendi usai memberikan sambutan pada Rakornas Aparatur Negara di Hotel Sahid kemarin. Sistem baru itu kini digodok dengan Menkeu Sri Mulyani. Menurut rencana, itu diberlakukan paling lambat pada 2009. Rencannya, semua honorarium dihapus. Kami melihat dalam sistem tersebut (honor, Red) banyak sekali yang tidak efisien sehingga akan kami jadikan satu, yang prinsipnya adalah gaji, ujarnya ketika ditanya tentang alasan perbaikan sistem penggajian tersebut. Menurut dia, honor akan dihapus dan gaji bakal dinaikkan. Dia menambahkan, kenaikan gaji akan didasarkan pada bobot tanggung jawab atau jabatan masing-masing, bukan golongan kepangkatan. Bisa saja gaji pegawai golongan III lebih besar daripada golongan IV karena PNS golongan III itu mendapatkan tugas tambahan, misalnya sebagai kepala sekolah, jelasnya. Selain itu, setelah sistem baru ini diterapkan, gaji PNS yang sekarang bedanya hanya 1 : 3, nanti bisa sampai 12 kali antara golongan I dan IV, tambahnya. Dalam kesempatan terpisah, Deputi SDM Kementerian PAN Tasdik Kinanto menjelaskan, saat ini pemerintah sedang mengkaji terhadap rencana tersebut. Menurut dia, pemerintah sedang menunggu hasil perbaikan sistem remunerasi yang telah diterapkan di Departemen Keuangan. Memang, Depkeu sedang dijadikan pilot project, katanya. Sistem penggajian yang nanti diterapkan secara nasional itu akan meniru model tingkatan gaji di Depkeu yang baru. Formula yang akan diterapkan kepada PNS secara umum sedang kami siapkan dan nominalnya sedang dibahas apakah akan seratus persen meniru Depkeu atau tidak, jelasnya ketika dihubungi. Selain itu, tambah dia, Men PAN dan Menkeu sedang mengkaji apakah tunjangan fungsional, tunjangan struktural, dan tunjangan keluarga tetap diberikan atau dihapus dengan penambahan gaji pokok dalam jumlah tertentu. Yang jelas, kata Tasdik, honor-honor yang kerap diterima PNS, misalnya honor pengawas ujian, honor keanggotaan tim panitia kegiatan tertentu, akan dihapus. Untuk mendapatkan peningkatan gaji, tiap-tiap daerah harus memenuhi beberapa persyaratan. Misalnya, job description yang jelas dari masingmasing PNS harus dipenuhi agar bisa mendapatkan besaran gaji yang sesuai, ujarnya di Jakarta kemarin. Dia pun menegaskan, gaji yang diterima masing-masing PNS tidak lagi didasarkan pada golongan kepangkatan dan masa kerja, tapi lebih pada bobot tanggung jawab, risiko, dan tingkat kesulitan kerja. Selain itu, dalam tahap persiapan pembenahan sistem remunerasi tersebut, pemerintah bakal mempertimbangkan besaran gaji yang berlaku di pasar. Kami akan membandingkan jumlah gaji swasta dan negeri dalam menetapkan besaran gaji sesuai dengan jabatannya agar tercipta budaya kompetitif pada PNS, jelas pria berkacamata itu. Tak hanya itu, dalam sistem baru tersebut, PNS yang ditempatkan di daerah terepencil akan mendapatkan tunjangan kemahalan. Tentang waktu penerapannya, Tasdik mengatakan tahun 2009. Sebab, kini struktur gaji dan teknis pelaksanaannya dalam pembahasan inter departemen.

II

Rencana Pemkab Tulungagung memberlakukan pembayaran gaji PNS melalui rekening bank mendapat reaksi keras. Salah satunya berasal dari Fraksi PDIP DPRD Tulungagung. Fraksi partai pimpinan Megawati Soekarnoputri ini menolak sistem pembayaran gaji bagi PNS di lingkup Pemkab Tulungagung, melalui rekening bank masing masing personil di setiap SKPD. Sebelumnya, BKD (Badan Kepegawaian Daerah) Pemkab Tulungagung telah menurunkan SK tertanggal 4 Oktober 2009 tentang perubahan mekanisme sistem pembayaran gaji PNS bekerja sama dengan Bank Jatim. Anggota FPDIP DPRD Tulungagung, Suprapto, mengatakan sebaiknya pemkab tetap mengacu pada sistem lama dengan cara melakukan pembayaran gaji setiap bulan, melalui masing-masing bendahara SKPD. Ketua Pansus DPRD ini, menilai sistem bendaharawan akan memudahkan sirkulasi penerimaan gaji tersebut. Dia khawatir jika diberlakukan sistem rekening bank dikhawatirkan justru tidak efisien. Dipaparkan, ketika pada tanggal yang bersamaan para PNS harus mengambil gajinya melalui bank atau ATM, dampaknya akan terjadi antrean panjang. Ini mengingat jumlah PNS di lingkup Pemkab Tulungagung mencapai 16 ribu lebih. Selain itu, mekanisme pengembalian piutang PNS di koperasi internal maupun bank tertentu menyulitkan mekanisme pemotongan piutang yang harus dibayar. Potongan piutang yang selama menggunakan mekanisme bendaharawan dengan sistem gaji akan lebih efektif. Karena secara teori setiap bulan para PNS akan terkena potongan adminstrasi bank, jika gajinya ditransfer melalu rekening. Itu belum lagi jika para PNS ini mengalami minus gaji, papar Suprapto. Menurut dia, kelemahan sistem rekening akan terlihat ketika ada kenaikan gaji berkala bagi. Karena setiap PNS mengalami momen kenaikan gaji berkala pada tahun yang sama. Dengan kondisi seperti itu, imbuh dia, maka FPDIP DPRD Tulungagung sepakat menolak terhadap pemberlakuan sistem pembayaran gaji PNS melalui rekening bank. Kepala BKD Pemkab Tulungagung, Kusmadi, menyatakan sistem perubahan pembayaran gaji PNS melalui rekening itu sudah disepakati oleh Bupati Tulungagung. Konsekuensinya aturan ini segera diberlakukan, tegas dia. Sementara Kepala Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Pemkab Tulungagung, Hendry Setyawan, menyatakan tidak setuju dengan sistem pembayaran gaji PNS melalui rekening bank.

Alasan dia, karena sistem tersebut akan menyulitkan administrasi pencairan keuangan yang diajukan oleh bendahara masing-masing SKPD. Lantas jika ada kenaikan gaji atau rapelan bagi PNS siapa yang bertanggung jawab mengajukan? Apakah pihak bank sanggup membuat pengajuan dan menghitung penggajian atas kenaikan gaji tersebut, sebutnya. Jika itu, tegas Hendry, akan semakin lambat pencairannya. Karena pengajuan tersebut harus diaudit melalui bagian verifikasi yang butuh waktu lama. Sehingga sangat tidak efisien jika sistem pembayaran gaji PNS melalu rekening bank. Kita perlu mengkaji ulang sistem ini bersama-sama, katanya.
III.

.Arti harafiah Remunerasi Remunerasi berdasarkan kamus bahasa Indonesia artinya imbalan atau gaji. Dalam konteks Reformasi birokrasi, pengertian Remunerasi, adalah penataan kembali sistim penggajian yang dikaitkan dengan sistim penilaian kinerja. 2.Latar belakang kebijakan Remunerasi Remunerasi dilingkungan Polri adalah merupakan bagian yg tidak terpisahkan dari Kebijakan Reformasi birokrasi. Dilatarbelakangi oleh kesadaran sekaligus komitmen pemerintah untuk mewujudkan clean and good governance. Namun pada tataran pelaksanaannya, Perobahan dan pembaharuan yang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa tsb tidak mungkin akan dapat dilaksanakan dengan baik (efektif) tanpa kesejahteraan yang layak dari PNS yang mengawakinya. Perobahan dan pembaharuan tsb. dilaksanakan untuk menghapus kesan Pemerintahan yang selama ini dinilai buruk. Antara lain ditandai oleh indikator: a. Buruknya kualitas pelayanan publik (lambat, tidak ada kepastian aturan/hukum, berbelit belit, arogan, minta dilayani ataufeodal style dsb.) b. Sarat dengan perilaku KKN (Korupsi, kolusi, nepotisme) c. Rendahnya kuaiitas disiplin dan etos kerja pegawai negeri. d. Kuaiitas.manajemen pemerintahan yang tidak produktif, tidak efektif dan tidak efisien. e. Kualitas pelayanan publik yang tidak akuntabel dan tidak transparan. 3. Maksud dan tujuan kebijakan Remunerasi Polri adalah bagian dari Pemerintahan. Maka dalam konteks Reformasi birokrasi dilingkungan Polri, upaya untuk menata dan meningkatkan kesejahteraan anggota Polri adalah merupakan kebutuhan yang sangat elementer, mengingat kaitannya yang sangat erat dengan misi perobahan kultur Polri (Reformasi bidang kultural). Sehingga dengan struktur gaji yang baru (nanti), setiap anggota Polri diharapkan akan mempunyai daya tangkal (imunitas) yang maksimal terhadap rayuan atau iming-iming materi (kolusi). 4. Apakah hanya Institusi Polri saja yang melaksanakan Remunerasi ? Sesuai dengan Undang-undang NO. 17 tahun 2007, tentang Rencana pembangunan Nasional jangka panjang 2005-2025 dan Peraturan Meneg PAN, Nomor : PER/15/M.PAN/7/2008, tentang Pedoman umum Reformasi birokrasi. Kebijakan Remunerasi diperuntukan bagi seluruh Pegawai negeri di seluruh lembaga Pemerintahan. Yang berdasarkan urgensinya dikelompokan berdasarkan skala prioritas kedalam tiga kelompok :

a. Prioritas pertama adalah seluruh instansi Rumpun penegak hukum, rumpun pengelola keuangan Negara, rumpun pemeriksa dan pengawas keuangan Negara serta lembaga penertiban aparatur Negara. b. Prioritas kedua adalah kementrian/lembaga yg terkait dg kegiatan ekonomi, system produksi, sumber penghasil penerimaan Negara dan unit organisasi yang melayani masyarakat secara langsung termasuk Pemda. c. Prioritas ketiga adalah seluruh kementrian/lembaga yg tidak termasuk prioritas pertama dan kedua. 5. Landasan hukum Kebijakan Remunerasi. a. UU No 28/1999 tentang penyelenggaraan negara yg bersih dan bebas dari KKN. b. UU No.43/1999 tentang perubahan atas UU No.8/1974 tentang pokok-pokok kepegawaian. Yang salah satu substansinya menyatakan bahwa Setiap pegawai negeri berhak memperoleh gaji yang ad/7 & layak sesuai dengan beban pekerjaan & tanggung jawahnya. ( Psl 7, UU No.43/1999) c. Undang-undang No. 17 tahun 2007, tentang Rencana pembangunan Nasional jangka panjang 2005-2025. Khususnya pada Bab IV butir 1.2, huruf E. Yang menyatakan bahwa : u Pembangunan aparatur Negara dilakukan melalui Reformasi birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme aparatur Negara dan tata pemerintahan yanq baik. Di pusat maupun di daerah, agar mampu mendukung keberhasilan pembangunan dibidang bidang lainnya. ". d. Perpres No.7/2005, tentang Rencana pembangunan jangka menengah Nasional. e. Konvensi ILO No. 100;, Diratifikasi pd th 1999, bunyinya 'Equal remuneration for jobs of equal value9' (Pekerjaan yg sama nilai atau bobotnya harus mendapat imbalan yg sama) 6. Mengapa Remunerasi bermakna sangat strategis terhadap suksesnya Reformasi Polri. ? Remunerasi bermakna sangat strategis terhadap suksesnya Reformas Polri, mengingat dampak paling signifikan terhadap kinerja lembaga akan sanga ditentukan oleh perobahan kultur Polri didalam melaksanakan tugas Pokoknya Sedangkan keberhasilan merobah kultur akan tsb. Akan sangat ditentukan oleh tingkat kesejahteraan anggotanya. Namun tanpa iming-iming Remunerasi, sesungguhnya Reformasi birokrasi dilingkungan Polri sudah dilaksanakan sejak tahun 2002 yang lalu. Yaitu dengan mencanangkan dan melaksanakan beberapa perobahan dan pembaharuan dibidang Instrumental, bidang struktural dan bidang kultural. Bahkan pada pertengahan tahun 2008 (pasca pergantian Pimpinan Polri) upaya * untuk mewujudkan out come daripada reformasi Polri tsb, lebih dipacu lagi dengan dikeluarkan dan diimplementasikannya kebijakan Akselerasi transformasi Polri. Yang sasarannya meliputi 27 program 7. Pentahapannya

Pentahapan Remunerasi dari awal kegiatan (pengumpulan data) sampai dengan tahap legislasi (penerbitan undang-undang) adalah : a. Pengumpulan data informasi jabatan b. Analisa jabatan c. Evaluasi jabatan dan Pembobotan d. Grading atau penyusunan struktur gaji baru. e. Job pricing atau penentuan harga jabatan f. Pengusulan peringkat dan harga jabatan kepada Presiden (oleh

Meneg 8. Prinsip dasar kebijakan

PAN) Remunerasi

Prinsip dasar kebijakan Remunerasi adalah ad/7 dan proporsional. Artinya kalau kebijakan masa laiu menerapkan pola sama rata (generalisir), sehingga dikenal adanya istilan POPS (pinter goblok penghasilan sama). Maka dengan kebijakan Remunerasi, besar penghasilan (reward) yang diterima oleh seorang pejabat akan sangat ditentukan oleh bobot dan harga jabatan yang disandangnya. 9. Kapolda yang diharapkan, dalam memanfaatkan momentum Remunerasi .

Pertama harus disadari bahwa sejalan dengan perkembangan demokrasi dan kesadaran hukum masyarakat yang semakin matang, maka tuntuttan masyarakat untuk dilayani, dilindungi dan disejahterakan oleh Pemerintah sebagai representasi negara juga semakin meningkat. Termasuk tekanan dan tuntuttannya terhadap perobahan kinerja Polri. Oleh sebab itu Polri harus segera menyesuaikan diri dengan tuntuttan perobahan tsb. Oleh karena jika tidak responsif dan tidak adaptif dengan perobahan tsb niscaya Polri akan kehilangan legitimasinya dimata masyarakat, Polri akan ditinggalkan masyarakatnya dalam arti masyarakat mungkin akan meminta jasa perlindungan dan pelayanan kepada Instansi lain yang justru menjadi kornpetitor Polri. Polri akan menjadi hujatan dan cemoohan masyarakat bahkan mungkin juga tugas pokok dan kewenangan Polri sedikit demi sedikit akan dipreteli atau dilimpahkan kepada Instansi lain. Oleh sebab itu Momentum Remunerasi harus dijadikan sebagai media atau momentum dengan sebaik-baiknya oleh para Kapolda dalam memotivasi anggotanya merobah kultur dan peningkatan profesionalisme nya. Kebijakan masa lalu sebelum Reformasi mungkin saja dimata anggota, Pimpinan tahunya hanya menuntut perobahan dan peningkatan kinerja tanpa ada imbalan apapun. Tapi kali ini mereka sudah jelas akan diberi imbalan dengan peningkatan kesejahteraan baik berupa tunjangan kinerja dan atau kenaikan gaji. 10. Perobahan dan peningkatan kinerja Polri dalam melaksanakan tugas Penegakkan hukum, Pengayoman, perlindungan dan pelayanan kepada masyarakatnya, harus diawali dengan perobahan kultur anggotanya. Yang diawali dengan pemberian keteladanan, dorongan serta kontrol oleh para Perwiranya.

Anda mungkin juga menyukai