PEMBAHASAN
Filing sistem abjad adalah sistem penyimpanan yang sederhana dan mudah dalam
menemukan kembali dokumen. Dalam mencari dokumen, petugas dapat langsung ke file
(tempat) penyimpanan dokumen dan melihat huruf abjad dari nama yang dicari. Oleh
karena itu, filing sistem abjad disebut sistem langsung (direct filing system).
File yang ditata dengan sistem abjad terdiri atas banyak bagian kecil yang mewakili
satu bagian abjad. Setiap bagian abjad tidak selalu berbentuk sebuah huruf dalam abjad.
Berikut ini akan dipaparkan cara penataan penyimpanan arsip. Memahami arsip dengan
menggunakan sistem abjad, terdapat beberapa istilah yang perlu diketahui:
1. Kode
Kode adalah tanda/simbol yang tertulis atau ditulis pada lembaran warkat (arsip) yang
menunjukkan isi yang terkandung di dalam arsip tersebut. Kode yang digunakan dapat
berupa abjad dari nama (nama orang, nama organisasi, nama tempat/ wilayah, nama benda
atau nama pokok masalah) yang terkandung di dalam arsip. Kode dapat juga berupa angka,
atau kombinasi dari abjad dan angka tergantung pada sistem filing yang dipergunakan.
2. Koding/Mengkode (kodifikasi)
Koding adalah aktivitas atau kegiatan menentukan atau memberikan kode pada arsip
yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk dalam penyusunan dan penyimpanan arsip.
Perlu diketahui bahwa kode arsip dapat diberikan pada daftar indeks yang telah ditetapkan,
sesuai dengan sistem kearsipan yang digunakan. Kode diambil dari huruf pertama dari
nama/judul yang sudah diindeks.
3. Indeks
Indeks Merupakan daftar/tabel berisi susunan pokok masalah (heading) dan sub pokok
masalah (sub heading) atau sub-sub pokok masalah (sub-sub heading) yang disusun
menurut susunan abjad/ nomor/gabungan dari abjad dan nomor. Indeks berfungsi sebagai
petunjuk atau keterangan penting dalam pekerjaan filing karena dapat menetapkan kode
arsip, atau tempat arsip disimpan menurut persoalan yang terkandung dalam arsip tersebut.
4. Mengindeks
Mengindeks merupakan cara untuk menemukan dan menentukan ciri atau tanda dari
suatu dokumen yang akan dijadikan petunjuk dan tanda pengenal (caption) untuk
memudahkan mengetahui dalam susunan mana dokumen tersebut harus dimasukkan ke
dalam file, selain itu untuk memudahkan mengetahui di dalam file mana dokumen tersebut
dapat ditemukan apabila diperlukan.
Untuk mengindeks nama warga Indonesia adalah :
a. Nama tunggal adalah nama yang terdiri dari satu suku kata, maka diindek sebagai
berikut:
1. David David D
2. Vina Vina V
3. Sekar Sekar S
b. Nama ganda adalah nama yang terdiri dari lebih dari satu suku kata, maka diindeks
berdasarkan suku kata nama terakhir.
c. Nama yang menggunakan singkatan di depan maupun di belakang dan tidak diketahui
kepanjangannya maka diindeks nama jelasnya, misalnya:
1. A.Rachman Rachman A R
2. M. Maulana S. Maulana S M M
e. Nama yang mengandung keluarga/ marga , maka diindeks dengan cara menulis nama
marganya terlebih dahulu seperti :
f. Nama urutan kelahiran, diutamakan untuk diideks adalah nama diri diikuti oleh gelar
urutan kelahiranyang menggunakan urutan kelahiran seperti di Bali, maka diindeks dengan
cara menulis nama utama, urutan kelahiran, seperti :
h. Nama Babtis, maka diindeks dengan cara menulis nama asli terlebih dahulu, seperti :
j. Nama yang memakai bin/ binti, maka diindeks dengan cara menulis nama yang
mengikuti nama yang bertalian, seperti :
k. Nama yang menggunakan ejaan lama, maka diindeks sebagaimana nama ditulis,
seperti:
1. Soekarno Soekarno S
a. Nama orang Barat, Jepang, Muangthai dll, diindeks berdasarkan nama keluarga yang
biasanya ditempatkan di bagian belakang nama (nick name), seperti :
b. Nama orang Eropa yang memakai tanda penghubung, maka nama penghubung
diindeks satu kata dan ditempatkan di depan, seperti :
d. Nama orang Korea, China, Jepang, maka diindeks sebagaimana nama tersebut.
Karena China dan Korea nama marganya dicantumkan di depan, seperti :
a. Mengindeks nama Perusahaan pada umumnya (Toko, Pabrik, PT, Firma, CV,
Kantor, Instansi) diutamakan nama yang dipentingkan baru diikuti jenis badan hukumnya
atau kegiatannya, seperti:
No. Judul/Nama Unit 1 Unit 2 Unit 3 Kode
b. Nama Bank atau nama perusahaan yang disingkat, cara pengindekannya adalah
dengan menampilkan kepanjangan dari singkatan itu, terlebih dulu kemudian diindek
sebagaimana nama kepanjangannya
e. Nama perusahaan yang mengunakan huruf dan bukan merupakan singkatan diideks
dengan cara:
2. Firma KS K S Firma K
f. Nama perusahaan yang menggunakan kata penghubung dari, dan, &, atau kata
depan of maka kata penghubung, kata depan tersebut harus diletakkan dalam kurung dan
diindeks mengikuti unit tersendiri, pengindekannya dilakukan:
Logam
Mengindeks Nama Instansi Pemerintah
c. Badan Pemerintah Daerah diindeks kata pengenal utamanya diikuti bentuk badan
tersebut, misalnya:
Setelah nama diindeks kemudian surat-surat diklasifikasikan berdasarkan abjad mulai dari
A sampai Z, tapi bila terdapat sejumlah nama yang sama maka penyusunan dilakukan
berdasarkan huruf kedua, ketiga dan seterusnya.
Contoh:
• A, B, C,…………………………………Z
• Aa, Ab, Ac, ……………………………Az
• Aba, Abb, Abc, ………………………Abz
• Aca, Acb, Acc, …………………………Acz
Bila nama-nama telah diindeks itu disusun dan dikelompokkan berdasarkan abjad, maka
nama-nama tersebut dapat diurut sebagai berikut:
Aan,Jamaan Baenulhaq Carli Dahrul
a) Filing Kabinet,
dipersiapkan untuk menyimpan arsip jumlahnya
dapat disesuaikan dengan kebutuhan, laci filing
kabinet diberi kode pada bagian depannya.
Misalnya filing kabinet mempunyai empat laci,
maka kodenya adalah: Laci I berkode A- F, Laci II
berkode G – L, Laci III berkode M – S,
Laci IV berkode T – Z.
b) Guide,
Banyaknya guide yang dibutuhkan bila menggunakan sistem abjad sederhana 26 buah.
Ditempatkan pada folder/map gantung. Tetapi bila suatu organisasi telah berkembang
dimana tiap-tiap laci mempunyai satu petunjuk abjad. Maka pada masing-masing laci akan
terdapat 26 guide. Sehingga guide yang dibutuhkan dapat sebanyak 26x26 buah = 676
buah. Dalam praktik untuk membatasi
jumlah guide dapat pula digunakan kode
gabungan. Misalnya: kode laci ABC, DEF,
GHI dan seterusnya. Pada tiap guide diberi
tab. Tiap-tiap tab ditulis abjad A sampai Z
kemudian disusun berdasarkan abjad
pertama, kedua, ketiga dan selanjutnya.
Gambar Guide
Guide berfungsi untuk membantu petugas dalam maka penyimpanan dan penemuan
kembali suatu arsip di antara arsip-arsip yang lain. Penempatan guide yang tepat akan
mengurangi waktu yang tersita dalam pencarian huruf/nama yang dibutuhkan. Guide
dalam metode penyimpanan abjad dibedakan menjadi dua tipe berdasarkan isinya, yaitu
yang berisi huruf dan yang berisi kata/nama/masalah. Guide primer dilengkapi dengan
huruf yang tercetak pada tab-tab yang mempermudah kita ketika kita akan menyelipkan
berkas untuk menunjukkan bagian yang tepat dan sesuai dengan alpabet. Selain itu guide
juga berfungsi untuk menjaga agar berkas tetap berdiri, rapi, dan mudah ditata serta
ditemukan kembali. Guide pembantu dibuat karena volume berkas individu dalam file
penyimpanan besar. Guide ini berfungsi untuk (1) menunjukkan lokasi kelompok folder
individu atau instansi yang terdiri atas jumlah surat yang banyak; (2) memperlihatkan
bagian masalah tertentu, seperti perlengkapan bidang yang dapat disusun dan ditemukan
berdasarkan abjad; (3) menunjukkan bagian yang mempunyai indeks nama depan yang
sama.
c) Folder,
. Ada tiga jenis folder yang digunakan dalam pengelolaan dokumen dengan sistem abjad.
Ketiga jenis folder tersebut yaitu :
b. Folder individu (individual folder), ditempatkan di antara guide primer dan surat yang
namanya ada pada tab dalam susunan alfabetis. Karena jumlahnya sedikit, berkas individu
tidak diperlukan. Folder ini biasanya memiliki volume yang banyak dan frekuensi
penggunaan yang relatif sering. Surat/dokumen yang jumlahnya lebih dari lima lembar
akan dimasukkan ke dalam folder individu, sedangkan yang jumlahnya kurang dari lima
akan disimpan ke dalam folder campuran.
c. Folder khusus (special folder) merupakan guide untuk membantu dalam menunjukkan
suatu sub bagian yang terdiri atas surat-surat khusus dari bagian alpabet. Dalam folder ini
surat-surat khusus tentang jenis pekerjaan disusun pertama kali berdasarkan urutan nama.
Jika surat lebih dari satu, berkas itu disusun berdasarkan urutan tanggal.
d) Rak Sortir
e) Kartu Indeks
2.Memeriksa
Petugas memeriksa apakah surat memang sudah benar-benar akan disimpan, dengan
melihat adanya tanda “perintah simpan” (release mark) yang diterapkan oleh atasan di atas
surat bersangkutan. Atau petugas memang yakin bahwa surat sudah selesai diproses dan
boleh disimpan.
3.Mengindeks
Memilih nama yang akan dipakai sebagai identitas penyimpanan dan kemudian
menguraikannya menjadi unit-unit untuk keperluan mengabjad. Untuk surat masuk, yang
dapat diindeks adalah nama pengiriman atau nama penanda tangan surat. Jika surat
keluar maka yang diindeks adalah nama lembaga tujuan.
Contoh:
Nama Instansi Pengirim adalah PT NBC, dan penandatangannya adalah Tutut Wahyuning
Tiyas, S.E Biasanya yang dipilih sebagai indeksnya adalah Nama Badan, karena cendrung
tidak berubah dibanding dengan nama penandatangan surat, kecuali surat perorangan.
4. Memberi Kode
Kode surat didapat setelah mengetahui indeks. Setelah itu kode abjad diambil dari 2 huruf
pertama pada unit pertama nama yang telah diindeks. Untuk penyimpanan vertikal, kode
ditulis di pojok kanan bawah, Untuk penyimpanan secara horizontal, kode ditulis di pojok
kanan atas
5.Menyortir
Adalah mengelompokkan surat ke dalam kelompok abjad masing-masing, agar
memudahkan petugas mengerjakan langkah terakhir yaitu menyimpan. Sortir ini penting
untuk surat-surat yang banyak, kalau suratnya sedikit (tidak lebih dari 25 pucuk) tidak
perlu dilakukan sortir. Dengan adanya sortir, petugas di dalam menyimpan surat tidak
perlu pulang-balik dari meja ke almari arsip, tapi dapat menyimpannya perkelompok
abjad.
6. Menempatkan
Pekerjaan ini harus dilakukan dengan hati-hati. Kalau tejadi kekeliruan menempatkan surat
pada map yang bukan seharusnya maka surat tersebut dapat disebut hilang. Bila volume
surat yang disimpan cukup banyak, maka pencarian kembali akan sukar dilakukan.
Jika ada pihak lain yang meminta/ meminjam arsip yang disimpan, maka petugas arsip
menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
4. Mengambil arsip dari tempat penyimpanan dan menggantinya dengan bon pinjaman
(out slip) lembar ke 1. bila yang dipinjam 1 lembar arsip. Jika yang dipinjam 1 folder harus
dibuat out foldernya.
a. Penyimpanan arsip secara alfabetis dapat langsung menempatkan berkas pada tempat
penyimpanannya, karena semua berkas ditata berdasarkan nama. Orang lebih mudah
menemukan berkas berdasarkan nama,
b. Petunjuk penataan berkas sangat sederhana dan mudah dipahami,
c. Rujuk silang sangat mudah diterapkan jika mengikuti prosedur atau petunjuk yang ada,
d. Kesalahan berkas mudah dicek dengan abjad yang sama atau serangkai,
e. Peralatan atau perlengkapan yang diperlukan sangat sederhana,
f. Biaya pelaksanaannya lebih murah,
g. Dengan penggunaan warna dalam pengodean, kesalahan penempatan berkas akan
mudah diketahui,
h. Penyimpanan ini hanya memerlukan satu kali penyortiran, yaitu sesuai dengan
kesamaan abjad,
i. Surat yang berkaitan dengan pemberkasan menjadi satu dan jarang terpisah, jika
penyimpanannya didasarkan atas nama.
2. Kerugian
a. Ada kemungkinan terjadi kesalahan penempatan berkas jika tidak mengikuti aturan
secara konsisten;
b. Kesalahan penyimpanan merupakan hal yang tidak aneh jika tidak ada aturan yang
dianut atau semua orang membuat aturan sendiri-sendiri;
c. Nama yang sama mungkin membingungkan, khususnya jika ejaannya sama;
d. Mudah mengubah beberapa alfabet dalam surat sehingga serangkaian pemberkasan
menjadi tidak sesuai dengan aturan;
f. Pemindahan atau penghapusan berkas yang sudah lama amat sulit atau jarang dilakukan
sehingga arsip yang tidak berguna tetap masih tersimpan bersama-sama dengan berkas
yang lain;
g. Rujuk silang yang berlebihan akan membuat file penyimpanan cepat penuh/sesak;
h. Berkas atau arsip yang didasarkan pada nama sangat mudah dilihat dan diketahui oleh
orang yang bermaksud tidak baik sehingga dari segi keamanan kurang baik;
Rangkuman
2. Sistem abjad umumnya dipilih sebagai sistem penyimpanan arsip karena: a) Dokumen
sering dicari dan diminta melalui nama. b) Petugas menginginkan agar dokumen dari nama
yang sama. c) Jumlah langganan yang berkomunikasi banyak. d) Nama lebih mudah
diingat oleh siapapun.
6. Prosedur penemuan kembali arsip dengan system abjad yakni: a) Menanyakan jenis
arsip yang akan dipinjam. b) Menentukan judul surat. c) Menentukan kode surat
berdasarkan nama yang telah di indeks. d) Mengambil arsip dari tempat penyimpanan dan
menggantinya dengan bon pinjaman (out slip) lembar ke 1. bila yang dipinjam 1 lembar
arsip. Jika yang dipinjam 1 folder harus dibuat out foldernya. e) Menyerahkan arsip kepada
peminjam disertai outslip lembar 2. f) Menyimpan outslip 3 pada tickler file