Anda di halaman 1dari 9

MODEL BLENDED LEARNING

A. PENGERTIAN
Blended learning istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari dua suku kata,
blended dan learning. Blended merupakan campuran, kombinasi yang baik. Sedangkan learning
merupakan pembelajaran. Menurut Thorne (2003), blended learning adalah perpaduan dari
teknologi multimedia, CD ROM video streaming, kelas virtual, voicemail, e-mail dan
teleconference, animasi teks on-line dan video streaming. Dalam blended learning, semua itu
dikombinasikan dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu blended learning menjadi solusi
yang tepat dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran. Seperti yang dikatakan
Smaldino (2007:44) bahwa blended dilakukan ketika macthing dengan situasi siswa.
Menurut MacDonald (2008) biasanya berasosiasi dengan memasukkan media online pada
pembelajaran, sementara pada saat yang sama juga bisa dilakukan pembelajaran tatap muka
dengan cara konvensional. Cara ini dilakukan untuk mendukung pemahaman pembelajar
terhadap tujuan dari pembelajaran. Misalnya dengan menggunakan menggabungkan penggunaan
teknologi sebagai media pembelajaran dan sebagai sumber belajar. Sebagai media pembelajaran
akan melakukan pembelajaran synchronous seperti penggunaan dalam proses pembelajan berupa
teks dan audio. Dan sebagai sumber belajar dengan melakukan pembelajaran dengan
menggunakan e-mail, forum diskusi, web pembelajaran.
Menurut Semler (2005) “Blended learning combines the best aspects of online learning,
structured face-to-face activities, and real world practice. Online learning systems, classroom
training, and on-the-job experience have major drawbacks by themselves. The blended learning
approach uses the strengths of each to counter the others’ weaknesses.” Jadi dapat disimpukan
bahwa blended itu sendiri berarti melakukan pembelajaran tatap muka didukung dengan format
elektronik. Kemudian blended learning dapat diterapkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Blended learning juga dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang memanfaatkan berbagai
macam pendekatan, media, metode dan teknik. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa blended
learning adalah pembelajaran yang mengkombinasikan dan mencampur baik itu antara tatap
muka, belajar mandiri serta belajar mandiri secara online, atau mencampurkan metode, media
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
B. TAHAPAN MODEL BLENDED LEARNING
Blended learning memiliki enam tahapan dalam merancang dan
menyelenggarakan blended learning agar hasilnya optimal. Keenam tahapan tersebut adalah
sebagai berikut: 
1. Menetapkan macam dan materi bahan ajar, kemudian mengubah atau menyiapkan bahan
ajar tersebut menjadi bahan ajar yang memenuhi syarat. Karena media pembelajarannya
adalah blended learning ,bahan ajarnya sebaiknya dibedakan atau dirancang untuk tiga
macam bahan ajar, yaitu:
 Bahan ajar yang dapat dipelajari sendiri oleh peserta didik.
 Bahan ajar yang dapat dipelajari dengan cara interaksi tatap muka.
 Bahan ajar yang dapat dipelajari dengan cara berinteraksi melalui
pembelajaran online atau berbasis web.
2. Menetapkan rancangan blended learning  yang digunakan. Kegiatan dalam tahap ini
merupakan tahapan yang paling sulit. Disini diperlukan ahli e-learning  untuk
membantunya. Dalam tahapan ini intinya adalah bagaimana membuat rancangan
pembelajaran yang berisikan komponen pembelajaran berbasis komputer, online dan
tatap muka. Karena itu dalam membuat rancangan ini, perlu diperhatikan hal-hal yang
berkaitan dengan:
 Bagaimana bahan ajar tersebut disajikan.
 Bahan ajar mana yang bersifat wajib dipelajari dan mana yang sifatny aanjuran guna
memperkaya pengetahuan peserta didik.
 Bagaimana peserta didik bisa mengakses  dua komponen pembelajaran.
 Faktor pendukung apa yang diperlukan. Misalnya perangkat lunak (software)  apa
yang digunakan, apakah kerja kelompok diperlukan, apakah pusat sumber belajar
diperlukan di daerah-daerah tertentu.
3. Tetapkan format pembelajaran online apakah bahan ajar tersedia dalam format HTML
(sehingga mudah di-cut atau di- paste) atau dalam format PDF (tidak bisa di-cut, atau
di- paste). Yang perlu juga diberitahukan kepada peserta didik dan pengajar adalah
apa hosting  yang dipakai, apakah pembelajaran online itu menggunakan jaringan internet
dan apa jaringan itu, apakah yahoo, geoogle, MSN atau lainnya.
4. Lakukan ujicoba terhadap rancangan yang dibuat, maksudnya, apakah rancangan
pembelajaran tersebut bisa dilaksanakan dengan mudah atau sebaliknya. Cara yang lazim
dipakai untuk menguji coba rancangan ini adalah ‘ pilot test’. Dengan cara ini
penyelenggara blended learning bisa meminta masukan atau saran dari pengguna atau
peserta pilot tes.
5. Menyelenggarakan  blended learning dengan baik sambil menugaskan instruktur khusus
(pengajar) yang tugas utamanya menjawab pertanyaan peserta didik. Pertanyaan yang
mungkin muncul yakni, bagaimana melakukan pendaftaran sebagai peserta, bagaimana
peserta didik atau instruktur yang lain melakukan akses terhadap bahan ajar, dan lain-
lain.
6. Menyiapkan criteria untuk melakukan evaluasi pelaksanaan blended learning. Beberapa
cara membuat evaluasi ini, yaitu sebagai berikut :
 Mudah dikendalikan (easy to navigate). Seberapa mudah peserta didik mengakses
semua informasi yang disediakan dalam paket pembelajaran yang disiapkan
komputer.
 Pemakaian konten/isi (content/substance). Bagaimana kualitas isi pembelajaran yang
dipakai, bagaimana petunjuk untuk mempelajari isi bahan ajar, bagaimana bahan ajar
itu disiapkan, apakah bahan ajar itu disiapkan, apakah bahan ajar yang ada sesuai
dengan tujuan pembelajaran, dan sebagainya.
 Rancangan/ format/ penampilan (layout/ fomat/ appearance). Apakah paket
pembelajaran (bahan ajar, petunjuk belajar atau informasi lainnya) disajikan secara
profesional.
 Ketertarikan (interest). Sebesar apakah paket pembelajaran (bahan ajar, petunjuk
belajar, atau infomasi lainnya) yang disajikan mampu menimbulkan daya tarik
peserta didik untuk belajar.
 Aplikabilitas (applicability). Seberapa jauh paket pembelajaran dipraktekkan secara
mudah.
 Mudah/bermanfaat (cost-effectiveness/value)
Sintaks Model Blended Learninng
Secara mendasar terdapat tiga tahapan dasar dalam model blended learning yang
mengacu pembelajaran berbasis ICT, seperti yang diusulkan oleh Grant Ramsay (dalam Tao,
2011), yakni: (1) seeking of information, (2) acquisition of information, dan (3) synthesizing of
knowledge.
Tahapan seeking of information, mencakup pencarian informasi dari berbagai sumber
informasi yang tersedia di TIK, memilih secara kritis diantara sumber penyedia informasi dengan
berpatokan pada content of relevantion, content of validity/releability, dan academic clarity.
Pengajar berperan sebagai pakar yang dapat memberikan masukan dan nasehat guna membatasi
pebelajar  dari tumpukan informasi potensial dalam TIK.
Pada tahapan acquisition of information, pelajar secara individual maupun dalam
kelompok kooperatif –  kolaboratif berupaya untuk menemukan, memahami, serta
mengkonfrontasikannya dengan ide atau gagasan yang telah ada dalam pikiran pelajar, kemudian
menginterprestasikan informasi/pengetahuan dari berbagai sumber yang tersedia, sampai mereka
mampu kembali mengkomunikasikan dan menginterpretasikan ide-ide dan hasil interprestasinya
menggunakan fasilitas TIK.
Tahap terakhir pembelajaran berbasis TIK adalah tahap synthesizing of knowledge adalah
mengkonstruksi/merekonstruksi pengetahuan melalui proses asimilasi dan akomodasi bertolak
dari hasil analisis, diskusi dan perumusan kesimpulan dari informasi yang diperoleh.

Sintak Peran Guru

(1) (2)

Fase: seeking of information          Guru menyampaikan kompetensi dan tujuan


pembelajaran untuk menginisiasi kesiapan belajar siswa
Pencarian informasi dari berbagai sekaligus mempersiapkan siswa dalam proses eksplorasi
sumber informasi yang tersedia  di materi yang relevan melalui kegiatan pembelajaran tatap
TIK (online), buku, maupun muka (face to face) di kelas maupun pembelajaran
penyampaian melalui  face to face  dengan suplemen TIK(online). Kegiatan eksplorasi materi
di kelas dapat dilakukan secara individual maupun kelompok
         Guru memfasilitasi, membantu, dan mengawasi
siswa dalam proses eksplorasi materi, sehingga informasi
yang diperoleh tetap relevan dengan topik yang sedang
dibahas, serta diyakini validitas/reliabilitas dan  
akuntabilitas akademiknya.

         Guru membimbing siswa mengerjakan LKS 


dalam diskusi kelompok untuk menginventarisasi
informasi, menginterpretasi dan mengelaborasi konsep
materi menuju pemahaman terhadap topik yang sedang
dibelajarkan.
         Guru mengkonfrontasi  ide atau gagasan yang telah
ada dalam pikiran siswa dengan hasil interprestasi
informasi/pengetahuan dari berbagai sumber yang
tersedia.
Fase: acquisition of information
Menginterprestasi dan          Guru mendorong dan memfasilitasi siswa untuk
mengelaborasi informasi secara mengkomunikasikan hasil interprestasi dan elaborasi ide-
personal maupun komunal ide secara tatap muka (face to face) maupun 
menggunakan fasilitas TIK (online), secara kelompok
maupun personal.

         Guru men-scaffolding siswa dalam mengerjakan


soal-soal baik secara personal maupun dalam kelompok

         Guru menugaskan siswa untuk mengelaborasi


penguasaan materi melalui pemberian soal-soal yang
bersifat terbuka dan kaya (open-rich problem).

Fase: synthesizing of knowledge          Guru menjustifikasi hasil eksplorasi dan akuisasi


materi secara akademik, dan bersama-sama siswa
menyimpulkan materi yang dibelajarkan.
         Guru membantu siswa mensintesis pengetahuan
Merekonstruksi pengetahuan
dalam struktur kognitifnya
melalui proses asimilasi dan
akomodasi bertolak dari hasil
         Guru mendampingi siswa dalam
analisis, diskusi dan perumusan
mengkonstruksi/merekonstruksi materi melalui proses
kesimpulan dari informasi yang
akomodasi dan asimilasi  bertolak dari hasil analisis,
diperoleh
diskusi dan perumusan kesimpulan terhadap materi yang
dibelajarkan

C. KELEMAHAN
Beberapa kelemahan model belajar blended learning seperti :
1. Pengajar perlu memiliki keterampilan dalam menyelenggarakan e-learning
2. Pengajar perlu menyiapkan waktu untuk mengembangkan dan mengelola pembelajaran
sistem e-learning, seperti mengembangkan materi, menyiapkan assesment, melakukan
penilaian, serta menjawab atau memberikan pernyataan pada forum yang disampaikan
oleh peserta didik.
3. Pengajar perlu menyiapkan referensi digital sebagai acuan peserta didik dan referensi
digital yang terintegrasi dengan pembelajaran tatap muka
4. Tidak meratanya sarana dan prasarana pendukung dan rendahnya pemahaman tentang
teknologi.
5. Diperluken strategi pembelajaran oleh pengajar untuk memaksimalkan potensi blended
learning.

Kekurangan Blended Learning:


Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan
prasarana tidak mendukung.Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta didik, seperti
komputer dan akses internet. Padahal dalam blended learning diperlukan akses internet yang
memadai, apabila jaringan kurang memadai akan menyulitkan peserta dalam mengikuti
pembelajaran mandiri via online.Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan
teknologi. Pengajar perlu memiliki keterampilan dalam menyelenggarakan e-learningPengajar
perlu menyiapkan waktu untuk  mengembangkan dan mengelola pembelajaran sistem e-learning,
seperti mengembangkan materi, menyiapkan assesment, melakukan penilaian, serta menjawab
atau memberikan pernyataan pada forum yang disampaikan oleh peserta didik.Pengajar perlu
menyiapkan referensi digital sebagai acuan peserta didik dan referensi digital yang terintegrasi
dengan pembelajaran tatap mukaDiperlukan strategi pembelajaran oleh pengajar untuk
memaksimalkan potensi blended learning.

D. KELEBIHAN
Keuntungan dari penggunaan blended learning sebagai sebuah kombinasi pengajaran
langsung (face-to-face) dan pengajaran online, tapi lebih daripada itu sebagai elemen dari
interaksi sosial yaitu:
1. Adanya interaksi antara pengajar dan mahasiswa
2. Pengajaran pun bisa secara online ataupun tatap muka langsung
3. Blended Learning = combining instructional modalities (or delivery media),
4. Blended Learning = combining instructional methods

Manfaat dari penggunaan e-learning dan juga blended learning dalam dunia pendidikan


saat ini adalah e-learning memberikan fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk
mengakses pelajaran. mahasiswa tidak perlu mengadakan perjalanan menuju tempat pelajaran
disampaikan, e-learning bisa dilakukan dari mana saja baik yang memiliki akses ke Internet
ataupun tidak.

Kelebihan Blended Learning


1. Kelebihan blended learning adalah dapat melakukan difersivikasi pembelajaran dan
memenuhi karakteristik belajar siswa yang berbeda-beda. Misalnya, siswa yang enggan
berdiskusi di kelas mungkin saja akan lebih aktif berdiskusi secara tertulis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa blended learning lebih efektif dibandingkan dengan
pembelajaran tatap muka maupun e-learning. Tidak semua orang berani dalam
mengajukan pendapatnya apabila di tempat umum langsung seperti kelas. Ada saja
mahasiswa yang sebenarnya memiliki banyak ide namun kurang berani
menunujukkannya. Dengan blended learning ini mahasiswa yang lebih tertutup akan
menjadi lebih aktif.
2. Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional, yang keduanya memiliki
kelebihan yang dapat saling melengkapi.
3. Pembelajaran lebih efektif dan efisien.
4. Meningkatkan aksesbiltas. Dengan adanya blended learning maka peserta belajar
semakin mudah dalam mengakses materi pembelajaran. 
5. Proses belajar mengajar tidak hanya tatap muka, namun menambah waktu pembelajaran
dengan memanfaatkan teknologi dunia maya.
6. Mempermudah dan mempercepat proses komunikasi non-stop antara pengajar dan
peserta didik.
7. Kegiatan  diskusi  berlangsung  secara  online/offline  dan  berlangsung  diluar  jam
pelajaran,  kegiatan  diskusi  berlangsung  baik  antara  peserta  didik  dengan  guru
maupun antara antar peserta didik itu sendiri.
8. Pengajar  dapat  mengelola  dan  mengontrol  pembelajaran  yang  dilakukan  siswa diluar
jam pelajaran peserta didik.
9. Pengajar  dapat  meminta  kepada  peserta  didik  untuk  mengkaji  materi  pelajaran
sebelum  pembelajaran  tatap  muka  berlangsung  dengan  menyiapkan  tugas-tugas
pendukung. Target  pencapaian  materi materi  ajar  dapat  dicapai  sesuai  dengan  target 
yang ditetapkan.

MBL adalah kegiatan pembelajaran yang menggabungkan kegiatan belajar tatap muka
dengan kegiatan belajar online dari aspek teori belajar, pendekatan, serta model pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Blended Learning merupakan kombinasi antara model
pembelajaran tatap muka (face to face)dengan model pembelajaran berbasis e-learning. Model
pembelajaran ini memfasilitasi peserta didik selama proses pembelajaran. Abad 21 menuntut
penguasaan berpikir tingkat tinggi, berpikir kritis, menguasai teknologi informasi, mampu
berkolaborasi, dan komunikatif. Proses mencapai kecakapan tersebut dilakukan dnegan
memperhatikan taksonomi Bloom yang membagi pengetahuan dalam dua kategori yaitu dimensi
pengetahuan dan dimensi proses kognitif.
Pesatnya arus globalisasi serta perkembangan TIK saat ini menuntut perubahan sikap dan
pola pikir guru/dosen. Sebab, peran guru/dosen saat ini makin tersaingi dengan keberadaan
beragam alat komunikasi, internet dengan media sosialnya dan televisi. Internet dan televisi
sebetulnya merupakan alternatif sumber belajar.
Jadi MBL mampu memberikan interaksi antar mahasiswa dan mahasiswa dengan dosen
yang lebih baik. Interaksi dapat terjadi melalui banyak kesempatan, yaitu kelas tatap muka dan
kelas online. Mahasiswa yang mungkin malu berbicara atau mengajukan pertanyaan di ruang
kelas tatap muka dapat memanfaatkan komunikasi online untuk berinteraksi dengan dosen
maupun dengan temannya kapan pun dan dimana pun. Hal ini memberikan gambaran pentingnya
interaksi sosial dan penggunaan bahasa lisan maupun tulisan dalam mendorong pembelajaran.
Model-model Blended Learning TIK memiliki potensi untuk memperbaiki efektifitas
pembelajaran. Hubungan nya yaitu sama sama kegiatan belajarnya terfokuskan pada
pengembangan TIK (teknologi informasi dan komunikasi) yang menuntun perubahan sikap dan
pola pikir.

Anda mungkin juga menyukai