C. Blended Learning
Penggunaan internet dalam belajar atau yang biasa kita sebut E-learning semakin hari
kian diminati oleh banyak pelajar. Adanya e-learning membantu siapa saja untuk dapat
belajar tanpa mengenal waktu dan tempat . Namun bagi beberapa pelajar masih tetap
membutuhkan pertemuan tatap muka di kelas untuk membahas dan melengkapi proses
belajar yang sudah dilalui melalui internet. Hal tersebut yang disebut dengan Blended
Learning. Sehingga pengertian dari Blended Learning sendiri adalah metode belajar
dimana proses belajar tatap kelas berpadu dengan proses e-learning secara harmonis.
Belajar dalam kelas dan e-learning masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan, hal itulah yang mendasari terbentuknya metode Blended Learning ini.
Seperti contoh, kekurangan belajar dalam kelas cenderung terbatas dengan tempat dan
waktu , tetapi kelebihannya dengan bertemu guru, para pelajar dapat langsung mendapat
feedback dari guru tersebut atas pencapaian yang sudah mereka lakukan. Begitupun
sebaliknya, belajar menggunakan internet memang tidak terbatas tempat dan waktu,
tetapi tidak adanya guru yang mendampingi , peserta tidak langsung mendapat feedback
dan cendrung mengalami salah pengertian. Maka dengan dipadukannya kedua metode
tersebut, Blended learning dapat menjadi jawaban untuk metode belajar yang menjadi
trend di masa depan.
Pengertian blended learning menurut para ahli:
1. Menurut Garner &Oke (2015), pembelajaran blended learning merupakan sebuah
lingkungan pembelajaran yang dirancang dengan menyatukan pembelajaran tatap
muka (face to face/F2F) dengan pembelajaran online yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
2. Heinze A dan Procter C,( 2010) menyatakan bahwa blended learning adalah
campuran dari berbagai strategi pembelajaran dan metode penyampaian yang akan
mengoptimalkan pengalaman belajar bagi penggunanya.
3. Bonk dan Graham (2006) mendefinisikan blended learning sebagai kombinasi dari
dua intruksi model belajar dan mengajar: sistem pembelajaran tradisional dan sistem
pembelajaran terdistribusi yang menekankan pada peran teknologi komputer.
4. Harding, Kaczynski dan Wood (2005), Blended learning merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran tradisonal tatap muka dan
pembelajaran jarak jauh yang menggunakan sumber belajar online (terutama yang
berbasis web) dan beragam pilihan komunikasi yang dapat digunakan oleh pendidik
dan peserta didik.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa blended learning adalah pembelajaran yang
mengkombinasikan antara tatap muka (pembelajaran secara konvensional: dengan
metode ceramah, penuguasan, tanya jawab dan demontrasi), dan pembelajaran secara
online dengan memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi untuk mendukung
belajar mandiri dan memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik. Dari
beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Blended
Learning memiliki dari tiga komponen penting yaitu 1) online learning, 2) pembelajaran
tatap muka, 3) belajar mandiri.
1. Rotasion model
1.1 Station Rotation Blended Learning
Pada model ini pembelajaran bisa dimulai dengan stasiun tatap muka dimana guru
menjelaskan konsep dasar tentang suatu materi dan langkah-langkah menyelesaikan
tujuan pembelajaran. Selanjutnya dilanjutkan dengan stasiun-stasiun aktivitas
kolaboratif antar siswa atau kelompok-kelompok kecil, di sini siswa bebas bergerak
antar stasiun. Proses selanjutnya adalah pembelajaran online dimana siswa bisa
mendapatkan informasi tambahan dan sumber-sumber belajar lain yang mendukung
pembelajarannya, siswa juga bisa kembali ke stasiun kolaboratif untuk memperbaiki
atau melengkapi pembelajaran mereka. Pembelajaran akan diakhiri dengan tatap muka
lagi untuk membahas berbagai hal termasuk evaluasi, assessment, dan pembahasan-
pembahasan tingkat tinggi.
1.2 Lab Rotation Blended Learning
Model Rotasi Lab dapat dijalankan dengan cara siswa menghabiskan satu bagian dari
pembelajaran mereka di laboratorium komputer melalui kurikulum online dengan
kecepatan pembelajaran mereka sendiri secara individual. Kemudian siswa bisa
mengikuti bagian pembelajaran lain di kelas dengan seorang guru untuk memperkuat
apa yang mereka pelajari di lab. Pada kesempatan ini siswa juga menanyakan
pertanyaan-pertanyaan atau konsep yang rumit. Dengan kata lain mereka sudah
mempelajari hal-hal dasar dan mengembangkan pemahaman mereka sejauh mereka bisa
di dalam pembelajaran online, kemudian dilanjutkan dalam pembelajaran tatap muka di
mana siswa mendapatkan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum mereka
pahami atau meningkatkan lanjutan pembelajaran yang telah mereka lakukan.
Ketika di lab komputer, siswa dapat bekerja secara fleksibel sesuai kecepatan mereka
sendiri, menghabiskan waktu sebanyak yang mereka butuhkan untuk memahami materi.
Maka ketika terjadi interaksi tatap muka, guru memberikan tambahan atau kegiatan
pengayaan sesuai kebutuhan.
Konsep ini sangat berbeda dengan pemberian PR kepada pelajar untuk dikerjakan
dirumah. Tetapi, lebih ke arah memahami materi secara mandiri di rumah yang
kemudian pengajar akan memberikan tugas di sekolah untuk menjawab pertanyaan
tentang materi yang sudah dipelajari tersebut atau dengan meminta pelajar untuk
menjelaskan di dalam kelas. Dari segi konten sendiri, jika dalam e-Learning pelajar
mendapatkan video yang berisikan hal-hal yang berkaitan dengan materi, pada flipped
classroom dapat dikombinasikan dengan beberapa hal yang berisikan beberapa
pertanyaan untuk mereka jawab di rumah, layaknya ketika mengerjakan PR.
Dengan metode pembelajaran ini, pengajar lebih memiliki waktu untuk memberikan
penjelasan kepada para pelajar agar mereka dapat memahami konten yang sudah mereka
pelajari di rumah. Materi yang seharusnya dipelajari di sekolah/kampus, kini dipelajari
di rumah, dan tugas yang biasanya dikerjakan di rumah melalui PR, kini dikerjakan di
sekolah/kampus. Itulah yang dimaksud dengan flipped classroom.
1.4 Individual Rotation Blended Learning
Rotasi ini adalah bagian terpenting dalam sistem pembelajaran blended learning.
Karena, dengan model pendidikan ini, pelajar memiliki kesempatan secara personal
untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi pendidikan yang dirasa masih
kurang mencukupi. Model rotasi ini merupakan bimbingan intensif yang diberikan oleh
dosen kepada mahasiswa secara personal/pribadi berdasarkan mata pelajaran yang
dirasa masih di bawah rata-rata mahasiswa lainnya.
2. Flex model
Sebagian besar pembelajaran dilakukan secara online. Peserta didik belajar sesuai
kemampuan, kebutuhan dan kecepatan belajar masing – masing. Pada model kelas ini,
guru berperan sebagai fasilitator melalui sesi diskusi, pengerjaan proyek dalam
kelompok maupun tutoring dalam individu.
1. Web-Based Learning
Pembelajaran berbasis Websiate learning dimana proses pembelajaran
dilakukan melalui dalam jaringan dengan memanfaatkan Learning Management
System. Kegiatan ini dilakukan melalui jarak jauh atau distance learning.
Seluruh proses komunikasi antara Instruktur dan Peserta Didik dilakukan
melalui LMS baik dengan sistem Synchronous dan Aynchronous. Pembelajaran
ini bergantung penuh pada jaringan dan sistem LMS. Sistem LMS yang paling
banyak digunakna di Indoensia sendiri adalah Moodle karena bertiep open source
dan boleh dilakukan self hosting.
2. Computer-Based Learning
Computer-Based Learning adalah proses pembelajaran dilakukan
menggunakan komputer. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara mandiri oleh
peserta didik dengan masing-masing komputernya. Hal ini sudah sering dilakukan
pada level sekolah menengah untuk praktikum komputer atau dilakukan oleh
kursus-kursus berbasis Komputer.
Tugas dari instruktur adalah membuat pembelajran dalam bentuk aplikasi atau
sistem belajar dalam sebuah CPU dan tugas dari peserta didik menuntaskan tugas-
tugas yang ada dalam aplikasi tersebut. Interaksi dari Computer-Based Learning
hampir tidak ada karena tujuannya sudah dicantumkan secara lengkap sehingga
fasilitas Feed back tidak tersedia.
3. Virtual Education
Virtual education adalah proses pembelajaran yang dilakukan dimana peserta
didik tidak bertemu dengan isntruktur. Instruktur membuat bahan-bahan ajar
dalam bentuk virtual seperti manajemen LMS atau Video pembelajaran.
Setelah sistem yang dirancang disipakan, peserta didik melakukan kegiatan
pembelajaran dengan instruktur virtual. Hal ini membuat Virtual Education masuk
dalam kategori asynchrounous. Keuntungan dari jenis ini adalah satu instruktur
kemungkinan mengajar banyak kelas sekaligus karena bisa dengan mudah
diperbanyak.
Kekurangannya Virtual Education adalah feed back agak sulit dilakukan,
karena jiak dilakukan feed Back maka pembelajran ini masuk dalam kategori
Web-Based Learning.
4. Digital Colaboration
Kolaborasi Digital adalah kegiatan pembelajaran yang menggabungkan
banyak kelas yang berbeda instruktur dalam satu kelas. Tugas ini dilakukan untuk
menyelesaikan sebuah proyek yang mungkin saja membutuhkan dua ahli yang
berasal dari isntansi yang berbeda kemudian digabungkan dengan memanfaatkan
tekonologi informasi dan komunikasi.
Karakteristik E-Learning
1. Proses belajar bersifat mandiri, dimana siswa bisa mempelajari materi dimana
saja dan kapan saja.
2. Penyampaian materi melalui teknologi internet, CD atau penyimpanan awan
(cloud).
3. Penggunaan LMS sehingga siswa dapat langsung mengetahui progress dan
nilai dari karya yang diunggah serta dapat saling mengomentari produk / karya
masing-masing.
4. Sumber belajar adalah tidak terbatas karena menggunakan jaringan internet
dan konten pembelajaran dapat berupa teks, foto, infografis, audio, hingga
video.
Fungsi E-Learning
a. Suplemen (Tambahan)
Dikatakan berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila peserta
didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi
pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban
atau keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran
elektronik. Sekalipun sifatnya pilihan, peserta didik yang
memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau
wawasan.
b. Komplemen (Pelengkap)
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap) apabila materi
pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi
pembelajaran yang diterima peserta didik di kelas. Sebagai komplemen
berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi
reinforcement (pengayaan) atau remedial bagi peserta didik dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.
Materi pembelajaran elektronik dikatakan sebagai pengayaan, apabila
peserta didik yang dapat menguasai/memahami materi pelajaran pada saat
tatap muka dengan cepat diberikan kesempatan untuk mengakses materi
pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk
mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan
peserta didik terhadap materi pelajaran yang disajikan guru di dalam kelas.
Dikatakan sebagai program remedial, apabila kepada peserta didik
yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang disajikan guru
secara tatap muka di kelas (slow learners) diberikan kesempatan untuk
memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara
khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar peserta didik semakin
lebih mudah memahami materi pelajaran yang disajikan guru di kelas.
c. Substitusi (Pengganti)
Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan
beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran/pembelajaran kepada
para Peserta didiknya. Tujuannya agar para Peserta didik dapat secara
fleksibel mengelola kegiatan pembelajarannya sesuai dengan waktu dan
aktivitas lain sehari-hari Peserta didik. Ada 3 alternatif model kegiatan
pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik, yaitu: (1) sepenuhnya
secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara tatap muka dan
sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui
internet.
Alternatif model pembelajaran mana pun yang akan dipilih Peserta didik tidak
menjadi masalah dalam penilaian. Karena ketiga model penyajian materi
pembelajaran mendapatkan pengakuan atau penilaian yang sama. Jika Peserta didik
dapat menyelesaikan program pembelajarannya dan lulus melalui cara konvensional
atau sepenuhnya melalui internet, atau bahkan melalui perpaduan kedua model ini,
maka institusi penyelenggara pendidikan akan memberikan pengakuan yang sama.
Keadaan yang sangat fleksibel ini dinilai sangat membantu Peserta didik untuk
mempercepat penyelesaian pembelajarannya.
Manfaat E-Learning
E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan atau
materi pelajaran. Demikian juga interaksi antara peserta didik dengan guru atau
instruktur maupun antara sesama peserta didik. Peserta didik dapat saling berbagi
informasi atau pendapat mengenai berbagai hal yang menyangkut pelajaran ataupun
kebutuhan pengembangan diri peserta didik. Guru atau instruktur dapat menempatkan
bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik di
tempat tertentu di dalam web untuk diakses oleh para peserta didik. Sesuai dengan
kebutuhan, guru atau instruktur dapat pula memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengakses bahan belajar tertentu maupun soal-soal ujian yang hanya
dapat diakses oleh peserta didik sekali saja dan dalam rentangan waktu tertentu pula
(Siahaan, 2002).
Secara lebih rinci, manfaat e-learning dapat dilihat dari 2 sudut, yaitu dari sudut
peserta didik dan guru:
a. Kelebihan penerapan e-learning :
b. Kekurangan penerapan e-learning :
Sistem pendidikan sekarang yang serba digital menghasilkan suatu metode belajar
yaitu Blended Learning dan E-Learning. Metode E-Learning dan Blended Learning telah
populer di kalangan pelajar Indonesia. Metode E-Learning atau Elektronik
Learning merupakan suatu cara dalam proses belajar mengajar yang menggunakan media
elektronik dan menggunakan internet sebagai perantara dalam proses belajar mengajar
tersebut. Sedangkan Blended Learning adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar
yang menggabungkan, mengkombinasikan dan memadukan sistem pendidikan
konvensional dengan sistem yang serba digital.
E-Learning dan Blended Learning memiliki kesamaan karena menggunakan komputer
dan internet sebagai perantaranya. Namun E-Learning dan Blended Learning merupakan
metode pembelajaran yang berbeda. Dimana dengan menggunakan metode E-
Learning tidak adanya hubungan timbal balik dalam proses belajar mengajar. Sedangkan
dengan menggunakan metode Blended Learning terdapat interaksi secara langsung
berupa diskusi langsung dalam proses belajar mengajar.
Daftar Pustaka :
https://www.academia.edu/11220316/LANDASAN_TEORI_E_LEARNING
http://www.wantiknas.go.id/id/berita/empat-kelebihan-dan-kekurangan-dalam-menerapkan-e-
learning
https://www.smahakabandung.sch.id/index.php?id=berita&kode=33