Anda di halaman 1dari 22

A.

Pengertian Pembelajaran Jarak Jauh


Pengertian pembelajaran jarak jauh dari berbagai macam sudut pandang para ahli
yang telah dirangkum oleh Paulina Pannen dalam (Tian Belawati,1999;12) adalah
sebagai berikut :
1) Suatu bentuk pembelajaran mandiri yang terorganisasi secara sistematis, dimana
konseling, penyaji materi pembelajaran, dan penyelia serta pemantauan keberhasilah
siswa dilakukan oleh sekelompok tenaga pengajar yang memiliki tanggung jawab
yang saling berbeda. Pembelajaran dilaksanakan secara jarak jauh dengan
menggunakan bantuan media. Sebaliknya pendidikan jarak jauh adalah sistem
penddikan langsung atau tatap muka suatu sistem pembelajaran 36 yang terjadi
karena adanya kontak langsung antara tenaga pengajar dengan siswa.
(Dohmen,1967).
2) Suatu metode pembelajaran yang menggunakan korespondensi sebagai alat
komunikasi antara pengajar dengan siswa di tambah dengan adanya interaksi antar
siswa dalam. (MacKenzie,Christensen & Rigby 1968).
3) Sistem pendidikan yang tidak mempersyaratkan adanya tenaga pengajar di tempat
seorang belajar, namun dimungkinkan adanya pertemuan-pertemuan antara tenaga
pengajar dan siswa pada waktu-waktu tertentu. (French Law, 1971).
4) Suatu metode untuk menyampaikan ilmu pengetauan, ketrampilan, dan sikap yang
dikelola berdasarkan pada penerapan konsep dan berjalan (division of labor),
prinsip-prinsip organisasi, dan pemanfaatan media secara ekstensif terutama dalam
reproduksi bahan ajar. (Paters,1973).
5) Suatu metode pembelajaran dimana proses pengajaran terjadi secara terpisah dari
proses belajar sehingga komunikasi antara tenaga pengajar dan siswa harus
difasilitasikan melalui bahan cetak, media elektronik, dan media-media lain.
(Moore,1973).
6) Suatu bentuk pendidikan yang meliputi beragam bentuk pembelajaran pada berbagai
tingkat pendidikan yang terjadi tanpa adanya penyeliaan tutor secara langsung dan
atau secara terus menerus terhadap siswa dalam suatu lokasi yang sama namun
memerlukan proses perencanaan, pengorganisasian dan pemantauan dari suatu
organisasi pendidikan, serta penyediaan proses pembimbingan dan tutorial baik
dalam bentuk langsung (real conversation) maupun simulasi (simulated
conversation). (Hombelrg,1977).
Berdasarkan pengertian tentang pembelajaran jarak jauh di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran jarak jauh adalah sebuah upaya untuk masalah pendidikan dengan
keterbatasan antara pengajar (tutor) dengan peserta didik untuk bertatap muka dengan
mengadakan pembelajaran yang memisahkan antara tenaga pengajar dengan peserta
didik dengan bantuan media cetak maupun elektronik yang dapat diakses oleh peserta
didik tanpa adanya batasan waktu dan letak geografis.

B. Karakteristik Pembelajaran Jarak Jauh


Menurut Keegan 1984 karakteristik dari pendidikan jarak jauh adalah
1) Adanya keterpisahan yang mendekati permanen antara tenaga pengajar dari peserta
didik selama program pendidikan,
2) Adanya keterpisahan yang mendekati permanen antara seorang peserta didik dengan
peserta didik lain selama program pendidikan,
3) Ada suatu institusi yang mengelola program pendidikannya,
4) Pemanfaatan sarana komunikasi baik mekanis maupun elektronis untuk
menyampaikan bahan belajar,
5) (5). Penyediaan sarana komunikasi dua arah sehingga peserta didik dapat mengambil
inisiatif dialog dan mengambil manfaatnya. (Warsita,2011;24)

C. Blended Learning
Penggunaan internet dalam belajar atau yang biasa kita sebut E-learning semakin hari
kian diminati oleh banyak pelajar. Adanya e-learning membantu siapa saja untuk dapat
belajar tanpa mengenal waktu dan tempat . Namun bagi beberapa pelajar masih tetap
membutuhkan pertemuan tatap muka di kelas untuk membahas dan melengkapi proses
belajar yang sudah dilalui melalui internet. Hal tersebut yang disebut dengan Blended
Learning. Sehingga pengertian dari Blended Learning sendiri adalah metode belajar
dimana proses belajar tatap kelas berpadu dengan proses e-learning secara harmonis.
Belajar dalam kelas dan e-learning masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan, hal itulah yang mendasari terbentuknya metode Blended Learning ini. 
Seperti contoh, kekurangan belajar dalam kelas cenderung terbatas dengan tempat dan
waktu , tetapi kelebihannya dengan bertemu guru, para pelajar dapat langsung mendapat
feedback dari guru tersebut atas pencapaian yang sudah mereka lakukan. Begitupun
sebaliknya, belajar menggunakan internet memang tidak terbatas tempat dan waktu,
tetapi tidak adanya guru  yang mendampingi , peserta tidak langsung mendapat feedback
dan cendrung mengalami salah pengertian. Maka dengan dipadukannya kedua metode
tersebut, Blended learning dapat menjadi jawaban untuk metode belajar yang menjadi
trend di masa depan.
Pengertian blended learning menurut para ahli:
1. Menurut Garner &Oke (2015), pembelajaran blended learning merupakan sebuah
lingkungan pembelajaran yang dirancang dengan menyatukan pembelajaran tatap
muka (face to face/F2F) dengan pembelajaran online yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik.

2. Heinze A dan Procter C,( 2010) menyatakan bahwa blended learning adalah
campuran dari berbagai strategi pembelajaran dan metode penyampaian yang akan
mengoptimalkan pengalaman belajar bagi penggunanya.
3. Bonk dan Graham (2006) mendefinisikan blended learning sebagai kombinasi dari
dua intruksi model belajar dan mengajar: sistem pembelajaran tradisional dan sistem
pembelajaran terdistribusi yang menekankan pada peran teknologi komputer.
4. Harding, Kaczynski dan Wood (2005), Blended learning merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran tradisonal tatap muka dan
pembelajaran jarak jauh yang menggunakan sumber belajar online (terutama yang
berbasis web) dan beragam pilihan komunikasi yang dapat digunakan oleh pendidik
dan peserta didik.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa blended learning adalah pembelajaran yang
mengkombinasikan antara tatap muka (pembelajaran secara konvensional: dengan
metode ceramah, penuguasan, tanya jawab dan demontrasi), dan pembelajaran secara
online dengan memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi untuk mendukung
belajar mandiri dan memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik. Dari
beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Blended
Learning memiliki dari tiga komponen penting yaitu 1) online learning, 2) pembelajaran
tatap muka, 3) belajar mandiri.

Model – model Blended Learning

1. Rotasion model
1.1 Station Rotation Blended Learning

Station-Rotation blended learning merupakan model yang memungkinkan siswa


untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan cara memutari stasiun-stasiun
pembelajaran melalui jadwal tertentu, di mana setidaknya salah satu stasiun adalah
stasiun pembelajaran online. Model ini paling umum digunakan di sekolah dasar karena
guru sudah terbiasa berputar di “pusat” atau “stasiun”. Model Station-
Rotation memungkinkan siswa untuk mengunjungi beberapa stasiun atau pusat secara
berulang dan tidak linier selama waktu yang ditentukan untuk materi-materi pelajaran
tertentu.

Pada model ini pembelajaran bisa dimulai dengan stasiun tatap muka dimana guru
menjelaskan konsep dasar tentang suatu materi dan langkah-langkah menyelesaikan
tujuan pembelajaran. Selanjutnya dilanjutkan dengan stasiun-stasiun aktivitas
kolaboratif antar siswa atau kelompok-kelompok kecil, di sini siswa bebas bergerak
antar stasiun. Proses selanjutnya adalah pembelajaran online dimana siswa bisa
mendapatkan informasi tambahan dan sumber-sumber belajar lain yang mendukung
pembelajarannya, siswa juga bisa kembali ke stasiun kolaboratif untuk memperbaiki
atau melengkapi pembelajaran mereka. Pembelajaran akan diakhiri dengan tatap muka
lagi untuk membahas berbagai hal termasuk evaluasi, assessment, dan pembahasan-
pembahasan tingkat tinggi.
1.2 Lab Rotation Blended Learning

Model Lab Rotation Blended Learning mirip dengan Station Rotation, siswa


mempunyai kesempatan untuk memutari stasiun melalui jadwal yang telah ditetapkan,
hanya saja pada model ini dilakukan menggunakan laboratorium komputer khusus yang
memungkinkan dilakukan pengaturan jadwal yang fleksibel untuk bertemu dengan guru.
Dengan demikian diperlukan sebuah laboratorium komputer untuk menjalankan model
ini.

Ide awal mengembangkan model ini adalah partisipasi siswa dalam


aktivitas offline dalam model brick-and-mortar (tatap muka), yang kemudian dipindah
ke aktivitas online di laboratorium komputer. Secara mendasar hampir sama dengan
model Rotasi Stasiun, tetapi ada sedikit perbedaan. Bila model Rotasi Stasiun,
aktivitas offline dan online bisa berlangsung dalam satu dan kelas yang sama, maka
Rotasi Lab harus ada ruang lain yaitu laboratorium komputer.

Model Rotasi Lab dapat dijalankan dengan cara siswa menghabiskan satu bagian dari
pembelajaran mereka di laboratorium komputer melalui kurikulum online dengan
kecepatan pembelajaran mereka sendiri secara individual. Kemudian siswa bisa
mengikuti bagian pembelajaran lain di kelas dengan seorang guru untuk memperkuat
apa yang mereka pelajari di lab. Pada kesempatan ini siswa juga menanyakan
pertanyaan-pertanyaan atau konsep yang rumit. Dengan kata lain mereka sudah
mempelajari hal-hal dasar dan mengembangkan pemahaman mereka sejauh mereka bisa
di dalam pembelajaran online, kemudian dilanjutkan dalam pembelajaran tatap muka di
mana siswa mendapatkan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum mereka
pahami atau meningkatkan lanjutan pembelajaran yang telah mereka lakukan.
Ketika di lab komputer, siswa dapat bekerja secara fleksibel sesuai kecepatan mereka
sendiri, menghabiskan waktu sebanyak yang mereka butuhkan untuk memahami materi.
Maka ketika terjadi interaksi tatap muka, guru memberikan tambahan atau kegiatan
pengayaan sesuai kebutuhan.

1.3 The ‘Flipped Classroom’ Blended Learning

Flipped classroom adalah proses pembelajaran di mana pengajar memberikan materi


kepada para pelajar untuk dipelajari di rumah mereka dan membahasnya ketika sampai
di rumah.

Konsep ini sangat berbeda dengan pemberian PR kepada pelajar untuk dikerjakan
dirumah. Tetapi, lebih ke arah memahami materi secara mandiri di rumah yang
kemudian pengajar akan memberikan tugas di sekolah untuk menjawab pertanyaan
tentang materi yang sudah dipelajari tersebut atau dengan meminta pelajar untuk
menjelaskan di dalam kelas. Dari segi konten sendiri, jika dalam e-Learning pelajar
mendapatkan video yang berisikan hal-hal yang berkaitan dengan materi, pada flipped
classroom dapat dikombinasikan dengan beberapa hal yang berisikan beberapa
pertanyaan untuk mereka jawab di rumah, layaknya ketika mengerjakan PR.

Dengan metode pembelajaran ini, pengajar lebih memiliki waktu untuk memberikan
penjelasan kepada para pelajar agar mereka dapat memahami konten yang sudah mereka
pelajari di rumah. Materi yang seharusnya dipelajari di sekolah/kampus, kini dipelajari
di rumah, dan tugas yang biasanya dikerjakan di rumah melalui PR, kini dikerjakan di
sekolah/kampus. Itulah yang dimaksud dengan flipped classroom.
1.4 Individual Rotation Blended Learning

Rotasi ini adalah bagian terpenting dalam sistem pembelajaran blended learning.
Karena, dengan model pendidikan ini, pelajar memiliki kesempatan secara personal
untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi pendidikan yang dirasa masih
kurang mencukupi. Model rotasi ini merupakan bimbingan intensif yang diberikan oleh
dosen kepada mahasiswa secara personal/pribadi berdasarkan mata pelajaran yang
dirasa masih di bawah rata-rata mahasiswa lainnya.

2. Flex model

Sebagian besar pembelajaran dilakukan secara online. Peserta didik belajar sesuai
kemampuan, kebutuhan dan kecepatan belajar masing – masing. Pada model kelas ini,
guru berperan sebagai fasilitator melalui sesi diskusi, pengerjaan proyek dalam
kelompok maupun tutoring dalam individu.

3. Self – Blend model


Pembelajaran online merupakan sebagian kecil dari kegiatan pembelajaran.
Peserta didik memilih sendiri bentuk kursus online untuk melengkapi pembelajaran
tatap muka. Pembelajaran online hanya sebagai pelengkap.

4. Enriched – virtual blended


Merupakan pengembangan dari sekolah/kampus yang sepenuhnya online,
kemudian mengembangkan program blended untuk memberikan mahasiswa/i atau
siswa pengalaman sekolah atau kuliah tatap muka. Waktu pembelajaran dibagi
antara menghadiri kuliah di kampus dan pembelajaran jarak jauh. Pada Model-
Enriched Virtual, mahasiswa/i jarang menghadiri kuliah di kampus setiap hari. Ini
berbeda dari model Self-Blend karena merupakan pengalaman seluruh sekolah, tatap
muka hanya sebagai suplemen.

Karakteristik Blended Learning

Pembelajaran berbasis blended learning dimulai sejak ditemukan komputer,


walaupun sebelum itu juga sudah terjadi adanya kombinasi (blended). Terjadinya
pembelajaran, awalnya karena adanya tatap muka dan interaksi antara pengajar dan
pelajar, setelah ditemukan mesin cetak maka guru memanfaatkan media cetak. Pada
saat ditemukan media audio visual, sumber belajar dalam pembelajaran
mengombinasi antara pengajar, media cetak, dan audio visual. Namun blended
learning muncul setelah berkembangnya teknologi informasi sehingga sumber dapat
diakses oleh pembelajar secara offline maupun online. Saat ini, pembelajaran
berbasis blended learning dilakukan dengan menggabungkan pembelajaran tatap
muka, teknologi cetak, teknologi audio, teknologi audio visual, teknologi komputer,
dan teknologi m-learning (mobile learning).
Dalam blended learning terdapat enam unsur yang harus ada, yaitu: (1) tatap
muka (2) belajar mandiri, (3) aplikasi, (4) tutorial, (5) kerjasama, dan (6) evaluasi.
1. Tatap Muka
Pembelajaran tatap muka sudah dilakukan sebelum ditemukannya
teknologi cetak, audio visual, dan komputer, pengajar sebagai sumber
belajar utama.
2. Belajar Mandiri
Dalam pembelajaran berbasis Blended Learning, akan banyak sumber
belajar yang harus diakses oleh peserta didik, karena sumbersumber
tersebut tidak hanya terbatas pada sumber belajar yang dimiliki pengajar
atau perpustakaan lembaga pendidikannya saja, melainkan sumber-
sumber belajar yang ada di perpustakaan seluruh dunia.
3. Aplikasi
Aplikasi dalam pembelajaran berbasis blended learning dapat
dilakukan melalui pembelajaran berbasis masalah, pelajar akan secara
aktif mendefinisikan masalah, mencari berbagai alternatif pemecahan,
dan melacak konsep, prinsip, dan prosedur yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah tersebut.
4. Tutorial
Pada tutorial, peserta didik yang aktif untuk menyampaikan masalah
yang dihadapi, seorang pengajar akan berperan sebagai tutor yang
membimbing. Meskipun aplikasi teknologi dapat meningkatkan
keterlibatan pelajar dalam belajar, peran pengajar masih diperlukan
sebagai tutor.
5. Kerjasama
Keterampilan kolaborasi harus menjadi bagian penting dalam
pembelajaran berbasis Blended Learning. Hal ini tentu berbeda dengan
pembelajaran tatap muka konvensional yang semua peserta didik belajar
di dalam kelas yang sama di bawah kontrol pengajar. Sedangkan dalam
pembelajaran berbasis blended, maka peserta didik bekerja secara
mandiri dan berkolaborasi.
6. Evaluasi
Evaluasi pembelajaran berbasis blended learning tentunya akan sangat
berbeda dibanding dengan evaluasi pembelajaran tatap muka. Evaluasi
harus didasarkan pada proses dan hasil yang dapat dilakukan melalui
penilaian evaluasi kinerja belajar pelajar berdasarkan portofolio.
Demikian pula penilaian perlu melibatkan bukan hanya otoritas
pengajar, namun perlu ada penilaian diri oleh pelajar, maupun penilai
pelajar lain.

Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning

a. Kelebihan Blended Learning


1. Hemat waktu.
2. Hemat biaya.
3. Pembelajaran lebih efektif dan efisien.
4. Peserta didik mudah dalam mengakses materi pembelajaran.
5. Peserta didik leluasa untuk mempelajari materi pelajaran secara mandiri.
6. Memanfaatkan materi-materi yang tersedia secara online.
7. Peserta didik dapat melakukan diskusi dengan guru atau peserta didik lain di
luar jam tatap muka.
8. Pengajar tidak terlalu banyak menghabiskan tenaga untuk mengajar.
9. Menambahkan materi pengayaan melalui fasilitas internet.
10. Memperluas jangkauan pembelajaran/pelatihan.
11. Hasil yang optimal serta meningkatkan daya tarik pembelajaran, dan lain
sebaginya
b. Kekurangan Blended Learning
1. Sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung.
2. Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta.
3. Akses internet yang tidak merata di setiap tempat, dan sebagainya.
D. E – Learning
Pengertian E- Learning
Pembelajaran elektronik atau e-learning telah dimulai pada tahun 1970-an (Waller
and Wilson, 2001 dalam Siahaan, 2002). Berbagai istilah digunakan untuk
mengemukakan pendapat/gagasan tentang pembelajaran elektronik, antara lain
adalah: on-line learning, internet-enabled learning, virtual learning, atau web-based
learning.
Banyak pakar pendidikan memberikan definisi mengenai e-learning, seperti yang
dipaparkan oleh Thompson, Ganxglass dan Simon dalam Yaniawati (2003) berikut
ini, “E-learning is instructional content or learning experiences delivered or enabled
by electronic technology”. Kemudian Thompson juga menyebutkan kelebihan e-
learning yang dapat memberikan fleksibilitas, interaktifitas, kecepatan, visualisasi
melalui berbagai kelebihan dari masing-masing teknologi. Menurut Azwan bin Abidin
& Rozita bt Nawi (2002a) dalam Yaniawati (2003), e-learning merupakan
pembelajaran yang menggunakan system online sebagai medium perantara di antara
guru dan pelajar. Belajar melalui online ini akan memudahkan kedua belah pihak,
karena penyampaian materi ajar lebih cepat, mudah dan efisien dibandingkan dengan
cara-cara yang lain. Guru dapat memberikan materi pelajaran lewat internet yang
dapat diakses setiap saat dan di mana saja. Peserta didik juga tidak perlu harus selalu
belajar di kelas untuk mendapatkan informasi mengenai materi yang ingin
diperolehnya. Bahkan peserta didik dapat mengembangkan proses belajarnya dengan
mencari referensi dan informasi dari sumber lain.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, e-learning menggunakan system jaringan
elektronik (LAN, WAN atau Internet) untuk penyampaian materi ajar, interaksi
ataupun evaluasi pembelajaran. Internet, Intranet, satelit, tape audio/video, TV
interaktif dan CD-ROM adalah media elektronik yang dimaksudkan dalam system
jaringan ini. Dengan system jaringan ini pula, e-learning dapat menghubungkan
peserta didik dengan sumber belajarnya (database, pakar/guru, perpustakaan) yang
secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan. Interaktifitas dalam hubungan tersebut,
sebagaimana diutarakan di atas, dapat dilakukan secara langsung (synchronous)
maupun tidak langsung (asynchronous).
Jenis-Jenis Model E-Learning

1. Web-Based Learning
Pembelajaran berbasis Websiate learning dimana proses pembelajaran
dilakukan melalui dalam jaringan dengan memanfaatkan Learning Management
System. Kegiatan ini dilakukan melalui jarak jauh atau distance learning.
Seluruh proses komunikasi antara Instruktur dan Peserta Didik dilakukan
melalui LMS baik dengan sistem Synchronous dan Aynchronous. Pembelajaran
ini bergantung penuh pada jaringan dan sistem LMS. Sistem LMS yang paling
banyak digunakna di Indoensia sendiri adalah Moodle karena bertiep open source
dan boleh dilakukan self hosting.
2. Computer-Based Learning
Computer-Based Learning adalah proses pembelajaran dilakukan
menggunakan komputer. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara mandiri oleh
peserta didik dengan masing-masing komputernya. Hal ini sudah sering dilakukan
pada level sekolah menengah untuk praktikum komputer atau dilakukan oleh
kursus-kursus berbasis Komputer.
Tugas dari instruktur adalah membuat pembelajran dalam bentuk aplikasi atau
sistem belajar dalam sebuah CPU dan tugas dari peserta didik menuntaskan tugas-
tugas yang ada dalam aplikasi tersebut. Interaksi dari Computer-Based Learning
hampir tidak ada karena tujuannya sudah dicantumkan secara lengkap sehingga
fasilitas Feed back tidak tersedia.
3. Virtual Education
Virtual education adalah proses pembelajaran yang dilakukan dimana peserta
didik tidak bertemu dengan isntruktur. Instruktur membuat bahan-bahan ajar
dalam bentuk virtual seperti manajemen LMS atau Video pembelajaran.
Setelah sistem yang dirancang disipakan, peserta didik melakukan kegiatan
pembelajaran dengan instruktur virtual. Hal ini membuat Virtual Education masuk
dalam kategori asynchrounous. Keuntungan dari jenis ini adalah satu instruktur
kemungkinan mengajar banyak kelas sekaligus karena bisa dengan mudah
diperbanyak.
Kekurangannya Virtual Education adalah feed back agak sulit dilakukan,
karena jiak dilakukan feed Back maka pembelajran ini masuk dalam kategori
Web-Based Learning.
4. Digital Colaboration
Kolaborasi Digital adalah kegiatan pembelajaran yang menggabungkan
banyak kelas yang berbeda instruktur dalam satu kelas. Tugas ini dilakukan untuk
menyelesaikan sebuah proyek yang mungkin saja membutuhkan dua ahli yang
berasal dari isntansi yang berbeda kemudian digabungkan dengan memanfaatkan
tekonologi informasi dan komunikasi.

Karakteristik E-Learning

1. Proses belajar bersifat mandiri, dimana siswa bisa mempelajari materi dimana
saja dan kapan saja.
2. Penyampaian materi melalui teknologi internet, CD atau penyimpanan awan
(cloud).
3. Penggunaan LMS sehingga siswa dapat langsung mengetahui progress dan
nilai dari karya yang diunggah serta dapat saling mengomentari produk / karya
masing-masing.
4. Sumber belajar adalah tidak terbatas karena menggunakan jaringan internet
dan konten pembelajaran dapat berupa teks, foto, infografis, audio, hingga
video.

Fungsi E-Learning

Setidaknya ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran elektronik didalam kegiatan


pembelajaran di kelas (classroom instruction), yaitu sebagai suplemen yang sifatnya
pilihan/opsional, pelengkap (komplemen), atau pengganti (substitusi). (Siahaan,
2002).

a. Suplemen (Tambahan)
Dikatakan berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila peserta
didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi
pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban
atau keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran
elektronik. Sekalipun sifatnya pilihan, peserta didik yang
memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau
wawasan.

b. Komplemen (Pelengkap)
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap) apabila materi
pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi
pembelajaran yang diterima peserta didik di kelas. Sebagai komplemen
berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi
reinforcement (pengayaan) atau remedial bagi peserta didik dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.
Materi pembelajaran elektronik dikatakan sebagai pengayaan, apabila
peserta didik yang dapat menguasai/memahami materi pelajaran pada saat
tatap muka dengan cepat diberikan kesempatan untuk mengakses materi
pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk
mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan
peserta didik terhadap materi pelajaran yang disajikan guru di dalam kelas.
Dikatakan sebagai program remedial, apabila kepada peserta didik
yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang disajikan guru
secara tatap muka di kelas (slow learners) diberikan kesempatan untuk
memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara
khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar peserta didik semakin
lebih mudah memahami materi pelajaran yang disajikan guru di kelas.
c. Substitusi (Pengganti)
Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan
beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran/pembelajaran kepada
para Peserta didiknya. Tujuannya agar para Peserta didik dapat secara
fleksibel mengelola kegiatan pembelajarannya sesuai dengan waktu dan
aktivitas lain sehari-hari Peserta didik. Ada 3 alternatif model kegiatan
pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik, yaitu: (1) sepenuhnya
secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara tatap muka dan
sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui
internet.
Alternatif model pembelajaran mana pun yang akan dipilih Peserta didik tidak
menjadi masalah dalam penilaian. Karena ketiga model penyajian materi
pembelajaran mendapatkan pengakuan atau penilaian yang sama. Jika Peserta didik
dapat menyelesaikan program pembelajarannya dan lulus melalui cara konvensional
atau sepenuhnya melalui internet, atau bahkan melalui perpaduan kedua model ini,
maka institusi penyelenggara pendidikan akan memberikan pengakuan yang sama.
Keadaan yang sangat fleksibel ini dinilai sangat membantu Peserta didik untuk
mempercepat penyelesaian pembelajarannya.

Manfaat E-Learning
E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan atau
materi pelajaran. Demikian juga interaksi antara peserta didik dengan guru atau
instruktur maupun antara sesama peserta didik. Peserta didik dapat saling berbagi
informasi atau pendapat mengenai berbagai hal yang menyangkut pelajaran ataupun
kebutuhan pengembangan diri peserta didik. Guru atau instruktur dapat menempatkan
bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik di
tempat tertentu di dalam web untuk diakses oleh para peserta didik. Sesuai dengan
kebutuhan, guru atau instruktur dapat pula memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengakses bahan belajar tertentu maupun soal-soal ujian yang hanya
dapat diakses oleh peserta didik sekali saja dan dalam rentangan waktu tertentu pula
(Siahaan, 2002).

Secara lebih rinci, manfaat e-learning dapat dilihat dari 2 sudut, yaitu dari sudut
peserta didik dan guru:

a. Dari Sudut Peserta Didik


Adanya kegiatan e-learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar
yang tinggi. Artinya, peserta didik dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap
saat dan berulang-ulang. Peserta didik juga dapat berkomunikasi dengan guru
setiap saat. Dengan kondisi yang demikian ini, peserta didik dapat lebih
memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.

b. Dari Sudut Guru


Adanya kegiatan e-learning dari sudut pandang guru atau instruktur dapat
memberikan manfaat sebagai berikut.
1) lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi
tanggung-jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang
terjadi,
2) mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan
wawasannya karena waktu luang yang dimiliki relatif lebih banyak,
3) mengontrol kegiatan belajar peserta didik. Bahkan guru/Guru/instruktur juga
dapat mengetahui kapan peserta didiknya belajar, topik apa yang dipelajari,
berapa lama sesuatu topik dipelajari, serta berapa kali topik tertentu dipelajari
ulang,
4) mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan setelah
mempelajari topik tertentu, dan
5) memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepada
peserta didik. (Soekartawi, 2003),

Sedangkan manfaat pembelajaran elektronik menurut A. W. Bates (Bates, 1995)


dan K. Wulf (Wulf, 1996) dalam Siahaan (2002) terdiri atas 4 hal, yaitu:

1. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik


dengan guru atau instruktur (enhance interactivity)
Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat
meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dengan
guru atau instruktur, antara sesama peserta didik, maupun antara peserta didik
dengan bahan belajar (enhance interactivity). Berbeda halnya dengan
pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan
pendapatnya di dalam proses pembelajaran.
Pada pembelajaran yang bersifat konvensional, kesempatan yang ada
atau yang disediakan guru atau instruktur untuk berdiskusi atau bertanya
jawab sangat terbatas. Biasanya kesempatan yang terbatas ini juga cenderung
didominasi oleh beberapa peserta didik yang cepat tanggap dan berani.
Keadaan yang demikian ini tidak akan terjadi pada pembelajaran elektronik.
Peserta didik yang malu maupun yang ragu-ragu atau kurang berani
mempunyai peluang yang luas untuk mengajukan pertanyaan maupun
menyampaikan pernyataan/pendapat tanpa merasa diawasi atau mendapat
tekanan dari teman sekelas.

2. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan


saja (time and place flexibility)

Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan


tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik
dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari
mana saja. Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan pembelajaran, dapat
diserahkan kepada guru atau instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu
menunggu sampai ada janji untuk bertemu dengan guru atau instruktur.

Peserta didik tidak terikat ketat dengan waktu dan tempat


penyelenggaraan kegiatan pembelajaran sebagaimana halnya pada pendidikan
konvensional. Dalam kaitan ini, Universitas Terbuka Inggris telah
memanfaatkan internet sebagai metode/media penyajian materi. Sedangkan di
Universitas Terbuka Indonesia (UT), penggunaan internet untuk kegiatan
pembelajaran telah dikembangkan. Pada tahap awal, penggunaan internet di
UT masih terbatas untuk kegiatan tutorial saja atau yang disebut sebagai
“tutorial elektronik”.

3. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to teach a


global audience)

E-learning yang mempunyai fleksibilitas waktu dan tempat, maka


jumlah peserta didik yang dapat dijangkau melalui kegiatan pembelajaran
elektronik semakin lebih banyak atau meluas. Ruang dan tempat serta waktu
tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan saja,
seseorang dapat belajar. Interaksi dengan sumber belajar dilakukan melalui
internet. Kesempatan belajar benar-benar terbuka lebar bagi siapa saja yang
membutuhkan.

4. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran


(easy updating of content as well as archivable capabilities)
Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat
lunak yang terus berkembang turut membantu mempermudah pengembangan
bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan penyempurnaan atau
pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan tuntutan perkembangan materi
keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan mudah. Di samping itu,
penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran dapat pula dilakukan,
baik yang didasarkan atas umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil
penilaian guru atau instruktur selaku penanggung jawab atau pembina materi
pembelajaran itu sendiri.

Pengetahuan dan keterampilan untuk pengembangan bahan belajar elektronik


ini perlu dikuasai terlebih dahulu oleh guru atau instruktur yang akan
mengembangkan bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan
pengelolaan kegiatan pembelajarannya sendiri, harus ada komitmen dari guru
atau instruktur yang akan memantau perkembangan kegiatan belajar dan
sekaligus secara teratur memotivasi peserta didik.
Beberapa manfaat e-learning yang dapat diperoleh dalam penerapannya bagi
organsiasi belajar, adalah sebagai berikut.

1. Peningkatan produktifitas; melalui e-learning waktu untuk perjalanan dapat


direduksi sehingga produktifitas peserta didik maupun guru tidak akan hilang
karena kegiatan perjalanan yang harus dilakukan untuk memperoleh proses
pembelajaran.
2. Mempercepat proses inovasi; kompetensi sumber daya manusia juga dapat
mengalami depresiasi. Pembaharuan kompetensi tersebut dapat dilakukan
melalui e-learning sehingga kompetensi selalu memberi nilai melalui
kreatifitas dan inovasi sumber daya manusia.
3. Efisiensi; proses pembangunan kompetensi dapat dilakukan dalam waktu yang
relatif lebih singkat dan mencakup jumlah yang lebih besar.
4. Fleksibel dan interaktif; kegiatan e-learning dapat dilakukan dari lokasi mana
saja selama pengguna memiliki koneksi dengan sumber pengetahuan tersebut
dan interaktifitas dimungkinkan secara langsung atau tidak langsung dan
secara visualisasi lengkap (multimedia) ataupun tidak.
Kelebihan dan Kekurangan E-Learning

a. Kelebihan penerapan e-learning :

 Dapat diakses dengan mudah

Cukup menggunakan smartphone atau perangkat teknologi lain seperti


laptop yang terhubung dengan internet Anda sudah bisa mengakses materi
yang ingin dipelajari. Dengan menerapkan e-learning Anda dapat
melakukan kegiatan pembelajaran di mana saja, kapan saja.

 Biaya lebih terjangkau

Tentunya, kita semua ingin menambah ilmu pengetahuan tanpa


kendala keuangan. Dengan bermodalkan paket data internet, Anda dapat
mengakses berbagai materi pembelajaran tanpa khawatir ketinggalan
pelajaran apabila tidak hadir. Disarankan Anda mendaftar member
dalam e-learning karena biaya member lebih murah dibandingkan
mengikuti les atau kursus di lembaga pembelajaran.

 Waktu belajar fleksibel

Biasanya kebanyakan orang yang ingin belajar lagi tidak memiliki


waktu yang cukup. Salah satu alasannya mungkin karena waktu Anda
sudah digunakan untuk bekerja. Pembelajaran berbasis digital atau e-
learning ini adalah solusinya. Waktu untuk belajar bisa dilakukan kapan
saja tanpa terikat dengan jam belajar.

 Wawasan yang luas

Dengan menerapkan e-learning, tentunya Anda akan menemukan


banyak hal yang semula belum Anda ketahui. Hal ini disebabkan beberapa
materi pelajaran yang tersedia pada e-learning belum tersedia dalam media
cetak seperti buku yang sering digunakan dalam metode belajar-mengajar
konvensional. Berbeda dengan pembelajaran melalui tatap muka yang
dilakukan dengan membaca buku.

b. Kekurangan penerapan e-learning :

 Keterbatasan akses internet

Salah satu kekurangan metode pembelajaran e-learning adalah


terbatasnya akses internet. Jika Anda berada di daerah yang tidak
mendapatkan jangkauan internet stabil, maka akan sulit bagi Anda untuk
mengakses layanan e-learning. Hal ini tentunya masih banyak terjadi di
Indonesia mengingat beberapa daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar)
masih belum terjangkau akses internet. Selain itu, harga pemakaian data
internet juga masih dirasa cukup mahal untuk beberapa kalangan
masyarakat Indonesia. Hal ini menyebabkan kemampuan untuk
memanfaatkan e-learning masih dianggap sebagai suatu keistimewaan.

 Berkurangnya interaksi dengan pengajar

Beberapa metode pembelajaran e-learning bersifat satu arah. Hal


tersebut menyebabkan interaksi pengajar dan siswa menjadi berkurang
sehingga akan sulit bagi Anda untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut
mengenai materi yang sukar dipahami.

 Pemahaman terhadap materi

Materi yang diajarkan dalam e-learning direspon berdasarkan tingkat


pemahaman yang berbeda-beda, tergantung kepada kemampuan si
pengguna. Beberapa orang mungkin dapat menangkap materi dengan lebih
cepat hanya dengan membaca, namun ada juga yang membutuhkan waktu
lebih lama sampai benar-benar paham. Bahkan ada juga yang
membutuhkan penjelasan dari orang lain agar dapat memahami materi
yang dipelajari.

 Minimnya Pengawasan dalam Belajar


Kurangnya pengawasan dalam melakukan pembelajaran secara daring
membuat pengguna e-learning kadang kehilangan fokus. Dengan adanya
kemudahan akses, beberapa pengguna cenderung menunda-nunda waktu
belajar. Perlu kesadaran diri sendiri agar proses belajar dengan metode
daring menjadi terarah dan mencapai tujuan. 

E. Perbedaan Blended Learning dengan E-Learning

Perkembangan teknologi yang semakin pesat terus membuat sistem pendidikan di


Indonesia lebih baik dan lebih maju mengikuti negara lain. Sistem pendidikan terus
mengalami perkembangan dari yang hanya menggunakan sistem konvensional beralih ke
sistem yang serba digital. Awalnya proses belajar mengajar hanya terjadi di ruang kelas,
namun sekarang proses belajar mengajar tak terikat oleh ruang dan waktu.

Sistem pendidikan sekarang yang serba digital menghasilkan suatu metode belajar
yaitu Blended Learning dan E-Learning. Metode E-Learning dan Blended Learning telah
populer di kalangan pelajar Indonesia. Metode E-Learning atau Elektronik
Learning merupakan suatu cara dalam proses belajar mengajar yang menggunakan media
elektronik dan menggunakan internet sebagai perantara dalam proses belajar mengajar
tersebut. Sedangkan Blended Learning adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar
yang menggabungkan, mengkombinasikan dan memadukan sistem pendidikan
konvensional dengan sistem yang serba digital.
E-Learning dan Blended Learning memiliki kesamaan karena menggunakan komputer
dan internet sebagai perantaranya. Namun E-Learning dan Blended Learning merupakan
metode pembelajaran yang berbeda. Dimana dengan menggunakan metode E-
Learning tidak adanya hubungan timbal balik dalam proses belajar mengajar. Sedangkan
dengan menggunakan metode Blended Learning terdapat interaksi secara langsung
berupa diskusi langsung dalam proses belajar mengajar.

Sebelum metode Blended Learning sudah ada metode yang sangat familiar yaitu E-


Learning. Namun dalam implementasinya ternyata E-Learning saja tidak cukup karena
masih terdapat berbagai kendala. Dengan E-Learning tidak adanya interaksi dalam
proses pembelajaran. Proses belajar mengajar tentu membutuhkan suatu sistem yang
dapat melakukan proses secara dua arah. Feedback tentu diperlukan agar hasil belajar
lebih baik dan sempurna. Walaupun banyak materi yang didapat dengan
menggunakan E-Learning, proses belajar yang dapat dilakukkan dimana saja dan kapan
saja namun tetap saja kurang efektif dan efisien.

Blended Learning dikembangkan untuk menyempurnakan metode E-Learning. E-


Learning dan Blended Learning dapat menjadi solusi mengatasi masalah pendidikan di
Indonesia dalam hal perataan pendidikan di Indonesia. Metode E-Learning sedang
dijalankan dalam sistem pendidikan di Indonesia dan akan melakukan transformasi
ke Blended Learning.

Dengan adanya Blended Learning pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan


kapan saja menggunakan internet. Pelajar dapat mengakses materi secara leluasa dan
dituntut dapat belajar secara mandiri karena bahan ajar tersimpan secara online. Antara
pengajar dan yang diajar dapat memberikan feedback baik berupa pertanyaan dan saran
secara realtime. Sehingga diskusi serta tanya jawab antara dosen dan mahasiswa tidak
hanya berlangsung di jam pelajaran namun juga dapat berlangsung di luar jam pelajaran.
Dosen juga dapat mengontrol pelajaran mahasiswa, mahasiswa juga dapat menggali
materi yang akan disampaikan dan proses pemberiaan tugas pendukung dapat
diinformasikan dengan lebih mudah. Tentunya proses belajar mengajar menjadi lebih
efisien dan lebih efektif karena komunikasi dan interaksi antara dosen dan mahasiswa
dapat terus terjadi bukan hanya saat jam pelajaran.
Adanya program Blended Learning maka jadwal akan fleksibel sehingga siswa dapat
menyeimbangkan kegiatan akademik dan non akademik. Blended Learning juga dapat
mengurangi biaya pendidikan dan meningkatkan hasil pembelajaran. Sehingga proses
pembelajaran tidak hanya berlangsung di kelas namun juga memanfaatkan dunia maya.
Sehingga Blended Learning dapat diterapkan pada perguruan tinggi penyelenggara
pendidikan jarak jauh dan pendidikan terbuka. Selain itu juga dapat dimanfaatkan pada
tempat pendidikan non formal seperti tempat kursus. Karena Blended Learning tidak
menggantikan proses belajar mengajar secara konvensional namun melengkapi sistem
konvensional.

Daftar Pustaka :

Munir, 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan


Komunikasi. Alfabeta : Bandung

Michael B. Horn dan Heather Staker, Dicampur: Menggunakan Inovasi yang Mengganggu


untuk Meningkatkan Sekolah (San Francisco: Jossey-Bass, 2014).

https://www.academia.edu/11220316/LANDASAN_TEORI_E_LEARNING

http://www.wantiknas.go.id/id/berita/empat-kelebihan-dan-kekurangan-dalam-menerapkan-e-
learning

https://www.smahakabandung.sch.id/index.php?id=berita&kode=33

Anda mungkin juga menyukai