Anda di halaman 1dari 15

SINTAX PEMBELAJARAN BERBASIS

BRENDED LEARNING

OLEH

HIZKIA ADI WICAKSONO


NIM 1715051047
SEMESTER 5 KELAS B

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA


JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2019
A. Model Pembelajaran Blended learning
Istilah blended learning terdiri dari dua suku kata, yaitu blended
dan learning. Blended berarti campuran atau kombinasi, sedangkan
learning berarti pembelajaran. Jadi, blended learning bisa berarti
pembelajaran campuran. Blended learning, menurut Smaldino (2008:44)
adalah pembelajaran hibrid, yaitu mencampurkan dan pengaturan
pembelajaran yang divariasikan agar sesuai dan tepat untuk memenuhi
kebutuhan belajar peserta didik. Sejalan dengan Smaldino, menurut
Graham (2005:5), blended learning adalah sebuah sistem yang
mengkombinasikan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran
berbantuan komputer. Dengan mengintegrasikan penggunaan media
berbasis komputer untuk membantu penyampaian materi ajar. Sedangkan
Watson (2008) berpendapat bahwa pengertian blended learning sebagai
kegiatan pembelajaran yang mengkombinasikan komponen online learning
dengan pendidikan tatap muka.
Thorne (2003: 2) dalam Sulihin B.Sjukur (2012) mendefinisikan
blended learning sebagai berikut. “ It represents an opportunity to integrate
the innovative and technologicaladvances offered by online learning with
the interaction and participation offered in the best of traditional learning”.
Bermakna bahwa blended learning menggambarkan sebuah kesempatan
yang mengintegrasikan inovasi dan keuntungan teknologi pada
pembelajaran online dengan interaksi dan partisipasi dari keuntungan
pembelajaran tatap muka. Selain itu, Uwes A.Chaeruman (2011) juga
menjelaskan bahwa blended learning sebagai pembelajaran yang
mengkombinasikan setting pembelajaran synchronous dan asynchronous
secara tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran. Beberapa definisi-
definisi diatas, memberikan gambaran bahwa blended learning adalah
suatu kombinasi antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online
dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan
secara tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Smaldino (2008:44)
yang menjelaskan bahwa dalam kegiatan blended learning harus dilakukan
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Ketika peserta didik membutuhkan
pembelajaran online, maka dilakukanlah pembelajaran online tersebut.
Ketika peserta didik membutuhkan pembelajaran tatap muka, maka
dilakukanlah pembelajaran tatap muka tersebut. Dan begitu pula ketika
peserta didik membutuhkan pembelajaran online yang dilaksanakan
dengan tatap muka atau sebaliknya, maka dilakukan pencampuran untuk
kedua pembelajaran tersebut. Graham (2005:5) berpendapat bahwa
pembelajaran blended merupakan campuran pembelajaran tatap muka
dengan pembelajaran berbantuan komputer. Pengertian ini menjabarkan
bahwa pembelajaran tatap muka dilaksanakan dengan bantuan komputer.
Sedangkan Watson (2008) lebih menekankan pada online learning, yaitu
memperkuat pembelajaran tatap muka dicampurkan dengan pembelajaran
online. Jika merujuk pada pendapat-pendapat tersebut ada yang beriringan
namun ada pula yang berbeda. Contohnya antara Graham dan Watson,
yaitu berbantuan komputer dan online. Kedua hal ini secara mendasar
hampir sama karena sama-sama berbantuan komputer, namun
pembelajaran online lebih menekankan pada pembelajaran yang
menggunakan infrastruktur jaringan. Dari perbedaan ini dapat disimpulkan
bahwa blended learning merupakan pencampuran tatap muka dengan
online learning.
Pada intinya, pembelajaran online merupakan pembelajaran yang
didukung oleh infrastruktur pendukung dengan memanfaatkan kemajuan
teknologi khususnya dalam hal jaringan. Sistem ini dapat memfasilitasi
peserta didik untuk belajar lebih luas, lebih bebas, lebih banyak dan lebih
bervariasi, sehingga peserta didik dapat belajar kapan saja dan dimana
saja. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Smaldino
(2007: 181) bahwa online learning is the materials are often accessed
through a network, including websites, the internet, intranets, CDs, and
DVDs. Munir (2009:95) juga mengemukakan bahwa online learning
memerlukan pendidik dan peserta didik yang berkomunikasi secara
interaktif dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
seperti media komputer dan internet. Sementara itu, Darmansyah
(2010:207) juga mengemukan bahwa dengan online learning peserta didik
dapat berpartisipasi pada web pembelajaran, menanggapi email dan
chatting. Dalam menanggapi web pembelajaran, email dan chatting mutlak
menggunakan jaringan. Sehingga online learning merupakan pembelajaran
yang menggunakan jaringan komputer, terkoneksi antara satu komputer
dengan komputer lainnya agar terjadi interaksi antara pendidik dengan
peserta didik.
Model blended learning sendiri dipilih sebagai suplemen
pembelajaran dengan pendekatan konstruktif karena model ini memiliki
beberapa kelebihan, diantaranya:
1. Memungkinkan peserta didik untuk memperoleh bahan ajar yang
up to date (selalu baru).
2. Pendidik dapat mengontrol penguasaan materi yang dikuasai oleh
peserta didik (baik dalam hal tatap muka ataupun ketika
pembelajaran online.
3. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien dengan
mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
4. Melalui pembelajaran online nantinya dapat menuntaskan
pembelajaran yang belum tersampaikan dalam pembelajaran tatap
muka.
Secara spesifik dalam merancang dan menyelenggarakan blended
learning agar hasilnya optimal terdapat 6 tahapan, diantaranya adalah :
1. Tetapkan jenis dan materi bahan ajar.
2. Tetapkan rancangan blended learning yang akan digunakan.
3. Tetapkan format online learning.
4. Lakukanlah uji terhadap rancangan yang telah dibuat.
5. Melaksanakan blended learning dengan baik.
6. Siapkan kriteria evaluasi pelaksanaan blended learning.
Pada tahapan pertama, menetapkan jenis dan materi bahan ajar.
Pendidik harus paham betul akan bahan ajar yang seperti apa yang relevan
untuk diterapkan pada pembelajaran tersebut, dimana yang sebagian
dilakukan secara face to face (tatap muka) dan sisanya secara online atau
web based learning. Selanjutnya pada tahapan kedua, tetapkan rancangan
dari blended learning yang akan digunakan. Rancangan pembelajaran
harus dirancang dengan baik dan juga harus melibatkan ahli e-learning
untuk membantu. Hal ini bertujuan agar nantinya rancangan pembelajaran
yang dibuat akan relevan dan memudahkan sistem pembelajaran tatap
muka dan online, bukan malah mempersulit peserta didik ataupun tenaga
kependidikan lainnya dalam penyelenggarakan suatu pembelajaran atau
pendidikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat rancangan
pembelajaran blended learning adalah :
a. Bagaimana bahan ajar tersebut disajikan.
b. Bahan ajar mana yang bersifat wajib dipelajari dan mana yang
sifatnya anjuran guna memperkaya pengetahuan peserta didik,.
c. Bagaimana peserta didik dapat mengakses dua komponen
pembelajaran tersebu.
d. Faktor pendukung apa saja yang diperlukan, misalnya software apa
yang digunakan, atau apakah diperlukan kerja kelompok atau
individu saja.
Tahapan ketiga, tetapkan format online learning. Apakah bahan ajar yang
tersedia dalam format PDF, video dan lainnya. Selain itu, juga n adanya
pemberitahuan hosting apa yang digunakan oleh pendidik, apakah itu
Google, Facebook, atau lainnya. Tahapan keempat, melakukan uji
terhadap rancangan yang telah dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah sistem pembelajaran tersebut sudah berjalan dengan
baik atau belum. Mulai dari kefektivan dan keefesiensi sangat
diperhatikan, apakah justru mempersulit peserta didik dan pendidik dalam
menyelenggarakan pembelajaran atau malah bahkan mempermudah
pembelajaran. Tahapan kelima, melaksanakan blended learning dengan
baik. Sebelum menerapkannya perlu diadakan sosialisasi dari pendidik
mengenai system tersebut. Mulai dari pengenalan tugas masing-masing
komponen pendidikan, cara akses terhadap bahan ajar, dan lainnya.
Pendidik disini bertugas sebagai petugas promosi, karena yang mengikuti
penyelenggaraan blended learning dapat dari pihak sendiri dan bahkan dari
pihak lain. Tahapan terakhir, menyiapkan kriteria untuk melakukan
evaluasi. Contoh evaluasi yang dapat dilakukan adalah dengan Ease to
navigate, Content/substance, Layout/format/appearance, Interest,
Applicability, Cost-effectiveness/value.
Ease to navigate, yaitu seberapa mudah peserta didik dapat
mengakses semua informasi yang disediakan di paket pembelajaran.
Kriterianya, makin mudah melakukan akses, maka semakin baik.
Content/substance, yaitu bagaimana kualitas isi yang digunakan. Misalnya
petunjuk mempelajari bagaimana bahan ajar itu disiapkan, dan apakah
sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan sebagainya. Kriterianya
adalah semakin mendekatnya isi bahan ajar dengan tujuan pembelajaran
maka semakin baik. Layout/format/appearance, yaitu paket pembelajaran
(bahan, petunjuk, atau informasi lainnya) yang disajikan secara
profesional. Kriterianya adalah semakin baik penyajian bahan ajar tersebut
maka semakin baik. Interest, yaitu sampai seberapa besar paket
pembelajaran yang disajikan mampu menimbulkan daya tarik bagi peserta
didik untuk belajar. Kriterianya peserta didik semakin tertarik belajar
maka hal itu semakin baik. Applicability, yaitu seberapa jauh paket
pembelajaran yang bisa dipraktekkan secara mudah. Kriterianya adalah
semakin mudah hal tersebut adalah semakin baik. Dan yang terakhir Cost-
effectiveness/value, yaitu seberapa murah biaya yang dikeluarkan untuk
mengikuti paket pembelajaran tersebut. Kriterianya semakin murah , maka
semakin baik.

B. Rancangan Model
Sintaks
Sintaks adalah urutan aktivitas pembelajaran. Menurut
Joyce, Weil dan Showers (1992:14) sintaks adalah tahap
mendeskripsikan model. Contohnya bagaimana memulai atau apa
yang terjadi selanjutnya setelah melakukan satu kegiatan. Sintaks
perlu dideskripsikan ke dalam rangkaian kegiatan yang disebut
dengan tahapan-tahapan. Oleh karena itu, setiap model
pembelajaran memiliki tahapan yang jelas dan berbeda agar dapat
diterapkan. Begitu pula dengan model blended learning agar dapat
diterapkan dengan baik terlebih dahulu harus memiliki tahapan-
tahapan pelaksanaannya yang jelas.
Terdapat tiga tahapan dasar dalam model blended learning
yang mengacu pembelajaran berbasis ICT, seperti yang diusulkan
oleh Grant Ramsay (dalam Tao, 2011), yaitu:
a. Seeking of information.
b. Acquisition of information
c. Synthesizing of knowledge.
Tahapan seeking of information, yaitu mencakup pencarian
informasi dari berbagai sumber informasi yang tersedia di TIK,
memilih secara kritis diantara sumber penyedia informasi dengan
berpatokan pada content of relevantion, content of validity, dan
academic clarity. Pendidik berperan sebagai pakar yang dapat
memberikan masukan dan nasehat guna membatasi pebelajar dari
tumpukan informasi potensial dalam TIK. Pada tahapan acquisition
of information, yaitu peserta didik secara individual maupun dalam
kelompok kooperatif-kolaboratif berupaya untuk menemukan,
memahami, serta mengkonfrontasikannya dengan ide atau gagasan
yang telah ada dalam pikiran peserta didik, kemudian
menginterprestasikan informasi dari berbagai sumber yang
tersedia, sampai mereka mampu kembali mengkomunikasikan dan
menginterpretasikan ide-ide tersebut dan hasil interprestasinya
menggunakan fasilitas TIK. Tahapan terakhir, synthesizing of
knowledge adalah mengkonstruksi/merekonstruksi pengetahuan
melalui proses asimilasi dan akomodasi bertolak dari hasil analisis,
diskusi dan perumusan kesimpulan dari informasi yang diperoleh.
Secara lengkap sintaks model blended learning yang akan
dikembangkan dirancang sebagai berikut :
Sintaks Peran Pendidik
Tahap 1 :  Pendidik menyampaikan kompetensi
Seeking of information dan tujuan pembelajaran untuk
Pencarian informasi yang menginisiasi kesiapan belajar peserta
berkaitan dengan materi didik sekaligus mempersiapkan
yang akan dibahas dari mereka dalam proses eksplorasi
berbagai sumber informasi konsep materi yang relevan melalui
yang tersedia di TIK, kegiatan pembelajaran tatap muka di
buku, modul maupun kelas maupun pembelajaran dengan
penyampaian/ suplemen e-learning. Kegiatan
pendemonstrasian melalui eksplorasi konsep dapat dilakukan
tatap muka di kelas baik secara individual maupun kelompok
teori maupun praktik  Pendidik memfasilitasi, membantu,
(Orientasi) dan mengawasi peserta didik dalam
proses eksplorasi konsep, sehingga
informasi yang diperoleh tetap relevan
dengan topik yang sedang dibahas,
serta diyakini validitas/reliabilitas dan
akuntabilitas akademiknya.
Tahap 2 :  Pendidik membimbing peserta didik
Acquisition of information mengerjakan LK / Modul Praktikum
Menginterprestasi dan dalam diskusi kelompok untuk
mengelaborasikan menginventarisasi informasi,
informasi yang didapat menginterpretasi dan mengelaborasi
secara personal maupun konsep menuju pemahaman terhadap
komunal topik yang sedang dibelajarkan.
( Organisasi dan  Pendidik men-scaffolding peserta
investigasi ) didik dalam menyelesaian LK
Praktikum baik secara personal
maupun dalam kelompok.
 Peserta didik menugaskan mahasiswa
untuk mengelaborasi penguasaan
konsep melalui pemberian tugas
individu maupun kelompok yang
dapat diakses melalui fasilitas e-
learning.
Tahap 3 :  Pendidik menjustifikasi hasil
Synthesizing of knowledge eksplorasi dan desain presentasi peserta
Merekonstruksi didi dan bersama-sama menyimpulkan
pengetahuan melalui  Pendidik membantu peserta didik
proses asimilasi dan menyesaikan project kelompok melalui
akomodasi bertolak dari online learning
hasil informasi yang  Pendidik mendampingi peserta didik
diperoleh melalui dalam mengkonstruksi/merekonstruksi
pertemuan tatap muka konsep materi yang dibelajarkan
maupun online learning
(Presentasi, analisis dan
evaluasi)

C. Perangkat Model
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Berikut ini adalah salah satu rancangan pelaksanaan
pembelajaran yang akan diaplikasikan dalam pengembangan model
blended learning ini :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

A. Identitas Mata Kuliah


Mata Kuliah : Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Semester : Genap
Semester : SMK Negeri 3 Singaraja
Pertemuan : 11 – 12
Standar Kompetensi : Mengoperasikan Software Komputer
Kompetensi Dasar : Mengoperasikan software presentasi

B. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik diharapkan mampu dan terampil melakukan editing
hyperlink sederhana
2. Peserta didik diharapkan mampu dan terampil melakukan editing
animasi mutimedia (Insert gambar, diagram, suara dan video)
3. Peserta didik diharapkan mampu dan terampil melakukan editing
animasi multimedia (insert suara dan video)
4. Peserta didik diharapkan mampu dan terampil melakukan editing
animasi slide dan presentasi yang menarik

C. MATERI
Editing sederhana untuk presentasi berupa : operasi hyperlink,
memasukkan media gambar, diagram, suara dan video

D. METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran blended learning dengan pendekatan konstruktif
1. Pembelajaran Synchronous :
a. Tatap muka : ceramah, demontrasi, praktik dan presentasi) dan
b. Online : Chatting melalui layanan E-learning
2. Pembelajaran Asynchromous :
a. Belajar mandiri (Online) : Menggunakan modul dan contoh dalam
format pdf, pptx,flv dan htm)
b. Belajar Kolaboratif (Online) : Forum Diskusi Online

E. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
No Kegiatan Deskripsi Ket
1 Kegiatan  Menyampaikan tujuan Pembelajaran
Pendahuluan pembelajaran tatap muka
Orientasi  Apersepsi tentang cara
mengaktifkan software
presentasi
 Motivasi tentang pentingnya
mempelajari materi editing
pada presentasi
2 Kegiatan Inti  Dosen menjelaskan cara Pembelajaran
Orientasi mengakses materi melalui tatap muka
layanan e-learning kampus
 Dosen mengenalkan dan
memberi contoh materi
tentang tentang editing
sederhana pada slide
presentasi meliputi
hyperlink, gambar dan
diagram serta suara dan
video berikut animasi slide
dan presentasi Pembelajaran
 Dosen membimbing peserta online
didik mendapatkan
informasi dan
mengemukakan pendapat
tentang informasi yang
didapatkan melalui materi
online
Organisasi  Dosen memberi tugas pada Pembelajaran
peserta didik untuk membuat online
produk presentasi yang
melibatkan pengunaan
hyperlink, gambar, diagram,
suara dan video serta efek
animasi slide dan presentasi
dengan bantuan modul dan
contoh pada materi online
Investigasi  Peserta didik login ke Pembelajaran
layanan e-learning untuk online
mengakses modul dan
contoh sesuai materi
 Peserta didik dapat
berkolaborasi antar peserta
didik dan pendidik untuk
menggali informasi materi
 Peserta didik menggali
informasi tentang materi
melalui sumber belajar
media e-learning
 Peserta didik
mempraktikkan materi Pembelajaran

modul dan contoh yang tatap muka

didapatkan secara online


 Pendidik membimbing dan
menjelaskan apabila masih
ada materi yang kurang
dipahami
 Peserta didik mengerjakan
tugas yang telah diberikan
Presentasi  Peserta didik Pembelajaran
mengembangkan produknya tatap muka
 Pendidik mempersilahkan
peserta didik yang akan
memperesentasikan
produknya
 Peserta didik lain dapat
menanggapi dan atau
memberi saran
Analisis  Pendidik dan peserta didik Pembelajaran
merefleksi hasil investigasi tatap muka
dan produk peserta didik
yang telah dipresentasikan
 Pendidik memberi
kesempatan kesempatan
pada peserta didik yang
belum memahami materi
Evaluasi  Pendidik menyimpulkan Pembelajaran
materi pembelajaran tatap muka
 Pendidik menugaskan Pembelajaran
membuat tugas mandiri online
melalui forum diskusi online

F. ALAT, SUMBER DAN BAHAN


1. Modul teori dan praktikum mata kuliah TIK SMK Negeri 3
Singaraja
2. Sumber belajar lain yang mendukung
3. Materi yang tersedia pada layanan e-learning kampus yang terdiri
dari modul, video tutorial dan contoh presentasi.

2. LK (Lembar kerja)
Lembar kerja yang disiapkan dalam model ini terdiri dari lembar
kerja modu praktikum pada pembelajaran tatap muka serta lembar kerja
online yang tersedia pada layanan e-learning. Lembar kerja terdiri dari
tugas mandiri dan tugas kelompok.
DAFTAR PUSTAKA

 Pratiwi, Widi dan Parijo Wrneri. Penerapan Model Blended Learning


Untuk Meningkatkan Performansi Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi
Di SMA. Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIPUntan,Pontianak.
 Sjukur, Sulihin B. 2012. Pengaruh Blended Learning terhadap Motivasi
Belajar dan Hasil Belajar Siswa Tingkat SMK. Jurnal pendidikan Vokasi,
Vol 2, Nomor 3, November 2013.
 Grant Ramsay. 2001. Teaching and Learning With Information and
Communication Technology: Succes Through a Whole School Approach.
National Educational Computing Conference, July 25-27. Chicago.
 Smaldino, Sharon E, dkk. 2007. Instructional Technology And Media For
Learning Ninth edition. New Jersey Columbus, Ohio: PEARSON Merrill
Prentice Hall
 Joyce, Bruce. Weil, Massha. & Showers, Beverly. 1992. Models of
Teaching (4th). United Stated of America: Person Education, Inc.
 Graham, Charles R. 2005. The Handbook of Blended Learning.
Bloomington: Indiana University.
 Aeni, Nur dkk. 2017. Pengembangan Model Blended Learning Berbasis
Masalah pada Mata Pelajaran Sistem Komputer. Diakses pada link :
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujet
 I Gede Sukerata. Kajian Model Pembelajaran Blended Learning. Diakses
pada link : https://sukeratayasa.wordpress.com/kajian-model-
pembelajaran-blended-learning/

Anda mungkin juga menyukai