Anda di halaman 1dari 5

1. Alasan pemilihan judul: a.

Pertama uraikan tentang fenomena kerja sama bisnis (baik skala nasional maupun skala internasional) tidak jarang terjadi perselisihan. b. Pada intinya, kedua belah pihak yang berselisih menginginkan penyelesaian secara win-win solution, artinya kedua belah pihak tidak ingin dirugikan atau merugikan pihak lain. c. Oleh karena itu diperlukan sarana penyelesaian sengketa yang sifatnya sederhana (tidak rumit) dan murah tetapi berdaya guna tinggi (efektif) dalam menyelesaikan suatu sengketa bisnis. d. Kemudian muncullah pemikiran untuk menggunakan sarana penyelesaian sengketa non-litigasi, karena yang dirasakan para pebisnis adalah apabila sengketanya dibawa ke pengadilan maka penyelesaiannya akan memakan waktu yang lama dan biaya yang tidak seikit. e. Ada pemikiran yang kemudian muncul adalah penyelesaian sengketa melalui Alternative Dispute Resolution itu bisa dilangsungkan dengan cara tidak bertatap muka. Hal ini disebabkan karena alasan untuk lebih menghemat waktu dan biaya. f. Dihubungkan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, terutama dengan adanya internet, maka muncul pemikiran bahwa proses arbitrase (model penyelesaian sengketa yang paling banyak digunakan pebisnis saat ini) dapat dilakukan secara online. g. Ditambah dengan praktek penyelesaian sengketa (arbitrase) secara online ini telah diterapkan di negara-negara maju (terutama Jepang) dan hasilnya sungguh sangat memuaskan. h. Ada harapan bahwa praktek arbitrase online tersebut dapat diterapkan di Indonesia. Tetapi, penulis merasa masih ada kendala yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Sebab, sebelum kendala ini bisa diatasi, maka jangan diharapkan arbitrase online ini dapat dilaksanakan di Indonesia. Kendala pertama tentang peraturan atau hukum yang belum sepenuhnya mendukung pelaksanaan arbitrase online ini (lihat halaman 23 UP). Kedua, kendala mengenai sarana dan prasarana (lihat hal 25 UP).

i. Terakhir, ungkapkan prolog penutup, misalnya dengan melihat efektivitas (daya guna) arbitrase online dalam menyelesaikan sengketa, tetapi di lain pihak, Indonesia belum mampu mengatasi kendala yang ada untuk dapat mendayagunakan arbitrase online, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang arbitrase online ini.

2. Identifikasi Masalah: Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, penulis mempunyai pemikiran bahwa masalah arbitrase online dimungkinkan diterapkan di Indonesia. Pastinya, diperlukan pembaharuan hukum di Indonesia sehingga sifat modernitas tercipta dalam hukum di Indonesia. Sebelum menciptakan hukum tentang arbitrase online tersebut perlu kiranya diketahui kendalakendala dalam pelaksanaannya, baik itu yang bersifat hukum, teknis maupun non teknis. Setelah diketahui kendala-kendala tersebut maka diharapkan hukum yang terbentuk (khususnya mengenai arbitrase online) dapat melindungi masyarakat pengguna hukum itu sendiri. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah hukum yang terbentuk harus bersifat futuristik (dapat menjangkau perkembangan ilmu dan teknologi pada masa yang akan datang), sehingga tidak terjadi bongkar pasang suatu peraturan perundang-undangan yang selama ini sering terjadi di Indonesia.

3. Kerangka Pemikiran: Pemilihan grand theory dalam penelitian ini adalah teori dari Roscoe Pound yang menyatakan hukum berfungsi sebagai alat social engineering dan social control. Alasan pemilihan grand theory tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa dalam masyarakat sering terjadi sengketa, oleh sebab itu diperlakukan suatu aturan untuk mengatur kepentingan antara manusia dalam masyarakat.

Pemilihan middle range theory dalam penelitian ini adalah teori kebebasan berkontrak. Alasan pemilihan teori tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa penyelesaian sengketa bisnis dalam pergaulan masyarakat dewasa ini diserahkan pada kehendak para pihak yang berbisnis. Di Indonesia sendiri tidak ada ketentuan yang menyatakan secara tegas bahwa penyelesaian sengketa bisnis harus dilakukan oleh institusi tertentu. Bahkan peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia mengatur bahwa suatu sengketa dapat diselesaikan oleh para pihak sesuai dengan keinginan atau kehendak para pihak.

Pemilihan applied theory dalam penelitian ini adalah teori yang dikemukakan oleh Mochtar Kusumaatmadja yang menyatakan bahwa dalam alam pikiran bangsa Indonesia telah ada konsep bahwa hukum itu harus peka terhadap perkembangan masyarakat, dan hukum itu harus disesuaikan atau

menyesuaikan diri dengan keadaan yang telah berubah. Di sini dapat diartikan bahwa dalam pembuatan hukum (pembaharuan hukum) haruslah bersifat futuristik (pemikiran yang maju ke depan), sehingga perkembangan kehidupan masyarakat yang terus berkembang (secara pesat) dapat di-cover oleh peraturan perundang-undangan yang dibuat sekarang. Khusus dalam kaitannya dengan pengaturan arbitrase online di Indonesia, maka pada saatnya nanti, hukum yang terbentuk dapat secara maksimal melindungi masyarakat pengguna arbitrase online secara maksimal dengan jangka waktu yang (sangat) lama.

4. Metode Penelitian: Masalah metode penelitian saya rasa sudah jelas. Pelajari dan pahami dengan baik sesuai dengan apa yang ditulis dalam UP.

Perkiraan pertanyaan penguji: 1. Pertanyaan standarnya adalah mengapa anda tertarik untuk meneliti judul ini? Jawabannya sudah saya uraikan di atas. 2. Kemungkinan pertanyaan lainnya adalah: Perlukah di Indonesia diterapkan arbitrase online dalam menyelesaikan suatu sengketa bisnis? Jawabannya perlu. Dengan alasan: a. Untuk skala nasional : Pentingnya arbitrase online dalam penyelesaian sengketa bisnis adalah melihat kondisi geografis Indonesia (yang terdiri dari pulau-pulau), arbitrase online sangat dimungkinkan diterapkan di Indonesia karena sesuai dengan asas penyelesaian sengketa yang murah, cepat dan sederhana. b. Untuk skala internasional : Pentingnya arbitrase online dalam penyelesaian sengketa bisnis adalah model penyelesaian sengketa bisnis internasional yang dilakukan secara online ini sudah mulai diterapkan di beberapa negara (maju). Apabila Indonesia siap dengan perangkat hukum yang mapan mengenai arbitrase online ini, maka secara tidak langsung akan meningkatkan kepercayaan investor asing untuk datang ke Indonesia. Atau dengan kata lain, hukum arbitrase online yang baik dapat dijadikan daya tarik investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. 3. Pertanyaan yang mungkin muncul adalah : mengapa penelitian ini menggunakan pendekatan socio legal approach. Jawabannya adalah : Untuk membentuk hukum (dalam rangka pembaharuan hukum di Indonesia) yang baik mutlak diperlukan pengkajian terhadap ilmu sosial yang lain. Dapat diilustrasikan sebagai berikut, hukum arbitrase online akan sangat dipengaruhi oleh sistem hukum dan politik negara lain. Maka diperlukan ilmu hubungan internasional. Berbagai aspek dari hukum yang ingin kita ketahui ternyata tidak dapat dijelaskan dengan baik tanpa memanfaatkan disiplin-disiplin ilmu pengetahuan, seperti politik, anthropologi, ekonomi dan lain-lainnya.

Penjelasan saya di atas, perlu diimprofisasi pada saat ujian sidang nanti. Tidak harus baku seperti itu. Jika ada ide lain utarakan saja di depan penguji. Lain-lain

hal yang mungkin muncul dapat di-cover (artinya akan terjawab dengan sempurna) apabila Pak Andy benar-benar menguasai isi UP dengan baik. Tetapi keistimewaan dari penelitian ini adalah bagaimana Pak Andy akan menciptakan model alternatif konsep hukum Indonesia dalam menerapkan arbitrase secara online yang dapat menjamin kepastian hukum dan keadilan bagi para pebisnis.

Anda mungkin juga menyukai