Anda di halaman 1dari 11

1

PROSES PERENCANAAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN WAJIB


(BASIC SIX) PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KEEROM
PROPINSI PAPUA

PLANNING PROCESS OF BASIC SIX PROGRAM ON PUBLIC HEALTH IN


KEEROM REGENCY IN PAPUA PROVINCE

Nick Albertho Yoku1, Syahrir A. Pasinringi1 , A. Zulkifli Abdullah 2


1
Bagian Manajemen Pelayanan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,Universitas
Hasanuddin, 2Bagian Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat,Universitas
Hasanuddin, Makassar

Alamat Korespondensi :

Nick Albertho Yoku


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin
Makassar,
HP : 082239091800
e-mail : nickalbert1975@gmail.com
2

Abstrak

Perencanaan merupakan fungsi pertama dalam fungsi pokok manajemen, yang mendahului fungsi
pengorganisasian, ketenagaan, kepemimpinan, dan pengendalian yang dimaksudkan untuk membantu
tercapainya tujuan organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses perencanaan yang dilaksanakan
pada program upaya kesehatan wajib (basic six) di Puskesmas Kabupaten Keerom. Penelitian ini dilaksanakan di
empat puskesmas yang mewakili dua daerah DTPK dan dua daerah non DTPK di Kabupaten Keerom
menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan proses perencanaan program Basic six di
Puskesmas yang ada di Kabupaten Keerom telah sesuai dengan tahapan dan petunjuk teknis proses perencanaan
yang diberikan. Tahapan proses perencanaan berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis situasi
dilakukan dengan mempertimbangkan masalah kesehatan, kinerja program, dan faktor resiko lingkungan.
Penentuan prioritas masalah dijalankan pada setiap puskesmas, penentuan tujuan mengikuti Dinas Kesehatan
Kabupaten Keerom, Identifikasi masalah tidak dilakukan di semua puskesmas, dan rencana operasional
dirumuskan melibatkan seluruh komponen puskesmas dan dirumuskan sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom. Perbandingan yang dilakukan terhadap proses perencanaan
masing-masing puskesmas memperlihatkan perbedaan hanya terletak pada keterlibatan komponen puskesmas
dalam proses perencanaan.

Kata kunci : proses perencanaan, basic six, puskesmas, Kabupaten Keerom

Abstract

Planning is the first function in the basic functions of management, which precedes the function of organizing,
serenity, leadersip, and controls that are intended to help achieve organizational goals. This study aimed to the
situation analysis of six basic program planning process, the process of determining the priority issue of six
basic programs, the determination of the six basic program goals , identification of six basic activities of the
program and the plan six basic program operations and comparing the six basic program planning process in
the Health Office Keerom Regency of Papua Province. The design study is a qualitative research. The data
collection was done through documents, direct observation (observation) and in-depth interviews to the
informant. Analysis of the data in this study is done interactively and continues over time until complete. The
results showed that the Basic program planning process in six health centers in Keerom accordance with the
stages of the planning process and the technical instructions given. Stages of the planning process based on the
results of the study showed that the situation analysis carried out by considering of health problems, program
performance, and environmental risk factors. Prioritization problem is run on each health center, goal setting
followed Health Office of Keerom Regency, problem identification is not done at all health centers, and
operational plans formulated involving the entire health centers and formulated in accordance with rules set by
the Health Office of Keerom Regency. Comparisons were made to the planning process of each health center
shows only difference lies in the involvement of health center component in the planning process.

Keywords : Planning process, basic six, Health Care, Keerom Regency


3

PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang
agar terwujud derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat maka diselenggarakan upaya
kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) yang di selenggarakan secara berkesinambungan. (Depkes RI, 2004)
Desentralisasi perencanaan kesehatan sebagai salah satu faktor esensial dalam proses
desentralisasi merupakan proses yang kompleks dan membutuhkan kerjasama yang harmonis
di antara penentu kebijakan, perencana, tenaga administrasi dan masyarakat. Oleh karena itu,
dibutuhkan tekad yang kuat dan kesiapan yang cukup matang untuk menata dan memperkuat
sistem perencanaan kesehatan pada masing-masing kabupaten/kota. (Munif, 2012)
Sebagai konsekuensi dari implementasi Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 dan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada sektor kesehatan,
maka kesiapan Dinas Kesehatan kabupaten/kota dalam penguatan sistem perencanaan mutlak
diperlukan. Suatu hal yang dapat dikemukakan sebagai masalah pokok dalam implementasi
perencanaan kesehatan pada kabupaten/kota adalah sistem perencanaan kesehatan kurang
efektif dalam mengakomodir kebutuhan dan permasalahan kesehatan masyarakat setempat.
(Bakri, 2001)
Kesehatan merupakan salah satu aspek yang diatur dan diurus oleh pemerintah daerah,
yang pada awalnya bersifat top-down (dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah) sekarang
menjadi bottom-up (dari pemerintah daerah ke pemerintah pusat). Otonomi daerah bidang
kesehatan memberikan kesempatan yang banyak kepada pemerintah darerah untuk
mengeksplorasi kemampuan daerah dari berbagai aspek, mulai dari komitmen pemimpin dan
masyarakat untuk membangun kesehatan, sistem kesehatan daerah, manajemen kesehatan
daerah, dana, sarana, dan prasarana yang memadai, sehingga diharapkan kesehatan
masyarakat di daerah menjadi lebih baik dan tinggi. (Hamdi, 2010)
Proses penyusunan perencanaan mempunyai langkah-langkah yang saling berkaitan.
Adapun perhitungan anggaran dalam teori dikenal dengan “line item budgeting” dan
“performance budgeting”. Line item badgeting pada saat ini sudah banyak ditinggalkan
karena mempunyai kelemahan yaitu tidak adanya kejelasan hubungan antara belanja barang
dan jasa yang digunakan dengan output atau kinerja program. (Gani, 2004)
Anggaran berbasis kinerja pada akhir-akhir ini menjadi pilihan dalam penyusunan
perencanaan penganggaran sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun
2006 yang telah diubah menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007
4

Pada Performance budgeting didasarkan pada adanya kesinambungan antara kinerja


kegiatan/output dan anggaran / input yang dibutuhkan. (Gani, 2004)
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proses perencanaan yang terdiri dari analisis
situasi, penentuan prioritas masalah, penentuan tujuan, identifikasi kegiatan dan rencana
operasional yang dilakukan oleh puskesmas yang ada di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten
Keerom.

BAHAN DAN METODE


Lokasi dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013 - Februari 2014 di empat
puskesmas yang terdiri dari dua puskesmas dari daerah DTPK dan dua puskesmas dari daerah
non DTPK. Desain penelitian ini adalah penelitian kualitatif melalui wawancara mendalam
kepada informan yang merupakan Kepala puskesmas, Bendahara puskesmas, Ketua - Ketua
program basic six, dan pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom terkait.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas kesehatan yang ada di puskesmas
yang ada di wilayah Kabupaten Keerom dan pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom.
Adapun sampel penelitian ini adalah Kepala puskesmas, Bendahara puskesmas, ketua
Program basic six dari empat puskesmas dan dua pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten
Keerom.
Metode pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan melalui telah dokumen, pengamatan langsung
(observasi) dan wawancara mendalam kepada informan.

HASIL
Karakteristik Responden
Tabel 1 menunjukkan distribusi responden berdasarkan usia, pendidikan terakhir dan
masa kerja. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pada puskesmas Arso Timur, berdasarkan
umur informan, maka informan paling muda berusia 22 tahun dan informan berusia paling tua
adalah 40 tahun. Berdasarkan pendidikan terakhir, 2 orang merupakan sarjana S1 dan 2 orang
merupakan lulusan DIII. Berdasarkan masa kerja informan, masa kerja terendah adalah 2
tahun dan masa kerja tertinggi adalah 12 tahun. Pada Puskesmas Waris, berdasarkan umur,
petugas kesehatan termuda berusia 25 tahun sebanyak 2 orang dan tertua berumur 41 tahun
5

sebanyak 1 orang. Berdasarkan pendidikan terakhir, informan berasal dari latar belakang
pendidikan sarjana S1 sebanyak 2 orang, DIII sebanyak 4 orang, DII sebanyak 1 orang, dan
SMAK sebanyak 1 orang. Masa kerja terendah adalah 3 tahun dan tertinggi sebesar 21 tahun.
Pada Puskesmas Arso Kota, berdasarkan umur, informan termuda berusia 27 tahun dan
informan tertua berusia 40 tahun. Berdasarkan pendidikan terakhir, informan semuanya
merupakan lulusan DIII. Berdasarkan masa kerja, masa kerja terendah adalah 5 tahun dan
masa kerja tertinggi adalah 20 tahun. Sedangkan pada puskesmas Arso III, berdasarkan usia,
usia termuda berumur 27 tahun, usia tertua 46 tahun. Berdasarkan pendidikan terakhir,
informan dengan latar belakang pendidikan S1 sebanyak dua orang, DIII sebanyak 4 orang,
SPK/SMEA sebanyak 2 orang.
Proses perencanaan puskesmas Arso Timur
Analisis situasi menghasilkan masalah kesehatan mempengruhi perencanaan namun
ada program yang tidak mengaitkannya dengan anggaran. Kondisi ini menunjukkan
ketidakkonsistenan dalam proses perencanaan. Kinerja program sebagian besar menyatakan
ada pengaruh terhadap perencanaan dan anggaran, sedangkan yang tidak mengaitkan kinerja
dengan perencanaan dan anggaran adalah program gizi, promkes, kesling, dan P2M. Alasan
yang dikemukakan umumnya tentang tidak adanya pengaruh adalah karena anggaran telah
ditentukan sebelumnya. Faktor perilaku dan lingkungan sangat mempengaruhi perencanaan
dan penganggaran program. Pada Penentuan prioritas masalah di puskesmas Arso Timur
dilihat dari beberapa hal, yaitu jumlah kasus yang terjadi sebelumnya, besarnya masalah yang
ada, evaluasi SPM sebelumnya, dan melihat dampak penyakit menular yang meluas. Pada
proses Penentuan Tujuan, tujuan dan target puskesmas/program basic six perlu
mengacu/memperhatikan tujuan dan target dari dinas kesehatan. Pada proses Penentuan
Identifikasi kegiatan, puskesmas Arso Timur tidak melaksanakan proses identifikasi kegiatan dalam
perencanaan melainkan langsung menyusun kegiatan tanpa membedakan jenis kegiatan. Pada proses
Rencana Operasional, penyusunan rencana operasional telah mengikuti format yang telah
ditentukan dinas. Format tersebut terdiri atas nama kegiatan, tujuan, sasaran, lokasi, biaya
yang dibutuhkan, waktu pelaksanaan, dan penanggung jawab kegiatan. Namun, dalam telaah
dokumen yang dilakukan, diperoleh ada program yang tidak melengkapi data rencana
operasional sesuai dengan format yang diberikan.
Proses Perencanaan Puskesmas Waris
Pada proses analisis situasi, masalah kesehatan terkadang berpengaruh pada proses
perencanaan dan anggaran. Kinerja Program berpengaruh pada perencanaan dan anggaran
sebagian besar program, sementara faktor resiko lingkungan sangat mempengaruhi
6

perencanaan dan penganggaran program Basic six di puskesmas Waris. Penentuan Prioritas
Masalah didasarkan pada cakupan SPM tahun sebelumnya dan program yang paling
bermasalah. Penentuan Tujuan program kesehatan mengikuti tujuan dan target dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Keerom, dimana yang menjadi landasan pertimbangan adalah SDM,
dana, dan sarana yang hanya melibatkan kepala puskesmas. Identifikasi kegiatan, tidak
dilakukan dalam penyusunan kegiatan dengan kata lain tidak ada pembedaan jenis kegiatan dalam
penyusunan kegiatan. Rencana Operasional mengikuti format yang telah ditentukan dinas.
Format tersebut terdiri atas nama kegiatan, tujuan, sasaran, lokasi, biaya yang dibutuhkan,
waktu pelaksanaan, dan penanggung jawab kegiatan. Dalam perumusan rencana operasional
pada puskesmas Waris melibatkan kepala puskesmas, bendahara dan sebagian PJ program.
Proses Perencanaan Puskesmas Arso Kota
Pada Analisis Situasi, masalah kesehatan dan kinerja program berpengaruh terhadap
perencanaan dan anggaran di semua program basic six. Faktor resiko lingkungan dan perilaku
sangat mempengaruhi perencanaan dan penganggaran semua program basic six di puskesmas
Arso Kota. Penentuan Prioritas Masalah dilihat melalui cakupan program tahun sebelumnya
dan masalah yang terjadi disertai diskusi antar pihak-pihak berkompeten yang ada di
puskesmas. Penentuan Tujuan, didasarkan pada tujuan Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom.
Identifikasi kegiatan tidak dilakukan dalam penyusunan kegiatan. Sementara rencana operasional
penyusunan rencana operasional, mengikuti format yang telah ditentukan dinas. Format
tersebut terdiri atas nama kegiatan, tujuan, sasaran, lokasi, biaya yang dibutuhkan, waktu
pelaksanaan, dan penanggung jawab kegiatan, melibatkan kepala puskesmas, bendahara dan
PJ program.
Proses Perencanaan Puskesmas Arso III
Pada analisis situasi, Setiap program menyusun perencanaan dan anggaran didasarkan
pada permasalahan kesehatan yang ada di wilayahnya, sehingga perencanaan tepat sesuai
dengan kebutuhan daerahnya. Kinerja Program mempengaruhi perencanaan dan anggaran
setiap program. Faktor resiko lingkungan dan perilaku berpengaruh pada setiap perencanaan
dan anggaran seluruh program basic six. Penentuan prioritas Masalah dilakukan berdasarkan
cakupan dan target capaian tahun sebelumnya, besarnya suatu masalah dan dampak yang
ditumbulkan. Penentuan Tujuan didasarkan pada tujuan dan target Dinkes Kab. Keerom.
Sementara Identifikasi kegiatan tidak dilakukan dalam penyusunan kegiatan. Rencana Operasional
penyusunan rencana operasional, mengikuti format yang telah ditentukan dinas. melibatkan kepala
puskesmas, bendahara dan PJ program.
7

PEMBAHASAN
Penelitian ini menghasilkan adanya kesamaan proses perencanaan pada empat
puskesmas. Perbedaan proses perencanaan hanya terlihat dari keterlibatan informan dalam
proses perencanaan. Proses perencanaan terdiri dari analisis situasi, penentuan prioritas
masalah, penentuan tujuan, identifikasi kegiatan dan rencana operasional. (Dasmar dkk.,
2013) Perencanaan merupakan salah satu tahapan proses dalam sebuah organisasi yang
memiliki pengaruh signifikan terhadap penyerapan anggaran. (Priyatno dkk., 2013)
Analisis situasi bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai jenis dan bentuk
kegiatan, keterlibatan, strategi serta anggaran yang diperlukan. Proses analisis situasi pada
puskesmas di Kabupaten Keerom menunjukkan adanya pengaruh masalah kesehatan, kinerja
dan faktor resiko lingkungan terhadap perencanaan dan anggaran. Namun demikian ada pula
informan yang merupakan ketua program yang tidak mengaitkan anggaran dengan masalah
kesehatan, kinerja program maupun faktor resiko lingkungan. Hal ini dikarenakan menurut
mereka alokasi anggaran yang diberikan pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom telah
tidak mengalami perubahan. Hal ini sesuai dengan penelitian Kurniasih (2007) yang
menemukan adanya pengaruh kegiatan dengan anggaran dimana beberapa kegiatan kesehatan
dihilangkan karena keterbatasan dana.
Proses penentuan prioritas masalah kesehatan merupakan pekerjaan yang tidak mudah.
Proses ini diperlukan agar dapat memberikan solusi yang tepat terhadap permasalahan
kesehatan yang ada di suatu daerah. Hasil wawancara mendalam terhadap informan di
puskesmas Kabupaten Keerom menunjukkan bahwa seluruh informan memahami pentingnya
penentuan prioritas masalah kesehatan dalam proses perencanaan. Seluruh program basic six
di empat puskesmas melakukan penentuan prioritas masalah berdasarkan cakupan SPM tahun
sebelumnya, masalah yang sedang terjadi atau kegagalan suatu program. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Khozin (2010) yang menemukan bahwa kebijakan SPM dapat
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Proses penentuan tujuan merupakan hal yang penting dalam perencanaan kesehatan.
Rencana kerja yang baik dan ingin mendapatkan hasil yang baik memerlukan tujuan yang
ingin dicapai, dimana tujuan dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Penentuan tujuan pada puskesmas di Kabupaten Keerom mengikuti tujuan Dinas Kesehatan
Kabupaten Keerom. Penentuan ini sebagian besar melibatkan kepala puskesmas. Dari tujuan
yang telah ditentukan, pada kenyataannya diperoleh masih ada yang kurang realistis dengan
kondisi yang ada di lapangan. Hal ini mungkin disebabkan tujuan yang dibuat belum secara
secara detail menjelaskan masalah yang terjadi di wilayah Kabupaten Keerom.
8

Proses identifikasi kegiatan secara garis besar dapat dibagi menjadi kegiatan
pelayanan individu, kegiatan pelayanan masyarakat, kegiatan manajemen dan kegiatan
pengembangan. (Gani dkk., 2004) Identifikasi kegiatan sangat penting untuk dilakukan karena
berhubungan erat dengan perhitungan kebutuhan anggaran. (Saifuddin, 2006). Berdasarkan
hasil wawancara yang dilakukan, seluruh puskesmas tidak melakukan identifikasi kegiatan
dalam penyusunan kegiatan setiap program. Kegiatan disusun tanpa memisahkan jenis
kegiatan, meskipun proses ini melibatkan kepala puskesmas, bendahara dan para penanggung
jawab program. Hal ini disebabkan belum adanya pelatihan khusus mengenai proses
perencanaan puskesmas khususnya mengenai identifikasi kegiatan.
Rencana operasional berkaitan dengan detail kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
masing-masing program. Rencana operasional ini nantinya dapat menjadi bahan evaluasi
kepala puskesmas terhadap pelaksanaan kegiatan oleh penanggung jawab program,
perbandingan tujuan/target dengan hasil yang telah dicapai, sehingga dapat menganalisis lebih
lanjut faktor penyebab atau kendala di lapangan terutama yang bersumber pada kelemahan
staf dan manajemen pelaksanaan program. Hasil penelitian melalui wawancara menunjukkan
rencana operasional telah disusun sesuai format dinas kesehatan Kabupaten Keerom oleh
sebagian besar program basic six di empat puskesmas dengan melibatkan kepala puskesmas,
bendahara dan penanggung jawab program. Namun dalam telaah dokumen masih ditemukan
adanya data yang tidak diisi lengkap oleh puskesmas.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh proses perencanaan pada
empat puskesmas tidak memiliki perbedaan mencolok antara puskesmas DTPK dan non
DTPK. Pada analisis situasi, sebagian besar dari program yang terdapat pada keempat
puskesmas tersebut menjadikan masalah kesehatan, kinerja program dan faktor resiko
lingkungan dan perilaku sebagai dasar dalam melakukan perencanaan dan anggaran. Pada
proses penentuan prioritas masalah, seluruh program upaya kesehatan wajib (basic six) di
empat puskesmas juga memahami perlunya melakukan penentuan prioritas masalah dalam
perencanaan agar alokasi anggaran yang diberikan tepat sasaran. Pada proses penentuan
tujuan, seluruh puskesmas menyatakan kesamaan, yakni mengikuti tujuan dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Keerom, sebagian besar melibatkan kepala puskesmas, bendahara, dan
ketua - ketua program. Sementara pada proses identifikasi kegiatan menjadi empat jenis
kegiatan, tidak dilaksanakan pada semua program basic six di empat puskesmas tersebut.
Pada perumusan rencana operasional, seluruh puskesmas juga telah mengikuti format yang
9

diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom dengan melibatkan kepala puskesmas,
bendahara dan ketua-ketua program, meskipun dalam telaah dokumen masih ditemukan
ketidaklengkapan pengisian format yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
Bakri, H. (2001). Penguatan Sistem Perencanaan di Kabupaten/Kota Hamdi
Dasmar,dkk., (2013). Studi Evaluasi Program Dana Bantuan Operasional Kesehatan di
Kabupaten Luwu : Jurnal AKK Vol.2 No.1 Januari 2013 Hal. 1-7. Makassar
Departemen Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
Gani Ascobat, Nadjib Madiati dan Chusnun Prastuti. (2004). Perencanaan dan
Penganggaran Kesehatan Terpadu (P2KT). DHS.1, Depkes RI.
Hamdi, Rizwan. (2010). Otonomi Daerah dan Pembangunan Kesehatan di Indonesia. Jakarta.
Khozin, M. (2010). Evaluasi Implementasi Kebijakan Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten Gunungkidul : Jurnal Studi Pemerintahan Vol. 1 No.1
Agustus 2010. Yogyakarta.
Kurniasih, W. (2007). Analisis Proses Penyusunan dan Penetapan Anggaran Dinas Kesehatan
yang Bersumber dari APBD Kota Tasikmalaya : e-journal pascasarjana Universitas
Diponegoro. Semarang
Munif A, (2012) Penguatan Sistem Perencanaan Kesehatan Kabupaten/Kota. Enfironmental
Sanitation’s Journal.
Priyatno, PA dkk., (2013). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran
pada Satuan Kerja Lingkup Pembayaran KPPN Blitar : Jurnal Ilmiah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Surabaya.
Saifuddin. (2006). Analisis Perencanaan dan Penganggaran Program Kesehatan Ibu dan Anak
pada Puskesmas di Kabupaten Banjar Tahun 2007 : e-journal Universitas Diponegoro.
Semarang
10

Tabel 1 Karakteristik Informan

Masa
Umur Pendidikan
No Informan Jabatan Kerja
( Thn ) Terakhir
( Thn )
Puskesmas Arso Timur
34 Kepala S1 Ners 7
1 K1
Puskesmas
22 D III 2
2 K2 Bendahara
Keperawatan
26 PJ Program D III Gizi 3
3 K3
Gizi
40 PJ Program D III 12
4 K4
KIA & KB Kebidanan
28 PJ Program D III 4
5 K5
Promkes Keperawatan
28 PJ Progaram D III Sanitasi 5
6 K6 Penyehatan
Lingkungan
28 PJ Program D III 5
7 K7
P2M Keperawatan
27 PJ Program S1 Kedokteran 2
8 K8
P2K
Puskesmas Waris
Kepala
9 K9 41 S1 Kesmas 21
Puskesmas
10 K10 25 Bendahara SMAK 6
11 K11 PJ Program
28 D III Gizi 6
Gizi
12 K12 PJ Program D III
28 6
KIA & KB Kebidanan
13 K13 PJ Program 5
29 S 1 Kesmas
Promkes
14 K14 PJ Program
27 Penyehatan D III Sanitasi 6
Lingkungan
15 K15 PJ Program D III
25 3
P2M Keperawatan
PJ Program D II
16 K16 30 7
P2K Keperawatan
Puskesmas Arso Kota
Kepala D III
17 K17 40 20
Puskesmas Keperawatan
D III
18 K18 40 Bendahara 15
Kebidanan
PJ Program
19 K19 37 D III Gizi 8
Gizi
PJ Program D III
20 K20 29 7
KIA & KB Kebidanan
21 K21 30 PJ Program D III 5
11

Promkes Keperawatan
PJ Progaram
22 K22 36 Penyehatan D III Sanitasi 9
Lingkungan
PJ Program
23 K23 37 D III Perawat 8
P2M
PJ Program
24 K24 27 D IIIPerawat 6
P2K
Puskesmas Arso III
25 K25 Kepala S1
38 9
Puskesmas Kedokteran
26 K26 46 Bendahara SMEA 22
27 K27 PJ Program
27 D III Gizi 4
Gizi
28 K28 PJ Program D III
38 12
KIA & KB Kebidanan
29 K29 PJ Program S1 Kedokteran
37 1
Prokes Gigi
30 K30 PJ Program
38 Penyehatan D III Sanitasi 10
Lingkungan
31 K31 PJ Program
40 SPK 22
P2M
32 K32 PJ Program D III
36 11
P2K Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai