0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
28 tayangan3 halaman
Proses perencanaan program kesehatan wajib di empat puskesmas di Kabupaten Keerom telah mengikuti pedoman umum namun masih terdapat kekurangan dalam pengisian format. Analisis situasi didasarkan pada masalah kesehatan, kinerja, dan resiko lingkungan. Penentuan prioritas melibatkan kepala puskesmas dan tenaga kesehatan. Tujuan mengikuti Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom namun identifikasi masalah belum dilakukan di se
Proses perencanaan program kesehatan wajib di empat puskesmas di Kabupaten Keerom telah mengikuti pedoman umum namun masih terdapat kekurangan dalam pengisian format. Analisis situasi didasarkan pada masalah kesehatan, kinerja, dan resiko lingkungan. Penentuan prioritas melibatkan kepala puskesmas dan tenaga kesehatan. Tujuan mengikuti Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom namun identifikasi masalah belum dilakukan di se
Proses perencanaan program kesehatan wajib di empat puskesmas di Kabupaten Keerom telah mengikuti pedoman umum namun masih terdapat kekurangan dalam pengisian format. Analisis situasi didasarkan pada masalah kesehatan, kinerja, dan resiko lingkungan. Penentuan prioritas melibatkan kepala puskesmas dan tenaga kesehatan. Tujuan mengikuti Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom namun identifikasi masalah belum dilakukan di se
PROSES PERENCANAAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN WAJIB (BASIC SIX)
PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KEEROM PROPINSI PAPUA
Desentralisasi perencanaan kesehatan sebagai salah satu faktor esensial dalam proses desentralisasi merupakan proses yang kompleks dan membutuhkan kerjasama yang harmonis di antara penentu kebijakan, perencana, tenaga administrasi dan masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan tekad yang kuat dan kesiapan yang cukup matang untuk menata dan memperkuat sistem perencanaan kesehatan pada masing-masing kabupaten/kota Perencanaan merupakan fungsi pertama dalam fungsi pokok manajemen, yang mendahului fungsi pengorganisasian, ketenagaan, kepemimpinan, dan pengendalian yang dimaksudkan untuk membantu tercapainya tujuan organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses perencanaan yang dilaksanakan pada program upaya kesehatan wajib (basic six) di Puskesmas Kabupaten Keerom. Penelitian ini dilaksanakan di empat puskesmas yang mewakili dua daerah DTPK dan dua daerah non DTPK di Kabupaten Keerom menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan proses perencanaan program Basic six di Puskesmas yang ada di Kabupaten Keerom telah sesuai dengan tahapan dan petunjuk teknis proses perencanaan yang diberikan. Tahapan proses perencanaan berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis situasi dilakukan dengan mempertimbangkan masalah kesehatan, kinerja program, dan faktor resiko lingkungan. Penentuan prioritas masalah dijalankan pada setiap puskesmas, penentuan tujuan mengikuti Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom, Identifikasi masalah tidak dilakukan di semua puskesmas, dan rencana operasional dirumuskan melibatkan seluruh komponen puskesmas dan dirumuskan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom. Perbandingan yang dilakukan terhadap proses perencanaan masing-masing puskesmas memperlihatkan perbedaan hanya terletak pada keterlibatan komponen Puskesmas dalam proses perencanaan. Pada perumusan rencana operasional, seluruh puskesmas juga telah mengikuti format yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom dengan melibatkan kepala puskesmas, bendahara dan ketua-ketua program, meskipun dalam telaah dokumen masih ditemukan ketidaklengkapan pengisian format yang diberikan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh proses perencanaan pada empat puskesmas tidak memiliki perbedaan mencolok antara puskesmas DTPK dan non DTPK. Pada analisis situasi, sebagian besar dari program yang terdapat pada keempat puskesmas tersebut menjadikan masalah kesehatan, kinerja program dan faktor resiko lingkungan dan perilaku sebagai dasar dalam melakukan perencanaan dan anggaran. Pada proses penentuan prioritas masalah, seluruh program upaya kesehatan wajib (basic six) di empat puskesmas juga memahami perlunya melakukan penentuan prioritas masalah dalam perencanaan agar alokasi anggaran yang diberikan tepat sasaran. Pada proses penentuan tujuan, seluruh puskesmas menyatakan kesamaan, yakni mengikuti tujuan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom, sebagian besar melibatkan kepala puskesmas, bendahara, dan ketua - ketua program. Sementara pada proses identifikasi kegiatan menjadi empat jenis kegiatan, tidak dilaksanakan pada semua program basic six di empat puskesmas tersebut. ANALISIS PERENCANAAN TAHUNAN KESEHATAN SUB DINAS PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK TAHUN 2002 Perencanaan program kesehatan kabupaten/ kota selama ini dirasakan lebih didominasi oleh proses top down. Target-target yang ditentukan dari pusat biasanya berdasarkan proyeksi nasional dan tidak sesuai dengan situasi riil di daerah. Ketidaksesuaian ini bukan saja dalam hal penetapan target program, namun kadangkala juga dalam hal penentuan prioritas masalah Perencanaan adalah fungsi penting manajemen. Perencanaan kesehatan yang ideal adalah perencanaan yang dibuat berdasarkan fakta dan kondisi daerah teritorial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perencanaan kesehatan saat ini di Sub Dinas Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Depok pada tahun 2002. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan data kualitatif. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam dan observasi dokumen. Hasilnya adalah proses perencanaan perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitas perencana, dana untuk membuat perencanaan yang ideal, fasilitas dan prosedur penulisan. Analisis situasi tidak menggunakan penentuan kesehatan, masalah prioritas menggunakan matematika metode dan intervensi berasal dari pemerintah pusat. Bentuk POA (Rencana Aksi) tidak spesifik menggambarkan kebutuhan daerah teritorial. Dinas Kesehatan Kota Depok khususnya Subdinas Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit belum sepenuhnya melakukan perencanaan berdasarkan kondisi daerahnya. Kurangnya analisa situasi kesehatan daerah dan masih banyaknya target program yang ditentukan oleh pusat menyebabkan program kesehatan yang digulirkan belum sepenuhnya menggambarkan kebutuhan daerah. Kedepan diharapkan peran tenaga perencana dapat lebih dioptimalkan lewat pelatihan Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan Terpadu (P2KT) untuk merumuskan program kerja daerah yang lebih baik.
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional